BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Di Indonesia
masalah gizi buruk hingga saat ini masih belum teratasi. Salah satu masalah
gizi yang paling utama pada saat ini, di Indonesia adalah kurang kalori, dan
protein. Hal ini banyak ditemukan pada
bayi dan anak yang masih kecil. Keadaan ini karena anak dan bayi merupakan
golongan rentan. Selain itu banyak ibu yang melahirkan bayi prematur yaitu bayi
dengan berat badan rendah karena tidak sesuai dengan usia kelahirannya. Bayi
dengan berat badan rendah memiliki resiko besar terkena infeksi dan lebih memperlukan
ASI lebih besar dibanding bayi dengan berat badang normal. Pertumbuhan dan
perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh
termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI. Namun, banyak ibu yang mengganti ASI dengan
susu formula. Padahal hal itu sangatlah
tidak baik untuk seorang bayi. Bayi umumnya diberikan ASI hingga berusia enam
bulan, setelah itu ASI hanya berfungsi sebagai sumber protein, vitamin, dan mineral
yang utama bagi bayi. Tetapi banyak ibu-ibu yang memberikan ASI hanya selama 3
bulan bahkan ada yang hanya memberikan ASI selama satu bulan saja dikarenakan
kepentingan pekerjaan. Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan
penting dalam pemeliharan dan tumbuh kembang bayi, Oleh sebab itu maka penulis membuat makalah dengan judul ”ASI EKSKLUSIF”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
itu ASI Eksklusif?
2. Apa
saja pengelompokan ASI?
3. Apa
saja manfaat ASI Eksklusif?
4. Bagaimana
fisiologi pengeluaran ASI?
5. Apa
saja komposisi ASI?
6. Apa
saja keunggulan ASI daripada susu formula?
7. Bagaimana
cara pemberian ASI yang benar?
8. Bagaimana
cara menyimpan ASI yang benar?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk
mengetahui definisi ASI Eksklusif.
2. Untuk
mengetahui pengelompokan ASI
3. Untuk
mengetahui manfaat ASI Eksklusif.
4. Untuk
mengetahui fisiologi pengeluaran ASI
5. Untuk
mengetahui komposisi dari ASI.
6. Untuk
mengetahui keunggulan ASI daripada susu formula
7. Untuk
mengetahui cara pemberian ASI yang benar.
8. Untuk
mengetahui cara menyimpan ASI yang benar.
1.4 Metode Penulisan
1. Deskriptif
2. Kajian
pustaka dilakukan dengan mencari literatur di internet dan buku-buku panduan
1.5 Sistematika Penulisan
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
1.2 Rumusan
Masalah
1.3 Tujuan
Penelitian
1.4 Metode
Penelitian
1.5 Sistematika
Penelitian
BAB
II KERANGKA TEORI
2.1 Definisi
ASI Eksklusif
2.2 Pengelompokan
ASI
2.3 Manfaat
ASI Eksklusif
2.4 Fisiologi
Pengeluaran ASI
2.5 Komposisi
ASI
2.6 Keunggulan
ASI daripada Susu Formula
2.7 Cara
Pemberian ASI yang Benar
2.8 Cara
Menyimpan ASI yang Benar
BAB
III FAKTOR YANG PENGARUHI KETIDAKBERHASILAN ASI EKSKLUSIF
3.1 Faktor Internal
3.2 Faktor Eksternal
BAB
IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah makanan pertama, utama dan
terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. (Dwi Sunar Prasetyo:2009). ASI Eksklusif menurut WHO adalah pemberian ASI
saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk ataupun
makanan tambahan lain yang diberikan saat bayi baru lahir sampai berumur 6
bulan.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan
tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air
putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit,
bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan obat (Roesli, 2000).
Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga berhubungan dengan tindakan memberikan
ASI kepada bayi hingga berusia 6 bulan tanpa makanan dan minuman lain, kecuali
sirup obat. Setelah usia bayi 6 bulan, barulah bayi mulai diberikan makanan
pendamping ASI, sedangkan ASI dapat diberikan sampai 2 tahun atau lebih
(Prasetyono, 2005).
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh
unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI
mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta
anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan
(Hubertin, 2004).
ASI adalah sebuah cairan ciptaan Allah yang memenuhi
kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan
penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat
terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih
muda. Pada saat yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang
mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf (Yahya,
2007).
2.2 Pengelompokan ASI
ASI
dikelompokan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
a. ASI stadium I adalah kolostrum.
Kolostrum adalah cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari
ke-1 sampai hari ke-4. Kolostrum sangat baik untuk mengeluarkan “meconium”
yaitu air ketuban dan cairan lain yang
tertelan masuk perut bayi saat proses persalinan. Jumlah (volume) kolostrum
berkisar 150-300 cc per hari.
b. ASI Stadium II adalah ASI peralihan
yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi ASI yang matang. ASI ini
diproduksi pada hari ke-4 sampai hari ke-10.
c. ASI stadium III adalah ASI matur. ASI
yang disekresi dari hari ke-10 sampai seterusnya.
2.3 Manfaat ASI Eksklusif
Menyusui bayi dapat mendatangkan keuntungan bagi
bayi, ibu, keluarga, masyarakat, dan negara. Sebagai makanan bayi yang paling
sempurna, ASI mudah dicerna dan diserap karena mengandung enzim pencernaan.
Beberapa manfaat ASI sebagai berikut :
1. Untuk Bayi
Ketika bayi berusia 0-6 bulan, ASI
bertindak sebagai makanan utama bayi, karena mengandung lebih dari 60%
kebutuhan bayi, ASI memang terbaik untuk bayi manusia sebagaimana susu sapi
yang terbaik untuk bayi sapi, ASI merupakan komposisi makanan ideal untuk bayi,
pemberian ASI dapat mengurangi resiko infeksi lambung dan usus, sembelit serta
alergi, bayi yang diberi ASI lebih kebal terhadap penyakit dari pada bayi yang
tidak mendapatkan ASI, bayi yang diberi ASI lebih mampu menghadapi efek
penyakit kuning, pemberian ASI dapat semakin mendekatkan hubungan ibu dengan
bayinya. Hal ini akan berpengaruh terhadap kemapanan emosinya di masa depan,
apabila bayi sakit, ASI merupakan makanan yang tepat bagi bayi karena mudah
dicerna dan dapat mempercepat penyembuhan, pada bayi prematur, ASI dapat
menaikkan berat badan secara cepat dan mempercepat pertumbuhan sel otak,
tingkat kecerdasan bayi yang diberi ASI lebih tinggi 7-9 poin dibandingkan bayi
yang tidak diberi ASI ( Roesli, 2000 ).
2. Untuk Ibu
Isapan bayi dapat membuat rahim menciut,
mempercepat kondisi ibu untuk kembali ke masa prakehamilan, serta mengurangi
resiko perdarahan, lemak yang ditimbun di sekitar panggul dan paha pada masa
kehamilan akan berpindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing
kembali, resiko terkena kanker rahim dan kanker payudara pada ibu yang menyusui
bayi lebih rendah dari pada ibu yang tidak menyusui, menyusui bayi lebih
menghemat waktu, karena ibu tidak perlu menyiapkan botol dan mensterilkannya,
ASI lebih praktis lantaran ibu bisa berjalan-jalan tanpa membawa perlengkapan
lain, ASI lebih murah dari pada susu formula, ASI selalu steril dan bebas kuman
sehingga aman untuk ibu dan bayinya, ibu dapat memperoleh manfaat fisik dan
emotional ( Dwi Sunar, 2009 ).
3. Untuk Keluarga
Tidak perlu menghabiskan banyak uang
untuk membeli susu formula, botol susu, serta peralatan lainnya, jika bayi
sehat, berarti keluarga mengeluarkan lebih sedikit biaya guna perawatan
kesehatan, penjarangan kelahiran lantaran efek kontrasepsi dari ASI eksklusif,
jika bayi sehat berarti menghemat waktu keluarga, menghemat tenaga keluarga
karena ASI selalu tersedia setiap saat, keluarga tidak perlu repot membawa
berbagai peralatan susu ketika bepergian ( Roesli, 2005 ).
4. Untuk Masyarakat dan Negara
Menghemat devisa negara karena tidak perlu
mengimpor susu formula dan peralatan lainnya, bayi sehat membuat negara lebih
sehat, penghematan pada sektor kesehatan, karena jumlah bayi yang sakit hanya
sedikit, memperbaiki kelangsungan hidup anak karena dapat menurunkan angka
kematian, ASI merupakan sumber daya yang terus-menerus di produksi (Dwi Sunar,
2009 ).
2.4 Fisiologi Pengeluaran ASI
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang
sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon.
Kemampuan ibu dalam menyusui/laktasipun berbeda-beda. Sebagian mempunyai
kemampuan yang lebih besar dibandingkan yang lain. Laktasi mempunyai dua
pengertian yaitu pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dan pengeluaran ASI
(Refleks Let Down/Pelepasan ASI) (Maryunani, 2009).
Pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dimulai sejak
kehamilan. Selama kehamilan terjadi perubahan-perubahan payudara terutama
besarnya payudara, yang disebabkan oleh adanya proliferasi sel-sel duktus
laktiferus dan sel-sel kelenjar pembentukan ASI serta lancarnya peredaran darah
pada payudara. Proses proliferasi ini dipengaruhi oleh hormon-hormon yang
dihasilkan plasenta, yaitu laktogen, prolaktin, kariogona dotropin, estrogen,
dan progesteron. Pada akhir kehamilan, sekitar kehamilan 5 bulan atau lebih,
kadang dari ujung puting susu keluar cairan kolostrum. Cairan kolostrum
tersebut keluar karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta dan hormon
prolaktin dari hipofise. Namun, jumlah kolostrum tersebut terbatas dan normal,
dimana cairan yang dihasilkan tidak berlebihan karena kadar prolaktin cukup
tinggi, pengeluaran air susu dihambat oleh hormon estrogen (Maryunani, 2009).
Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron
menurun dengan lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga
tidak ada lagi hambatan terhadap prolaktin oleh estrogen. Hormon prolaktin ini
merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu ibu
(Maryunani, 2009).
Penurunan kadar estrogen memungkinan naiknya kadar
prolaktin dan produksi ASI pun mulai. Produksi prolaktin yang berkesinambungan
disebabkan oleh bayi menyusui pada payudara ibu. Pada ibu yang menyusui,
prolaktin akan meningkat pada keadaan : stress atau pengaruh psikis,anestesi,
operasi, rangsangan puting susu, hubungan kelamin, pengaruh obat-obatan.
Sedangkan yang menyebabkan prolaktin terhambat pengeluarannya pada keadaan: ibu
gizi buruk, dan pengaruh obat-obatan (Badriul, 2008).
Pengeluaran ASI (Refleks Letdown/pelepasan ASI)
merupakan proses pelepasan ASI yang berada dibawah kendali neuroendokrin,
dimana bayi yang menghisap payudara ibu akan merangsang produksi oksitosin yang
menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel. Kontraksi dari sel-sel ini akan
memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem
duktus untuk selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi
sehingga ASI tersedia bagi bayi (Maryunani, 2009).
Faktor-faktor yang memicu peningkatan refleks
”letdown/pelepasan ASI” ini yaitu pada saat ibu melihat bayinya, mendengarkan
suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan untuk meyusui bayi. Sementara itu,
faktor-faktor yang menghambat refleks ”letdown/pelepasan ASI yaitu stress
seperti keadaan bingung atau psikis kacau, takut, cemas, lelah, malu, merasa
tidak pasti atau merasakan nyeri.
Oksitosin juga mempengaruhi jaringan otot polos
uterus berkontraksi sehingga mempercepat lepasnya plasenta dari dinding uterus
dan membantu mengurangi terjadinya perdarahan. Oleh karena itu, setelah bayi
lahir maka bayi harus segera disusukan pada ibunya (Inisiasi Menyusui Dini ).
Dengan seringnya menyusui, penciutan uterus akan terjadi makin cepat dan makin
baik. Tidak jarang perut ibu akan terus terasa mulas yang sangat pada hari-hari
pertama menyusui, hal ini merupakan mekanisme alamiah yang baik untuk
kembalinya uterus ke bentuk semula (Maryunani, 2009).
2.5 Komposisi ASI
Susu menjadi salah satu
sumber nutrisi bagi manusia, komponen ASI sangat rumit dan berisi lebih dari
100.000 biologi komponen unik, berikut komposisi ASI:
1. Kolostrum
Cairan susu kental berwarna kuning, Kolostrum mengandung karoten dan
vitamin A yang tinggi yang berfungsi menjaga kekebalan tubuh bagi bayi.
2. Protein
Protein
dalan ASI berupa casein (protein yang sulit di cerna) dan whey
(protein yang mudah di cerna). ASI lebih banyk mengandum whey di
bandingkan dengan casein.
3. Lemak
Lemak
ASI adalah penghasil kalori (energy) utama dan merupakan komponen yang gizi
yang sangat berfariasi.penelitian OSBORN membuktikan, bayi yang tidak
mendapatkan ASI lebih banyak menderita penyakit koroner usia muda.
4. Laktosa
Merupakan
karbihidrat terutama pada ASI,fungsinya sebagai sumber energi meninggkatkan absorbs kalsium dan
merang sang pertumbuhan lactobacillus bifidus.
5.
Zat Besi
Meskipun ASI mengandum sedikit zat besi, namun bayi yang menyusui jarang
kekurangan zat besi.
6.
Taurin
Berupa
asam amino dan berfungsi sebagai neuororansmitter, berperan penting dalam
maturasi otak bayi.
7.
Laktobacilus
Berfungsi
menghambat pertumbuhan microorganisme seperti becteri ecoli yang sering
menyebabkan diare pada bayi.
8.
Laktoferin.
Sebuah besi batas yang mengikat protein ketersediaan besi untuk bakteri
dalam intestines, serta memungkinkan bakteri sehat tertentu untuk berkembang.
9.
Lizozim
Dapat
memecah dinding bakteri sekaligus mengurangi insidens, caries,dentis,dan
maloklusi atau kebiasaan lidah yang mendorong kedepan akibat menyusu dengan
botol dan dot.
2.6 Keunggulan ASI daripada Susu Formula
Perbedaan
|
ASI
|
Susu Formula
|
Komposisi
|
ASI mengandung zat-zat gizi, antara
lain:faktor pembentuk sel-sel otak, terutama DHA, dalam kadar tinggi. ASI
juga mengandung whey (protein utama dari susu yang berbentuk cair) lebih
banyak daripada kasein (protein utama dari susu yang berbentuk gumpalan)
dengan perbandingan 65:35.
|
Tidak seluruh zat gizi yang terkandung di
dalamnya dapat diserap oleh tubuh bayi. Misalnya, protein susu sapi tidak
mudah diserap karena mengandung lebih banyak casein. Perbandingan whey:
casein susu sapi adalah 20:80.
|
Nutrisi
|
Mengandung imunoglobulin dan kaya akan DHA
(asam lemak tidak polar yang berikat banyak) yang dapat membantu bayi menahan
infeksi serta membantu perkembangan otak dan selaput mata.
|
Protein yang dikandung oleh susu formula
berguna bagi bayi lembu tapi kegunaan bagi manusia sangat terbatas lagipula
immunoglobulin dan gizi yang ditambah di susu formula yang telah disterilkan
bisa berkurang ataupun hilang.
|
Pencernaan
|
Protein ASI adalah sejenis protein yang lebih
mudah dicerna selain itu ada sejenis unsur lemak ASI yang mudah diserap dan
digunakan oleh bayi. Unsur elektronik dan zat besi yang dikandung ASI lebih
rendah dari susu formula tetapi daya serap dan guna lebih tinggi yang dapat
memperkecil beban ginjal bayi. Selain itu ASI mudah dicerna bayi karena
mengandung enzim-enzim yang dapat membantu proses pencernaan antara lain
lipase (untuk menguraikan lemak), amilase (untuk menguraikan karbohidrat) dan
protease (untuk menguraikan protein).
|
Tidak mudah dicerna: serangkaian proses
produksi di pabrik mengakibatkan enzim-enzim pencernaan tidak berfungsi.
Akibatnya lebih banyak sisa pencernaan yang dihasilkan dari proses metabolisme
yang membuat ginjal bayi harus bekerja keras. Susu formula tidak mengandung
posporlipid ditambah mengandung protein yang tidak mudah dicerna yang bisa
membentuk sepotong susu yang membeku sehingga berhenti di perut lebih lama
oleh karena itu taji bayi lebih kental dan keras yang dapat menyebabkan susah
BAB dan membuat bayi tidak nyaman.
|
Kebutuhan
|
Dapat memajukan pendirian hubungan ibu dan anak. ASI adalah makanan bayi,
dapat memenuhi kebutuhan bayi, memberikan rasa aman kepada bayi yang dapat
mendorong kemampuan adaptasi bayi.
|
Kekurangan menghisap payudara: mudah menolak ASI yang menyebabkan
kesusahan bayi menyesuaikan diri atau makan terlalu banyak, tidak sesuai
dengan prinsip kebutuhan.
|
Ekonomi
|
Lebih murah: menghemat biaya alat-alat,
makanan, dll yang berhubungan dengan pemeliharaan, mengurangi beban
perekonomian keluarga.
|
Biaya lebih mahal: karena menggunakan alat,makanan, pelayanan kesehatan,
dll. Untuk memelihara sapi. Biaya ini sangat subjektif yang menjadi beban
keluarga.
|
Kebersihan
|
ASI boleh langsung diminum jadi bias
menghindari penyucian botol susu yang tidak benar ataupun hal kebersihan lain
yang disebabkan oleh penyucian tangan yang tidak bersih oleh ibu. Dapat
menghindari bahaya karena pembuatan dan penyimpanan susu yang tidak benar.
|
Polusi dan infeksi: pertumbuhan bakteri di
dalam makanan buatan sangat cepat apalagi di dalam botol susu yang hangat
biarpun makanan yang dimakan bayi adalah makanan bersih akan tetapi karena
tidak mengandung anti infeksi, bayi akan mudah mencret atau kena penularan
lainnya.
|
Ekonomis
|
Tidak perlu disterilkan atau lebih mudah
dibawa keluar, lebih mudah diminum, minuman yang paling segar dan suhu
minuman yang paling tepat untuk bayi.
|
Penyusuan susu formula dan alat yang cukup
untuk menyeduh susu.
|
Penampilan
|
Bayi mesti menggerakkan mulut untuk menghisap
ASI, hal ini dapat membuat gigi bayi menjadi kuat dan wajah menjadi cantik.
|
Penyusuan susu formula dengan botol susu akan
mengakibatkan penyedotan yang tidak puas lalu menyedot terus yang dapat
menambah beban ginjal dan kemungkinan menjadi gemuk.
|
Pencegahan
|
Bagi bayi yang beralergi, ASI dapat
menghindari alergi karena susu formula seperti mencret, muntah, infeksi
saluran pernapasan, asma, bintik-bintik, pertumbuhan terganggu dan gejala
lainnya.
|
Bagi bayi yang alergiterhadap susu formula
tidak dapat menghindari mencret, muntah,infeksi saluran napas, asma,
kemerahan, pertumbuhan terganggu dan gejala lainnya yang disebabkan oleh susu
formula.
|
Kebaikan bagi ibu
|
Dapat membantu kontraksi rahim ibu, lebih
lambat datang bulan sehabis melahirkan sehingga dapat ber-KB alami. Selain
itu dapat menghabiskan kalori yang berguna untuk pengembalian postur tubuh
ibu. Berdasarkan biodata statistik, ibu yang menyusui ASI lebih rendah
kemungkinan menderita kanker payudara, kanker rahim dan keropos tulang.
|
Tidak dapat membantu kontraksi rahim yang
dapat membantu pengembalian tubuh ibu jadi rahim perlu dielus sendiri oleh
ibu. Tidak dapat memperlambat waktu datang bulan yang dapat menghasilkan cara
KB alami. Berdasarkan biodata statistik, ibu yang menyusui susu formula lebih
tinggi kemungkinan menderita kanker payudara.
|
(dr.
Suririnah,2009)
2.7 Cara Pemberian ASI yang Benar
1. Cuci
tangan yang bersih dengan sabun.
2. Perah
sedikit ASI dan oleskan disekitar putting
3. Duduk
dan berbaring dengan santai.
4. Bayi
diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan
hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke
dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu.
5. Dekatkan
badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu
sampai mulut bayi terbuka lebar.
6. Segera
dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di
bawah puting susu.
2.8 Cara Menyimpan ASI yang Benar
1. Masukan
ASI dalam kantung plastik polietilen (misal plastik gula); atau wadah plastik
untuk makanan atau yang bisa dimasukkan dalam microwave, wadah melamin, gelas,
cangkir keramik.
2. Jangan
masukkan dalam gelas plastik minuman kemasan maupun plastik styrofoam.
3. Beri
tanggal dan jam pada masing-masing wadah.
4. Dinginkan
dalam refrigerator (kulkas). Simpan sampai batas waktu yang diijinkan ( + 2
minggu).
5. Jika
hendak dibekukan, masukkan dulu dalam refrigerator selama semalam, baru
masukkan ke freezer (bagian kulkas untuk membekukan makanan).
6. Gunakan
sebelum batas maksimal yang diijinkan. (+ 3-6 bulan)
BAB III
FAKTOR YANG PENGARUHI
KETIDAKBERHASILAN ASI EKSKLUSIF
3.1 Faktor Internal
3.1.1
Ketersediaan ASI
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah
tidak melakukan inisiasi menyusui dini, menjadwal pemberian ASI, memberikan
minuman prelaktal (bayi diberi minum sebelum ASI keluar), apalagi memberikannya
dengan botol/dot, kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusui
(Badriul, 2008 ).
Inisiasi menyusui dini adalah meletakkan bayi diatas
dada atau perut ibu segera setelah dilahirkan dan membiarkan bayi mencari
puting ibu kemudian menghisapnya setidaknya satu jam setelah melahirkan. Cara
bayi melakukan inisiasi menyusui dini disebut baby crawl. Karena
sentuhan atau emutan dan jilatan pada puting ibu akan merangsang pengeluaran
ASI dari payudara. Dan apabila tidak melakukan inisiasi menyusui dini akan
dapat mempengaruhi produksi ASI (Maryunani, 2009).
Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI.
Menyusui paling baik dilakukan sesuai permintaan bayi (on demand ) termasuk
pada malam hari, minimal 8 kali sehari. Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh
seringnya bayi menyusui. Makin jarang bayi disusui biasanya produksi ASI akan
berkurang. Produksi ASI juga dapat berkurang bila menyusui terlalu sebentar.
Pada minggu pertama kelahiran sering kali bayi mudah tertidur saat menyusui.
Ibu sebaiknya merangsang bayi supaya tetap menyusui dengan cara menyentuh
telinga/telapak kaki bayi agar bayi tetap menghisap (Badriul, 2008).
Seringkali sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan
air putih, air gula, air madu, atau susu formula dengan dot. Seharusnya hal ini
tidak boleh dilakukan karena selain menyebabkan bayi malas menyusui, bahan
tersebut mungkin menyebabkan reaksi intoleransi atau alergi. Apabila bayi malas
menyusui maka produksi ASI dapat berkurang, karena semakin sering menyusui
produksi ASI semakin bertambah (Danuatmaja, 2003).
Meskipun menyusui adalah suatu proses yang alami,
juga merupakan keterampilan yang perlu dipelajari. Ibu seharusnya memahami tata
laksana laktasi yang benar terutama bagaimana posisi menyusui dan perlekatan
yang baik sehingga bayi dapat menghisap secara efektif dan ASI dapat keluar
dengan optimal. Banyak sedikitnya ASI berhubungan dengan posisi ibu saat
menyusui. Posisi yang tepat akan mendorong keluarnya ASI dan dapat mencegah
timbulnya berbagai masalah dikemudian hari (Cox, 2006).
3.1.2
Pekerjaan atau aktivitas
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas
seseorang untuk mendapatkan penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
Wanita yang bekerja seharusnya diperlakukan berbeda dengan pria dalam hal
pelayanan kesehatan terutuma karena wanita hamil, melahirkan, dan menyusui. Padahal
untuk meningkatkan sumber daya manusia harus sudah sejak janin dalam kandungan
sampai dewasa. Karena itulah wanita yang bekerja mendapat perhatian agar tetap
memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun (pusat
kesehatan kerja Depkes RI,2005). Beberapa alasan ibu memberikan makanan
tambahan yang berkaitan dengan pekerjaan adalah tempat kerja yang terlalu jauh,
tidak ada penitipan anak, dan harus kembali kerja dengan cepat karena cuti
melahirkan singkat (Mardiati, 2006).
Cuti melahirkan di Indonesia rata-rata tiga bulan.
Setelah itu, banyak ibu khawatir terpaksa memberi bayinya susu formula karena
ASI perah tidak cukup. Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI
eksklusif, karena waktu ibu bekerja bayi dapat diberi ASI perah yang diperah
minimum 2 kali selama 15 menit. Yang dianjurkan adalah mulailah menabung ASI
perah sebelum masuk kerja. Semakin banyak tabungan ASI perah, seamakin besar
peluang menyelesaikan program ASI eklusif (Danuatmaja, 2003).
3.1.3
Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2007) pengetahuan merupakan
hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan akan memberikan pengalaman kepada ibu
tentang cara pemberian ASI eksklusif yang baik dan benar yang juga terkait
dengan masa lalunya. Dalam hal ini perlu ditumbuhkan motivasi dalam dirinya
secara sukarela ddan penuh rasa percaya diri untuk mampu menyusui bayinya.
Pengalaman ini akan memberikan pengetahuan, pandangan dan nilai yang akan
menberi sikap positif terhadap masalah menyusui (Erlina, 2008).
Akibat kurang pengetahuan atau informasi, banyak ibu
menganggap susu formula sama baiknya , bahkan lebih baik dari ASI . Hal ini
menyebabkan ibu lebih cepat memberikan susu formula jika merasa ASI kurang atau
terbentur kendala menyusui. Masih banyak pula petugas kesehatan tidak
memberikan informasi pada ibu saat pemeriksaan kehamilan atau sesudah bersalin
(Prasetyono, 2005).
Untuk dapat melaksanakan program ASI eksklusif, ibu
dan keluarganya perlu menguasai informasi tentang fisiologis laktasi,
keuntungan pemberian ASI, kerugian pemberian susu formula, pentingnya rawat
gabung,cara menyusui yang baik dan benar, dan siapa harus dihubungi jika
terdapat keluhan atau masalah seputar menyusui.
3.1.4
Kelainan pada payudara
Tiga hari pasca persalinan payudara sering terasa
penuh, tegang, dan nyeri. Kondisi ini terjadi akibat adanya bendungan pada
pembuluh darah di payudara sebagai tanda ASI mulai banyak diproduksi. Tetapi,
apabila payudara merasa sakit pada saat menyusui ibu pasti akan berhenti
memberikan ASI padahal itu menyebabkan payudara mengkilat dan bertambah parah
bahkan ibu bisa menjadi demam (Roesli, 2000). Jika terdapat lecet pada puting
itu terjadi karena beberapa faktor yang dominan adalah kesalahan posisi menyusui
saat bayi hanya menghisap pada puting. Padahal seharusnya sebagian besar areola
masuk kedalam mulut bayi. Puting lecet juga dapat terjadi pada akhir menyusui,
karena bayi tidak pernah melepaskan isapan. Disamping itu, pada saat ibu
membersihkan puting menggunakan alkohol dan sabun dapat menyebabkan puting
lecet sehingga ibu merasa tersiksa saat menyusui karena sakit (Maulana, 2007).
3.1.5
Kondisi kesehatan ibu
Kondisi kesehatan ibu juga dapat mempengaruhi
pemberian ASI secara eksklusif. Pada keadaan tertentu, bayi tidak mendapat ASI
sama sekali, misalnya dokter melarang ibu untuk menyusui karena sedang
menderita penyakit yang dapat membahayakan ibu atau bayinya, seperti penyakit
Hepatitis B, HIV/AIDS, sakit jantung berat, ibu sedang menderita infeksi virus
berat, ibu sedang dirawat di Rumah Sakit atau ibu meninggal dunia (Pudjiadi,
2001).
Faktor kesehatan ibu yang menyebabkan ibu memberikan
makanan tambahan pada bayi 0-6 bulan adalah kegagalan menyusui dan penyakit
pada ibu. Kegagalan ibu menyusui dapat disebakan karena produksi ASI berkurang
dan juga dapat disebabkan oleh ketidakpuasan menyusui setelah lahir karena bayi
langsung diberi makanan tambahan.
3.2 Faktor Eksternal
3.2.1
Faktor petugas kesehatan
Program laktasi adalah suatu program multidepartemental
yang melibatkan bagian yang terkait, agar dihasilkan suatu pelayanan yang
komrehensif dan terpadu bagi ibu yang menyusui sehingga promosi ASI secara
aktif dapat dilakukan tenaga kesehatan. Dalam hal ini sikap dan pengetahuan
petugas kesehatan adalah faktor penentu kesiapan petugas dalam mengelola ibu
menyusui. Selain itu sistem pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan juga
mempengaruhi kegiatan menyusui (Arifin, 2004).
Perilaku tenaga kesehatan biasanya ditiru oleh
masyarakat dalam hal perilaku sehat. Promosi ASI eksklusif yang optimal dalam
setiap tumbuh kembangnya sangatlah penting untuk mendukung keberhasilan ibu
dalam menyusui bayinya (Elza, 2008). Selain itu adanya sikap ibu dari petugas
kesehatan baik yang berada di klinis maupun di masyarakat dalam hal
menganjurkan masyarakat agar menyusui bayi secara eksklusif pada usia 0-6 bulan
dan dilanjutkan sampai 2 tahun dan juga meningkatkan kemampuan petugas
kesehatan dalam hal memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang luas (Erlina,
2008).
3.2.2
Kondisi kesehatan bayi
Kondisi kesehatan bayi juga dapat mempengaruhi
pemberian ASI secara eksklusif. Bayi diare tiap kali mendapat ASI, misalnya
jika ia menderita penyakit bawaan tidak dapat menerima laktosa, gula yang
terdapat dalam jumlah besar pada ASI (Pudjiadi, 2001).
Faktor kesehatan bayi adalah salah satu faktor yang
dapat menyebabkan ibu memberikan makanan tambahan pada bayinya antara lain
kelainan anatomik berupa sumbing pada bibir atau palatum yang menyebakan bayi
menciptakan tekanan negatif pada rongga mulut, masalah organik, yaitu
prematuritas, dan faktor psikologis dimana bayi menjadi rewel atau sering
menangis baik sebelum maupun sesudah menyusui akibatnya produksi ASI ibu
menjadi berkurang karena bayi menjadi jarang disusui (Soetjiningsih, 1997)
3.2.3
Pengganti ASI (PASI) atau susu formula
Meskipun mendapat predikat The Gold Standard,
makanan paling baik, aman, dan satu dari sedikit bahan pangan yang memenuhi
kriteria pangan berkelanjutan (terjangkau, tersedia lokal dan sepanjang masa,
investasi rendah). Sejarah menunjukkan bahwa menyusui merupakan hal tersulit
yang selalu mendapat tantangan, terutama dari kompetitor utama produk susu
formula yang mendisain susu formula menjadi pengganti ASI (YLKI, 2005).
Seperti di Indonesia sekitar 86% yang tidak berhasil
memberikan ASI eksklusif karena para ibu lebih memilih memberikan susu formula
kepada bayinya. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya penggunaan susu formula
lebih dari 3x lipat selama 5 tahun dari 10,8% pada tahun 1997 menjadi 32,5%
tahun 2002 (Depkes, 2006).
3.2.4
Keyakinan
Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti
teh, air manis, dan jus kepada bayi menyusui dalam bulan-bulan pertama umum
dilakukan. Kebiasaan ini seringkali dimulai saat bayi berusia sebulan. Riset
yang dilakukan di pinggiran kota Lima, Peru menunjukkan bahwa 83% bayi menerima
air putih dan teh dalam bulan pertama. Penelitian di masyarakat Gambia,
Filipina, Mesir, dan Guatemala melaporkan bahwa lebih dari 60% bayi baru lahir
diberi air manis dan/atau teh. Nilai budaya dan keyakinan agama juga ikut
mempengaruhi pemberian cairan sebagai minuman tambahan untuk bayi. Dari
generasi ke generasi diturunkan keyakinan bahwa bayi sebaiknya diberi cairan.
Air dipandang sebagai sumber kehidupan, suatu kebutuhan batin maupun fisik
sekaligus (LINKAGES, 2002).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh
unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI
Eksklusif merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi, yang bersifat
alamiah. ASI Eksklusif menurut WHO
adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air
putih, air jeruk ataupun makanan tambahan lain yang diberikan saat bayi baru
lahir sampai berumur 6 bulan.
4.2 Saran
1.
Sebaiknya para
ibu memberikan ASI semaksimal mungkin untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi selama 6 bulan.
2.
Seharusnya para
ibu tidak mengganti ASI dengan susu formula, karena ASI memiliki semua
kandungan zat penting yang dibutuhkan oleh sang bayi.