truth


counters

nama

Sunday 9 March 2014

makalah Masalah-masalah Psikologi pada Anak yang Sering Terjadi dan Kebutuhan Bimbingan Psikologis



BAB I
PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang
    Setiap orangtua memiliki peranan yang besar bagi anak terutama bagi psikologis anak. Selama ini yang diketahui orangtua pada umumnya adalah peran mereka sebatas membesarkan dan melindungi anak agar kelak menjadi individu yang mandiri dan kompeten. Namun seperti apa proses membesarkan anak terutama perkembangan psikologi anak, kerap menjadi tanda tanya.
     Maklum, setiap orangtua membawa sejumlah kualitas-kualitas pribadi dan berbagai kebutuhan yang kompleks dalam peranannya sebagai orangtua dalam membangun psikologi anak. Sama halnya seperti anak, orangtua juga memiliki jenis kelamin dan temperamen yang berbeda, sehingga turut memberikan cara-cara yang berbeda dalam pengasuhan yang secara tidak langsung berpengaruh pada psikologi anak.
     Hal lain yang mempengaruhi psikologi anak, orangtua turut membawa pengalaman masa lalunya terdahulu saat diasuh oleh orangtuanya di masa kecil dan sejumlah nilai-nilai budaya yang membentuk apa yang mereka lakukan saat ini. Selain itu, orangtua juga memiliki pola-pola kehidupan sosial yang dapat mempengaruhi psikologi anak seperti, hubungan bersama pasangan, keluarga besar, dan dunia kerja.
     Orangtua perlu melakukan sejumlah penyesuaian agar sejumlah kualitas-kualitas pribadi yang mereka bawa ke dalam pengasuhan anak, mampu memenuhi sejumlah kebutuhan-kebutuhan psikologi anak. Dengan berkembangnya psikologi anak, akan terpenuhi berbagai tuntutan perkembangannya, baik secara fisik dan motorik, kognitif alias kemampuan berpikir dan kecerdasan, kebutuhan emosi dan sosial, hingga kebutuhan akan berbagai nilai dan norma. Oleh karena itu, penulis membuat makalah dengan judul “Masalah-masalah Psikologi pada Anak yang Sering Terjadi dan Kebutuhan Bimbingan Psikologis”.

B.Rumusan Masalah
1.    Apa definisi psikologis ?
2.    Apa yang dimaksud masalah psikologis pada anak ?
3.    Apa saja masalah psikologis pada anak yang sering terjadi?
4.    Bagaimana kebutuhan bimbingan psikologis pada anak ?

C.Tujuan
1.      Untuk mengetahui definisi psikologi
2.      Untuk mengetahui apa itu masalah psikologis pada anak
3.      Untuk mengetahui apa saja masalah psikologis yang sering terjadi pada anak
4.      Untuk mengetahui apa saja kebutuhan bimbingan psikologis pada anak

BAB II
PEMBAHASAN


A.     Definisi Psikologi
Banyak ilmuan dan dokter menemukan bahwa teknologi dapat menganalisa keadaan psikologis dan emosional seseorang. Tanpa kita sadari bahwa sebenarnya reaksi emosional merupakan reaksi energi terhadap suatu persepsi karena setiap orang memiliki persepsi psikologis tentang diri dan lingkungannya dimana persepsi ini menjadi suatu proses mental, membentuk karakteristik impuls suatu proses mental serta pembentukan karakteristik.
Berikut ini adalah definisi psikologi:
1.    Wundt
Psikologi itu merupakan ilmu tentang kesadaran manusia
2.    Woodworth dan Marquis
 Psikologi merupakan ilmutentang aktivitas-aktivitas individu.
3.    Bianca
Psikologi merupakan ilmu tentang tingkah laku.
4.    Morgan
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku baik pada manusia maupun hewan.
5.    Sartain
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang di maksud dengan psikologi adalah merupakan suatu ilmu yang menyelidiki serta mempelajari tentang tingkah laku atau aktivitas-aktivitas di mana tingkah laku serta aktivitas-aktivitas itu sebagai manifestasi hidup kejiwaan (motorik, kognitif dan emosional).

B. Masalah Psikologi pada Anak
       Masalah atau gangguan psikologi pada anak meliputi perubahan emosi, fungsi fisik, perilaku dan kinerja mental. Permasalahan gangguan psikologis tersebut dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti gaya pengasuhan, masalah keluarga, kurangnya perhatian, penyakit kronis atau cedera, dan rasa kehilangan atau perpisahan.
       Anak biasanya tidak langsung bereaksi ketika masalah terjadi, tetapi akan menunjukkan reaksi kemudian hari. Bimbingan yang tepat dapat membantu anak dapat mempersiapkan diri jika dihadapkan pada masalah yang sifatnya traumatis pada anak. Orang tua harus dapat memotivasi anak agar lebih ekspresif menghadapi ketakutan dan kecemasannya.

C.Masalah-masalah Psikologi pada Anak yang Sering Terjadi
       Gangguan psikologis pada anak agak susah dikenali. Berikut antara lain ciri-ciri yang dapat menjadi pedoman para orang tua dalam melakukan diagnosis terhadap anak yang mengalami gangguan psikologis pada fungsi fisik dan kinerja mental.
1.      ADHD ( attention deficit hyperactivity disorder)
Menurut Psikolog Klinis Adriana S Ginanjar, Anak yang mengalami ADHD (attention deficit hyperactivity disorder), ciri-cirinya antara lain tidak bisa memusatkan perhatian, impulsif, dan hiperaktif. Anak-anak semacam ini akan mudah bosan dan cenderung agresif. Bahkan bisa memiliki reaksi berlebihan terhadap frustasi.
2.      Autisme
Autisme adalah gangguan perkembangan yang terjadi pada anak yang mengalami kondisi menutup diri. Gangguan ini mengakibatkan anak mengalami keterbatasan dari segi komunikasi, interaksi social, dan perilaku. Gejala anak autis termasuk anak tidak berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain. Gangguan ini biasanya terlihat sebelum anak mencapai usia 3 tahun, dan dapat membuat anak-anak bertindak sangat tidak tepat, seperti membenturkan kepala mereka pada hal-hal. Pada anak-anak Autistik beberapa cirinya adalah gangguan yang jelas pada perlaku non verbal seperti tidak bisa berbagi minat dengan orang lain dan suka menyendiri, terlambat untuk bisa berbicara, dan terikat pada ritual yang tidak fungsional.
3.      Sindrom Asperger
Anak yang mengalami Sindrom Asperger, pada umumnya tidak jauh berbeda dengan penderita autistik. Hanya saja pada anak autistik tidak mengalami keterlambatan bicara, tetapi cenderung menggunakan bahasa formal. Selain itu anak dengan Sindrom Asperger juga memiliki prestasi akademik dan kemampuan yang baik pada bidang tertentu.Syndrome asperger merupakan gangguan kejiwaan pada diri seseorang yang ditandai dengan rendahnya kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasi.
4.      Retardasi Mental
Pada anak yang mengalami Retardasi Mental, ciri utamanya adalah memiliki skor yang rendah pada tes intelegensi formal. Anak tersebut juga memiliki hambatan dalam menyelesaikan tugas sehari-harinya.

       Gangguan psikologisdi dunia saat ini sangat luas, dan begitu juga jumlah anak-anak yang terkena gangguan tersebut setiap hari. Ada juga berbagai gejala untuk setiap gangguan. Sangat penting bagi orangtua untuk mengetahui tentang gangguan psikologis yang dapat mempengaruhi anak-anak dan gejala untuk mengidentifikasi mereka, sehingga mereka dapat membantu anak-anak mereka dengan cara yang cepat dan efisien. Berikut ini adalah masalah psikologi anak berupa perubahan emosi:
a.    Gangguan Kecemasan
Kecemasan adalah jenis yang paling umum dari gangguan psikologis yang mempengaruhi anak-anak. Gejala utama dari gangguan kecemasan adalah kekhawatiran yang berlebihan, ketakutan atau kegelisahan.Ada berbagai jenis gangguan kecemasan, seperti ketakutan yang tidak beralasan situasi, paling sering disebut sebagai fobia, gangguan kecemasan umum, yang cenderung membuat anak-anak khawatir berlebihan tentang hal-hal yang tidak realistis, serangan panik, gangguan obsesif kompulsif, yang menyebabkan anak-anak mengulangi pola pikiran dan perilaku, seperti mencuci tangan, dan gangguan stres pasca-trauma, yang biasanya terjadi pada anak-anak yang mengalami peristiwa traumatis dalam hidup. Gangguan stres pasca-trauma menyebabkan kilas balik yang menyakitkan dan menakutkan dari peristiwa traumatik.
b.    Depresi parah
Depresi adalah gangguan psikologis lain yang sangat umum pada anak-anak. Depresi mempengaruhi emosi anak, membuat mereka merasa sedih atau tidak berharga. Mereka mungkin kehilangan motivasi untuk kegiatan yang mereka gunakan untuk sangat menikmati, dan mungkin memiliki perubahan nafsu makan dan pola tidur. Mereka mungkin mulai melihat dunia sebagai tempat yang putus asa, dan mereka tampaknya tidak peduli tentang apa pun. Semua gejala ini penting untuk menyadari karena ketika mereka menggabungkan, seorang anak dapat mempertimbangkan bunuh diri dan hidupnya mungkin dalam bahaya.
c.    Bipolar Disorder
Gangguan bipolar sering terlihat pada gejala perubahan suasana hati berlebihan yang tampaknya berubah dengan cepat dan pergi dari rendah ke tinggi dengan cepat. Saat-saat perubahan suasana hati berlebihan kadang-kadang dimoderatori oleh suasana hati biasa di antara, tapi selama periode suasana hati yang intens, anak-anak mungkin menunjukkan tanda-tanda seperti berbicara non-stop, menunjukkan penilaian buruk dan tidak tampak membutuhkan sangat banyak tidur. Jika tidak diobati tanpa obat, gangguan bipolar dapat menyebabkan depresi berat.

d.   Hiperaktif
Ini merupakan sebuah gangguan psikologi anak yang cukup sering terjadi. Seorang anak akan mendapatkan sebuah gangguan perilaku dimana mereka cenderung bergerak aktif bahkan super aktif di dalam rumah atau di lingkungan permainan bersama dengan teman-temannya. Anak-anak yang hiperaktif bisa membahayakan teman-temannya akibat perilaku yang terjadi secara spontan dan tanpa pikir panjang.
e.    Pemurung dan penyendiri
Ketika kita telah membahas mengenai anak-anak yang ceria bahkan hiperaktif, ada pula anak yang berperilaku sebaliknya. Mereka sangat sulit bergaul dan cenderung merasa malu dengan keadaan mereka sendiri. Anak-anak seperti ini juga tidak boleh dibiarkan berlarut karena jiwa sosial mereka tidak bisa berkembang jika selalu dibiarkan.
       Selain itu, masalah psikologi pada anak berupa perilaku dalam kehidupan sehari-hari antara lain sebagai berikut:
1.      Anak suka berbohong
             Kemungkinan besar anak berbohong disebabkan oleh karena orang tua acap kali melarang anak untuk mengatakan atau menceritakan sesuatu peristiwa atau kejadian yang benar. Sebagai ilusterasi, "Jagad secara terus terang mengatakan kepada ibunya bahwa ia pernah mencubit adiknya  sampai menangis meraung-raung." Mendengar pernyataan ini Ibunya langsung mencubit paha Jagad bahkan menampar pihinya hingga memar memerah.
             Suatu ketika Jagad marah pada adiknya karena mengganggu saat ia sedang belajar, ibunya datang, hati Jagad masih bergolak menahan rasa marahnya, akan tetapi Jagad mengatakan pada ibunya itu, bahwa ia sangat menyayangi adiknya. Mendengar penuturan ini ibunya langsung merangkul Jagad dengan mencium pipinya dan mengusap-usap kepalanya.Dari contoh ilusterasi di atas dapat kita tarik kesimpulan, bahwa berbicara benar membuat seorang anak , mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan, merasakan kesakitan, dicubit dan ditampar oleh ibunya, sedangkan dengan berbohong mengatakan yang bukan sebenarnya mendapatkan sesuatu yang menyenangkan. Pengalaman itu mengajarkan kepada anak bahwa ibu lebih menyukai kepada anaknya yang berbohong. Hal seperti inilah yang acap kali dikeluhkan oleh seorang ibu karena anak-anaknya sering berbohong. Orang tua terutama seorang ibu sering kali menyalahkan anak-anaknya yang sering kali berbohong. Padahal secara tak disadarinya, kelakuan dan sikap anak untuk berbicara bohong itu akibat dari prilaku dan tindakannya sendiri dalam menyikapi suatu kejadian di dalam keluarga berkait dengan anak-anaknya. Dan berbicara bohong dari anak-anaknya tersebut merupakan hasil dari didikkannya sendiri.
             Solusi:Berkait dengan masalah tersebut di atas, jika orang tua menginginkan anak-anaknya bersikap jujur, dan tidak berbohong, maka seyogyanyalah harus bersedia untuk mendengarkan suatu kebenaran baik kebenaran itu terasa manis atau pahit, baik ataupun buruk yang dinyatakan oleh seorang anak. Jangan sampai anak merasa takut untuk mengungkapkan segala isi hatinya.
2.      Anak suka berkelahi
             Berdasarkan studi Gentile dan Bushman mengatakan, ada enam faktor yang dapat menyebabkan anak menjadi pengganggu atau bullying terhadap temannya. “Ketika semua faktor-faktor risiko dialami oleh anak-anak, risiko agresi dan perilaku intimidasi akan tinggi. 1-2 faktor risiko bukanlah masalah besar bagi anak-anak, tetapi orangtua masih membutuhkan bantuan untuk mengatasi,” kata Gentile.
             Solusi: memberi teguran dan nasihat yang baik. Ini termasuk metode pendidikan yang sangat baik dan bermanfaat untuk meluruskan kesalahan anak.
3.      Anak suka mencuri
             Kadang-kadang orang tua merasa terkejut dan bingung sewaktu pertama kali mengetahui anaknya mencuri.Orang tua lantas mungkin berpikir bahwa ini merupakan hal yang wajar dalam perkembangan anak.Anggapan ini tentu saja tidak benar.Jadi, sekecil apa pun pencurian yang dilakukan anak, orang tua harus melarang dan menghentikannya.Boleh dikata hal ini kerap kali terjadi, terutama dalam keluarga yang memiliki anak berusia empat sampai tujuh tahun. Pada usia ini anak cenderung untuk mengambil apa yang bukan haknya.
             Sebenarnya, perbuatan mencuri yang dilakukan anak-anak balita bukanlah tingkah laku yang menyimpang. Tetapi bila orang tua tidak menanganinya dengan benar, tingkah laku yang tidak berbahaya itu dapat mengarah menjadi perbuatan yang berakibat lebih jauh.Mencuri di kalangan anak-anak balita sering terjadi. Ini disebabkan karena mereka belum mempunyai konsep kemilikan. Anak-anak belum mempunyai batas yang tegas antara milik sendiri dan milik orang lain. Bila mereka melihat sesuatu yang disukainya, mereka akan mengam-bilnya. Bagi mereka seolah berlaku prinsip: “Aku lihat, aku suka, aku mau, aku ambil. Anak kecil belum mengerti bahwa dengan mengambil benda yang dinginkan tanpa izin si pemilik, ia melanggar hak milik teman tersebut dan akan merugikan si teman itu.  Pada umumnya, orangtua pasti akan merasa kaget, kecewa, dan malu bila mengetahui bahwa anak mereka telah mencuri sesuatu milik orang lain. Namun, janganlah orangtua bertindak tergesa-gesa, langsung marah-marah kepada anak, apalagi menghukumnya dengan cara yang berlebihan. Sebab, tidak semua anak mencuri karena niat yang sudah direncanakan.
             Solusi dari permasalahan anak yang suka mencuri antara lain:
a.       Mendidiknya dalam kebenaran.
Bimbinglah anak dengan ajaran Agama, tingkatkan keimanan dengan mengajak anak melakukan kegiatan ibadah bersama keluarga dan berilah pengertian dengan penuh kasih sayang.
b.      Memasukkan konsep nilai yang benar.
Sejak kecil orang tua sudah harus mendidik perbedaan antara "ini milik kamu" dan "ini milik saya". Jangan membiarkan anak sembarangan mengambil barang orang lain. Kalau dalam tas atau di saku ditemukan barang milik teman, anak harus segera mengembalikannya.

D.     Kebutuhan Bimbingan Psikologi
Pendekatan-pendekatan digunakan dalam layanan bimbingan untuk memenuhi kebutuhan bimbingan psikolog pada anak. Menurut Myrick (dalam Muro & Kottman, 1995) ada empat pendekatan yang dapat dirumuskan sebagai suatu pendekatan dalam bimbingan, yaitu pendekatan krisis, remedial, preventif dan perkembangan.
1.      Pendekatan kritis
Dalam pendekatan krisis layanan bimbingan dilakukan bilamana ditemukan adanya suatu masalah yang krisis yang harus segera ditanggulangi, dan guru atau pembimbing bertindak membantu anak yang menghadapi masalah tersebut untuk menyelesaikannya. Teknik yang digunakan dalam pendekatan ini adalah teknikteknik yang secara “pasti” dapat mengatasi krisis tersebut. Contoh : seorang anak menangis ketika anak bermain di luar kelas karena tangannya berdarah dilempar batu oleh teman sebayanya. Guru atau pembimbing yang menggunakan pendekatan krisis akan meminta anak untuk membicarakan penyelesaian masalahnya dengan teman yang telah melukainya. Bahkan mungkin guru atau pembimbing segera memanggil anak yang telah bersalah tersebut untuk menghadap dan membicarakan penyelesaian masalah yang telah dilakukannya.
2.      Pendekatan Remidial
Dalam pendekatan remedial, guru atau pembimbing akan memfokuskan bantuannya kepada upaya penyembuhan atau perbaikan terhadap kelemahan-kelemahan yang ditampakkan anak. Tujuan bantuan dari pendekatan ini adalah untuk menghindarkan terjadinya krisis yang mungkin dapat terjadi. Berbagai strategi dapat digunakan untuk membantu anak, seperti mengajarkan kepada anak keterampilan belajar, keterampilan bersosial dan sejenisnya yang belum dimiliki anak sebelumnya.
Guru atau pembimbing yang menggunakan pendekatan remedial untuk contoh kasus di atas, akan mengambil tindakan mengajarkan anak keterampilan berdamai sehingga anak dapat memiliki keterampilan untuk mengatasi masalah-masalah hubungan antar pribadi. Misal guru atau pembimbing meminta anak yang telah melempar temannya dengan batu untuk meminta maaf atas perbuatannya, dan berjanji untuk tidak mengulanginya. Mereka diminta untuk bersalaman dan bermain kembali.
3.      Pendekatan Preventif
Pendekatan preventif merupakan pendekatan yang mencoba mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin akan muncul pada anak dan mencegah terjadinya masalah tersebut. Masalah-masalah pada anak taman kanak-kanak dapat berupaperkelahian, pencurian, merusak, menyerang dan sebagainya. Pendekatan preventif didasarkan pemikiran bahwa jika guru atau pembimbing dapat membantu anak untuk menyadari bahaya dari berbagai aktivitas itu maka masalah dapat dihindari sebaik-baiknya.
Pendekatan preventif ini dapat dilakukan dengan cara menyampaikan informasi kepada anak tentang akibat dari suatu tindakan tertentu. Dalam contoh kasus di atas, guru yang menggunakan pendekatan preventif akan mengajak anakuntuk mendengarkan cerita guru atau pembimbing yang memuat pesan untuk menjaga atau mencegah terjadinya suatu tindakan yang akan merugikan diri sendiri dan orang lain dan belajar untuk bersikap toleran dan memahami orang lain.
4.      Pendekatan Perkembangan
Dalam pendekatan perkembangan, kebutuhan akan layanan bimbingan di taman kanak-kanak muncul dari karakteristik dan permasalahan perkembangan anak didik, baik permasalahanyang berkenaan dengan perkembangan fisik motorik, kognitif, sosial, emosi, maupun bahasa.
Pendekatan perkembangan dalam bimbingan lebih berorientasi pada bagaimanamenciptakan suatu lingkungan yang kondusif agar anak didik dapat berkembang secara optimal.
Berbagai teknik dapat digunakan dalam pendekatan ini seperti mengajar, tukar informasi, bermain peran, melatih, tutorial dan konseling.


BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Masalah atau gangguan psikologi pada anak meliputi perubahan emosi, fungsi fisik, perilaku dan kinerja mental.
Berikut ini adalah masalah atau gangguan psikologi pada anak pada fungsi fisik dan kinerja mental:
1.      ADHD ( attention deficit hyperactivity disorder)
2.      Autisme
3.      Sindrom Asperger
4.      Retardasi Mental
Berikut ini adalah masalah atau gangguan psikologi pada anak pada perubahan emosi:
1.      Gangguan Kecemasan
2.      Depresi parah
3.      Bipolar Disorder
4.      Hiperaktif
5.      Pemurung dan Penyendiri
Berikut ini adalah masalah psikologi anak pada perilakunya:
1.      Anak suka berbohong
2.      Anak suka berkelahi
3.      Anak suka mencuri
Pendekatan-pendekatan digunakan dalam layanan bimbingan untuk memenuhi kebutuhan bimbingan psikolog pada anak. Menurut Myrick (dalam Muro & Kottman, 1995) ada empat pendekatan yang dapat dirumuskan sebagai suatu pendekatan dalam bimbingan, yaitu pendekatan krisis, remedial, preventif dan perkembangan.

B.     Saran
Sebaiknya orang tua menetahui masalah-masalah psikologis pada anak yang sering terjadi agar dapat memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan bimbingan psikologinya.

makalah pelayanan kolaborasi



BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktik profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan.
Layanan kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaaan atau sebagai salah satu dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi lahir dengan resiko tinggidan memberikan pertolongan pertama sesuai prioritas. Contoh pelayanan kebidanan kolaborasi adalah ibu hamil yang di sertai komplikasi hipertensi.
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka tercapainya keluarga yang berkualitas. Pelayanan kebidanan merupakan layanan yang diberikan oleh bidan sesuia kewenangan yang diberikan dengan maksud meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka tercapainya keluarga yang berkualiatas, bahagia dan sejahtera. Pada pelayanan kebidanan terdapat tiga macam pelayanan kebidanan yaitu pelayanan kebidanan pelayanan bidan tugas mandiri, pelayanan kebidanan kolaborasi, dan pelayanan kebidanan rujukan. Oleh karena itu, penulis membuat makalah dengan judul “Pelayanan Kolaborasi”.

B.   Rumusan Masalah
1.      Apa definisi pelayanan kebidanan?
2.      Bagaimana pelayanan kolaborasi dalam kebidanan itu?

C.   Tujuan
1.      Untuk mengetahui definisi pelayanan kebidanan.
2.      Untuk mengetahui pelayanan kolaborasi dalam kebidanan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.   Definisi Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan melalui asuhan kebidanan kepada klien yang menjadi tanggung jawab bidan, mulai dari kehamilan,persalinan,nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana, termasuk kesehatan reproduksi wanita dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan Kebidanan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yg diberikan oleh bidan yg telah terdaftar yg dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan. (Dra.Hj. Suryani soepardan, Dipl.M,MM, 2008 : 4-5)
Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktek profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan dengan tujuan meningkatkan KIA dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat.
Pada pelayanan kebidanan terdapat tiga macam pelayanan kebidanan yaitu pelayanan kebidanan pelayanan bidan tugas mandiri, pelayanan kebidanan kolaborasi, dan pelayanan kebidanan rujukan.
Sasaran pelayanan kebidanan adalah masyarakat khususnya perempuan yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Upaya promotif meliputi meningkatkan kesadaran individu, keluarga dan masyarakat untuk berprilaku hidup sehat, meningkatkan proporsi keluarga yang memiliki akses terhadap sanitasi dan air bersih dan melakukan upaya penyuluhan kesehatan baik dengan menggunakan media ataupun langsung kepada masyarakat.
Upaya preventif meliputi meningkatkan cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, melakukan kunjungan antenatal secara rutin, mengkonsumsi makanan gizi seimbang, meningkatkan cakupan imunisasi dasar, meningkatkan pertolongan persalinan yang aman dan bersih, meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan sebagainya.
Upaya Kuratif meliputi meningkatkan sistem rujukan dan kolaborasi yang berkesinambungan, melakukan perawatan dan pengobatan sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawab.
Upaya Rehabilitatif meliputi pasien penderita lumpuh melakukan rehabilitasi dengan mengikuti fisioterapi, pasien pasca operasi gangguan reproduksi (kanker rahim, kista, dll)

B.   Pelayanan Kolaborasi
Kolaborasi adalah hubungan saling berbagi tanggung jawab (kerjasama) dengan rekan sejawat atau tenaga kesehatan lainnya dalam memberi asuhan pada pasien. Dalam praktiknya, kolaborasi dilakukan dengan mendiskusikan diagnosis pasien serta bekerjasama dalam penatalaksanaan dan pemberian asuhan. Masing-masing tenaga kesehatan dapat saling berkonsultasi dengan tatap muka langsung atau melalui alat komunikasi lainnya dan tidak perlu hadir ketika tindakan dilakukan. Petugas kesehatan yang ditugaskan menangani pasien bertanggung jawab terhadap keseluruhan penatalaksanaan asuhan.
Pelayanan kebidanan kolaborasi adalah pelayanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya di lakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan. Tujuan pelayanan ini adalah berbagi otoritas dalam pemberian pelayanan berkualitas sesuai ruang lingkup masing-masing.
Elemen kolaborasi mencakup:
1.      Harus melibatkan tenaga ahli dengan keahlian yang berbeda, yang dapat bekerjasama secara timbal balik dengan baik.
2.      Anggota kelompok harus bersikap tegas dan mau bekerjasama.
3.      Kelompok harus memberi pelayanan yang keunikannya dihasilkan dari kombinasi pandangan dan keahlian yang di berikan oleh setiap anggota tim tersebut.
Tugas pelayanan kolaborasi /kerjasama terdiri dari:
1.      Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
2.      Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil resiko tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
3.      Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dan pertolongan pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
4.      Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dan pertolongan pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
5.      Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dan pertolongan pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
6.      Memberikan asuhan kebidanan pada balita resiko tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.

Contoh kasus :
1.         Kolaborasi bidan dengan ahli gizi
Ny. T datang ke bidan A untuk konsultasi tentang keadaannya yang masih dalam masa nifas. Ternyata setelah diperiksa, status gizi Ny. T buruk dan Ny. T mengalami anemia berat.  untuk menangani hal itu, bidan A berkolaborasi dengan ahli gizi dalam upaya perbaikan status gizi Ny. T yang mengalami gizi buruk dan anemia berat.
2.         Kolaborasi bidan dengan Psikolog
Anak Ny. W meninggal satu minggu yang lalu, akibat hal itu Ny. W mengalami depresi. Untuk menangani depresi Ny. W yang kehilangan anaknya, bidan A berkolaborasi dengan psikolog.


a.       Perkembangan Proses Kolaborasi
      Pada awalnya, praktik kolaborasi menggunakan model hierarki yang menekankan komunikasi satu arah, kontak terbatas antara pasien dan dokter, dan menempatkan dokter sebagai tokoh yang dominan.
      Pola tersebut berkembang menjadi  model praktik kolaborasi yang menekankan komunikasi dua arah, tetapi tetap menempatkan dokter pada posisi utama dan membatasi hubungan antara dokter dan pasien.
      Pola yang ketiga lebih berpusat pada pasien. Sesama pemberi pelayanan harus dapat bekerja sama, begitu juga dengan pasien. Model ini berbentuk melingkar. Menekankan kontinuitas dan kondisi timbal balik satu sama lain. Tidak ada satu pemberi pelayanan yang mendominasi secara terus menerus.
b.      Kolaborasi Dalam Praktik Kebidanan
      Dalam praktik pelayanan kebidanan, layanan kolaborasi adalah asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien dengan tanggung jawab bersama semua pemberi pelayanan yang terlibat. Misalnya: bidan, dokter, dan atau tenaga kesehatan profesional lainnya. Bidan merupakan anggota tim.
      Bidan meyakini bahwa dalam memberi asuhan harus tetap menjaga, mendukung, dan menghargai proses fisiologis manusia. Intervensi dan penggunaan teknologi dalam asuhan hanya atas indikasi. Rujukan yang efektif dilakukan untuk menjamin kesejahteraan ibu dan bayinya. Bidan adalah praktisi yang mandiri. Bidan bekerja sama mengembangkan kemitraan dengan anggota dan kesehatan lainnya. Dalam melaksanakan tugasnya, bidan melakukan kolaborasi, konsultasi, dan perujukan sesuai dengan kondisi pasien, kewenangan, dan kemampuannya.



BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
    Kolaborasi adalah hubungan saling berbagi tanggung jawab (kerjasama) dengan rekan sejawat atau tenaga kesehatan lainnya dalam memberi asuhan pada pasien. Dalam praktiknya, kolaborasi dilakukan dengan mendiskusikan diagnosis pasien serta bekerjasama dalam penatalaksanaan dan pemberian asuhan. Masing-masing tenaga kesehatan dapat saling berkonsultasi dengan tatap muka langsung atau melalui alat komunikasi lainnya dan tidak perlu hadir ketika tindakan dilakukan. Petugas kesehatan yang ditugaskan menangani pasien bertanggung jawab terhadap keseluruhan penatalaksanaan asuhan.
     Dalam praktik pelayanan kebidanan, layanan kolaborasi adalah asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien dengan tanggung jawab bersama semua pemberi pelayanan yang terlibat. Misalnya: bidan, dokter, dan atau tenaga kesehatan profesional lainnya. Bidan merupakan anggota tim.

B.     Saran
a.       Bidan
Sebaiknya bidan melakukan kolaborasi dengan sesama bidan atau dengan tenaga kesehatan lainnya jika menemukan pasien yang membutuhkan penanganan yang tidak bisa ditangani bidan sendiri tapi juga memerlukan bantuan tenaga kesehatan lain.
b.      Untuk tenaga kesehatan lain
Sebaiknya tenaga kesehatan tidak membeda-bedakan masyrakat dalam memberikan pelayanan kolaborasi.
c.       Untuk Instansi pelayanan kesehatan
Sebaiknya Instansi pelayanan kesehatan menyediakan pelayanan kolaborasi untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
d.      Untuk Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mendukung adanya pelayanan kolaborasi.