truth


counters

nama

Wednesday 3 December 2014

konsep asuhan neonatus, bayi, balita, dan anak pra sekolah by yani

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bayi merupakan golongan umur yang paling rentan atau memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kepada neonatus, bayi dan balita. Bayi yang lahir akan mengalami adaptasi sehingga yang semula bersifat bergantung kemudian menjadi mandiri secara fisiologis. Sebelum diatur oleh tubuh bayi sendiri, fungsi tersebut dilakukan plasenta yang kemudian masuk ke periode transisi.
Penelitian menunjukkan bahwa, 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya karena hipotermi akan menyebabkan hipoglikemia dan akhirnya dapat terjadi kerusakan otak. Proses adaptasi fisiologis yang dilakukan bayi baru lahir perlu diketahui dengan baik oleh tenaga kesehatan karena bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa transisi kehidupannya ke kehidupan luar berlangsung baik, bayi baru lahir juga membutuhkan asuhan yang dapat meningkatkan kesempatan untuknya menjalani masa transisi dengan baik. Oleh karena itu, penulis membuat makalah dengan judul “Konsep Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah.”

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja adaptasi pada bayi baru lahir?
2.      Bagaimana cara pencegahan infeksi?
3.      Apa itu rawat gabung?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui adaptasi pada bayi baru lahir.
2.      Untuk mengetahui cara pencegahan infeksi

3.      Untuk mengetahui tentang rawat gabung.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Adaptasi Bayi Baru Lahir
Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan didalam uterus ke kehidupan diluar uterus. Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostasis.
Homeostatis adalah kemampuan mempertahankan fungsi-fungsi vital, bersifat dinamis, di pengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan perkembangan, termasuk masa pertumbuhan dan perkembangan intrauterin. Adaptasi segera setelah lahir meliputi hal-hal berikut:
1.       Sistem pernafasan
Perkembangan sistem pulmoner terjadi sejak masa embrio, tepatnya pada umur kehamilan 24 hari. Pada umur kehamilan 24 hari ini bakal paru-paru terbentuk,  pada umur kehamilan 26-28 hari kedua bronchi membesar. Pada umur kehamilan 6 minggu terbentuk segmen bronchus. Pada umur kehamilan 12 minggu terjadi diferensasi lobus. Pada umur kehamilan 24 minggu terbentuk alveolus. Pada umur kehamilan 28 minggu terbentuk surfaktan. Pada umur kehamilan 34-36 minggu stuktur paru-paru matang, artinya paru-paru sudah bisa mengembangkan sistem alveoli. Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru – paru bayi.
Rangsangan gerakan pernafasan pertama terjadi karena tekanan mekanik dari toraks sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi mekanik), penurunan Pa O2 dankenaikan Pa  CO2 merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus (stimilasi kimiawi), rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di dalam uterus (stimulasi sensorik) dan refleks defasi hering breur.
Pernafasan pertama bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain adanya surfaktan yang dengan menarik nafas dengan merintih sehingga udara tertahan di dalam. Respirasi pada neonatus biasanya pernafasan diafragmatik dan abdominal, sedangkan frekuensi dan dalamnya belum teratur. Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru – paru kaku sehingga terjadi atelektasis.
2.       Suhu tubuh
Terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir ke lingkungannya, yaitu:
a.       Konduksi
Panas di hantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung). Contoh hilangnya panas tubuh bayi secara konduksi, ialah menimbang bayi tanpa alas timbangan, tangan penolong yang dingin memegang bayi baru lahir, menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan bayi baru lahir.
b.      Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah panas yang hilang tergantung kepada kecepatan dan suhu udara). Contoh hilangnya panas tubuh bayi secara konveksi, ialah membiarkan atau menempatkan bayi baru lahir dekat jendela, membiarkan bayi baru lahir di ruang yang terpasang kipas angin.
c.       Radiasi
Panas di pancarkan bayi baru lahir, keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda). Contoh bayi mengalami kehilangan panas tubuh secara radiasi, ialah bayi baru lahir di biarkan dalam ruangan  dengan air conditioner (AC) tanpa di berikan pemanas (radiant warmer), bayi baru lahir di biarkan dalam keadaan telanjang, bayi baru lahir ditidurkan berdekatan dengan ruang yang dingin, misalnya dekat tembok..
d.      Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan dankelembapan udara (perpindahan panas dengan cara merubah cairan menjadi uap). Evaporasi di pengaruhi oleh jumlah panas yang di pakai, tingkat kelembapan udara, aliran udara yang melewati. Apabila bayi baru lahir dibiarkan dalam suhu kamar 25oC, maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi, radiasi dan evaporasi 200 perkilogram berat badan (perkg BB), sedangkan yang di bentuk hanya satu persepuluhnya.
Untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir, antara lain mengeringkan bayi secara seksama, menyelimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat, menutup bagian kepala bayi, menganjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya, jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir, menempatkan bayi di lingkungan yang hangat.
3.       Metabolisme
Bayi baru lahir harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energi diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan lemak.Pada jam-jam pertama energi didapatkan dari perubahan karbohidrat. Pada hari ke dua, energi berasal dari pembakaran lemak. Setelah mendapat susu kurang lebih pada hari keenam, pemenuhan kebutuhan energi bayi 60% didapatkan dari lemak dan 40% dari karbohidrat.
4.       Peredaran Darah
Setelah bayi lahir, paru akan berkembang mengakibatkan tekanan arteriol dalam paru menurun. Tekanan dalam jantung kanan turun, sehingga tekanan jantung kiri lebih besar daripada tekanan jantung kanan yang mengakibatkan menutupnya foramen ovale secara fungsional. Hal ini terjadi pada jam-jam pertama setelah kelahiran oleh karena tekanan dalam paru turun dan tekanan dalam aorta desenden naik serta disebabkan oleh rangsangan biokimia (Pa O2 yang naik) dan duktus arteriosus berobliterasi. Kejadian-kejadian ini terjadi pada hari pertama kehidupan bayi baru lahir.
Aliran darah paru pada hari pertama ialah 4-5 liter permenit/m2 (Gessner,1965). Aliran darah sistolik pada hari pertama rendah, yaitu 1,96 liter permenit/m2 dan bertambah pada hari kedua dan ketiga (3,54 liter/m2) karena penutupan duktus arterious. Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi oleh jumlah darah yang melalui tranfusi plasenta dan pada jam-jam pertama sedikit menurun, untuk kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-kira 85/40 mmHg.
5.       Keseimbangan Air dan Fungsi Ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar natrium relatif lebih besar dari kalium karena ruangan ekstraseluler luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa, ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal, serta renal bllod flow relatif kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa.
6.       Imunoglobin
Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sumsum tulang, lamina propia ilium serta apendiks. Plasenta merupakan sawar sehingga fetus bebas dari antigen dan stres imunologis. Pada bayi baru lahir hanya terdapat gama globulin G, sehingga imunologi dari ibu dapat melalui plasenta karena berat molekulnya kecil. Tetapi bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta (toksoplasma,herpes simpleks dan lain-lain), reaksi imunologis dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma dan antibodi gamma A, G dan M.
7.       Traktus Digestivus
Pada neonatus, traktus digestivus mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarida dan disebut mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10 jam pertama dan dalam 4 hari biasanya tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa. Enzim dalam traktus digestivus biasanya sudah terdapat pada neonatus kecuali amilase pankreas.

8.       Hati
Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan morfologis, yaitu kenaikan kadar protein serta penurunan kadar lemak dan glikogen. Sel hemopoetik juga mulai berkurang, walaupun memakan waktu agak lama. Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasi hati pada neonatus juga belum sempurna, contohnya pemberian obat kloramfenikol dengan dosis lebih dari 50 mg/ kgBB hari dapat menimbulkan grey baby syndrome.
9.       Keseimbangan Asam Basa
Derajat keasaman (pH) darah pada waktu lahir rendah, karena glikolisis anaerobik. Dalam 24 jam neonatus telah mengkompensasi asidosis ini.

B.     Pencegahan Infeksi
Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus dilakukan pada bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Pada saat penanganan bayi baru lahir, pastikan penolong untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi. Tindakan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut:
1.      Mencuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak dengan bayi.
2.      Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.
3.      Memastikan semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat telah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru. Jangan pernah menggunakan bola karet penghisap untuk lebih dari satu bayi.
4.      Memastikan bahwa pakaian, handuk, selimut, sertakain yang digunakan untuk bayi, telah dalam keadaan bersih.
5.      Memastikan bahwa timbangan, pita pengukuran, termometer, stetoskop dan benda-benda lainnyayang akan bersetuhan dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setiap kali setelah digunakan).
6.      Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudaranya dengan mandi setiap hari (puting susu tidak boleh disabun).
7.      Membersihkan muka, pantat dan tali pusat bayi baru lahir dengan air bersih, hangat dan sabun setiap hari.
8.      Menjaga bayi dari orang yang menderita infeksi dan memastikan orang yang memegang bayi sudah cuci tangan sebelumnya.
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada bayi baru lahir adalah :
1.      Pencegahan infeksi pada tali pusat
Upaya ini dilakukan dengan cara merawat tali pusat yang berarti menjaga agar luka tersebut tetap bersih, tidak terkena air kencing, kotoran bayi atau tanah. Pemakaian popok bayi diletakkan disebelah bawah tali pusat. Apabila tali pusat kotor, cuci luka tali pusat dengan air bersih yang mengalir dan sabun, segera keringkan dengan kain kasa kering dan dibungkus dengan kasa tipis yang steril dan kering. Dilarang membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur dan sebagainya pada luka tali pusat, sebab akan menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat berakhir dengan kematian. Tanda-tanda infeksi tali pusat yang harus diwaspadai, antara lain kulit sekitar tali pusat berwarna kemerahan, ada pus/nanah dan bau busuk. Mengawasi dan segera melaporkan ke dokter jika pada tali pusat ditemukan perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau berbau busuk.
2.      Pencegahan infeksi pada kulit
Beberapa cara yang diketahui dapat mencegah terjadinya infeksi pada kulit bayi baru lahir atau penyakit infeksi lain adalah meletakkan bayi didada ibu agar terjadi kontak langsung ibu dan bayi, sehingga menyebabkan terjadinya kolonisasi mikroorganisme yang ada di kulit dan saluran pencernaan bayi dengan mikroorganisme ibu yang cenderung bersifat nonpatogen, serta adanya zat antibodi bayi yang sudah terbentuk dan terkandung dalam air susu ibu.
3.      Pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir
Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah dengan merawat mata bayi baru lahir dengan mencuci tangan terlebih dahulu, membersihkan kedua mata bayi segera setelah lahir dengan kapas atau sapu tangan halus dan bersih yang telah dibersihkan dengan air hangat. Dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir, berikan salep/obat tetes mata untuk mencegah oftalmia neonatorum (Tetrasiklin 1%, Eritromisin 0,5% atau Nitras Argensi 1%), biarkan obat tetap pada mata bayi dan obat yang ada di sekitar mata jangan dibersihkan. Keterlambatan memberikan salep mata, misalnya bayi baru lahir diberi salep mata setelah lewat 1 jam setelah lahir, merupakan sebab tersering kegagalan upaya pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir.
4.      Imunisasi
Pada daerah risiko tinggi infeksi tuberkulosis, imunisasi BCG harus diberikan pada bayi segera setelah lahir. Pemberian dosis pertama tetesan polio dianjurkan pada bayi segera setelah lahir atau pada umur 2 minggu. Maksud pemberian imunisasi polio secara dini adalah untuk meningkatkan perlindungan awal. Imunisasi Hepatitis B sudah merupakan program nasional, meskipun pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Pada daerah risiko tinggi, pemberian imunisasi Hepatitis B dianjurkan pada bayi segera setelah lahir.

Langkah-langkah dalam melakukan pencegahan infeksi pada bayi  antara lain:
a)      Langkah-langkah Memandikan Bayi
1.      Cuci tangan dengan sabun dan air
2.      Siapkan keperluan mandi: seperti pakaian bayi lengkap, minyak telon, bedak, sabun, handuk dan waslap, selimut, perlak, dan tempat pakaian kotor, bak mandi, air hangat dan dingin.
3.      Pastikan ruangan dalam keadaan hangat
4.      Siapkan air hangat, tapi tidak terlalu panas dalam bak mandi
5.      Lepas pakaian bayi
6.      Bersihkan tinja dari daerah pantat sebelum memandikan agar air mandi tetap segar
7.      Sanggalah kepala bayi sambil mengusapkan air ke muka, tali pusat, dan tubuh bayi
8.      Letakkan bayi pada selembar handuk
9.      Sabuni seluruh badan bayi (jangan memberi sabun pada muka dan cuci mukanya dahulu sampai bersih)
10.  Cuci tali pusat dengan air bersih dan sabun, bersihkan dan keringkanseluruhnya
11.  Jika bayi laki-laki tarik katup (prepusium) ke belakang dan bersihkan  dan bila bayi perempuan bersihkan labia mayora dan minora
12.  Tempatkan bayi kedalam bak mandi sambil menyangga kepala ke punggungnya, bilaslah dengan sabun dengan cepat, (tidak perlu menghilangkan verniks)
13.  Keringkan betul-betul bayi dengan sebuah handuk yang hangat dan kering
14.  Tempatkan bayi pada alas dan popok yang hangat dan kering (singkirkan handuk basah kepinggir)
15.  Perawatan tali pusat
16.  Kenakan pakaian yang bersih dan kering
17.  Bungkuslah bayi dengan selimut yang bersih dan kering
18.  Cuci tangan
b)      Langkah-langkah Perawatan tali pusat:
1.      Cuci tangan dengan sabun dan air
2.      Membuka pakaian bayi
3.      Membersihkan tali pusat dengan kassa dan air DTT dari ujung ke pangkal
4.      Mengeringkan tali pusat dengan kassa kering
5.      Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara tanpa di tutupi dengan kassa
6.      Lipatlah popok di bawah sisa tali pusat
7.      Mengenakan pakaian bayi
8.      Membereskan alat-alat
9.      Mencuci tangan dengan sabun
10.  Menginformasikan hasil tindakan
c)      Langkah-langkah pemberian obat tetes mata
1.      Memeriksa catatan riwayat kesehatan bayi
2.      Menyiapkan alat: Bak instrumen berisi: tetes mata dalam tube, kom berisi kapas air hangat, sarung tangan, bengkok.
3.      Mendekatkan alat
4.      Mencuci tangan dan mengenakan sarung tangan
5.      Mengatur posisi bayi : bayi telentang, leher sedikit ekstensi
6.      Membersihkan mata dari dalam ke arah luar dengan kapas air hangat
7.      Memegang tetes mata dan memposisikan tangan di atas pinggir kelopak mata. Menarik kelopak mata bawah dan meneteskan obat sesuai dosis dalam sacus konjungtiva bawah. Bila saat obat diteteskan bayi berkedip, mata terpejam atau tetesan jatuh di luar sacus konjungtiva, ulangi prosedur
8.      Menarik kelopak mata atas dan meneteskan obat sesuai dosis dalam sacus konjungtiva atas
9.      Memejamkan mata bayi. Bila efek obat sistemik, berikan tekanan lembut pada duktus naso lakrimalis 30-60 detik
10.  Mengamati kondisi umum bayi
11.  Merapikan bayi dan menyerahkan kembali kepada orangtua
12.  Merapikan alat
13.  Mencuci tangan



C.    Rawat Gabung
a.       Definisi Rawat Gabung
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan ibu dan anak yang baru dilahirkan tidak dipisahkan,melainkan ditempatkan disebuah ruang,kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya. Dengan kata lain, rawat gabung adalah suatu sistem perawatan ibu dan bayi bersama-sama pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu atau setiap saat ibu dapat menyusui bayinya. Menurut sifatnya,rawat gabung dibedakan menjadi dua, yakni rawat gabung kontinu,yaitu bayi disamping ibu terus menerus,serta rawat gabung intermiten yaitu bayi hanya sewaktu waktu  saja bersama ibu, misalnya pada saat bayi mau menetek saja.
b.      Tujuan Rawat Gabung
1.      Membina hubungan emosional ibu dan bayi, meningkatkan penggunaan air susu ibu(ASI),pencegahan infeksi dan pendidikan kesehatan bagi  ibu.
2.      Dengan rawat gabung,ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin,kapan saja, dimana saja bayi membutuhkannya.
3.      Ibu dapat melihat  dan memahami cara perawatan bayi secara benar yang dilakukan oleh petugas.
4.      Ibu mempunyai pengalaman dalam perawatan bayinya sendiri selagi ibu masih dirumah sakit, dapat melibatkan suami secara aktif untuk membantu ibu dalam menyusui bayinya secara baik dan benar.
5.      Ibu dapat kehangatan emosional/batin karena selalu kontak dengan bayinya.
c.       Syarat
Syarat bayi baru lahir bisa dilakukan rawat gabung, antara lain
1.      Bayi lahir spontan baik presentasi kepala maupun bokong. Apabila bayi lahir dengan tindakan, maka rawat gabung dilakukan setelah bayi cukup sehat,refleks mengisap baik, serta tidak ada tanda-tanda infeksi dan lain –lain.
2.      Apabila bayi lahir dengan seksio sesaria dengan pembiusan umum,rawat gabung dilakukan setelah ibu sadar dan bayi tidak mengantuk,sekitar 4-6jam setelah operasi selesai.
3.      Syarat lain agar bayi baru lahir bisa dirawat gabung, adalah bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama(nilai APGAR lebih dari tujuh),umur kehamilan ≥ 37minggu, berat lahir ≥ 2500 gram,tidak terdapat infeksi intrapartum, bayi dan ibu dalam keadaan sehat.
d.      Kontraindikasi
Kontra indikasi rawat gabung dari keadaan ibu,antaralain pasca eklamsi, kesadaran belum baik,infeksi akut(tubrerkulosis aktif),Hepatitis,HIV/AIDS,citomegalovirus (CMV),herpes,kanker payudara dan psikosis. Kontra indikasi rawat gabung dari keadaan bayi, antara lain bayi kejang/kesadaran menurun,penyakit jantung/paru berat,bayi yang memerlukan perawatan khusus/pengawasan intensif serta bayi dengan cacat bawaan tidak mampu menetek.
e.       Pelaksanaan Rawat Gabung
Pelaksanan perawatan gabung,bisa dilakukan di poliklinik kebidanan, di ruang bersalin,di ruang perawatan serta poliklinik anak. Kegiatan rawat gabung bisa dimulai sejak ibu memeriksakan kehamilan dipoliklinik kebidanan, antaralain kegiatan penyuluhan,pemutaran film diruangan khusus,konsultasi kesehatan ibu dan bayi.Kegiatan rawat gabung di ruang bersalin bisa dilakukan apabila bayi memenuhi beberapa kriteria berikut ini:nilai APGAR lebih 7,berat badan lahir 2500-4000gr,usia kehamilan 37 sampai dengan 42 minggu, bayi lahir spontan,tidak ada infeksi intrapartum,ibu sehat,tidak ada komplikasi persalinan pada ibu dan bayi,tidak ada kelainan bawaan berat. Kegiatan rawat gabung diruang bersalin,antara lain setengah jam setelah lahir bayi segera disusunkan, ibu diberikan penyuluhan tentang ASI dan rawat gabung,persiapan ibu dan bayi keruang perawatan.
Kegiatanrawat gabung diruang perawatan,yakni meletakan bayi dalam boks bayi disamping tempat tidur ibu,mengawasi keadaan umum bayi,catat dalam status. Bayi boleh menetek setiap kali,tidak boleh diberi susu botol,jika ada indikasi medis pemberian susu formula,berikan dengan  pipet,sendok,cangkir atau naso gastric tube (NGT),memantau ibu meneteki bayi,penyuluhan sebelum ibu dan bayi pulang. Kegiatan rawat gabung dipoliklinik anak, yakni menimbang berat badan,memeriksa payudara dan proses laktasi,mengkajimakanan bayi,memeriksa keadaan ASI,penyuluhan makanan dan perawatan bayi,memberikan jadwal makanan bayi,pemeriksaan bayi oleh dokter serta memberikan imunisasi sesuai jadwal.
f.       Model Pengaturan Ruangan
Model pengaturan ruangan untuk mendukung kegiatan rawat gabung,antaralain:
1.      Satu kamar untuk satu ibu dan  satu bayi.
2.      Satu kamar untuk lima ibu dan kamar disebelahnya untuk bayi.
3.      Beberapa ibu dalam satu kamar, bayi dikamar  lain yang disekat dengan kaca.
4.      Ibu dan bayi pada satu tempat tidur.
5.      Boks bayi disamping tempat tidur ibu.
g.      Manfaat Rawat gabung
1.      Aspek fisik, yaitu mengurangi kemungkinan infeksi silang dari pasien lain atau petugas, dengan mnyusui dini kolostrum dapat memberikan kekebalan,ibu dapat dengan mudah mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada banyinya karena setiap saat dapat melihat banyinya.
2.      Aspek fisiologis,yaitu banyak mendapatkan nutrisi fisioligis dan membantu involusi uterus.
3.      Aspek psikologis,adalah terjadi proses lekat akibat sentuhan badaniah antara ibu dan bayinya,bayi merasa aman danterlindungi.
4.      Aspek edukatif,yaitu ibu mempunyai pengalaman yang berguna sehingga mampu menyusui serya merawat bayinya.
5.      Aspek ekonomi yaitu adanya penghematan anggaran dan pengeluaran untuk pembelian susu.
6.      Aspek medis,menurunkan terjadinya infeksi nosokomial/menurunkan angka mortalitas dan morbiditas.
h.      Keuntungan dan Kerugian
1.      Keuntungan dari kegiatan rawat gabung, antara lain menggalakan pemakaian ASI,hubungan emosional ibu dan bayi lebih dini dan dekat,ibu dapat segera melaporkan keadaan aneh pada bayi, mengurangi ketergantungan ibu pada petugas dan meningkatkan percaya diri,ibu bisa belajar merawat bayi,ibu dapat bertukar pengalaman dengan ibu lain, risiko infeksi silang dan nosokomial berkurang, beban perawatan terutama pengawasan berkurang,sehingga petugas bisa melakukan tugas lain.

2.      Kerugian dari kegiatan rawat gabung,antara lain kemungkinan ibu kurang istirahat,bisa salah memberikan makanan kepada bayi karena pengaruh orang lain,pada ibu yang kurang menjaga kebersihan diri,bayi dan ibu akan mudah sakit, bayi dapat terkena infeksi dari pengunjung,serta kadang ada hambatan teknis dan fasilitas dalam pelaksanaan.

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan didalam uterus ke kehidupan diluar uterus. Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostasis.
Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus dilakukan pada bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Pada saat penanganan bayi baru lahir, pastikan penolong untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi.
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan ibu dan anak yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan disebuah ruang, kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya. Dengan kata lain, rawat gabung adalah suatu sistem perawatan ibu dan bayi bersama-sama pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu atau setiap saat ibu dapat menyusui bayinya.

B.       Saran

Tenaga kesehatan sebaiknya mengetahui proses adaptasi pada bayi baru lahir karena bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa transisi kehidupannya ke kehidupan luar berlangsung baik, dan mengetahui asuhan yang tepat dalam pencegahan infeksi dan rawat gabung pada bayi baru lahir.

DAFTAR PUSTAKA

Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya.
Sudarti dan Endang khoirunnisa. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Dan Anak Balita.Yogyakarta: Nuha Medika.

Deslidel, dkk. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Jakarta: EGC.



No comments:

Post a Comment