truth


counters

nama

Monday 8 December 2014

NEONATUS RESIKO TINGGI DAN PENATALAKSANAANYA by ratna

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam beberapa dasawarsa ini perhatian terhadap janin yang mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan sangat meningkat. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian parinatal dan neonatal karena msih banyak bayi yang dilahirkan dengan bengan berat badan lahir yang rendah. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan mengalami gangguan pertumbuhan baik fisik maupun mental. Selain itu banyak pula gangguan pada bayi baru lahir yang membahayakan kelangsungan hidupnya diantaranya adalah asfiksia atau bayi yang tidak dapat langsung bernafas saat dilahirkan. Ada pula ikterus yang mana penyakit ini menyerang daerah konjungtiva bayi baru lahir akibat dari penumpikan bilirubin yang berlebihan.
Adapula tetanus neonatorum ini merupakan penyakit yang membahayakan bayi neonatus karena kuman ini menyerang susunan sistem saraf pusat yang dikarenakan oleh kuman clostridium tetani. Kuman ini sangat berbahaya karena tidak akan mati walaupun telah dikukus selama 4 jam. Kuncinya kebersihan harus selalu dijaga untuk mencegah terjangkitnya penyakit-penyakit yang menyerang neonatuis ini.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa BBLR dan cara menanggulanginya ?
2.      Apa yang dimaksud dengan Asfiksia neonatus serta bagaimana cara penanggulannya ?
3.      Apa itu ikterus neonatus dan bagaimana cara penanggulangannya ?
4.      Apa yang dimaksud dengan tetanus neonaterum dan bagaimana penaggulangannya ?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa itu BBLR dan bagaimana cara penaggulangannya.
2.      Untuk mengetahui apa itu Asfiksia dan bagaimana cara penanggulangannya.
3.      Untuk mengetahui apa itu Ikterus dan bagaimana cara penaggulangannya.

4.      Untuk mengetahui apa itu Tetanus Neonatus dan bagaimana cara penanggulangannya.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Bayi Baru Lahir Rendah ( BBLR )
Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR ) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2.500 gram ( sampai dengan 2.499 gram ). Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah prematur menjadi Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR ). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi yang berat kurang dari 2.500 gram pada waktu lahir bayi prematur.
1.      Faktor penyebab BBLR
a.       Faktor ibu
Faktor ibu merupakan hal yang dominan dalam mempengaruhi kejadian prematur:
1)      Toksemia gravidarum ( pre-eklampsia dan eklampsia)
2)      Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, pendarahan antepartum dan malnutrisi, anemia sel sabit
3)      kelainan bentuk uterus (misal : uterus bikurnis, inkompeten serviks)
4)      Tumor (missal: mioma uteri ,eistoma); ibu yang menderita penyakit antara lain  Akut dengan gejala panas tinggi (misal: tifus abdominalis dan malaria), kronis(misal : TBC, penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal (glomerulonefritis akut)
5)      trauma pada masa kehamilan antara lain jatuh
6)      kebiasan ibu (ketergantungan obat narkotik,rokok dan alcohol)
7)      usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
8)      bekerja yang terlalu berat.
9)      jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
10)  perdarahaan antepartum.

b.      Factor janin
Beberapa factor janin yang mempengaruhi kejadian premature antara lain: kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat bawaan, kelainan kromosom, infeksi(misal : rubella, sifilis, toksoplamosis), insufensi plasenta, inkomplatibilitas darah ibu dari janin (factor resus,golongan darah A,B dan O),insfeksi dalam rahim
c.    Factor lain
Selain factor ibu dan janin, factor lain adalah factor plasenta : plasenta previa, solusio plasenta factor lingkungan : radiasi atau zat-zat beracun ; keadaan social ekonomi yang rendah ; kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan dari merokok.
2.      Diagnosis dan gejala klinik
a.       Sebelum bayi lahir
1)      Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus, dan lahir mati.
2)      Pembesaran uterus tidak sesuai umur kehamilannya.
3)      Pergerakan janin yang pertama kalinya (quickening) terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.
4)      Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang seharusnya.
5)      Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula dengan hidramnion.
b.       Setelah bayi lahir
1)      Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin
Tanda bayi ini adalah tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, verniks kaseosa sedikit atau tidak ada, kulit tipis, kering, berlipat-lipat dan mudah diangkat.
2)      Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37  minggu.
3)      Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin.
4)        Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, karena itu sangat peka terhadap gangguan pernapasan, infeksi, trauma kelahiran, hipotermi dan sebagainya.
3.      Penatalaksanaan bayi berat badan lahir rendah (BBLR)
Yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan, dan siap sedia dengan tabung oksigen. Pada bayi prematur makin pendek umur kehamilan, makin sulit dan banyak persoalan yang akan dihadapi, dan makin tinggi angaka kematian perinatal. Biasanya kematian disebabkan oleh gangguan pernafasan, infeksi, cacat bawaan, dan trauma pada otak.
a.       Pengaturan suhu lingkungan
Bayi yang dimasukkan dalam inkubator dengan suhu yang diatur :
Bayi berat badan dibawah 2 kg 350C.
Bayi berat badan 2 kg sampai 2,5 kg 340C.
Suhu inkubator diturunkan  10C setiap minggu sampai bayi dapat ditempatkan pada suhu lingkungan sekitar 24-270C.
b.       Makanan bagi bayi berat badan lahir rendah.
Umumnya bayi prematur belum sempurna refleks menghisap dan batuknya, kapasitas lambung masih kecil, dan daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang. Maka makanan diberikan dengan pipet sedikit-sedikit namun sering. Sedangkan pada bayi small for date sebaliknya kelihatan seperti orang kelaparan, rakus minum dan makan. Yang harus diperhatikan adalah terhadap kemungkinan terjadinya pneumonia aspirasi.

B.     Asfiksia Neonatus
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia dapat bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara benar, sehingga tindakan perawatan dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengatasi gelaja lanjut yang mungkin timbul.
1.      Penyebab asfiksia
Beberapa factor yang dapat menimbulkan gawat janin ( Asfiksia )
a.    Gangguan sirkulasi menuju janin, menyebabkan adanya gangguan aliran pada tali pusat seperti : lilitan tali pusat, simpul tali pusat, tekanan pada tali pusat, ketuban telah pecah, kehamilan lewat waktu, pengaruh obat, karena naarkoba saat.
b.    Factor ibu, misalnya gangguan his : tetania uteri hipertoni, turunnya tekanan darah dapat mendadak : perdarahan pada plasenta previa dan solusio plasenta
c.    persalinan.Vaso kontriksi arterial : hipertensi pada kehamilan dan gestosis preeclampsia-eklampsia ; gangguan pertukaran nutrisi/O2 : solusio plasenta.
2.      Diagnosa asfiksia
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia/hipoksia janin. Diagnosis aniksia/hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu:
a.       Denyut jantung janin : frekuensi normal ialah antara 120 dan 160 denyutan  semenit. Apabila frekuensi denyutan turun sampai dibawah 100 permenit di luar his dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal ini merupakan tanda bahaya
b.      Mekonium dalam air ketuban : adanya mekonium pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan gawat janin, karena terjadi rangsangan nervus X, sehingga peristaltic usus meningkat dan sfingter ani terbuka. Adanya kekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
c.       Pemeriksaan PH darah janin : adanya asidosis menyebabkan turunnya PH. Apabila PH itu turun sampai dibawah 7,2 hal itu di anggap sebagai tanda bahaya.

3.      Penatalaksanaan bayi asfiksia
a.       Tindakan umum
Bersihkan jalan nafas : kepala bayi diletakkan lebih rendah agar lendir mudah mengalir, bila perlu digunakan larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari saluran nafas yang lebih dalam.
Rangsangan reflek pernafasan : dilakukan setelah 20 detik bayi tidak memperlihatkan bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki menekan tanda achiles, mempertahankan suhu tubuh.
b.      Tindakan khusus/ asuhan yang diberikan oleh bidan
Pada kasus Asfiksia berat : berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal. Dapat dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2. Tekanan O2 yang diberikan tidak 30 cm H 20. Bila pernafasan spontan tidak timbul lakukan massage jantung dengan ibu jari yang menekan pertengahan sternum 80-100 x/menit.
Asfiksia sedang/ringan : pasang relkiek pernafasan ( hisap lendir, rangsang nyeri ) selama 30-60 detik. Bila gagal lakukan pernafasan kodok ( frog breathing ) 1-2 menit yaitu : kepala bayi ektensi maksimal beri O2 1-2 1/mnt melalui kateter dalam hidung, buka tutup mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke atas-bawah secara teratur 20x/mnt.
c.       Pemeriksaan Diagnostik
Untuk menentukan diagnosis bayi yang mengalami asfiksia antara lain : pemeriksaan darah kadar Asam laktat. Kadar bilirubin, kadar PaO2, PH. Pemeriksaan fungsi paru,pemeriksaan fungsi kardiovasculer,gambaran patologi.

C.    Ikterus
Ikterus adalah warna kuning pada kulit konjungtiva, dan mukosa akibat penumpukan bilirubin. Ikterus ada dua yaitu ikterus fisiologis dan ikterus patologis. Ikterus dikatakan fisiologis apabila ikterus itu timbul pada hari kedua atau ketiga yang tidak mempunyai dasar patologik, kadar yang membahayakan atau mempunyai potensi menjadi kern ikterus dan tidak menyebabkan morbiditas. Sedangkan ikterus patologis adalah ikterus yang dijumpai 24 jam pertama setelah lahir dengan bilirubin meningkat lebih dari 5 mg % perhari.
1.      Penyebab ikterus
a.       Produksi bilirubin yang berlebihan
b.      Gangguan dalam proses up take dan konjugasi hepar
c.       Gangguan transportasi
d.      Gangguan dalam sel otak
2.      Tanda gejala Ikterus
a.       Ikterus Fisiologis
1)      Disebabkan karena belum matangnya metabolisme bilirubin dan transportasi pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan kenaikan masa bilirubin dari pemecahan sel darah merah. Warna kuning akan muncul pada hari ke-2 atau ke-3 dan tampak jelas pada hari ke 5-6 menghilang pada hari ke 10.
2)      Kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan dan tidak lebih dari 12 mg/dl pada BBLR 10 mg/dl dan akan abnormal pada hari ke 14.
b.      Ikterus Patologis
1)      Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan, serum bilirubin total lebih dari 12 mg/dl.
2)      Peningkatan kadar bilirubin 5 mg % atau lebih dari 24 jam
3)      Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg % pada bayi kurang bulan (BBLR) dan 12,5 mg % pada bayi cukup bulan.
4)      Ikterus menetap sesudah bayi umur 10 hari.
3.      Penatalaksanaan dan pencegahan ikterus
Penatalaksanaan ikterus meliputi :
a.       Pendekatan menentukan kemungkinan penyebab pendekatan yang dapat memenuhi kebutuhan ialah menggunakan saat timbulnya ikterus
b.      Kadar bilirubin seru berkala : darah tepi lengkap, golongan darah ibu dan bayi. Uji coombs. Pemeriksaan penyaringan defisiensi enzim G-6-PD.
Pencegahan ikterus yaitu :
a.       Pengawasan antenatal yang baik
b.      Pencegahan dan pengobatan hipoksia pada janin dan neonatus
c.       Pencegahan fenobarbital hipoksia pada ibu 1-2 hari sebelum partus
d.      Pemberian makanan yang dini
e.       Pencegahan infeksi

D.    Tetanus Neonatorum
Adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi usia 0-1 bulan). Tetanus sendiri merupakan penyakit toksemia akut yang menyerang susunan saraf pusat yang dikarenakan adanya tetanospasmin dari clostridium tetani. Tetanus juga dikenal dengan nama lockjaw, karena salah satu gejala penyakit ini adalah mulut yang sukar dibuka (seperti kunci).
Tetanus disebabkan oleh kuman clostridium tetani. Kuman ini bersifat anaerob artinya kuman hidup dan berkembang dengan pesat dalam lingkungan yang kurang atau tidak mengandung oksigen. Kuman ini membentuk spora-spora yang berbentuk batang dengan matahari dapat hidup berbulan-bulan dan bahkan beberapa tahun seperti didalam tanah. Sifat lain dari spora ini adalah tahan dalam air mendidih selama 4 jam tapi mati bila dipanaskan selama 20 menit dalam suhu 1210C (dengan autoklaf).
1.      Penyebab tetanus neonatorum
Tetanus disebabkan oleh bakterium gram positif, clostridium tetani. Bakteri ini berspora, dijumpai pada tinja binatang terutama kuda, juga bisa pada manusia dan juga pada tanah yang terkontaminasi dengan tinja binatang tersebut. Spora ini bisa tahan beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Jika ia menginfeksi luka seseorang atau bersamaan dengan benda daging atau bakteri lain, ia akan memasuki tubuh penderita tersebut, lalu mengeluarkan toksin yang bernama tetanospasmin.
Pada negara berkembang, tetanus sering dijumpai pada neonatus, bakteri ini masuk melalui tali pusat sewaktu persalinan yang tidak baik dan tidak steril dengan menggunakan pisau, gunting atau benda-benda lain yang tidak steril untuk memotong tali pusat, sehingga bakteri tetani yang ada di alat-alat belum steril itu menghasilkan spora yang akan masuk ke tali pusat bayi dan berkembang disana. Clostridiumtetani, Kebiasaan menggunakan alat pertolongan persalinan yang tidak steril, Ibu hamil tidak mendapat imunisasi TT lengkap.merupakan faktor utama dalam terjadinya tetanus neonatus.
2.      Tanda dan gejala tetanus neonatorum
Masa inkubasi berkisar antara 3-14 tapi bias berkurang atau lebih. Gejala klinis infeksi umumnya muncul pada hari ke-3 sampai ke-10, yang ditandai dengan :
a.       Bayi rewel
b.      Trismus
c.       Mulut mencucu seperti ikan
d.      Kejang
e.       Kaku kuduk
f.       Bayi gelisah
g.      Kesukaran menelan akibat spasme otot laring
3.      Pengobatan dan pencegahan
Bila tali pusat bayi bengkak, merah dan bernanah dengan penyebaran dikulit < 1 cm sekitar tali pusat :
a.       Cuci tangan lalu kenakan srung tangan bersih
b.      Bersihkan tali pusat dan sekitarnya dengan kassa bersih yang dicelupkan air hangat
c.       Oleskan tali pusat bayi dan sekitarnya dengan gentian violet 0,5% atau povidon iodine 2,5%, 4 kali sehari sampai tidak bernanah lagi
d.      Cuci tangan kembali
e.       Bila ditemukan bengkak dan nanah meluas ≥ 1 cm di kulit sekitar tali pusat atau bernanah dan berbau atau kulit sekitar tali pusat merah dan keras, diperkirakan suatu infeksi berat maka bayi harus dirujuk ke pelayanan lebih tinggi.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Neonatus adalah bayi yang memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami kematian atau menjadi sakit berat dalam masa neonatal. Penyakit asfiksia, ikterus, BBLR dan tetanus merupakan penyakit yang sangat rawan menyerang neonatus serta mempunyai dampak yang sangat vital bila tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Maka untuk menghindari penyakit ini ibu harus menjaga keadaan selama hamil serta harus tetap memperhatikan asupan gizi selama hamil. Petugas kesehatan harus mendampingi ibu untuk memberi pengarahan pencegahan penyakit pada neonatus ini sedini mungkin.

B.     Saran

Kita sebagai petugas kesehatan hendaknya mengarahkan ibu hamil untuk memperhatikan segala aspek selama kehamilan serta setelah melahirkan, asupan gizi harus selalu diutamakan, selain ibu juga harus diberi tahu tentang masalah yang mungkin timbul pada janinnya nanti supaya ibu tahu akan gejala yang mungkin timbul pada bayinya.

DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : ECG

 
Hastuti, Puji, dkk. 2011. Standar Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Pati : BUP