DIARE
A.
Pengertian
Diare
adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Buangan air besar yang
tidak normal dan bentuk tinja yang cair dengan frekuensi yang lebih banyak dari
biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3x buang air besar,
sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4x buang air besar.
B.
Tanda gejala
1. Cengeng
2. Gelisah
3. Suhu
menngkat
4. Nafsu
makan menurun
5. Tinja
cair, lendir kadang-kadang ada darahnya. Lama-lama tinja berwarana hijau dan
asam.
6. Anus
lecet
7. Dehidras,
bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi volume darah berkurang nadi cepat dan
kecil, denyut jantung cepat, tekanan darah turun, kesadaran menrun dan diahiri
dengan syok.
8. Berat
badan turun
9. Turgor
kulit menurun.
10. Mata
dan ubun-ubun cekung
11. Selaput
lendir dan mulut serta kulit menjadi kering.
C.
Etiologi/Penyebab
Terjadinya
diare dapat disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya adalah sebagai
berikut :
1. Infeksi
a. Enteral
yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama terjadinya diare yang meliputi :
1) Infeksi
bakteri : vibrio, E.coli, Salmnella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas, dan sebagainya.
2) Infeksi
virus Enterovirus (virus ECHO) Coxsaekre, Polomyelitis, Adenovirus, Rotavirus,
Astrovirus, dan sebagainya.
3) Infeksi
parasit cacing (Ascaris Irichius, Oxyrus, Stronglodies) Protozoa (Entamoeba
Histolytica, Giardia, Lamblia, Trochomonas hominis), jamur (Candida Albicans).
b. Parental
yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan. Misalnya OMA (Otitis
Media Akut). Tobngsilofatringitis, Bronkopneumia, Ensefalitis, dan sebagainya.
2. Malbsorbsi
a. Karbohidrat
: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa). Monosakarida
(intoleransi glukosa dan galaktosa). Pada anak dan bayi yang paling berbahaya
adalah intoleransilaktosa.
b. Lemak
c. Protein
3. Makanan,
misalnya basi, beracun, alergi
4. Psikologis,
misalnya rasa takut atau cemas.
D.
Patofisiologis
Diare
pada dasarnya dapat disebabkan oleh faktor infeksi, Malbsorbsi, makanan dan
psikologis, namun seteah terjadi diare maka dapat menyebabkan perubahan pada
tubuh, sebagai berikut :
1. Frekuensi
BAB meningkat
Frekuensi BAB meningkat yang menjadikan
tubuh kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan atau dapat pula
menyebabkan gangguan integritas kulit perianal. Bila tubuh kehilangan cairan
dan elektrolit secara berlebihan maka dapat menyebabkan gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit dan asidosis metabolik. Penderita Asidosis metabolik akan
mengarah ke sesak lalu mengalami gangguan pertukaran gas. Sedangkan bila pasien
diare mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit maka akan
menyebabkna dehidrasi lalu mengarah ke kekurangan volume cairan dan yang lebih
parahnya dapat terjadi resiko syok (hipovolemi).
2. Distensi
abdomen
Bila diare mengarah ke distensi abdomen
maka penderita akan mual muntah, hal ini akan menjadikan pasien mengalami
penurunan nafsu makan maka akan berujung ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
E.
Penatalaksanaan
Menurut
Hidayat (2005) penatalaksanaan atau penanggulangan penderita diare di rumah
antara lain:
a. Memberi
tambahan cairan
Berikan cairan lebih sering dan lebih lama pada setiap
kali pemberian, jika anak memperoleh ASI eksklusif berikan oralit atau air matang
sebagai tambahan. Anak yang tidak memperoleh ASI eksklusif berikan 1 atau lebih
cairan berikut : oralit, cairan makanan (kuah, sayur, air tajin) atau air
matang. Sebagai tenaga kesehatan harus memberitahu ibu berapa banyak cairan seharinya
: 1) Sampai umur 1 tahun : 50 sampai 100 ml setiap kali berak. 2) Umur 1 sampai
5 tahun : 100 sampai 200 ml setiap kali berak. Minumkan cairan sedikit demi
sedikit tetapi sering dan jika muntah tunggu 10 menit kemudian lanjutkan lagi
sampai diare berhenti.
b. Memberi makanan
Saat diare anak tetap harus diberi makanan yang
memadai, jangan pernah mengurangi makanan yang biasa dikonsumsi anak, termasuk
ASI dan susu. Hindari makanan yang dapat merangsang pencernaan anak seperti
makanan yang asam, pedas atau buah-buahan yang mempunyai sifat pencahar. Bila
diare terjadi berulang kali, balita atau anak akan kehilangan cairan atau
dehidrasi yang ditandai dengan :
1) Anak menangis tanpa air mata
2) Mulut dan bibir kering
3) Selalu merasa haus
4) Air seni keluar sedikit dan berarna gelap, ada
kalanya tidak keluar sama sekali.
5) Mata cekung dan terbenam
6) bayi tanda dehidrasi bias dilihat dari ubun-ubun
yang menjadi cekung
7) Anak mudah mengantuk
8) Anak pucat dan turgor tidak baik
Untuk menanggulanginya perlu diberi
cairan banyak, tidak harus oralit. Bisa berupa teh manis, larutan gula garam
atau sup. Air tajin justru cukup efektif bagi bayi untuk mengatasi diare. Dan
jauh lebih baik dibandingkan dengan oralit karena tajin mengandung glukosa
primer yang mudah diserap. Penggunaan air tajin sebagai obat diare tidak
berbahaya untuk bayi sekalipun (Suryana, 2005)
Penatalaksanaan penderita diare di
tempat pelayanan kesehatan atau penatalaksanaan secara medis (Ngastiyah, 2005):
1) Pemberian cairan
a) Cairan
peroral, diberikan pada pasien dengan dehidrasi rungan atau sedang bisa diberi
oralit
b) Cairan
parenteral, pemberiannya dapat diberikan dengan cara melalui intra vena
misalnya cairan Ringer Laktat (RL) yang selalu tersedia di fasilitas kesehatan
dimana saja.
c) Pengobatan
Diatetik
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan
berat badan < 7 kg jenis makanannya adalah :
a) Susu (ASI
dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak
jenuh, misalnya LLM (Low Lactose Milk), Almiron atau sejenis lainnya).
b) Makanan
setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila anak tidak mau minum
susu karena di rumah tidak biasa.
c) Susu khusus
yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak
mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh.
2) Obat-Obatan
Prinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan
yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain :
a) Asetosal
dosis 25 mg/kg BB/hari
b) Khlorpromazin
dosis 0,5-1 mg/kg BB/hari.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Sudarti. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Dan Anak Balita. Yogyakarta: Nuha
Medika.
2.
Hastuti puji. 2011. Standar Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Pati : BUP.
3.
Alimul Hidayah, Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk
Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
No comments:
Post a Comment