BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian terpadu dari Pembangunan
Nasional yang antara lain mempunyai tujuan untuk mewujudkan bangsa yang maju
dan mandiri serta sejahtera lahir batin. Salah satu ciri bangsa yang maju
adalah bangsa yang mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat
kesehatan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas
sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang sehat akan lebih produktif dan
meningkatkan daya saing bangsa. Oleh karena itu pembangunan kesehatan menempati
peran penting dalam Pembangunan Nasional.
Kesehatan adalah tanggungjawab bersama dari setiap individu,
masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan pemerintah,
tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka,
hanya sedikit yang akan dicapai. Perilaku sehat dan kemampuan masyarakat untuk
memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan
keberhasilan pembangunan kesehatan.
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan. Namun, masalah
kematian ibu dan bayi di Indonesia masih merupakan masalah besar. Dengan
demikian, pelayanan kesehatan ibu dan anak menjadi prioritas utama dalam
pembangunan kesehatan di Indonesia.
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi
penting dan strategis terutama dalam penurunan angka kematian ibu (AKI) dan
angka kematian bayi (AKB). Kebidanan berasal dari kata “Bidan”
yang artinya adalah seseorang yang telah mengikuti pendidikan tersebut dan
lulus serta terdaftar atau mendapat ijin melakukan praktek kebidanan. Sedangkan
kebidanan sendiri mencakup pengetahuan yang dimiliki bidan dan kegiatan
pelayanan yang dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi yang dilahirkan.
Sudah merupakan tugas seorang bidan sebagai tenaga kesehatan untuk mengetahui
masalah pelayanan kebidanan yang meliputi kematian ibu dan bayi, kehamilan
remaja, angka kejadian BBLR, PUS (Pasangan Usia Subur), Pertolongan persalinan
oleh tenaga non medis, dan IMS.
B.
Rumusan Masalah
Apa saja masalah pelayanan kebidanan ditingkat
pelayanan kesehatan?
C.
Tujuan
Untuk mengetahui masalah pelayanan
kebidanan di tingkat pelayanan kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kematian Ibu dan Bayi
Angka Kematian
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator derajat
kesehatan. Namun, masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia masih merupakan
masalah besar. Dengan demikian, pelayanan kesehatan ibu dan anak menjadi
prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia.
a. Kematian
Ibu
Kematian ibu adalah kematian
yang terjadi pada ibu selama masa kehamilan atau dalam 42 hari setelah
berakhirnya kehamilan, tanpa melihat usia dan lokasi kehamilan, oleh setiap
penyebab yang berhubungan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau
penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau incid. (Depkes RI, 2009).
Angka Kematian Ibu (AKI)
merupakan tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu, yang manjadi indikator
terpenting untuk menilai kualitas pelayanan obstetri dan ginekologi di suatu
wilayah. Menurut SDKI tahun 2007, AKI di Indonesia tahun 2007 sebesar
248/100.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan AKI menurut SDKI tahun
2003 sebesar 307/100.000 kelahiran hidup, AKI tersebut sudah jauh menurun,
namun masih jauh dari target MDGs 2015 yaitu sebesar 102/100.000 kelahiran
hidup. Sehingga masih memerlukan kerja keras dari semua komponen untuk mencapai
target tersebut. Bidan sebagai tenaga kesehatan dalam tatanan pelayanan
kebidanan komunitas di lini terdepan, mempunyai peranan penting dalam penurunan
AKI yang dinilai masih tinggi.
b. Kematian
Bayi
Kematian bayi adalah kematian
yang terjadi saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat 1 tahun
(Depkes RI, 2009). Menurut SDKI tahun 2003, AKB sebesar 35/1000 kelahiran
hidup. Sedangkan berdasarkan perhitungan BPS tahun 2007 sebesar 27/1000
kelahiran hidup. Adapun target AKB pada MDG’s 2015 sebesar 17/1000 kelahiran
hidup. Penyebab kematian bayi meliputi : Gangguan perinatal (34,7%), Sistim
pernapasan (27,6 %), Diare (9,4%), Sistim pencernaan (4,3%) dan Tetanus (3,4%).
c. Upaya
menurunkan AKI dan AKB:
1. Melaksanakan
kelas ibu hamil berkualitas
2. Pelaksanaan
P4K yang berkualitas
3. Membangun
kemitraan bidan dan dukun
4. Implentasi
pertolongan persalinan empat tangan di fasilitas kesehatan
5. Implentasi
penempatan bidan di desa dan berdomisili di desa
6. Peningkatan
fungsi PONED
7. Optimalisasi
desa siaga
d. Peran
bidan
1. Melakukan
pencatatan kelahiran dan kematian ibu dan bayi serta mengidentifikasi penyebab
kematian ibu dan bayi dengan melibatkan peran serta masyarakat.
2. Bekerja
sama dengan tokoh masyarakat untuk mengadakan desa siaga yang meliputi
pengaturan transportasi setempat yang siap melakukan rujukan kedaruratan,
mengadakan pengaturan biaya bagi masyarakat yang tidak mampu atau dapat
mengadakan tabungan ibu bersalin pada ibu hamil sebagai persiapan untuk biaya
persalinannya nanti, melakukan pengorganisasian donor darah berjalan serta
mencari calon pendonor bagi ibu bersalin nanti sebagai antisipasi jika dalam
persalinan ibu terjadi perdarahan sehingga tidak sampai terjadi kematian ibu.
3. Melakukan
pelaksanaan pertemuan rutin GSI (gerakan sayang ibu) dalam promosi “suami,
bidan dan desa SIAGA”
B.
Kehamilan Remaja
a. Pengertian
Di Indonesia
rata-rata kehamilan remaja terjadi pada usia 14-19 tahun. Hal ini didapatkan
dari hasil survey knowledge, attitude, practice. Kehamilan remaja adalah
kehamilan yang terjadi pada wanita usia 14-19 tahun baik melalui proses
pranikah atau nikah. Hamil diluar nikah yang terjadi pada remaja yang di
Indonesia yang pemerintahannya tidak peduli dengan masyarakat belum bergerak
secara signifikan dalam masalah ini, akan menimbulkan hal-hal yang lebih besar
dikemudian hari. Hal masa depanpun menjadi masalah misalnya malu terhadap
teman,lingkungan dan juga merasa remaja sudah musnah.Selain itu ketidak
stabilan emosi dan ekonomi juga sangat mempengaruhi apalagi jika hal ini
terjadi pada keluarga yang kurang mampu. Maka akan terjadi penolakan terhadap
anak yang nanti akan dilahirkan.
b. Hal
yang mengakibatkan terjadinya kehamilan remaja antara lain
1. Kurangnya
peran orang tua dalam keluarga
Perhatian dan peran orang tua amat
berpengaruh besar terhadap perkembangan mental dan kejiwaan si anak. Anak yang
tidak merasakan ketentraman didalam keluarganya akan cenderung mencari
ketentraman di luar dengan berbagai cara, ada kalanya mereka melakukan hal-hal
yang banyak diantaranya yang cenderung melakukan hal-hal negatif sebagai bentuk
kekesalan mereka terhadap kedua ibu bapaknya.
2. Perkembangan
IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat
Semakin majunya IPTEK membuat para
remaja semakin mudah untuk mendapatkan informasi-informasi mengenai seks dan
apabila hal ini tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat maka dapat
membuat para remaja terjerumus ke arah pergaulan yang salah dan sehingga
terciptalah perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan norma dan agama yang
berlaku
3. Kurangnya
Pendidikan Seks dari Orang Tua dan Keluarga terhadap Remaja
Berdasarkan penelitian yang didapat
sejak September 2007 yang dilakukan di 4 kota di Indonesia. Dengan mengambil
450 responden dan dengan kisaran usia antara 15 – 24 tahun, kategori masyarakat
umum dan dengan kelas sosial menengah ke atas dan ke bawah. Didapakan informasi
bahwa sekitar 65% informasi tentang seks didapat dari kawan 35% dari film
porno. Dan hanya 5% yang mendapatkan informasi tentang seks dari orang tua.
c. Masalah
yang timbul akibat kehamilan remaja
1. Masalah
Kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi merupakan
masalah penting untuk mendapatkan perhatian terutama dikalangan remaja. Remaja
yang kelak akan menikah dan menjadi orang tua sebaiknya mempunyai kesehatan
reproduksi yang prima sehinnga dapat menurunkan generasi sehat. Dikalangan
remaja telah terjadi semacam revolusi hubungan seksual yang menjurus kearah
diberalisasi yang dapat berakibat timbulnya berbagai penyakit hubungan seks
yang merugikan alat reproduksi. Bila pada saatnya diperlukan untuk hamil
normal, besar kemungkinan kesehatan reproduksi sudah tidak optimal dan dapat
menimbulkan berbagai akibat samping kehamilan. Dengan demikian dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan kesehatannya sehingga dapat mempersiapkan diri untuk
hamil dalam keadaan optimal.
2. Masalah
Psikologi Pada Kehamilan Remaja
Remaja yang hamil diluar nikah
menghadapi berbagai masalah psikologis yaitu rasa takut, kecewa, menyesal, dan
rendah diri terhadap kehamilannya sehingga terjadi usaha untuk menghilangkan
dengan jalan gugur kandung. Gugur kandung mempunyai kerugian yang paling kecil
bila dibandingkan dengan melanjutkan kehamilan. Sukur bila kehamilannya terjadi
menjelang kehamilan sehinnga segera dilanjutkan dengan pernikahan. Keadaan akan
makin rumit bila pemuda atau laki-laki yang menghamili malah tidak bertanggung
jawab sehingga derita hanya ditanggung sendiri dengan keluarga. Keluargapun
menghadapi masalah yang sulit ditengah masyarakat seolah-olah tidak mampu
memberikan pendidikan moral pada anak gadisnya.
3. Masalah
sosial dan ekonomi keluarga
Perkawinan yang dianggap
dapatmenyelesaikan masalah kehamilan remaja tidak lepas dari kemelut seperti:
1) Penghasilan
yang terbatas sehingga kelangsungan hamilnya dapat menimbulkan berbagai masalah
kebidanan
2) Putus
sekolah sehingga pendidikan jadi terlantar
3) Putus
kerja, karena berbagai alasan, sehingga menambah sulitnya masalah sosial
ekonomi
4) Ketergantungan
sosial ekonomi pada keluarga menimbulkan stres (tekanan batin)
5) Nilai
gizi yang relativ rendah dapat menimbulkan berbagai masalah kebidanan
Bila remaja memilih untuk mengasuh
anaknnya sendiri,masyarakat nelum siap menerima kelahiran tanpa pernikahan
berbeda halnya dengan negara maju seperti Amerika, masyarakat sudah dapat
menerima kehamilan sebagai hasil hidup bersama
4. Dampak
Kebidanan Kehamilan Remaja
1) Keguguran
Keguguran pada usia muda dapat terjadi
secara tidak disengaja. misalnya : karena terkejut, cemas, stres. Tetapi ada
juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional sehingga
dapat menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti tingginya angka
kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan
kemandulan.
2) Persalinan
prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan
Prematuritas terjadi karena kurang
matangnya alat reproduksiterutama rahim yang belum siap dalam suatu proses
kehamilan, berat badan lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil
kurang dan juga umur ibu yang belum menginjak 20 tahun. cacat bawaan
dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan akan
asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu
kurang stabil. selain itu cacat bawaan juga di sebabkan karena keturunan
(genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan minum
obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri.
3) Mudah
terjadi infeksi
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial
ekonomi rendah, dan stress memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada
kala nifas.
4) Anemia
kehamilan / kekurangan zat besi
Penyebab anemia pada saat hamil di
usia muda disebabkan kurang pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di
usia muda.karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia.
tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah
merah, membentuk sel darah merah janin dan plasenta.lama kelamaan seorang yang
kehilangan sel darah merah akan menjadi anemis.
5) Keracunan
Kehamilan
Kombinasi keadaan alat reproduksi
yang belum siap hamil dan anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil
dalam bentuk pre-eklampsia atau eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia
memerlukan perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian.
6) Kematian
ibu yang tinggi
Kematian ibu pada saat melahirkan
banyak disebabkan karena perdarahan dan infeksi. Selain itu angka kematian ibu
karena gugur kandung juga cukup tinggi.yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga
non profesional (dukun).
d. Pencegahan
Kehamilan Remaja
1. Tidak
melakukan hubungan seksual sebelum menikah
2. Kegiatan
positif
3. Hindari
perbuatan yang memberi dorongan negatif misalnya perilaku sex.
4. Jangan
terjebak pada rayuan gombal
5. Hindari
pergi dengan orang yang tidak terkenal
6. Mendekatkan
diri pada Tuhan
7. Penyuluhan
meliputi Kesehatan Reproduksi Remaja, Keluarga Berencana (alat kontrasepsi,
kegagalan dan solusinya), kegiatan rohani dengan tokoh agama.
8. Bagi
pasangan menikah sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi yang tingkat
kegagalannya rendah, misalnya steril, AKBK, AKDR, dan suntik.
e. Peran
Bidan
1. Bersikap
bersahabat jangan mencibir
2. Konseling
kepada remaja dan keluarga meliputi kehamilan dan persalinan.
3. Membantu
mencari penyelesaian masalah yaitu dengan menyelesaikan secara kekeluargaan, segera menikah.
4. Periksa
kehamilan sesuai standart
5. Gangguan
jiwa atau resiko tinggi segera rujuk ke Sp.OG
6. Bila
ingin abortus maka berikan konseling resiko abortus.
C.
Angka
Kejadian BBLR
Salah satu indikator untuk
mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB). AKB
merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan
masyarakat, baik pada tataran provinsi maupun nasional.Beberapa
penyebab kematian bayi baru lahir (neonatus) yang terbanyak di Indonesia
diantaranya BBLR 29%, asfiksia 27%, tetanus neonatorum 10%, masalah pemberian
makanan 10%, gangguan hematologik 6%, infeksi 5%, dan lain-lain 13%.
Prevalensi
bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut WHO (2007) diperkirakan 15% dari seluruh
kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di
negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik
menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka
kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih
dari 2500 gram.Data dari WHO (2009) menyebutkan bahwa angka kejadian BBLR di
Indonesia adalah 10,5%.
a. Definisi
Bayi
berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
2500 gram. Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil anemia, kurang
suplay gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi yang lahir
dengan berat badan rendah perlu penanganan yang serius, karena pada kondisi
tersebut bayi mudah sekali mengalami hipotermi yang biasanya akan menjadi
penyebab kematian. (Depkes RI, 2006).
BBLR
adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat lahir (yang diukur dalam 1
jam setelah lahir) kurang dari 2500 gram, tanpa memandang usia kehamilan.
(Depkes RI, 1999)
Menurut
Saifudin, dkk (2000), BBLR diklasifikasikan menjadi :
1.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) yaitu berat
lahir 1500 – 2500 gram
2.
Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR)
yaitu berat lahir < 1500 gram
3.
Bayi baru lahir ekstrem rendah (BBLER)
yaitu berat lahir < 1000 gram
Bayi dengan
berat badan lahir rendah, akan mengalami beberapa masalah diantaranya:
Asfiksia, Gangguan nafas, Hipotermi, Hipoglikemi, Masalah pemberian ASI,
Infeksi, Ikterus dan Masalah perdarahan.
b. Ciri-ciri
BBLR
1. Berat
< 2.500 gram
2. Panjang
badan < 45 cm
3. Lingkar
dada < 30 cm
4. Lingkar
kepala < 33 cm
5. Usia
kehamilan < 37 minggu
6. Kepala
relatif besar, kepala tidak mampu tegak
7. Kulit
tipis, transparan, lemak kulit kurang, otot hipotonik- lemah.
8. Pernafasan tidak teratur, dll.
c. Penyebab
BBLR
Menurut Depkes
(1993) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR, yaitu:
1.
Faktor Ibu
a.
Gizi ibu hamil yang kurang
Kekurangan gizi
pada ibu hamil dapat memengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan
keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan,
anemia pada bayi, asfiksia. Intra partum (mati dalam kandungan) lahir dengan
berat badan rendah (BBLR). Indikator lain untuk mengetahui status gizi ibu
hamil adalah dengan mengukur LILA. LILA adalah Lingkar Lengan Atas. LLA kurang
dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang kurang/ buruk. Ibu
berisiko untuk melahirkan anak dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
b.
Umur kurang dari 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun
Kelahiran bayi
BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu muda berusia kurang dari 20 tahun. Remaja
seringkali melahirkan bayi dengan berat lebih rendah. Hal ini terjadi karena
mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien
wanita dewasa. Pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi
kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat
memengaruhi janin intra uterin dan dapat menyebabkan kelahiran BBLR. Faktor
usia ibu bukanlah faktor utama kelahiran BBLR, tetapi kelahiran BBLR tampak
meningkat pada wanita yang berusia di luar usia 20 sampai 35 tahun.
c.
Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat
Jarak kehamilan
kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan
lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih
dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di
bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya
perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia
dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
d.
Paritas ibu
Anak lebih dari
4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin sehingga melahirkan bayi dengan
berat lahir rendah dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya
sudah lemah.
2.
Faktor Kehamilan
a.
Hamil dengan polihidramnion
Polihidramnion
adalah keadaan di mana banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. Polihidramnion
harus dianggap sebagai kehamilan dengan risiko tinggi karena dapat membahayakan
ibu dan anak.
b.
Hamil ganda
Berat badan satu
janin pada kehamilan kembar rata-rata 1000 gram lebih ringan daripada janin
kehamilan tunggal. Berat badan bayi yang baru lahir umumnya pada kehamilan
kembar kurang dari 2500 gram. Suatu faktor penting dalam hal ini ialah
kecenderungan terjadinya partus prematurus.
c.
Perdarahan antepartum
Perdarahan
antepartum merupakan perdarahan pada kehamilan diatas 22 minggu hingga mejelang
persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan. Komplikasi utama dari perdarahan
antepartum adalah perdarahan yang menyebabkan anemia dan syok yang menyebabkan
keadaan ibu semakin jelek. Keadaan ini yang menyebabkan gangguan ke plasenta
yang mengakibatkan anemia pada janin bahkan terjadi syok intrauterin yang
mengakibatkan kematian janin intrauterine. Bila janin dapat diselamatkan, dapat
terjadi berat badan lahir rendah, sindrom gagal napas dan komplikasi asfiksia.
d.
Preeklamsi dan eklampsi
Pre-eklampsia
dan Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan janin dalam
kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena Pre-eklampsia/Eklampsia
pada ibu akan menyebabkan perkapuran di daerah plasenta, sedangkan bayi
memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta, dengan adanya perkapuran di
daerah plasenta, suplai makanan dan oksigen yang masuk ke janin berkurang.
e.
Ketuban pecah dini
Ketuban Pecah
Dini (KPD) disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran yang
diakibatkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.
Pada persalinan normal selaput ketuban biasanya pecah atau dipecahkan setelah
pembukaan lengkap, apabila ketuban pecah dini, merupakan masalah yang penting
dalam obstetri yang berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya
infeksi ibu.
3.
Faktor Janin
a.
Cacat bawaan / kelainan congenital
Kelainan
kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak
kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan
kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau
bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan
kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama
kehidupannya.
b.
Infeksi dalam Rahim
Infeksi
hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari gangguan fungsi hati dalam mengatur
dan mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga aliran nutrisi ke janin dapat
terganggu atau berkurang. pengaruh infeksi hepatitis menyebabkan abortus atau
persalinan prematuritas dan kematian janin dalam rahim. Wanita hamil dengan
infeksi rubella akan berakibat buruk terhadap janin. Infeksi ini dapat menyebabkan bayi berat
lahir rendah, cacat bawaan dan kematian janin.
d. Penanganan
1.
Pengaturan suhu lingkungan
Terapi
inkubator, dengan pengaturan suhu
BB < 2 kg
: 350C
BB 2 kg – 2,5
kg : 34 oC,
suhu inkubator
diturunkan 1 oC setiap minggu, sampai bayi dapat ditempatkan
pada suhu lingkungan (24 – 27 oC).
2.
Makanan bayi
Umumnya refleks
menghisap belum sempurna. Kapasitas lambung masih kecil dan daya enzim
pencernaan(lipase) masih kurang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB
dan kalori 110 Kal/kg BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. ASI merupakan
makanan yang paling utama, sehingga ASI yang paling dahulu diberikan. ASI dapat
diperas dan di minumkan perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju
lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/hari dan terus
dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg BB/hari. Pemberian makanan
dilakukan menggunakan pipet sedikit namun sering, perhatikan kemungkinan
terjadinya pneumonia aspirasi). (Wiknjosastro
H, 2007)
e.
Pencegahan
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan,
upayakan ANC yang berkualitas, segera lakukan rujukan apabila ditemukan
kelainan
2. Meningkatkan
gizi masyarakat
3. Tingkatkan
penerimaan gerakan KB
4. Penyuluhan kesehatan
5. Melakukan
konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kehamilan dan persalinan
preterm.
f. Peran
bidan
1. Melakukan KIE pada waktu pemeriksaan kehamilan
tentang asupan nutirsi selama hamil dan meninjau ulang status pekerjaan dan
membantu membuat keputusan mengenai persalinan. Mengkaji kesiapan ibu untuk
kelahiran dan persalinan serta kesiapan keluarga untuk bayi baru lahir.
2. Meningkatkan peran serta keluarga dan
masyarakat agar mau menerima pelayanan KIA sebagai upaya untuk mencegah
kejadian BBLR dan penangananya.
3. Bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk
mengadakan desa siaga yang meliputi pengaturan transportasi setempat yang siap
melakukan rujukan kedaruratan, mengadakan pengaturan biaya bagi masyarakat yang
tidak mampu.
D.
PUS
(Pasangan Usia Subur)
1. PUS
dengan Fertilitas tinggi
Tingkat
fertilitas/ tingkat kesuburan yang mana sumbernya adalah PUS (pasangan usia
subur) merupakan salah satu masalah kebidanan yang perlu mendapatkan perhatian
karena dengan tingginya tingkat fertilitas tanpa diiringi oleh tingkat
pengetahuan akan sistem reproduksi akan meningkatkan AKI dan AKB. Peran bidan
adalah dengan memberikan KB yang sesuai.
2. PUS
dalam masa prakonsepsi
Masa prakonsepsi adalah masa persiapan sebelum
memasuki masa pembuahan dan kehamilan. Pada masa ini pasutri (PUS) dapat
merencanakan kehamilan dengan berbagai persiapan yang lebih matang. Peran bidan
disini adalah membantu persiapan pra konsepsi dengan:
a) Pemberian
informasi pola hidup sehat seperti pola makan, olahraga, istirahat cukup, tidak
mengkonsumsi minuman beralkohol dan tidak merokok.
b) Konseling
variasi hubungan seksual dan cara menghitung masa subur.
c) Pemeriksaan
fisik dan tes-tes kesehatan.
3. PUS
dengan masalah Infertilitas (Kemandulan)
Tingkat
kesuburan seseorang memegang peranan yang sangat penting bagi pasangan suami
istri. Tingkat kesuburan dibedakan menjadi fertilitas/kesuburan dan
infertilitas/ketidaksuburan. Tingkat kesuburan dapat menjadi masalah yang
serius. Untuk itu bidan harus mampu mengenal masalah kesuburan dan
ketidaksuburan pada pasangan suami istri.
a. Definisi Infertil
Infertilitas adalah
kegagalan dari pasangan suami-istri untuk mengalami kehamilan setelah melakukan
hubungan seksual, tanpa kontrasepsi, selama satu tahun (Sarwono,497).
Ketidaksuburan (infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri
belum mampu memiliki anak walaupun telah
melakukan hubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali seminggu dalam kurun waktu 1
tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun (Djuwantono,2008).
Secara medis infertil dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1) Infertile primer
Berarti
pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah satu
tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat
kontrasepsi dalam bentuk apapun.
2) Infertile sekunder
Berarti
pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya tetapi saat ini
belum mampu memiliki anak lagi setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak
2 – 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi jenis
apapun. (Djuwantono,2008, hal: 2).
Berdasarkan hal yang telah disebutkan sebelumnya, dapat disimpulkan
bahwa pasangan suami istri dianggap infertile apabila memenuhi syarat-syarat
berikut:
1) Pasangan tersebut berkeinginan untuk memiliki
anak.
2) Selama satu tahun atau lebih berhubungan
seksual, istri sebelum mendapatkan kehamilan.
3) Frekuensi hubungan seksual minimal 2 – 3 kali
dalam setiap minggunya.
4) Istri
maupun suami tidak pernak menggunakan alat ataupun metode kontrasepsi,
baik kondom, obat-obatan dan alat lain yang berfungsi untuk mencegah kehamilan.
(Djuwantono,2008, hal: 3).
b. Pencegahan
1) Berbagai macam infeksi diketahui menyebabkan
infertilitas terutama infeksi prostate, buah zakar, maupun saluran sperma.
Karena itu, setiap infeksi didaerah tersebut harus ditangani serius (Steven
RB,1985).
2) Beberapa zat dapat meracuni sperma. Banyak
penelitihan menunjukan pengaruh buruk rokok terhadap jumlah dan kualitas sperma
(Steven RB,1985).
3) Alcohol dalam jumlah banyak dihubungkan dengan
rendahnya kadar hormone testosterone yang tentunya akan menganggu pertumbuhan
sperma (Steven RB,1985).
4) Berperilaku sehat (Dewhurst,1997).
c. Peran bidan
1) Meningkatkan peran serta kedua pasangan untuk
dapat saling bekerjasama dalam menangani masalah infertilitas.
2) Melakukan rujukan
sehingga pasangan infertil mendapat penanganan yang tepat
3) Konseling
tentang variasi dalam hubungan seksual, cara menghitung masa subur, makanan
yang dapat meningkatkan kesuburan suami atau isteri.
E.
Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Non Medis
a.
Definisi
Pertolongan persalinan oleh tenaga
non medis yaitu proses persalinan yang
dibantu oleh tenaga non kesehatan yang biasa dikenal dengan istilah dukun bayi.
Dalam tatanan masyarakat yang masih memegang tradisi adat, dukun masih memegang
peranan yang sangat penting. Adanya asumsi pada masyarakat kita bahwa melahirkan
di dukun mudah dan murah, merupakan salah satu penyebab terjadinya pertolongan
persalinan oleh tenaga non kesehatan.
b.
Penyebab
Penyebab
persalinan di tenaga non medis:
1. Disparitas antarwilayah (Jauh
dari nakes)
2. Pendidikan (Pendidikan yang rendah)
3. Ekonomi (Ibu dengan tingkat
penghasilan rendah hampir lima kali lebih besar melakukan persalinan dirumah
dibandingkan dengan ibu dengan tingkat pengeluaran tinggi)
c. Penanganan
Penanganannya dengan
diadakan program penempatan bidan di desa yang bertujuan untuk
menurunkan tingkat kematian ibu hamil, bayi dan balita. Kecuali hal-hal yang
berhubungan dengan adat dan kebiasaan masyarakat setempat, dengan menjalin
hubungan kemitraan antara keduanya.
d. Peran bidan
Bekerja
sama dengan tokoh masyarakat untuk mengadakan desa siaga yang meliputi
pengaturan transportasi setempat yang siap melakukan rujukan kedaruratan,
mengadakan pengaturan biaya bagi masyarakat yang tidak mampu.
F.
IMS
a. Definisi
IMS adalah penyakit yang dapat ditularkan
melalui hubungan kelamin atau kontak intim ( Jan Tambayong,2000:195). IMS
adalah penyakit yang disebabkan karena adanya invasi organisme virus, bakteri,
parasit dan kutu kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual,
baik yang berlainan jenis ataupun sesama jenis. (Aprilianingrum, 2002).Umumnya
mata rantai penularan IMS adalah PSK. Rasio penularan akan meningkat bila
pemakaian kondom dan hubungan seksual dengan PSK tidak dilakukan. PMS banyak
ditemui Gonorrhoe (GO), sifilis, trikomoniasis, herpes simpleks, HIV/AIDS.
Penularan penyakit tidak selalu harus melalui hubungan kelamin. Penyakit dapat
terjadi pada orang-orang yang belum pernah melakukan hubungan kelamin. Sebagian
penderita adalah akibat korban keadaan diluar kemampuan mereka, dalam arti
mereka sudah berusaha sepenuhnya untuk tidak mendapat penyakit, tetapi
kenyataan masih juga terjangkit (Adhi Jduanda, 2007).
b. Gejala
Sebenarnya mengenali
gejala infeksi menular seksual cukup mudah,yaitu dengan mengecek apakah ada
cairan seperti nanah keluar dari vagina, penis ataudubur, lalu cairan ini
biasanya berupa lendir dalam jumlah banyak, bau dan kental.Terasa pedih atau
panas ketika buang air kecil atau saat melakukan hubungan seksual,nyeri di
perut bagian bawah (pada wanita) dan di buah zakar (pada pria), serta bokongdan
kaki.Gejala umum IMS yaitu:
1.
Perubahan pada kulit disekitar kemaluan
2.
Gatal pada alat kelamin.
3.
Terasa nyeri saat buang air kecil.
4.
Muncul cairan tertentu, dan terlihat
tidak normal
5.
Ada perubahan yang tidak wajar seperti melepuh,
lecet, luka, muncul bintil, ruam atau pembengkakan di kelamin atau sekitar
kelamin.
6.
Ada benjolan yang mencurigakan
7.
Berdarah dan nyeri saat berhubungan.
c. Pengobatan
IMS
1. Yang
terbaik adalah mencegah tertular : tidak berhubungan seks, berhubungan hanya
dengan satu pasangan yang setia. Jika berganti-ganti pasangan, selalu gunakan
kondom. juga jangan bertukar alat suntik.
2. Kunjungi
klinik dokter secara rutin setiap bulan untuk pemeriksaan.
3. Bila ada
keluhan segera periksa ke dokter.
4. Jangan
mengobati diri sendiri. Penggunaan antibiotika tanpa pengawasan dokter akan
sangat merugikan. Setiap jenis IMS punya obatnya sendiri-sendiri.
5. Bila
ragu-ragu, ajaklah teman anda untuk bersama-sama ke dokter.
d. Peran
Bidan
Peran bidan dalam pemberantasan
IMS ditegaskan dalam kompetensi keduaPermenkes No. 900/MENKES/SK/VII/2002
yaitu:
1.
Penyuluhan kesehatan mengenai PMS, HIV/AIDS.
2.
Dalam kewenangan yang telah ditetapkan ini,
bidan dapat melakukan:
a)
Bidan sebagai role model memberi contoh
sikap yang baik pada masyarakat.
b)
Memberikan konseling pada masyarakat
terutama remaja dan pasangansuami istri tentang kesehatan reproduksi.
c)
Memberikan konseling pada masyarakat
tentang penyebab dan akibat IMSdanbekerjasama dengan
tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam pelaksanaan penyuluhan pada masyarakat.
d)
Mewaspadai gejala - gejala dan
mendeteksi dini adanya IMS
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masalah
pelayanan kebidanan yaitu kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja, angka
kejadian BBLR, PUS (Pasangan Usia Subur), pertolongan persalinan oleh tenaga
non medis, dan IMS.Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
merupakan salah satu indikator derajat kesehatan. Namun. masalah kematian dan
kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar.
Di Indonesia
rata-rata kehamilan remaja terjadi pada usia 14-19 tahun. Hal ini didapatkan
dari hasil survey knowledge, attitude, practice. Kehamilan remaja adalah
kehamilan yang terjadi pada wanita usia 14-19 tahun baik melalui proses
pranikah atau nikah.
Bayi berat badan
lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram.
Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil anemia, kurang suplay
gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan.
Tingkat
fertilitas/ tingkat kesuburan yang mana sumbernya adalah PUS (pasangan usia subur) merupakan salah satu masalah kebidanan
yang perlu mendapatkan perhatian karena dengan tingginya tingkat fertilitas
tanpa diiringi oleh tingkat pengetahuan akan sistem reproduksi akan
meningkatkan AKI dan AKB.
Pertolonganpersalinan oleh tenaga
non kesehatan yaitu proses persalinan yang
dibantu oleh tenaga non kesehatan yang biasa dikenal dengan istilah dukun bayi.
Dalam tatanan masyarakat yang masih memegang tradisi adat, dukun masih memegang
peranan yang sangat penting. Adanya asumsi pada masyarakat kita bahwa
melahirkan di dukun mudah dan murah, merupakan salah satu penyebab terjadinya
pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan.
IMS adalah
penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan kelamin atau kontak intim ( Jan
Tambayong,2000:195).Umumnya mata rantai penularan IMS adalah
PSK. Rasio penularan akan meningkat bila pemakaian kondom dan hubungan seksual
dengan PSK tidak dilakukan. PMS banyak ditemui Gonorrhoe (GO), sifilis, trikomoniasis,
herpes simpleks, HIV/AIDS.
B.
Saran
Sebaiknya seorang bidan
mengetahui tentang masalah pelayanan kebidanan di
tingkat pelayanan kesehatan, sehingga akan lebih tanggap untuk melakukan
pencegahan akan timbulnya masalah yang terjadi. Sedangkan bila sudah terlanjur
masalah kesehatan tersebut muncul maka bidan akan lebih cepat dalam
penanganannya dan dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain serta
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Kusmiran, Eni.2011.Kesehatan
Reproduksi Remaja Dan Wanita.Jakarta: SalembaMedika.
Mochtar, Rustam.1998.Synopsis
Obstetric. Jakarta :EGC.
Syafrudin,dkk.2009. Kebidanan
Komunitas.Jakarta:EGC.
Yayasan
bina pustaka sarwono prawirohardjo, 2007. Buku
acuan nasional pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal. Jakarta
Wong, donna,L.2004 . Pedoman klinis Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.
http:www.vifinjangkeng.blogspot/kehamilan-remaja-html.
No comments:
Post a Comment