truth


counters

nama

Tuesday 22 March 2016

Ishaaq AS [The Lineage] ᴴᴰ

Prophet Yunus AS [Eaten By The Whale] ᴴᴰ

Prophet Ayyub AS [The Ill Prophet] ᴴᴰ

Zechariah And John [Zakariyya And Yahya] AS

Prophet Shu'ayb AS [The Speaker] ᴴᴰ

David [Dawud] AS

Ismail AS [Son Of A Great Prophet] ᴴᴰ

Solomon [Sulaiman] AS

laporan PKMD belum lengkap

BAB I
PENDAHULAN

A.    Latar Belakang
Pembangunan secara umum diartikan sebagai upaya multidimensi untuk mencapai kualitas hidup seluruh penduduk yang lebih baik. Sedangkan pembangunan kesehatan dinamakan sebagai proses yang terus menerus dan progresif untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Meilani dkk, 2009).
Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2006).
Pemerintah indonesia telah menyelenggarakan program Indonesia Sehat 2010 yang hendak merubah paradigma sakit menjadi paradigma sehat yang mengedepankan upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif dimana gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan prilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh wilayah Republik Indonesia.
Saat ini, telah disusun pokok-pokok pembangunan Indonesia 2015 yang merupakan kelanjutan dari hasil evaluasi pelaksanaan program indonesia sehat 2010 yang telah berjalan dalam kurun waktu sebelumnya sekaligus dilaksanakan untuk mencapai tujuan MDGs yang merupakan komitmen bersama antara 189 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mensejahterakan masyarakat.
Usia lanjut adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang‚ terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun‚ namun manusia dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. (siti bandiyah‚ 2009)
Salah satu prioritas pembangunan nasional di bidang kesehatan adalah upaya perbaikan gizi yang berbasis pada sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal. Kurang gizi akan berdampak pada penurunan kualitas SDM yang lebih lanjut dapat berakibat pada kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan kecerdasan, menurunkan produktivitas, meningkatkan kesakitan serta kematian. Visi pembangunan gizi adalah “Mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi untuk mencapai status gizi masyarakat/keluarga yang optimal”.
Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama, yaitu kurang gizi mikro dan kurang gizi makro. Kurang gizi makro pada umumnya disebabkan oleh kekurangan asupan energi dan protein dibanding kebutuhannya yang menyebabkan gangguan kesehatan, sedangkan kurang gizi mikro disebabkan kekurangan zat gizi mikro (Dinkes Purworejo, 2006).
Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi, masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), masalah Kurang Vitamin A (KVA) dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar. Pada Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1993, telah terungkap bahwa Indonesia mengalami masalah gizi ganda yang artinya sementara masalah gizi kurang belum dapat diatasi secara menyeluruh, sudah muncul masalah baru yaitu berupa gizi lebih. Di samping masalah tersebut di atas, diduga ada masalah gizi mikro lainnya seperti defisiensi Zink yang sampai saat ini belum terungkap, karena adanya keterbatasan Iptek Gizi (Supariasa, 2012)
Sedangkan parameter yang cocok digunakan untuk balita adalah berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. Lingkar kepala digunakan untuk memberikan gambaran tentang perkembangan otak. Kurang gizi ini akan berpengaruh pada perkembangan fisik dan mental anak (Proverawati dan Wati, 2011).
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjdinya kekurangan gizi menahun. Anak balita sehat atau kurang gizi secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umurnya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit dibawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh dibawah standar disebut gizi buruk.
Status gizi yang buruk pada balita dapat menimbulkan pengaruh yang sangat menghambat pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berfikir yang pada akhirnya akan menurunkan produktuvitas kerja.Keadaan ini memberikan petunjuk bahwa pada hakikatnya gizi yang buruk atau kurang akan berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya manusia. Kondisi seperti ini lambat laun akan menyebabkan angka kematian bayi dan balita cukup tinggi.
Balita adalah bayi dan anak yang berusia 5 tahun ke bawah. Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya ( Supartini, 2004).
Pada masa balita kesehatan anak sangat perlu di perhatikan karena dapat mempengaruhi pertumbuhan balita. Untuk dapat menjaga kesehatan balita kita perlu memperhatikan asupan makanan yang didapatkan, dan kebutuhan imunisasi untuk menjaga kekebalan tubuh balita.
Kegiatan utama di posyandu meliputi kegiatan pemantauan tumbuh kembang balita, pelayanan kesehatan ibu dan anak seperti imunisasi untuk pencegahan penyakit,penanggulangan diare,pelayanan KB,penyuluhan dan konseling/rujukan konseling bila diperlukan (KemKes RI, 2011).
Menurut hasil survey yang dilakukan pada tanggal 3 Desember 2015 sampai 6 Desember 2015 di RW I Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati mendapatkan data ibu hamil 2 orang, remaja 11 orang, ibu menopause 5 orang, lansia sebanyak 62 lansia, balita sebanyak 39 balita dan 2 bayi. Beberapa masalah kesehatan pada lansia‚ yang terdiri dari  diabetes mellitus‚ hipertensi‚ reumatik, asam urat, stroke, gangguan sistem perkemihan dan Maag. Di RW I terdapat 11 orang yang menderita hipertensi, DM 3 lansia ‚ reumatik 4 lansia, asam urat 3 orang, stroke 2 orang, gangguan sistem perkemihan 3 lansia, dan maag 1 lansia. Ada balita dengan gizi kurang sebanyak 5% atau 2 balita dan balita dengan gizi buruk sebanyak 3% atau 1 balita, sedangkan balita dengan gizi baik sebanyak 92% atau 36 balita. Dari 39 balita, balita yang memiliki pola makan teratur sebanyak 85% atau 33 balita dan yang tidak teratur sebanyak 15% atau 6 balita. Ibu balita yang mengunjungi posyandu 1 bulan sekali sebesar 74% atau 29 balita, kadang- kadang 18% atau 7 balita, dan yang tidak pernah mengunjungi posyandu 8% atau 3 balita.
Dari data di atas masalah kesehatan pada lansia di RW I yaitu  diabetes mellitus‚ hipertensi‚ reumatik, asam urat, stroke, gangguan sistem perkemihan dan Maag. Oleh karena itu perlu dilaksanakan sebuah kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan pada lansia di wilayah RW  I. Selain itu juga masalah status gizi balita seperti gizi  kurang dan gizi buruk masih ditemukan, hal ini dapat menimbulkan pengaruh yang sangat besar yaitu terhambatnya pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berfikir. Selain itu juga ada masalah kurangnya kesadaran ibu balita untuk membawa anaknya ke posyandu. Untuk itu perlu digalakkan program “Keluarga Mandiri Sadar Gizi” untuk mencapai status gizi keluarga yang optimal. Demi terwujudnya program ini, dibutuhkan kerjasama antara praktisi kesehatan, kader, dan masyarakat. Pembinaan peran serta masyarakat adalah salah satu upaya pengembangan yang berkesinambungan dengan tetap memperhatikan penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat melalui model persuasif dan tidak memerintah, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku, dan mengoptimal kemampuan masyarakat dalam menemukan, merencanakan, dan memecahkan masalah.
Perggerakkan dan pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan akan menghasilkan kemandirian keluarga dalam menemukan masalah kesehatan yang ada dalam keluarganya, kemudian mampu merencanakan dan mengambil keputusan untuk memecahkan masalah kesehatannya sendiri tanpa atau dengan bantuan pihak lain.
Dalam rangka desiminasi ilmu pengetahuan komunitas ini, salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan baik pada masyarakat maupun pada keluarga adalah pendekatan dengan dilakukan penyuluhan kesehatan sebagai strategi dalam memberi bekal pengetahuan dan keterampilan dalam mengatasi masalah kesehatan sehingga meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan dan peningkatkan derajat kesehatan sendiri.
B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Menjalankan kegiatan pengabdian masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan, kemandirian, dan pemberdayaan masyarakat kelompok lansia dan kelompok balita di RW I Desa Blaru.
2.      Tujuan Khusus
a.      Mengetahui permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat RW I Desa Blaru.
b.      Mengimplementasikan proses pendekatan masyarakat melalui pendekatan yang sistematis mulai dari pengkajian, perumusan masalah, implementasi, dan evaluasi program.
c.       Menginformasikan hasil pelaksanaan kepada masyarakat dan stake holder tentang program yang dilaksanakan.
d.      Merekomendasikan atau melaksanakan program lanjutan.

C.    Manfaat
1.      Masyarakat dan keluarga sadar dan mandiri dalam pemeliharaan dan peningkatkan derajat kesehatan sendiri.
2.      Bertambahnya pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan.
3.      Masyarakat mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
4.      Terwujudnya kelembagaan upaya kesehatan masyarakat.







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Kebidanan Komunitas
1.      Konsep dasar
Konsep adalah kerangka ide yang mengandung suatu pengertian tertentu. Kebidanan berasal dari kata dari “bidan” yang menururt kesepakatan WHO,ICM dan IFGO pada tahun 1993 mengatakan bahwa : bidan adalah seorang yang telah mengikuti pendidikan kebidanan yang diakui oleh pemerintah setempat, telah menyelesaikan pendidikan tersebut dan lulus serta terdaftar atau mendapat izin melakukan praktik kebidanan.
Komunitas adalah kelompok sosial yang ditentukan dengan batas-batas wilayah,nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama, serta adanya saling mengenal dan berintereksi antara anggota satu dengan yang lainnya.(WHO, 1974)
Bidan komunitas adalah bidan yang bekerja melayani keluarga dan masyarakat diwilayah kerja tertentu.( Ratna Dewi, 2011)
Kelompok komunitas terkecil adalah keluarga individu yang dilayani adalah bagian dari keluarga atau komunitas.Oleh karena itu, bidan tidak memandang pasiennya dari sudut biologis.Akan tetapi juga sebagai unsur sosial yang memiliki budaya tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan lingkungan  disekelilingnya.
Pelayanan kebidanan komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan ibu dan anak balita dalam keluarga dan masyarakat. Hubungan bidan dengan ibu dan anak balita cukup erat. Tugas bidan terutama adalah menolong ibu dalam kehamilan, persalinan dan nifas. Ibu sesuai fungsinya dalam keluarga lebih banyak memperhatikan masalah sosial keluarga termasuk kesehatan, sehingga ibu yang banyak memperhatikan kesehatan keluarga akan menghindari keluarga dari masalah kesehatan
Peningkatan kesehatan keluarga dapat mewujudkan lingkungan keluarga sehat dan meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat. Masalah kesehtan dapat timbul pada siapa saja baik keluarga miskin atau kaya. Faktor lain yang sangat penting mempengaruhi kesehatan keluarga adalah lingkungan. Keadaaan lingkungan yang tidak sehat seperti daerah kumuh cepat timbul masalah kesehatan, perilaku keluarga terhadap kesehatan juga mempengaruhi kehidupan mereka. Perilku ini erat hubungannya dengan adat budaya.( Ambarwati, 2011)
2.      Manajemen Kebidanan Komunitas
Strategi penggerakan dan pemberdayaan masyarakat yaitu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan, meningkatan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang telah disediakan oleh pemerintah, mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat untuk pembangunan kesehatan, mengembangkan berbagai bentuk kegiatan pembangunan kesehatan yang sesuai dengan kultur budaya masyarakat setempat dan mengembangkan manajemen sumber daya yang dimiliki masyarakat secara terbuka( transparan).
Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan akan menghasilkan kemandirian masyarakat dibidang kesehatan dengan demikian pergerakan dan pemberdayaan masyarakat merupakan proses sedangkan kemandirian merupakan hasil, karenanya kemandirian masyarakat dibidang kesehatan bisa diartikan sebagai kemampuan untuk dapat mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada dilingkungannya, kemudain merencanakan dan melakukan cara pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat tanpa tergantung pada bantuan dari luar.
Pembinaan peran serta masyarakat adalah salah satu upaya pengembangan yang berkesinambungan dengan tetap memperhatikan penggerakan dan pemberdayaan masyarakat melalui model persuasif dan dan tidak memerintah, untuk meningatkan pengetahuan, sikap, perilaku dan mengoptimalkan kemampuan masyarakat dalan menentukan, merencanakan, memecahkan masalah. Pembianaan lokal merupakan serangkaian langkah yang diterapkan guna menggali, meningkatkan potensi yang mereka miliki termasuk partisipasi dan dukungan tokoh-tokoh masyarakat serta LSM yang ada dan hidup di masyarakat.(Ambarwati, 2011).

B.     Teori Kesehatan Masyarakat
1.      Menurut Hendrik L Blum ada 4 faktor yang mempengaruhi status derajat kesehatan masyarakat atau perorangan. Faktor-faktor tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
a)      Lingkungan
Lingkungan memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti perilaku, fasilitas kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah, ilkim, perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya
b)      Perilaku
Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya.
c)       Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukan.
d)     Keturunan
Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti diabetes melitus dan asma bronehial.
2.      Menurut Teori Lawrence Green
Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyrakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor :
a.       Faktro-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
b.      Faktro-faktor pendukung (Enabling factors), yang terwujud dalam fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.
c.       Faktro-faktor pendorong (renforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
d.      Disimpulkan bahwa perilaku sesorang atau masyrakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
Seseorang yang tidak mau mengimunisasikan anaknya di psoyandu dapat disebabkan karena orang tersebut tidak atau belum mengetahui manfaat imunisasi bagi anaknya (predisposing factors). Atau barangkali juga karena rumahnya jauh dari posyandu atau puskesmas tempat mengimunisasikan anaknya (enabling factors). Sebab lain, mungkin karena para petugas kesehatan atau tokoh masyarakat lainnya disekitarnya tidak pernah mengimunisasikan anaknya (reinforcing factors). (Notoatmojo, 2012).

C.    LANSIA
1.      Pengertian
Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang‚ terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun‚ namun manusia dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. (siti bandiyah‚ 2009)
Usia lanjut adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2006).
Usia lanjut adalah salah satu tahap dalam kehidupan manusia atau proses menjadi tua atau menua merupakan proses alami dalam hidup setiap manusia.


2.      Kategori
a.       Kelompok usia dimana manusia sudah dapat dikategorikan menua/tua, yaitu :
1)      Kelompok pertengahan umur 45-54 tahun)
Tanda-tandanya :
a)      Keriput-keriput halus mulai tampak, rambut mulai menipis dan berubah.
b)      Persendian mulai terasa kaku.
c)      Tanda-tanda rabun jauh mulai terasa, sehingga kalau memegang benda agak jauh dari mata tidak dapat melihat dengan jelas.
2)      Kelompok usia lanjut dini (55-64 tahun)
Tanda-tandanya :
a)      Kulit mulai kurang elastisitasnya.
b)      Mulai tumbuh bintik-bintik coklat agak kehitaman.
c)      Kekuatan otot menurun.
d)     Tulang menipis.
e)      Wanita mencapai menopause.
f)       Laki-laki lama untuk bereaksi.
3)      Kelompok usia lanjut (65-70 tahun)
Tanda-tandanya :
a)      Alat-alat perasa mulai berubah.
b)      Penglihatan mulai kabur.
c)      Pendengaran tidak lagi prima.
d)     Lutut terasa kaku-kaku.
e)      Langkah kaki mulai ragu
f)       Cepat lelah
4)      Kelompok usia lanjut resti (resiko tinggi, 70 tahun ke atas)
Tanda-tandanya :
a)      Pencernaan mulai lambat
b)      Kerja jantung tidak efektif lagi
c)      Pembuluh darah kaku
d)     Daya ingat menurun terutama kejadian-kejadian akhir memburuk.
e)      Suara dan keinginan masih ada tetapi tenaga sudah loyo.
3.      Sehat menuju lansia
Upaya badan /raga yang sehat
a.       Berhenti merokok
Karena apabila berhenti merokok maka akan terhindar dari resiko kanker, paru-paru dan serangan jantung.
b.      Makan dengan benar
Seimbang antara karbohidrat, protein, buah-buahan (serat)
1)      Makan dengan porsi kecil dan kurangi jumlah konsumsi gula untuk mencegah kegemukan.
2)      Kurangi garam karena garam menyebabkan tubuh menumpuk air. Hal itu pada orang tua bisa menyebabkan tekanan darah meningkat.
3)      Hindari makanan yang dikemas dalam kaleng ( sarden, cornet, dll)
4)      Kurangi makanan yang digoreng. Lebih baik makanan yang dikukus, direbus, dipanggang.
5)      Gunakan margarine jangan mentega, hindari kue-kue yang rasanya manis.
6)      Jangan makan telur lebih dari 3 biji seminggu.
7)      Kurangi makan jerohan, hati,usus, dan udang.
8)      Makanlah sayur-sayuran dan buah tiap hari untuk mengatasi sembelit.
9)      Makanlah kalsium yang cukup untuk mencegah osteoporosis. Sumber kalsium yang baik adalah susu rendah lemak, keju, ikan teri, tahu dan susu kedelai, sayuran hujau.
10)  Minum sekitar 6-8 gelas air untuk membantu tubuh mengeluarkan bahan-bahan beracun. Air putih adalah yang terbaik akan tetapi sayur bening dan sari buah-buahan juga baik.
c.       Olahraga secara teratur
1)      Latihan olahraga sebaiknya sebelum makan atau 2 jam sesudah makn. Minum air yang cukup untuk mengganti keringat yang hilang.
2)      Luangkan waktu 5 menit sebelum dan sesudah olahraga untuk pemanasan dan pendinginan.
3)      Olahraga minimal 3-5 kali seminggu dengan waktu 15-60 menit tiap kali olahraga sampai keluar keringat.
4)      Pilih olahraga yang menyenangkan. Jalan kaki atau senam lansia bersama teman-teman(naik sepeda).
4.      Masalah-Masalah Dan Penyakit Pada Lansia
a.       Mudah jatuh
Memang tidak bisa dibantah, bila seseorang bertambah tua, kemampuan fisik dan mental hidupnya pun akan perlahan-lahan tetapi pasti menurun. Akibatnya aktifitas hidupnya akan ikut terpengaruh, yang pada akhirnya akan dapat mengurangi kesigapan seseorang.
Secara umum menjadi tua atau menua, ditandai oleh kemunduran-kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain :
1)      Kulit mulai mengendur dan wajah mulai timbul keriput serta garis-garis menetap
2)      Rambut kepala mulai memutih atau beruban
3)      Gigi mulai lepas (Ompong)
4)      Penglihatan dan pendengaran mulai berkurang
5)      Mudah lelah dan mudah jatuh
6)      Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah
7)      Disamping itu kemunduran kemampuankognitif sebagai berikut:
8)      Suka lupa, ingatan tidak berfungsi baik
9)      Ingatan terhadap hal-hal di masa muda lebih baik daripada hal-hal yang baru saja terjadi
10)  Sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat, dan personal
11)  Sulit menerima ide-ide baru
Jatuh seringkali dialami oleh para lansia dan penyebabnya bisa multifactor. Banyak faktor beneran di dalamnya, baik faktor intrinsic dari dalam lanjut usia. Misalnya gangguan gaya berjalan,kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, lantai yang licin dan tidak rata, tersandung oleh benda-benda, penglihatan berkurang karena cahaya yang kurang terang dan senagainya.
Untuk lebih dapat memahami faktor resiko jatuh, harus dimengerti betul bahwa stabilitas badan itu dibentuk oleh:
1)      Sistem Sensorik
Pada system ini yang berperan didalamnya adalah penglihatan (Visus) dan pendengaran. Semua gangguan atau perubahan pada mata akan menimbulkan gangguan penglihatan. Begitu pula semua penyakit telinga akan menimbulkan gangguan pendengaran.
2)      Sistem Syaraf Pusat (SSP)
Penyakit SSP seperti stroke dan parkinson hidrosefalus tekanan normal, sering diderita oleh lanjut usia dan menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga berespon tidak baik terhadap input sensorik.
3)      Kognitif
Pada beberapa penelitian, diminta diasosiasikan dengan meningkatnya resiko jatuh.



4)      Muskuloskeletal
Faktor ini betul-betul berperan besar terjadinya jatuh terhadap lansia , gangguan musculoskeletal menyebabkan gangguan gaya berjalan dan ini berhubungan dengan proses menua yang fisiologis, misalnya:
(a)    Kekakuan jaringan penghubung
(b)   Berkurangnya masa otot
(c)    Perlambatan konduksi syaraf
(d)   Penurunan visus
Hal tersebut menyebabkan:
(a)    Penurunan Range Of Motion sendi
(b)   Penurunan kekuatan diol, terutama ekstremitas
(c)    Perpanjangan waktu rekreasi
(d)   Goyangan badan
Jatuhnya orang yang sudah berusia lanjut juga disebabkan oleh:
(a)    Faktor Intrinsik, antara lain:
(1)         Gangguan jantung dan sirkulasi darah
(2)         Gangguan system anggota gerak
(3)         Gangguan system susunan syaraf
(4)         Gangguan penglihatan
(5)         Gangguan psikologis
(6)         Pengaruh obat-obatan yang dipakai
(7)         Vertigo
(8)         Infeksi telinga
(9)         Artritis lutut
(10)     Penyakit-penyakit sistemik
(b)   Faktor ekstrinsik antara lain:
(1)         Cahaya ruangan yang kurang terang
(2)         Lantai yang licin
(3)         Tersandung benda-benda
(4)         Alas kaki kurang pas
(5)         Kursi roda yang tak terkunci
(6)         Turun tangga
Selain itu faktor-faktor yang sukar diketahui, misalnya pengaruh makanan. Biasanya penyebab jatuh pada lansia itu merupakan gabungan dari beberapa faktor/multifactor. Jatuh pada lansia biasanya menimbulkan komplikasi-komplikasi, antara lain:
(7)         Rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa robek atau tertariknya jaringan otot, robeknya arteri/vena.
(8)         Patah tulang
(9)         Hematoma
(10)     Disabilitas/kecacatan
(11)     Meninggal
b.      Mudah lelah
Disebabkan oleh:
1)      Faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan, atau perasaan depresi)
2)      Gangguan organis (anemia,kekurangan vitamin,gangguan pencernaan dll)
3)      Pengaru obat-obat (obat penenang, obat jantungdan obat yang melelahkan daya kerja otot)
c.       Kekacauan mental akut
Disebabkan oleh:
1)      Keracunan
2)      Penyakit infeksi dengan demam tinggi
3)      Alkohol
4)      Penyakit metabolisme
5)      Dehidrasi
6)      Gangguan fungsi otak
7)      Gangguan fungsi hati
8)      Radang selaput otak
d.      Nyeri dada
Disebabkan oleh:
1)      Penyakit jantung koroner yang dapat menyebabkan iskemia jantung
2)      Aneurisme aorta
3)      Radang selaput jantung
4)      Gangguan pada system alat pernafasan
e.       Sesak nafas pada waktu melakukan kerja fisik
Disebabkan oleh:
1)      Kelemahan jantung
2)      Gangguan system saluran nafas
3)      Berat badan berlebihan
4)      Anemia
f.       Bedebar-debar
Disebabkan oleh:
1)      Gangguan irama jantung
2)      Keadaan umum bdan yang lemah karena penyakit kronis
3)      Faktro-faktor psikologi
g.      Pembengkakkan kaki bagian bawah
Disebabkan oleh:
1)      Kaki yang lama digantung
2)      Gagal jantung
3)      Bendungan pada vena bagian bawah
4)      Kekurangan vitamin B
5)      Gangguan penyakit hati
6)      Kelumpuhan pada kaki


h.      Nyeri pinggang atau punggung
Disebabkan oleh:
1)      Gangguan sendi-sendi atau gangguan sendi pada susunan tulang belakang
2)      Gangguan pancreas
3)      Gangguan pada rahim
4)      Gangguan pada kelenjar prostat
5)      Gangguan pada otot
i.        Nyeri pada sendi pinggul
Disebabkan oleh:
1)      Gangguan sendi panggul
2)      Kelainan tulang-tulang sendi
3)      Akibat kelainan pada syaraf dari punggung bagian bawah yang terjepit
j.        Berat badan menurun
Disebabkan oleh:
1)      Pada umumnya nafsu makan menurun karena kurang adanya gairah hidup atau kelesuan
2)      Adanya penyakit kronis
3)      Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan terganggu
4)      Faktor-faktor sosial ekonomi
k.      sukar menajan buang air seni (sering ngompol)
Disebabkan oleh:
1)      obat-obat yang mengakibatkan sering berkemih atau obaobatan penenang terlalu banyak
2)      radang kandung kemih
3)      radang saluran kemih
4)      kelainan control pada control pada kandung kemih
5)      kelainan persarafan parakandung kemih
6)      faktor psikologis
Mengompol tidak hanya menimbulkan problem higeine seperti penyakit kulit, dekubitus dan bau tak sedap namun lebih dari itu dapat pula mengakibatkan perasaan rendah diri dan isolasi
l.        gangguan tidur (sulit tidur)
Pada kelompok usia lanjut (empat puluh tahun) hampir dijumpai 7% kasusu yang mengeluh mengenai masalah tidur (hanya dapat tidur tidak lebih dari 5 jam sehari). hal yang sama dijumpai pada 22% pada kelompok usia tujuh puluh lima tahun. demikian pula, kelompok lanjut usia lebih banyakn mengeluh terbangun lebih awal dari pukul 05.00 pagi. selain itu, terdapat 30% kelompok usia tujuh puluh tahun yabg banyak terbangun di waktu malam hari. angka ini ternyata tujuh kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok usia dua puluh tahun.
Gangguan tidur tidak saja menunjukkan indikasi akan adanya kelainan jiwa yang dini tetapi merupakan keluhan dari hampir 30% penderita yang berobat ke dokter.
Disebabkan oleh :
1)      faktor ekstrinsik (luar), misalnya : lingkungan yang kurang tenang
2)      faktor instrinsik, ini bisa organic dan prikgenik
a)      organic, misalnya nyeri, gatal-gatal dan penyakit tertentu yang membuat gelisah
b)      prikogenik, misalnya depresi kecemasan dan iritabilitas

m.    Keluhan pusing-pusing
Disebabkan oleh :
1)      gangguan local, misalnya vaskuler, morgen (sakit kepala sebelah), mata, glukoma, (tekanan dalam bola mata yang meninggi) kepaala sinusitis, furunkel, dan sakit gigi.
2)      Penyakit sistemik yang menimbulkan hikoglikemia (kadar gula darah dalam darah yang tinngi)
3)      psikologik perasaan cemas, depresi, kurang tidur dan kekacauan pikiran.

D.    Hipertensi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah tekanan darah yang selalu terbaca di atas 140/90 mmHg. Cenderung diturunkan dari keluarga dan lebih banyak terdapat pada orang tua. Keadaan ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol dengan pola hidup sehat dan obat-obatan.
1.      Gejala-gejala
Biasanya tidak ada gejala-gejala sampai timbul komplikasi
2.      Komplikasi 
a.       Stroke (disebabkan oleh pecahnya/sumbatan dari arteri pada otak, menyebabkan kelumpuhan pada satu sisi tubuh).
b.      Kegagalan jantung
c.       Kerusakan ginjal
3.      Penyebab umum
a.       90% kasus, penyebab tidak diketahui
b.      10% kasus, penyebab adalah penyakit jantung/ginjal yang berat, diabetes atau tumor dari kelenjar adrenal (kelenjar penghasil adrenalin) yang cukup jarang. (Kadar garam yang tinggi dalam darah akan memperburuk keadaan darah tingg, tetapi bukan penyebab merupakan faktor penyebab).
4.      Yang dapat anda lakukan
a.       Jangan merokok/minum alkohol
b.      Diet rendah garam dan rendah lemak
c.       Latihan olahraga secara teratur (olahraga akan mengurangi stress, membantu menurunkan berat badan, membakar lebih banyak lemak darah dan membuat jantung lebih kuat).
d.      Istirahat bila tegang/lelah, lakukan latihan pelemasan otot
e.       Bila dokter memberi resep, minumlah obat secara teratur sesuai petunjuk dokter (jangan berhenti minum obat atas inisiatif sendiri).
f.       Periksa dokter secara teratur untuk memeriksa apakah tekanan darah terkontrol dengan baik, sehingga akan mencegah timbulnya komplikasi.
1)      Tindakan dokter untuk anda
a)      Memberi resep obat anti hipertensi
b)      Mengawasi timbulnya komplikasi dan mengobatinya. Setelah umur 30 tahun, cek tekanan darah anda setiap tahun terutama bila terdapat riwayat keluarga dengan hipertensi
2)      Pencegahan
a)      Setelah umur 30 tahun periksa tekanan darah anda setiap tahun terutama bagi anda dengan riwayat keluarga hipertensi
b)      Jangan merokok, minum alkohol berlebihan dan diet tinggi garam dan lemak
c)      Bila kelebihan berat badan turunkan berat badan
d)     Lakukan latihan aerobik (berenang, bersepeda, jogging/jalan cepat, aerobik dan olahraga berat), paling tidak tiga kali seminggu, setiap kali lamanya 15-60 menit, sampai nafas cepat tetapi jangan sampai sesak nafas. Latihan untuk mengendalikan stress (tekanan batin).
e)      Pelajari cara-cara mengendalikan stress ( Nugroho, 2010)

E.     Diabetes Mellitus
1.       Pengertian
Diabetes adalah suatu penyakit, dimana tubuh penderitanya tidak bisa secara otomatis mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya. Pada tubuh yang sehat, pankreas melepas hormon insulin yang bertugas mengangkut gula melalui darah ke otot-otot dan jaringan lain untuk memasok energi .

2.      Klasifikasi diabetes miletus
Ada bebeberapa tipe diabetes melitus yang berbeda, penyakit ini di bedakan berdasarkan penyebab perjalanan klinik dan terapinya klasifikasi yang utama adalah sebagai berikut :
a.        Diabetes tipe 1 adalah bila tubuh perlu pasukan insulin dari luar, karena sel-sel beta dari pulau-pulau Langerhans telah mengalami kerusakan, sehingga pankreas berhenti memproduksi insulin. Kerusak an sel beta tersebut dapt terjadi sejak kecil ataupun setelah dewasa. Penderitanya harus mendapatkan suntikan insulin setiap hari selama hidupnya, sehingga itu di kenal dengan istilah Insulin-dependent Diabetes Melitus (IDDM). Penderita diabetes  tipe I sangat rentan trhadap komplikasi jangka pendek yang berbahaya dari penyakit ini, yakni dua komplikasi yang erat berhubungan dengan perrubahan kadar gula darah, yaitu terlalu banyak gula darah (hiperglikemia) atau kekurangan gula darah (hipoglikemia). Resiko lain penderita diabetes tipe I ini adalah keracunan senyawa keton yang berbahaya dari hasil samping metabolism tubuh yang menumpuk ( ketoasidosis), dengan resiko mengalami koma diabetic.
b.       Diabetes tipe II adalah tipe diabetes yang paling umum di jumpai, juga sering di sebut diabetes yang di mulai pada masa dewasa, di kenal sebagai NIDDM (Non-Insulin-dependent diabetes melitus). Diabetes ini terjadi jika insulin hasil produksi pancreas tidak cukup atau sel lemak dan otot tubuh menjadi kebal terhadap insulin, sehingga terjadilah gangguan pengiriman gula ke sel tubuh. Diabetes tipe II ini dapat menurun dari orang tua yang penderita diabetes. Pada diabetes tipe II, yang di anggap sebagai pencetus utama adalah faktor obesitas(gemuk berlebihan).




3.       Penyebab diabetes militus
a.        Kelainan genetika
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes, kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik. Tetapi resikonya terkena diabetes juga tergantung pada faktor kelebihan berat badan stres dan kurang bergerak.
b.       Usia
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara drastic menurun dengan cepat seelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebur, terutama setelah usia45 tahunpada mereka yang berat badannya berlebih sehingga tubuhnya tidak peka lagi terhadap insulin.
c.        Gaya hidup setres
Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang manis-manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar serotonin otak. Serotonin ini memiliki efek penenang sementara untuk meredakan setresnya. Tetapi gula dan lemak itulah yang berbahaya bagi mereka yang beresiko terkenan diabetes.
d.       Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan resiko terkena diabetes. Kurang gizi ( mal nutrisi) dapat merusak pankreas, sedangkan obesitas (gemuk berlebihan) mengakibatkan gangguan kerja insulin (retensi insulin).
Sebaliknya, obesitas bukan karena makanan yang manis atau kaya lemak, tetapi lebih di sebabkan jumlah konsumsi yag terlalu banyak, sehingga cadangan gula darah yang di simpan di dalam tubuh sangat berlebihan. Sekitar 80% penderita diabetes tipe II adalah mereka yang tergolong gemuk.


4.       Faktor penyebab diabetes
a.        Semakin bertambah usia
Semakin bertambah usia semakin tinggi resiko diabetes. Resiko yang tiggi di mulai pada usia 40 tahun
b.       Keturunan
Adanya riwayat diabetes dalam keluarga,terutama orang tua dan sodara kandung. Keturunan merupakan faktor yang paling berperat sebagai diabetes tipe I.
c.        Obesitas 80-85 persen penderita diabetes tipe II mengidap kegemukan.
Tentu saja tidak semua orang yang kegemukan menderita diabetes, tetapi pemyakit ini mungkin muncul 10-20 tahun kemudian. Dinyatakan obesitas jika seseorang kelebihan 20% dari berat badan normal
d.       Kemiskinan
Meskipun belum di ketahui dengan pasti hubungannya, namun penelitian telah membuktikan hal ini. Besar kemungkinan diabetes pada golongan miskin di karenakan gangguan pancreas akibat kurang gizi.
5.       Tanda dan gejala
a.        Kencing dalam jumlah yang banyak siang dan malam.
b.       Rasa lapar yang berlebihan
c.        Berat badan meskipun tetap enak makan
d.       Lemah,lesu.
e.        Luka sukar sembuh(luka iris/ serut), infeksi kulit berulang, gatal-gatal di sekitar alat kalamin luar.
f.        Kesemutan,kehilangan rasa terutama daerah kaki.
6.      Komplikasi
Tidak diketahui dengan pasti.penyakit diabetes timbul karena pangkreas tidak menghasilkan /terlalu sedikit memproduksi insulin atau bila kerja insulin tidak normal .Insulin adalah  suatu hormone yang berguna bagi pengangkutan zat gula dari darah kedalam sel sel tubuh.Dengan insulin yang kurang jumlahnya atau kurang efektif,zat gula tetap berada diperedaran darah dan meluap kedalam urin.kecenderungan untuk menderita diabetes tergantung faktor keturunan.Bagi mereka yang mempunyai faktor keturunan tersebut ,maka makan terlalu banyak gula, kelebihan berat badan ,tekanan batin dan bahkan kehamilan dapat menjadi faktor pencetus timbulnya diabetes. ( Sustrani dkk, 2004)

F.     Status Gizi
1.      Status Gizi Bayi dan Balita
a.       Pengertian Ilmu Gizi
Ilmu gizi (nutrition science) adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal. Ilmu pengetahuan tentang gizi (nutrisi) membahas sifat-sifat nutrien (zat gizi) yang terkandung dalam makanan, pengaruh metaboliknya, serta akibat yang ditimbulkan bila terdapat kekurangan (ketidakcukupan) zat gizi (Adriani, 2013).
Pangan adalah istilah umum untuk semua bahan yang dapat dijadikan makanan (Hasdianah dkk, 2014)
Makanan adalah bahan makanan selain obat yang mengandung zat gizi dan/atau unsur atau ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukkan dalam  tubuh (Adriani, 2013).
Menurut Robinson & Weighley, status gizi adalah keadaan kesehatan yang berhubungan dengan penggunaan makanan oleh tubuh (Adriani, 2013).
b.      Faktor- faktor yang mempengaruhi status gizi, yaitu :
1)      Faktor langsung :
a)      Asupan berbagai makanan
b)      Penyakit
Penyakit infeksi merupakan penyakit yang banyak berhubungan dengan terjadinya kekurangan gizi di negara berkembang. Infeksi yang sering terjadi pada anak adalah penyakit saluran pernafasan atas, bawah, diare dan kulit. Menurut SKRT (1995), anak-anak yang sering menderita penyakit infeksi menyebabkan pertumbuhannya terhambat dan tidak dapat mencapai pertumbuhan yang optimal (Istiany, 2013).
c)      Pola pengasuhan
Pola pengasuhan adalah asuhan yang diberikan ibu atau pengasuh lain berupa sikap dan perilaku dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan makan, merawat, menjaga kebersihan, memberi kasih sayang, dan sebagainya. Semuanya berhubungan dengan keadaan ibu dalam hal kesehatan fisik, dan mental, status gizi, pendidikan umum, dan lainnya (Septiari, 2012).
Pengasuhan, didefinisikan sebagai cara memberi makan, merawat anak, membimbing, dan mengajari anak yang dilakukan oleh individu dan keluarga (UNICEF, 1998). Menurut Gunarsa (1997), pengasuhan diarahkan untuk mengubah tingkah laku sesuai dengan kemauan si pengasuh (Istiany, 2013).
Melmed (1997) menegaskan pentingnya usia 3 tahun pertama masa kehidupan anak, karena merupakan usia yang efektif untuk perbaikan pendidikan anak. Pendapat Melmed diperkuat oleh para peneliti di Baylor College of Medicine yang memandang bahwa apabila anak-anak jarang disentuh, maka perkembangan otaknya 20% atau 30% lebih kecil daripada ukuran normalnya pada usia itu (Istiany, 2013).




2)      Faktor tidak langsung :
a)      Ekonomi keluarga, penghasilan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi kedua faktor berperan langsung terhadap status gizi.
b)      Produksi pangan, peranan pertanian dianggap penting karena kemampuannya menghasilkan produk pangan.
c)      Budaya, masih ada kepercayaan untuk memantang makanan tertentu yang dipandang dari segi gizi sebenarnya mengandung zat gizi yang baik.
d)     Kebersihan lingkungan, kebersihan lingkungan yang jelek akan memudahkan anak menderita penyakit tertentu seperti ISPA, infeksi saluran pencernaan.
e)      Fasilitas pelayanan kesehatan sangat penting untuk menyokong status kesehatan dan gizi anak (Istiyani, 2013)
2.      Penilaian Status Gizi
a.       Penilaian status gizi secara langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibedakan menjadi empat penilaian yaitu :
1)      Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
2)      Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk melihat status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tyroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancamg untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Juga untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.
3)      Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
4)      Biofisik
Penentuan fisik gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi  dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.




b.      Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibedakan menjadi tiga yaitu
1)      Survei konsumsi makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.
2)      Statistik vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umum, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi.
3)      Faktor ekologi
Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigrasi dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi (Supariasa, 2012).
Penilaian status gizi berdasarkan antropometri dapat diukur menggunakan parameter tunggal seperti umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggu dan tebal lemak di bawah kulit. Pada umumnya penilaian status gizi menggunakan parameter gabungan seperti : Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) dan Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U). Penilaian status gizi untuk semua golongan umur yang digunakan menggunakan parameter IMT/U untuk orang dewasa dan ibu hamil, sedangkan parameter IMT/U untuk umur 0 sampai 18 tahun (Istiany, 2013)
Rumus penghitungan IMT adalah sebagai berikut :
Atau
Berat badan (dalam kilogram) dibagi kuadrat tinggi badan (dalam meter)
 
 






Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/ WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Batas ambang normal laki-laki adalah 20,1-25,0 dan untuk perempuan adalah 18,7-23,8. Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat defisiensi energi ataupun tingkat kegemukan, lebih lanjut FAO/ WHO menyarankan menggunakan satu batas ambang antara laki-laki dan perempuan. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan ambang batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat dan menggunakan ambang batas pada perempuan untuk kategori gemuk tingkat berat.
Status gizi berdasarkan IMT menurut umur dibagi atas :
a.   Sangat kurus, yaitu kurang dari – 3 standart devisiasi (< - 3 SD)
b.   Kurus yaitu antara – 3 SD sampai dengan < - SD
c.   Normal yaitu antara – 2 SD sampai dengan 1 SD
d.   Gemuk yaitu antara 1 SD sampai dengan 2 SD
e.   Sangat gemuk (Obesitas) yaitu > 3 SD








BAB III
ANALISIS DATA DAN RENCANA TINDAKAN

A.    Rekapitulasi Data
1.      Data Kuantitatif
a.       Penghasilan keluarga
Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan bahwa penghasilan perbulan keluarga <Rp 100.000 sebanyak 6 keluarga (6%), Rp 100.000-400.000 sebanyak 32 keluarga (30%), Rp 500.000-1.000.000 sebanyak 38 keluarga (36%), dan Rp >1.000.000 sebanyak 30 keluarga (28%). Jadi rata-rata penghasilan perbulan lansia adalah Rp500.000-1.000.000.
b.      Pekerjaan penduduk laki-laki
Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan bahwa pekerjaan penduduk laki-laki pegawai negeri 1 orang (1%), pegawai swasta 14 orang (9%), wiraswasta 23 orang (16%), petani tidak ada (0%), pedagang 22 orang (15%), buruh 30 orang (20%), ABRI 1 orang (1%), pensiunan 3 orang (2%), pamong tidak ada (0%), dan tidak bekerja 53 orang (36%).
c.       Pekerjaan penduduk perempuan
Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan bahwa pekerjaan penduduk perempuan pegawai negeri tidak ada (0%), pegawai swasta 15 orang (8%), wiraswasta 22 orang (12%), petani tidak ada (0%), pedagang 34 orang (18%), buruh 19 orang (10%), ABRI 1 orang (1%), pensiunan 1 orang (1%), pamong tidak ada (0%), dan tidak bekerja 98 orang (50%).
d.      Data Penduduk menurut umur
Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan bahwa penduduk umur 0-11 bulan sebanyak 2 orang (1%), 1-5 tahun 39 orang (12%), 6-12 tahun 37 orang (11%), 13-20 tahun 32 orang (9%), 21-35 tahun 64 orang (19%), 36-50 tahun 76 orang (22%), dan  >50 tahun 87 orang (26%).
e.       Data Penduduk menurut pendidikan
Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan bahwa pendidikan penduduk tidak tamat SD sebanyak 70 orang (20%), tamat SD 85 orang (25%), tidak tamat SMP 16 orang (5%), tamat SMP 59 orang (17%), tidak tamat SMA 12 orang (3%), tamat SMA 83 orang (24%), Diploma 4 orang (2%), S1 7 orang (3%), S2 1 orang (1%) dan S3 tidak ada (0%).
f.       Data penduduk menurut agama
Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan bahwa pendidikan penduduk islam sebanyak 324 orang (97%), kristen katolik 7 orang (2%), kristen protestan 6 orang (1%), hindu tidak ada (0%), dan budha  tidak ada (0%).
g.      Ventilasi rumah penduduk
Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan bahwa rumah penduduk  dengan ventilasi kurang sebanyak 31 rumah (29%), dan ventilasi cukup sebanyak 75 rumah (71%).
h.      Pengurusan air minum
Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan bahwa pengurusan tempat minum penduduk  3-7 hari sebanyak  66 keluarga (62%), dan >7 hari sebanyak  40 keluarga (38%).
i.        Jarak pembuangan sampah
Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan bahwa jarak pembuangan sampah penduduk  10 km sebanyak  45 rumah (42%), dan >10 km sebanyak  61 rumah (58%).
j.        Jarak Pembuangan limbah
Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan bahwa jenis pembuangan limbah penduduk  got sebanyak  45 rumah (44%), sungai 9 rumah (9%), selokan 49 rumah (47%), bak penampungan tidak ada (0%), dan dibuang sembarangan sebanyak  tidak ada (0%).
k.      Jenis Penyakit
Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan bahwa jenis penyakit penduduk ISPA tidak ada (0%), Diare 2 orang (6%), Typoid 2 orang (6%), DBD 1 orang (3%), TBC tidak ada (0%), asma tidak ada (0%), reumatik 5 orang (15%), Hipertensi 11 orang (34%), Diabetes 3 orang (9%), asam urat 3 orang(9%), maag 1 orang (3%), stroke 2 orang (6%), dan gangguan perkemihan 3 orang (9%).
l.        Ibu hamil
Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil sebanyak 2 ibu, 1 ibu hamil usia 0-3 bulan (50%) dan 1 ibu hamil usia 7-9 bulan (50%).
m.    Remaja
Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan bahwa jumlah remaja sebanyak 45 remaja, yang terdiri dari remaja laki-laki 18 orang (40%) dan remaja perempuan 27 orang (60%).

n.      Kondisi kesehatan remaja
Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan bahwa remaja yang sakit tidak ada (0%), dan remaja sehat 45 orang (100%).
o.      Keluhan remaja saat menstruasi
Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan bahwa keluhan remaja saat menstruasi, sebanyak 6 remaja (27%) tidak ada keluhan, dan sebanyak 16 remaja (73%) ada keluhan.
p.      Ibu menopause
Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan bahwa jumlah ibu menopause sebanyak 21 ibu, sebanyak 13 ibu (62%) menopause saat usia 36-45 tahun, sebanyak 8 ibu (38%) menopause saat usia >45 tahun dan ibu menopause saat usia <35 tahun tidak ada(0%).
q.      Keluhan ibu menopause
Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan keluhan ibu menopause, sebanyak 2 ibu (22%) mengalami peningkatan emosional, gangguan saat coitus tidak ada (0%), dada berdebar-debar tidak ada (0%) dan lain-lain 7 ibu (78%).
r.        PUS
Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan jumlah PUS sebanyak 35 orang, sebanyak 34 PUS ber-KB (97%), dan sebanyak 1 PUS tidak ber-KB (3%)




s.       KB yang digunakan PUS
Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan bahwa KB PUS sederhana sebanyak 1 PUS (3%), pil 12 PUS (35%), suntik 3 bulan 13 PUS (38%), PUS (%), suntik 1 bulan 1 PUS (3%), implan 1 PUS (3%), IUD 3 PUS (9%),dan kontap 3 PUS (9%).
t.        Keluhan menggunakan KB
Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan bahwa keluhan KB PUS, pusing sebanyak 4 PUS (29%), haid terganggu 6 PUS (43%), terjadi kenaikan berat badan 2 PUS (14%), dan lain-lain 2 PUS (14%).





u.      Lansia
Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan bahwa jumlah lansia 62 orang, yang terdiri dari lansia perempuan 30 orang (48%), dan lansia laki-laki 32 orang (52%). Jadi di RW I Desa Blaru terdapat banyak lansia sejumlah 62 jiwa.

v.      Jumlah lansia dalam 1 keluarga
Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat jumlah lansia dalam satu keluarga menurut kategori, dalam keluarga ada satu lansia sebanyak 26 orang (59%), dan dalam keluarga ada dua lansia sebanyak 18 (41%).  Jadi di RW I Desa Blaru ada keluarga yang memiliki dua lansia yaitu 18 keluarga.






w.    Penghasilan keluarga lansia
Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan bahwa penghasilan perbulan lansia< Rp 100.000 sebanyak 7 lansia (11%), Rp 100.000-400.000 sebanyak 30 lansia (48%), Rp 500.000-1.000.000 sebanyak 21 lansia (34%), dan Rp >1.000.000 sebanyak 4 lansia (7%). Jadi rata-rata penghasilan perbulan lansia adalah Rp100.000- 400.000.
x.      Status Kesehatan lansia dalam 1 tahun terakhir
Berdasarkan  diagram di atas, menunjukkan status kesehatan lansia dalam 1 tahun terakhir  baik  sebanyak 42 lansia (68%), dan status kesehatan tidak baik sebanyak 20 lansia (32%). Jadi rata-rata status kesehatan lansia satu tahun terakhir adalah baik.







y.      Penyakit yang diderita lansia












Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan bahwa penyakit yang diderita lansia yaitu hipertensi sebanyak 11 lansia (41%), reumatik sebanyak 4 lansia (15%), diabetes melitus sebanyak 3 lansia (11%), gangguan sistem perkemihan sebanyak 3 lansia ( 11%), stroke sebanyak 2 lansia (7%), asam urat sebanyak 3 lansia (11%), dan maag sebanyak 1 lansia (45%). Jadi penyakit yang banyak diderita lansia di RW 1 adalah hipertensi.
z.       Jumlah Bayi dan Balita
Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan bahwa jumlah bayi sebanyak  2 orang (5%), dan balita sebanyak 39 orang (95%). Jadi di RW I Desa Blaru banyak terdapat balita yaitu sejumlah 39 balita.

aa.   Proporsi Kunjungan Balita ke Posyandu








Berdasarkan  proporsi kunjungan Balita ke posyandu 1 bulan sekali sebanyak 29 balita (74%), kadang – kadang sebanyak 7 balita (18%), tidak pernah sebanyak 3 balita (8%). Jadi rata-rata balita datang ke posyandu rutin satu bulan sekali.
bb.  Status Gizi Balita
Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan bahwa status gizi balita gizi lebih  tidak ada (0%), gizi baik sebanyak 36 balita (92%), gizi kurang sebanyak 2 balita (5%), gizi buruk sebanyak 1 balita (3%). Jadi rata-rata status gizi balita di RW I Desa Blaru adalah gizi baik.

2.      Data Kualitatif
a.       Lansia
1)      Pengetahuan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada 62 lansia di RW I  didapatkan data  11 orang menderita hipertensi, 3 orang menderita penyakit Diabetes Militus, dan 3 orang menderita asam urat. Rata- rata  menggambarkan pengetahuan yang kurang dilihat dari kurangnya pemahaman tentang penyakit yang terjadi pada lansia dan kurangnya pemahaman tentang pola makan yang baik untuk Hipertensi, DM dan asam urat.
2)      Sikap
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada 15 responden DI RW I rata-rata menggambarkan sikap lansia sudah baik, karena lansia mulai menyadari kesehatanya sehingga lansia memeriksakan kesehatanya.
3)      Perilaku
Dari 11 penderita hipertensi terdapat 7 lansia yang memiliki perilaku yang buruk. Hal itu dilihat dari pola makan sehari-hariyang  masih banyak mengkonsumsi makanan dengan kadar garam tinggi misalnya, ikan asin, pindang, dll. Dari 3 lansia yang menderita DM terdapat 1 lansia yang menyukai minum kopi. Rata-rata perilaku lansia kurang baik karena dilihat dari pengaturan pola makan yang dikonsumsi setiap hari masih kurang, selain itu lansia jarang melakukan olahraga untuk kebugaran tubuh.
4)      Usia

Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara drastis menurun dengan cepat setelah usia 55 tahun. Diabetes, hipertensi, asam urat, kolesterol sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut, terutama setelah usia 55 tahun.

5)      Pola makan yang salah
Pola makan yang salah dapat menyebabkan penyakit hipertensi dan asam urat. Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan resiko terkena diabetes dan kolesterol. Kurang gizi (malnutrisi) dapat merusak pankkreas, sedangkan obesitas (gemuk berlebihan)mengakibatkan gangguan kerja insuli (retensi insulin)
6)      Genetik
Terdapat 4 orang dari 11  orang yang menderita Hipertensi mengatakan bahwa sudah memiliki riyawat Hipertensi dari keluarga, dan 1 lansia yang menderita DM mengatakan memiliki riwayat keluarga DM.

b.      Balita
1)      Pengetahuan
Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan pada 39 balita di RW I  didapatkan data  1 balita menderita gizi buruk, dan 2 balita menderita gizi kurang. Rata- rata  menggambarkan pengetahuan yang kurang dilihat dari kurangnya pemahaman tentang pentingnya kebutuhan nutrisi terutama gizi seimbang pada balita.
2)      Motivasi
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada 39 ibu balita menggambarkan motivasi ibu ada yang sudah baik dan kurang membawa anak ke posyandu. Karena ada 7 ibu yang kadang-kadang membawa balita ke posyandu dan 3 ibu yang tidak pernah membawa ke posyandu.
3)      Pekerjaan
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada 10 ibu balita yang yang kadang-kadang membawa balita ke posyandu dan yang tidak pernah membawa ke posyandu. Terdapat 5 ibu mengatakan bahwa ia tidak membawa ke posyandu karena sibuk dengan pekerjaannya dan tidak sempat membawa anaknya ke posyandu.
4)      Keyakinan
Dari hasil wawancara pada 3 ibu balita yang tidak pernah membawa anaknya ke posyandu, ia yakin kalau anaknya tidak ke posyandu akan tetap sehat dan tidak kekurangan nutrisi.

B.     Analisis Data
1.      Analisis Data
DATA LANSIA
MASALAH KESEHATAN
1.      Ada 62 lansia di RW 1 Desa Blaru
2.      Jumlah lansia laki-laki 32 orang dan perempuan 30 orang
3.      Jumlah lansia dalam satu keluarga yang berjumlah satu sebanyak 26 orang dan yang berjumlah dua sebanyak 18 orang
4.      Penghasilan keluarga lansia tertinggi adalah  berpenghasilan Rp100.000- Rp400.000 yaitu sebanyak 48% atau 30 0rang.
5.      Sarana informasi keluarga lansia tertinggi adalah melalui penyuluhan  puskesmas/posyandu yaitu sebanyak 58% atau 36 orang.
6.      Sarana transportasi yang digunakan keluarga lansia tertinggi adalah kendaraan sendiri yaitu sebanyak 87% atau 54 orang.
7.      Jarak rumah lansia dengan fasilitas kesehatan tertinggi adalah <1 KM yaitu sebanyak 65% atau 40 orang
8.      Status kesehatan lansia dalam 1 tahun terakhir yaitu sebanyak 68% atau 42 orang baik dan 32% atau 20 orang tidak baik
9.      Penyakit yang diderita lansia yaitu hipertensi sebanyak 11 orang (41%), reumatik sebanyak 4 orang (15%), DM sebanyak 3 orang (11%), stroke sebanyak 2 orang (7%), asam urat sebanyak 3 orang (11%), maag sebanyak 1 orang (4%), dan gangguan sistem perkemihan sebanyak 3 orang (11%).
10.  41 (66%) Lansia pergi ke tenaga kesehatan untuk berobat, 11 orang (18%) diobati sendiri, dan 10 orang (16%) dibiarkan.
11.  Lansia masih aktif bekerja/berkegiatan sebanyak 37 orang (60%)

1.      Terjadinya peningkatan penyakit yang diderita oleh lansia.

DATA BALITA
MASALAH KESEHATAN
1.      Ada 39 balita dan 2 bayi di RW 1 Blaru
2.      Jumlah Balita umur 1-2 tahun sebanyak 9 orang dan balita usia 3-5 tahun sebanyak 30 orang
3.      Pendidikan ibu balita tertinggi adalah SMA sebanyak 51% atau 20 orang
4.      Pekerjaan ibu balita 19 orang (49%) adalah ibu rumah tangga
5.      Penghasilan keluarga balita 17 orang (44%) adalah > Rp 1.000.000
6.      Sarana keluarga balita menerima info kesehatan terutama dari TV 19 orang (49%) dan penyuluhan di puskesmas/posyandu 16 Orang (41%).
7.      Sebanyak 20 rumah balita (51 %) jarak rumah dengan fasilitas kesehatan <1 KM.
8.      Kunjungan balita ke posyandu  sebanyak 29 balita (74%) rutin ke posyandu, 7 balita (18%) kadang-kadang, dan 3 balita (8%) tidak pernah ke posyandu.
9.      Satus gizi balita sebanyak 36 balita (92%) gizi baik, 2 balita (5%) gizi kurang dan 1 balita (3%) gizi buruk
10.  Pola makan balita yang teratur sebanyak 33 balita (85%), balita tidak teratur makan 6 balita (15%). keadaan kesehatan balita 3 bulan terakhir sebanyak 29 balita (74%) sehat dan 10 balita (26%) sakit.
Gizi buruk dan Gizi kurang pada balita

2.      Skala Prioritas
a.       Lansia
1)      Hipertensi
No
Kriteria
Perhitungan
Skor
Pembenaran
1
Sifat masalah
a. Ancaman kesehatan =2
b. Tidak/ kurang sehat = 3
c. Krisis = 1
2/3x1
2/3
Hipertensi dapat menyebabkan ancaman kesehatan
2
Kemungkinan masalah dapat diubah
a. Dengan mudah = 2
b. Hanya sebagian = 1
c. Dapat diubah =0
0/2x2
0
Kondisi hipertensi dapat di ubah dengan gaya hidup dan pola makan
3
Potensi masalah untuk dapat dirubah
a. Tinggi = 3
b. Cukup= 2
c. Rendah = 1
2/3x1
2/3
Hipertensi  dapat di cegah dengan mengatur pola makan dan gaya hidup
4
Penonjolan masalah
a. Masalah ringan harus ditangani agar tidak menuju ke berat =2
b. Masalah yang tidak perlu segera ditangani =1
c. Masalah tidak dirasakan=0
2/2x1
1
Hipertensi  harus segera di tangani agar tekanan darah dapat stabil

Jumlah skor

2 1/3


2)      Diabetes Mellitus
No
Kriteria
Perhitungan
Skor
Pembenaran
1
Sifat masalah
a. Ancaman kesehatan =2
b. Tidak/ kurang sehat = 3
c. Krisis = 1
2/3x1
2/3
DM masuk dalam situasi ancaman kesehatan
2
Kemungkinan masalah dapat diubah
a. Dengan mudah = 2
b. Hanya sebagian = 1
c. Dapat diubah =0
1/2x2
1
Kondisi diabetus millitus hanya sebagian dapat di ubah dengan pola makan
3
Potensi masalah untuk dapat dirubah
a. Tinggi = 3
b. Cukup= 2
c. Rendah = 1
2/3x1
2/3
DM dapat di cegah dengan mengatur pola makan
4
Penonjolan masalah
a. Masalah ringan harus ditangani agar tidak menuju ke berat =2
b. Masalah yang tidak perlu segera ditangani =1
c. Masalah tidak dirasakan=0
2/2x1
1
DM harus segera di tangani agar kadar gulanya dapat stabil

Jumlah skor

3 1/3


3)      Asam Urat
No
Kriteria
Perhitungan
Skor
Pembenaran
1
Sifat masalah
a. Ancaman kesehatan =2
b. Tidak/ kurang sehat = 3
c. Krisis = 1
3/3x1
1
Asam urat masuk dalam situasi kurang kesehatan
2
Kemungkinan masalah dapat diubah
a. Dengan mudah = 2
b. Hanya sebagian = 1
c. Dapat diubah =0
2/2x2
2
Kondisi asam urat dapat di ubah dengan mudah dengan pola makan
3
Potensi masalah untuk dapat dirubah
a. Tinggi = 3
b. Cukup= 2
c. Rendah = 1
3/3x1
1
Asam urat dapat di cegah dengan mengatur pola makan
4
Penonjolan masalah
a. Masalah ringan harus ditangani agar tidak menuju ke berat =2
b. Masalah yang tidak perlu segera ditangani =1
c. Masalah tidak dirasakan=0
2/2x1
1
Asam urat harus segera di tangani agar kadar asam urat dapat stabil

Jumlah skor

5




b.      Balita
1)      Gizi Buruk

No
Kriteria
Perhitungan
Skor
Pembenaran
1
Sifat masalah
a. Ancaman kesehatan =2
b. Tidak/ kurang sehat = 3
c. Krisis = 1
3/3x1
1
Gizi buruk masuk dalam situasi kurang kesehatan
2
Kemungkinan masalah dapat diubah
a. Dengan mudah = 2
b. Hanya sebagian = 1
c. Dapat diubah =0
1/2x2
1
Kondisi gizi buruk hanya sebagian dapat di ubah  pemenuhan nutrisi yang optimal
3
Potensi masalah untuk dapat dirubah
a. Tinggi = 3
b. Cukup= 2
c. Rendah = 1
1/3x1
1/3
Gizi buruk dapat di cegah dengan pemenuhan nutrisi yang optimal
4
Penonjolan masalah
a. Masalah ringan harus ditangani agar tidak menuju ke berat =2
b. Masalah yang tidak perlu segera ditangani =1
c. Masalah tidak dirasakan=0
2/2x1
1
Gizi buruk harus segera di tangani agar pertumbuhan balita tidak terhambat

Jumlah skor

3 1/3






2)      Gizi Kurang
No
Kriteria
Perhitungan
Skor
Pembenaran
1
Sifat masalah
a. Ancaman kesehatan =2
b. Tidak/ kurang sehat = 3
c. Krisis = 1
2/3x1
2/3
Gizi kurang dapat menyebabkan ancaman kesehatan
2
Kemungkinan masalah dapat diubah
a. Dengan mudah = 2
b. Hanya sebagian = 1
c. Dapat diubah =0
0/2x2
0
Kondisi gizi kurang dapat di ubah dengan pemenuhan nutrisi seimbang
3
Potensi masalah untuk dapat dirubah
a. Tinggi = 3
b. Cukup= 2
c. Rendah = 1
2/3x1
2/3
Gizi kurang  dapat di cegah dengan pemenuhan nutrisi seimbang
4
Penonjolan masalah
a. Masalah ringan harus ditangani agar tidak menuju ke berat =2
b. Masalah yang tidak perlu segera ditangani =1
c. Masalah tidak dirasakan=0
2/2x1
1
Gizi kurang  harus segera di tangani agar pertumbuhan balita tidak terganggu

Jumlah skor

2 1/3


C.     PLANNING OF ACTION (POA)


Program 1 :                                                                                                                                          
1.      Kegiatan Penurunan Penyakit pada Lansia
No
Data
Masalah Kesehatan
Tujuan
Rencana
Waktu/ tempat
Metode
Sasaran
Sumber Dana
PJ
Pelaksana
1.
1.      Ada 62 lansia di RW 1 Desa Blaru
2.      Jumlah lansia laki-laki 32 orang dan perempuan 30 orang
3.      Jumlah lansia dalam satu keluarga yang berjumlah satu sebanyak 26 orang dan yang berjumlah dua sebanyak 18 orang
4.      Penghasilan keluarga lansia tertinggi adalah  berpenghasilan Rp100.000- Rp400.000 yaitu sebanyak 48% atau 30 0rang.
5.      Sarana informasi keluarga lansia tertinggi adalah melalui penyuluhan  puskesmas/posyandu yaitu sebanyak 58% atau 36 orang.
6.      Sarana transportasi yang digunakan keluarga lansia tertinggi adalah kendaraan sendiri yaitu sebanyak 87% atau 54 orang.
7.      Jarak rumah lansia dengan fasilitas kesehatan tertinggi adalah <1 KM yaitu sebanyak 65% atau 40 orang
8.      Status kesehatan lansia dalam 1 tahun terakhir yaitu sebanyak 68% atau 42 orang baik dan 32% atau 20 orang tidak baik
9.      Penyakit yang diderita lansia yaitu hipertensi sebanyak 11 orang (41%), reumatik sebanyak 4 orang (15%), DM sebanyak 3 orang (11%), stroke sebanyak 2 orang (7%), asam urat sebanyak 3 orang (11%), maag sebanyak 1 orang (4%), dan gangguan sistem perkemihan sebanyak 3 orang (11%).
10.  41 (66%) Lansia pergi ke tenaga kesehatan untuk berobat, 11 orang (18%) diobati sendiri, dan 10 orang (16%) dibiarkan.
11.  Lansia masih aktif bekerja/berkegiatan sebanyak 37 orang (60%)



Terjadinya peningkatan penyakit hipertensi, DM, dan asam  urat  pada lansia.


Setelah dilakukan program kegiatan diharapkan terpeliharanya status kesehatan secara optimal pada lansia diwilayah RW I Desa Blaru.
Dilakukan program kegiatan yaitu :
1.   Melakukan penyuluhan tentang penyakit hipertensi pada lansia
2.   Melakukan penyuluhan tentang penyakit Asam Urat pada lansia
3.   Melakukan penyuluhan tentang penyakit DM pada lansia
4.   Melakukan pemeriksaan kesehatan  dasar yaitu pemeriksaan tekanan darah dan berat badan
5.   Melakukan pemeriksaan gula darah, asam urat, dan kolesterol
6.   Pemberian Obat-obatan Gratis:
a.       Obat wajib:
Ø  Kalk
Ø  Vitamin C

Kamis, 17 Desember 2015 di Rumah ketua RT III
Ceramah, Demonstrasi
Lansia di RW I Desa Blaru
Institusi
1.   Kepala Desa, Desa Blaru
2.   Ketua RW I Desa Blaru
3.   Ketua RT 01, Ketua RT 02, RT 03 dan ketua RT 04 Desa Blaru
4.   Ketua kelompok I suryana
Kelompok 1


 Program 2 :                                                                                                                                          
1.      Kegiatan Peningkatan Status Gizi pada balita
No
Data
Masalah Kesehatan
Tujuan
Rencana
Waktu/ tempat
Metode
Sasaran
Sumber Dana
PJ
Pelaksana
1.
1.       Ada 39 balita dan 2 bayi di RW 1 Blaru
2.      Jumlah Balita umur 1-2 tahun sebanyak 9 orang dan balita usia 3-5 tahun sebanyak 30 orang
3.      Pendidikan ibu balita tertinggi adalah SMA sebanyak 51% atau 20 orang
4.      Pekerjaan ibu balita 19 orang (49%) adalah ibu rumah tangga
5.      Penghasilan keluarga balita 17 orang (44%) adalah > Rp 1.000.000
6.      Sarana keluarga balita menerima info kesehatan terutama dari TV 19 orang (49%) dan penyuluhan di puskesmas/posyandu 16 Orang (41%).
7.      Sebanyak 20 rumah balita (51 %) jarak rumah dengan fasilitas kesehatan <1 KM.
8.      Kunjungan balita ke posyandu  sebanyak 29 balita (74%) rutin ke posyandu, 7 balita (18%) kadang-kadang, dan 3 balita (8%) tidak pernah ke posyandu.
9.      Satus gizi balita sebanyak 36 balita (92%) gizi baik, 2 balita (5%) gizi kurang dan 1 balita (3%) gizi buruk
10.  Pola makan balita yang teratur sebanyak 33 balita (85%), balita tidak teratur makan 6 balita (15%).
11.  Keadaan kesehatan balita 3 bulan terakhir sebanyak 29 balita (74%) sehat dan 10 balita (26%) sakit.
Penurunan status gizi pada balita

1.      Setelah dilakukan program kegiatan diharapkan terpeliharanya status gizi balita dan peningkatan status gizi
Dilakukan program kegiatan yaitu :
1.      Melakukan penyuluhan tentang kebutuhan nutrisi pada balita
2.      Memberikan makanan tambahan berupa roti dan susu
3.      Mengajari anak balita cuci tangan dan gosok gigi
4.      Mengadakan lomba cuci tangan dan sikat gigi serta memberikan hadiah

Jum’at, 18 Desember 2015 di RT III
Ceramah, Demonstrasi, Simulasi
Balita di RW I Desa Blaru
Institusi
1.      Kepala Desa, Desa Blaru
2.      Ketua RW I Desa Blaru
3.      Ketua RT 01, Ketua RT 02, RT 03 dan ketua RT 04 Desa Blaru
4.      Ketua kelompok Suryana
Kelompok 1


BAB IV
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

A.    Pemberian Penyuluhan  Kesehatan
1.      Lansia
Rata- rata pengetahuan masyarakat kurang baik ditandai dengan kurangnya  pemahaman lansia tentang penyakit Diabetes Melitus, hipertensi dan asam urat. Sebagian besar lansia di Desa Blaru RW I berpendidikkan tamat SD sehingga perlu dilakukan penyuluhan kesehatan dengan harapan adanya perubahan perilaku masyarakat. Telah dilaksanakan penyuluhan kesehatan lansia yang melipusi hipertensi, asam urat dan Diabetes mellitus pada tanggal 17 Desember pukul 14.00 sampai selesai di rumah Ketua RT III. Kegiatan ini dihadiri oleh 33 lansia. Dalam pelaksanaan kegiatan ini yang menjadi kendala adalah tempat pelaksanaan kegiatan yang sempit, dan banyak lansia yang tidak bisa duduk di bawah sehingga harus mencarikan kursi. Meskipun demikian lansia memperhatikan materi penyuluhan dengan baik, dan lansia aktif bertanya.
Untuk selanjutnya sebaiknya kegiatan dilaksanakan di tempat yang lebih luas dan menyediakan banyak kursi sehingga kegiatan dapat terlaksana dengan nyaman dan kondusif.
2.      Balita
Telah dilaksanakan penyuluhan kesehatan gizi seimbang pada balita pada tanggal 18 Desember pukul 14.00 sampai selesai di rumah Ketua RT III. Kegiatan ini dihadiri oleh 23 lansia. Dalam pelaksanaan kegiatan ini yang menjadi kendala adalah tempat pelaksanaan kegiatan yang sempit, dan banyak anak yang rewel. Meskipun demikian ibu balita memperhatikan materi penyuluhan dengan baik, dan ibu aktif bertanya.
Untuk selanjutnya sebaiknya kegiatan dilaksanakan di tempat yang lebih luas dan menyediakan banyak mainan untuk anak sehingga kegiatan dapat terlaksana dengan nyaman dan kondusif.

B.     Pemberian pelayanan kesehatan dasar
1.      Lansia
Beberapa lansia memiliki badan yang sangat kurus dan ada juga yang gemuk serta menderita penyakit Diabetes Melitus. Kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan resiko terkena diabetes. Kurang gizi (mal nutrisi) dapat merusak pankreas, sedangkan obesitas (gemuk berlebihan) mengakibatkan gangguan kerja insulin (retensi insulin). Sehingga perlu dilakukan pemeriksaan berat badan untuk mendeteksi  kekurangan gizi dan kelebihan berat badan(obesitas).  Selain itu juga banyak lansia yang menderita hipertensi. Sehingga harus dilakukan pelayanan kesehatan dasar berupa pengukuran tekanan darah dan penimbangan berat badan. Kegiatan ini dilaksanakan pada 17 desember 2015 dan dihadiri 33 lansia. Dari hasil pemeriksaan ada 11 lansia yang menderita hipertensi.
Kegiatan ini kendalanya adalah alat tensimeter yang hanya sedikit sehingga pengukuran cukup memakan waktu. Untuk selanjutnya apabila mengadakan kegiatan serupa lebih diperhatikan kelengkapan dan ketersediaan alat-alat untuk melakukan pemeriksaan.
2.      Balita
Pada hasil pendataan ditemukan balita yang mengalami gizi buruk dan gizi kurang, sehingga untuk mendeteksi kejadian kurangnya gizi diperlukan Pelayanan kesehatan dasar pada balita berupa penimbangan berat badan. Kegiatan ini dilaksanakan pada 18 desember 2015 dan dihadiri 23 balita. Kendala kegiatan ini adalah banyak anak yang rewel, dan harus dibujuk agar mau ditimbang, sehingga untuk selanjutnya perlu menyediakan banyak mainan untuk anak sehingga anak lebih mudah dibujuk agar mau ditimbang serta kegiatan dapat terlaksana dengan nyaman.

C.     Pemeriksanaan Kadar Gula, Asam urat dan Kolesterol
Beberapa lansia menderita penyakit Diabetes Melitus, asam urat dan kegemukan. Beberapa lansia khawatir apabila ada kenaikan kadar gula darah, kenaikan kadar asam urat dan kenaikan kolesterol. Sehingga perlu dilakukan pemeriksaan untuk mendeteksi  komplikasi, yaitu dengan cek asam urat, kolesterol dan cek gula darah pada semua lansia  yang memiliki indikasi. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 17 desember 2015 dan dihadiri 33 lansia, berlangsung pada jam 14.00-selesai. Dari hasil pemeriksaan ada 3 lansia yang kadar gula darahnya melebihi normal‚ 3 lansia dengan asam urat dan 4 lansia memiliki kolesterol tinggi.
 Kegiatan ini kendalanya adalah alat pemeriksaan yang kurang memadai karena persediaan stick yang terbatas sehingga ada beberapa lansia yang belum dilakukan pemeriksaan dan merasa kecewa. Untuk selanjutnya apabila mengadakan kegiatan serupa lebih diperhatikan untuk kelengkapan dan ketersediaan alat-alat untuk melakukan pemeriksaan.

D.    Pemberian Obat-obatan Gratis
Bila seseorang bertambah tua, kemampuan fisik dan mental hidupnya pun akan perlahan-lahan menurun. Akibatnya aktifitas hidupnya akan ikut terpengaruh, yang pada akhirnya akan dapat mengurangi kesigapan seseorang. Selain itu juga lansia rentan terhadap berbagai penyakit dan mudah lelah serta mengalami pegal-pegal. Sehingga perlu diberikan obat-obatan gratis untuk mengurangi penyakit pada lansia, yaitu suplemen untuk tulang dan vitamin C. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 17 desember 2015 dan dihadiri 33 lansia, dalam kegiatan ini tidak ada kendala sama sekali.

E.     Pemberian makanan tambahan
Bahan makanan mengandung zat gizi dan unsur atau ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukkan dalam  tubuh. Balita membutuhkan zat gizi yang seimbang selama masa pertumbuhan, untuk itu perlu diberikan makanan tambahan. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 18 desember 2015 dan dihadiri 23 balita, makanan tambahan yang diberikan berupa susu dan biskuit. Balita sangat senang ketika diberikan makanan tambahan, selain itu juga dalam kegiatan ini tidak ada kendala sama sekali.

F.      Mengajari gosok gigi dan cuci tangan
Gosok gigi adalah kegiatan rutin yang selalu kita lakukan tiap hari, setidaknya 2 kali sehari merawat/menyikat gigi. Sedangkan mencuci tangan adalah menggosok air dengan sabun secara bersama-sama seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas kemudian dibilas dibawah aliran air. Balita harus diajari tentang kebersihan diri seperti menggosok gigi dan mencuci tangan agar sehat dan terhindar dari segala macam penyakit. Untuk itu perlu diajari cara menggosok gigi dan mencuci tangan yang benar, sehingga kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 18 desember 2015 dan dihadiri 23 balita. Balita sangat senang dan bersemangat menirukan cara mencuci tangan yang benar dan memperhatikan peragaan gosok gigi yang benar. Selain itu juga


BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Masalah kebidanan komunitas sebagai salah satu penerapan dari praktik kebidanan dan kesehatan komunitas yang bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat.
Pembangunan kesehatan masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilaksanakan atas dasar gotong royong dan swadaya dalam rangka menolong diri sendiri dalam memecahkan masalah untuk memenuhi kebutuhannya dibidang kesehatan dan dibidang lain yang berkaitan agar mampu mencapai kehidupan sehat sejahtera.
Di RW I Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati didapatkan data ibu hamil 2 orang, remaja 11 orang, ibu menopause 5 orang, lansia sebanyak 62 lansia, balita sebanyak 39 balita dan 2 bayi. Beberapa masalah kesehatan pada lansia‚ yang terdiri dari  diabetes mellitus‚ hipertensi‚ reumatik, asam urat, stroke, gangguan sistem perkemihan dan Maag. Di RW I terdapat 11 orang yang menderita hipertensi, DM 3 lansia ‚ reumatik 4 lansia, asam urat 3 orang, stroke 2 orang, gangguan sistem perkemihan 3 lansia, dan maag 1 lansia. Ada balita dengan gizi kurang sebanyak 5% atau 2 balita dan balita dengan gizi buruk sebanyak 3% atau 1 balita, sedangkan balita dengan gizi baik sebanyak 92% atau 36 balita. Dari 39 balita, balita yang memiliki pola makan teratur sebanyak 85% atau 33 balita dan yang tidak teratur sebanyak 15% atau 6 balita. Ibu balita yang mengunjungi posyandu 1 bulan sekali sebesar 74% atau 29 balita, kadang- kadang 18% atau 7 balita, dan yang tidak pernah mengunjungi posyandu 8% atau 3 balita.
Dari data di atas masalah kesehatan pada lansia di RW I yaitu  diabetes mellitus‚ hipertensi‚ reumatik, asam urat, stroke, gangguan sistem perkemihan dan Maag. Oleh karena itu perlu dilaksanakan sebuah kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan pada lansia di wilayah RW  I. Selain itu juga masalah status gizi balita seperti gizi  kurang dan gizi buruk masih ditemukan, hal ini dapat menimbulkan pengaruh yang sangat besar yaitu terhambatnya pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berfikir.
Prioritas tertinggi adalah lansia dan balita. Untuk itu telah rencanakan sebuah program untuk menurunkan penyakit pada lansia dan meningkatkan status gizi balita. Jadi, program yang kami laksanakan yaitu program pertama penurunan penyakit pada lansia yang terdiri dari kegiatan penyuluhan kesehatan, pelayanan kesehatan dasar, pemeriksaan gula darah, asam urat dan kolesterol serta pemberian obat-obatan gratis. Program kedua yaitu peningkatan status gizi balita yang terdiri dari pelayanan kesehatan dasar, penyuluhan kesehatan, pemberian makanan tambahan, dan mengajari gosok gigi serta cuci tangan. Sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan, terlebih dahulu kami adakan MMD pada tanggal 15 Desember 2015 di Rumah ketua RT III. Dari hasil MMD, Para tokoh masyarakat di RW III menyetujui program penurunan penyakit pada lansia dan peningkatan status gizi pada balita. Program penurunan penyakit pada lansia akan kami laksanakan pada 17 Desember 2015 jam 14.00 WIB dan program peningkatan status gizi pada balita kami laksanakan pada 18 Desember 2015 jam 14.00 WIB.
Pada tanggal 17 Desember pukul 14.00 sampai selesai di rumah Ketua RT III, telah dilaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan hipertensi, asam urat dan DM, pelayanan kesehatan dasar, pemeriksaan gula darah, asam urat dan kolesterol serta pemberian obat-obatan gratis yaitu suplemen untuk tulang dan vitamin C. Kegiatan ini dihadiri oleh 33 Lansia. Dari hasil pemeriksaan ada 3 lansia yang kadar gula darahnya melebihi normal‚ 3 lansia dengan asam urat dan 4 lansia memiliki kolesterol tinggi
Pada tanggal 18 Desember pukul 14.00 sampai selesai di rumah Ketua RT III, telah dilaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan dasar, penyuluhan kesehatan, pemberian makanan tambahan, dan mengajari gosok gigi serta cuci tangan serta pemberian hadiah bagi balita yang mencuci tangan dan gosok gigi yang benar. Kegiatan ini dihadiri oleh 23 balita.
Dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan ini yang menjadi kendala adalah pelaksanaan kegiatan ini yang menjadi kendala adalah tempat pelaksanaan kegiatan yang sempit, alat pemeriksaan yang kurang memadai karena persediaan alat yang terbatas sehingga lansia harus mengantri lama untuk menunggu gilirannya diperiksa, alat pemeriksaan yang kurang memadai karena persediaan stick yang terbatas, banyak anak yang rewel, dan harus dibujuk agar mau ditimbang, sehingga untuk selanjutnya perlu menyediakan banyak mainan untuk anak sehingga anak lebih mudah dibujuk agar mau ditimbang serta kegiatan dapat terlaksana dengan nyaman.

B.     Saran
1.        Saran Umum
Setelah menyimpulkan proses kegiatan asuhan kebidanan komunitas, panitia mengajukan saran-saran sebagai berikut:
a.         Perlu adanya kerja sama antara AKBID Bakti Utama Pati, Kelurahan Blaru, dan lahan praktek untuk menjalin komunikasi agar pembinaan yang telah dilakukan dapat diteruskan oleh semua pihak yang berkepentingan.
b.        Tenaga kesehatan sebaiknya lebih aktif memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.
2.        Saran Khusus
a.         Untuk masalah lansia dan balita telah dilakukan penyuluhan kesehatan dan pembagian leaflet kepada masyarakat secara individu. Tetapi masalah ini belum bisa ditindak lanjuti karena keterbatasan waktu. Diharapkan untuk kegiatan PKMD selanjutnya bisa dilakukan pembentukan kelembagaan yang berkaitan dengan masalah tersebut.
b.        Agar dilaksanakan kegiatan senam lansia
Pada pelaksanaan PKMD, kegiatan senam lansia belum bisa dilaksanakan karena keadaan hujan deras. Diharapkan untuk pelaksanaan PKMD selanjutnya bisa dilakukan senam lansia.



DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati dkk. 2011.Asuhan Kebidanan Komunitas.Yogyakarta:Nuha Medika
Pudiastuti, Ratna Dewi. 2011. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika.
Nugroho, Taufan, Vera Scorviani. 2010. Kamus Pintar Kesehatan.Yogyakarta : Nuha Medika.
Sustrani, Lanny dkk. 2004. Diabetes. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Bandiah‚Siti. 2009. Lanjut Usia Dan Perawatan Gerontik. Yogjakarta:Nuha Medika.
Prasetyani‚Eka. 2011. Ilmu KesehatanMasyarakat.Yogyakarta: Nuha Medika.
Yantini.2010. Kiat Sehat Saat Lansia. Banyumas:Nusa Indah