Friday, 23 December 2016
Saturday, 12 November 2016
Thursday, 20 October 2016
Sunday, 16 October 2016
Thursday, 13 October 2016
Friday, 10 June 2016
Tuesday, 31 May 2016
Thursday, 26 May 2016
Tuesday, 24 May 2016
ᴴᴰ Goodbye Mother... || Extremely Emotional Reminder
Love Your Parents Always, They Did Not Throw You Into An Orphanage When You Were Small, So Why Would You Throw Them Into A Elderly Home When They Grow Older??
There Is No Such A Thing As A Old Age Home In Islam!!
May Allah Guide Us. Ameen
Monday, 23 May 2016
Saturday, 21 May 2016
Wednesday, 18 May 2016
Friday, 13 May 2016
Thursday, 12 May 2016
Monday, 9 May 2016
Wednesday, 4 May 2016
Sunday, 1 May 2016
Tuesday, 26 April 2016
Tuesday, 19 April 2016
Friday, 15 April 2016
Thursday, 14 April 2016
Friday, 1 April 2016
Tuesday, 22 March 2016
laporan PKMD belum lengkap
BAB
I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Pembangunan
secara umum diartikan sebagai upaya multidimensi untuk mencapai kualitas hidup
seluruh penduduk yang lebih baik. Sedangkan pembangunan kesehatan dinamakan
sebagai proses yang terus menerus dan progresif untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat (Meilani dkk, 2009).
Proses
menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai
sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi,
2006).
Pemerintah
indonesia telah menyelenggarakan program Indonesia Sehat 2010 yang hendak
merubah paradigma sakit menjadi paradigma sehat yang mengedepankan upaya
promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif
dimana gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa negara yang ditandai oleh
penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan prilaku sehat, memiliki kemampuan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh wilayah Republik
Indonesia.
Saat
ini, telah disusun pokok-pokok pembangunan Indonesia 2015 yang merupakan
kelanjutan dari hasil evaluasi pelaksanaan program indonesia sehat 2010 yang
telah berjalan dalam kurun waktu sebelumnya sekaligus dilaksanakan untuk
mencapai tujuan MDGs yang merupakan komitmen bersama antara 189 negara anggota
Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mensejahterakan masyarakat.
Usia
lanjut adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita. Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami
oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang‚ terjadinya tidak bisa dihindari
oleh siapapun‚ namun manusia dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. (siti
bandiyah‚ 2009)
Salah
satu prioritas pembangunan nasional di bidang kesehatan adalah upaya perbaikan
gizi yang berbasis pada sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal. Kurang gizi
akan berdampak pada penurunan kualitas SDM yang lebih lanjut dapat berakibat
pada kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan kecerdasan,
menurunkan produktivitas, meningkatkan kesakitan serta kematian. Visi
pembangunan gizi adalah “Mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi untuk mencapai
status gizi masyarakat/keluarga yang optimal”.
Secara
umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama, yaitu kurang gizi mikro dan
kurang gizi makro. Kurang gizi makro pada umumnya disebabkan oleh kekurangan
asupan energi dan protein dibanding kebutuhannya yang menyebabkan gangguan
kesehatan, sedangkan kurang gizi mikro disebabkan kekurangan zat gizi mikro
(Dinkes Purworejo, 2006).
Masalah
gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh
masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi, masalah Gangguan
Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), masalah Kurang Vitamin A (KVA) dan masalah
obesitas terutama di kota-kota besar. Pada Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi
tahun 1993, telah terungkap bahwa Indonesia mengalami masalah gizi ganda yang
artinya sementara masalah gizi kurang belum dapat diatasi secara menyeluruh,
sudah muncul masalah baru yaitu berupa gizi lebih. Di samping masalah tersebut
di atas, diduga ada masalah gizi mikro lainnya seperti defisiensi Zink yang
sampai saat ini belum terungkap, karena adanya keterbatasan Iptek Gizi
(Supariasa, 2012)
Sedangkan
parameter yang cocok digunakan untuk balita adalah berat badan, tinggi badan,
dan lingkar kepala. Lingkar kepala digunakan untuk memberikan gambaran tentang
perkembangan otak. Kurang gizi ini akan berpengaruh pada perkembangan fisik dan
mental anak (Proverawati dan Wati, 2011).
Gizi
buruk adalah bentuk terparah dari proses terjdinya kekurangan gizi menahun.
Anak balita sehat atau kurang gizi secara sederhana dapat diketahui dengan
membandingkan antara berat badan menurut umurnya dengan rujukan (standar) yang
telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak
disebut gizi baik. Kalau sedikit dibawah standar disebut gizi kurang. Apabila
jauh dibawah standar disebut gizi buruk.
Status
gizi yang buruk pada balita dapat menimbulkan pengaruh yang sangat menghambat
pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berfikir yang pada akhirnya akan
menurunkan produktuvitas kerja.Keadaan ini memberikan petunjuk bahwa pada
hakikatnya gizi yang buruk atau kurang akan berdampak pada menurunnya kualitas
sumber daya manusia. Kondisi seperti ini lambat laun akan menyebabkan angka
kematian bayi dan balita cukup tinggi.
Balita
adalah bayi dan anak yang berusia 5 tahun ke bawah. Balita merupakan masa
pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan
fungsinya ( Supartini, 2004).
Pada
masa balita kesehatan anak sangat perlu di perhatikan karena dapat mempengaruhi
pertumbuhan balita. Untuk dapat menjaga kesehatan balita kita perlu
memperhatikan asupan makanan yang didapatkan, dan kebutuhan imunisasi untuk
menjaga kekebalan tubuh balita.
Kegiatan
utama di posyandu meliputi kegiatan pemantauan tumbuh kembang balita, pelayanan
kesehatan ibu dan anak seperti imunisasi untuk pencegahan
penyakit,penanggulangan diare,pelayanan KB,penyuluhan dan konseling/rujukan
konseling bila diperlukan (KemKes RI, 2011).
Menurut
hasil survey yang dilakukan pada tanggal 3 Desember 2015 sampai 6 Desember 2015
di RW I Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati mendapatkan data ibu hamil 2
orang, remaja 11 orang, ibu menopause 5 orang, lansia sebanyak 62 lansia, balita
sebanyak 39 balita dan 2 bayi. Beberapa masalah kesehatan pada lansia‚ yang
terdiri dari diabetes mellitus‚ hipertensi‚
reumatik, asam urat, stroke, gangguan sistem perkemihan dan Maag. Di RW I
terdapat 11 orang yang menderita hipertensi, DM 3 lansia ‚ reumatik 4 lansia,
asam urat 3 orang, stroke 2 orang, gangguan sistem perkemihan 3 lansia, dan
maag 1 lansia. Ada balita
dengan gizi kurang sebanyak 5% atau 2 balita dan balita dengan gizi buruk
sebanyak 3% atau 1 balita, sedangkan balita dengan gizi baik sebanyak 92% atau
36 balita. Dari 39 balita, balita yang memiliki pola makan teratur sebanyak 85%
atau 33 balita dan yang tidak teratur sebanyak 15% atau 6 balita. Ibu balita
yang mengunjungi posyandu 1 bulan sekali sebesar 74% atau 29 balita, kadang-
kadang 18% atau 7 balita, dan yang tidak pernah mengunjungi posyandu 8% atau 3
balita.
Dari
data di atas masalah kesehatan pada lansia di RW I yaitu diabetes mellitus‚ hipertensi‚ reumatik, asam
urat, stroke, gangguan sistem perkemihan dan Maag. Oleh
karena itu perlu dilaksanakan sebuah kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan
pada lansia di wilayah RW I. Selain itu
juga masalah
status gizi balita seperti gizi kurang
dan gizi buruk masih ditemukan, hal ini dapat menimbulkan pengaruh yang sangat
besar yaitu terhambatnya pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berfikir.
Selain itu juga ada masalah kurangnya kesadaran ibu balita untuk membawa
anaknya ke posyandu. Untuk itu perlu digalakkan program “Keluarga Mandiri Sadar
Gizi” untuk mencapai status gizi keluarga yang optimal. Demi terwujudnya
program ini, dibutuhkan kerjasama antara praktisi kesehatan, kader, dan masyarakat.
Pembinaan peran serta masyarakat adalah salah satu upaya pengembangan yang
berkesinambungan dengan tetap memperhatikan penggerakkan dan pemberdayaan
masyarakat melalui model persuasif dan tidak memerintah, untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap, perilaku, dan mengoptimal kemampuan masyarakat dalam
menemukan, merencanakan, dan memecahkan masalah.
Perggerakkan
dan pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan akan menghasilkan kemandirian
keluarga dalam menemukan masalah kesehatan yang ada dalam keluarganya, kemudian
mampu merencanakan dan mengambil keputusan untuk memecahkan masalah
kesehatannya sendiri tanpa atau dengan bantuan pihak lain.
Dalam
rangka desiminasi ilmu pengetahuan komunitas ini, salah satu strategi yang
dapat ditempuh untuk menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan baik pada
masyarakat maupun pada keluarga adalah pendekatan dengan dilakukan penyuluhan
kesehatan sebagai strategi dalam memberi bekal pengetahuan dan keterampilan
dalam mengatasi masalah kesehatan sehingga meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam pemeliharaan dan peningkatkan derajat kesehatan sendiri.
B. Tujuan
1. Tujuan
Umum
Menjalankan kegiatan pengabdian masyarakat dalam
upaya peningkatan kesehatan, kemandirian, dan pemberdayaan masyarakat kelompok
lansia dan kelompok balita di RW I Desa Blaru.
2. Tujuan
Khusus
a. Mengetahui permasalahan kesehatan yang ada di
masyarakat RW I Desa Blaru.
b. Mengimplementasikan
proses pendekatan masyarakat melalui pendekatan yang sistematis mulai dari
pengkajian, perumusan masalah, implementasi, dan evaluasi program.
c. Menginformasikan
hasil pelaksanaan kepada masyarakat dan stake holder tentang program yang
dilaksanakan.
d. Merekomendasikan
atau melaksanakan program lanjutan.
C. Manfaat
1. Masyarakat
dan keluarga sadar dan mandiri dalam pemeliharaan dan peningkatkan derajat
kesehatan sendiri.
2. Bertambahnya
pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan.
3. Masyarakat
mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
4. Terwujudnya
kelembagaan upaya kesehatan masyarakat.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Kebidanan
Komunitas
1.
Konsep dasar
Konsep adalah kerangka ide yang mengandung suatu pengertian
tertentu. Kebidanan berasal dari kata dari “bidan” yang menururt kesepakatan
WHO,ICM dan IFGO pada tahun 1993 mengatakan bahwa : bidan adalah seorang yang
telah mengikuti pendidikan kebidanan yang diakui oleh pemerintah setempat,
telah menyelesaikan pendidikan tersebut dan lulus serta terdaftar atau mendapat
izin melakukan praktik kebidanan.
Komunitas adalah kelompok sosial yang ditentukan dengan batas-batas
wilayah,nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama, serta adanya saling mengenal
dan berintereksi antara anggota satu dengan yang lainnya.(WHO, 1974)
Bidan komunitas adalah bidan yang bekerja melayani keluarga dan
masyarakat diwilayah kerja tertentu.( Ratna Dewi, 2011)
Kelompok
komunitas terkecil adalah keluarga individu yang dilayani adalah bagian dari
keluarga atau komunitas.Oleh karena itu, bidan tidak memandang pasiennya dari
sudut biologis.Akan tetapi juga sebagai unsur sosial yang memiliki budaya
tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan lingkungan disekelilingnya.
Pelayanan kebidanan komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan
untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan ibu dan anak balita dalam keluarga dan
masyarakat. Hubungan bidan dengan ibu dan anak balita cukup erat. Tugas bidan
terutama adalah menolong ibu dalam kehamilan, persalinan dan nifas. Ibu sesuai
fungsinya dalam keluarga lebih banyak memperhatikan masalah sosial keluarga
termasuk kesehatan, sehingga ibu yang banyak memperhatikan kesehatan keluarga
akan menghindari keluarga dari masalah kesehatan
Peningkatan kesehatan keluarga dapat mewujudkan lingkungan keluarga
sehat dan meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat. Masalah kesehtan dapat timbul
pada siapa saja baik keluarga miskin atau kaya. Faktor lain yang sangat penting
mempengaruhi kesehatan keluarga adalah lingkungan. Keadaaan lingkungan yang
tidak sehat seperti daerah kumuh cepat timbul masalah kesehatan, perilaku
keluarga terhadap kesehatan juga mempengaruhi kehidupan mereka. Perilku ini
erat hubungannya dengan adat budaya.( Ambarwati, 2011)
2.
Manajemen Kebidanan Komunitas
Strategi penggerakan dan pemberdayaan masyarakat yaitu meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan, meningkatan kesadaran
masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang telah
disediakan oleh pemerintah, mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat untuk pembangunan
kesehatan, mengembangkan berbagai bentuk kegiatan pembangunan kesehatan yang
sesuai dengan kultur budaya masyarakat setempat dan mengembangkan manajemen
sumber daya yang dimiliki masyarakat secara terbuka( transparan).
Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan akan
menghasilkan kemandirian masyarakat dibidang kesehatan dengan demikian
pergerakan dan pemberdayaan masyarakat merupakan proses sedangkan kemandirian
merupakan hasil, karenanya kemandirian masyarakat dibidang kesehatan bisa
diartikan sebagai kemampuan untuk dapat mengidentifikasi masalah kesehatan yang
ada dilingkungannya, kemudain merencanakan dan melakukan cara pemecahannya
dengan memanfaatkan potensi setempat tanpa tergantung pada bantuan dari luar.
Pembinaan peran serta masyarakat adalah salah satu upaya
pengembangan yang berkesinambungan dengan tetap memperhatikan penggerakan dan
pemberdayaan masyarakat melalui model persuasif dan dan tidak memerintah, untuk
meningatkan pengetahuan, sikap, perilaku dan mengoptimalkan kemampuan masyarakat
dalan menentukan, merencanakan, memecahkan masalah. Pembianaan lokal merupakan
serangkaian langkah yang diterapkan guna menggali, meningkatkan potensi yang
mereka miliki termasuk partisipasi dan dukungan tokoh-tokoh masyarakat serta
LSM yang ada dan hidup di masyarakat.(Ambarwati, 2011).
B.
Teori Kesehatan Masyarakat
1.
Menurut Hendrik L Blum
ada 4 faktor yang mempengaruhi status derajat kesehatan masyarakat atau
perorangan. Faktor-faktor tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
a) Lingkungan
Lingkungan memiliki
pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti perilaku, fasilitas kesehatan dan
keturunan. Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan menjadi tiga
kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang
berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah, ilkim,
perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil
interaksi antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya
b) Perilaku
Perilaku merupakan
faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena sehat atau
tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat
tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi
oleh kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, pendidikan sosial
ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya.
c) Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan
merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena
keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan
kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta
kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan
fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang
kedua adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi
masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta program
pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang
memerlukan.
d) Keturunan
Keturunan (genetik)
merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir,
misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti diabetes melitus dan asma
bronehial.
2.
Menurut Teori Lawrence Green
Lawrence Green mencoba
menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau
masyrakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior
causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour causes). Selanjutnya
perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor :
a.
Faktro-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
b.
Faktro-faktor pendukung (Enabling factors), yang terwujud dalam
fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan
sebagainya.
c.
Faktro-faktor pendorong (renforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi
dari perilaku masyarakat.
d.
Disimpulkan bahwa perilaku sesorang atau masyrakat tentang kesehatan
ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari
orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas,
sikap, yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan
perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan
memperkuat terbentuknya perilaku.
Seseorang yang tidak mau mengimunisasikan anaknya di psoyandu dapat
disebabkan karena orang tersebut tidak atau belum mengetahui manfaat imunisasi
bagi anaknya (predisposing factors). Atau barangkali juga karena rumahnya jauh
dari posyandu atau puskesmas tempat mengimunisasikan anaknya (enabling
factors). Sebab lain, mungkin karena para petugas kesehatan atau tokoh masyarakat lainnya
disekitarnya tidak pernah mengimunisasikan anaknya (reinforcing factors).
(Notoatmojo, 2012).
C. LANSIA
1.
Pengertian
Usia
lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang
dikaruniai usia panjang‚ terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun‚ namun
manusia dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. (siti bandiyah‚ 2009)
Usia
lanjut adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses
yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya
dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2006).
Usia
lanjut adalah salah satu tahap dalam kehidupan manusia atau proses menjadi tua
atau menua merupakan proses alami dalam hidup setiap manusia.
2.
Kategori
a. Kelompok
usia dimana manusia sudah dapat dikategorikan menua/tua, yaitu :
1) Kelompok
pertengahan umur 45-54 tahun)
Tanda-tandanya :
a) Keriput-keriput
halus mulai tampak, rambut mulai menipis dan berubah.
b) Persendian
mulai terasa kaku.
c) Tanda-tanda
rabun jauh mulai terasa, sehingga kalau memegang benda agak jauh dari mata
tidak dapat melihat dengan jelas.
2) Kelompok
usia lanjut dini (55-64 tahun)
Tanda-tandanya :
a) Kulit
mulai kurang elastisitasnya.
b) Mulai
tumbuh bintik-bintik coklat agak kehitaman.
c) Kekuatan
otot menurun.
d) Tulang
menipis.
e) Wanita
mencapai menopause.
f) Laki-laki
lama untuk bereaksi.
3) Kelompok
usia lanjut (65-70 tahun)
Tanda-tandanya :
a) Alat-alat
perasa mulai berubah.
b) Penglihatan
mulai kabur.
c) Pendengaran
tidak lagi prima.
d) Lutut
terasa kaku-kaku.
e) Langkah
kaki mulai ragu
f) Cepat
lelah
4) Kelompok
usia lanjut resti (resiko tinggi, 70 tahun ke atas)
Tanda-tandanya :
a) Pencernaan
mulai lambat
b) Kerja
jantung tidak efektif lagi
c) Pembuluh
darah kaku
d) Daya
ingat menurun terutama kejadian-kejadian akhir memburuk.
e) Suara
dan keinginan masih ada tetapi tenaga sudah loyo.
3. Sehat
menuju lansia
Upaya badan /raga yang sehat
a. Berhenti
merokok
Karena
apabila berhenti merokok maka akan terhindar dari resiko kanker, paru-paru dan
serangan jantung.
b. Makan
dengan benar
Seimbang antara karbohidrat,
protein, buah-buahan (serat)
1) Makan
dengan porsi kecil dan kurangi jumlah konsumsi gula untuk mencegah kegemukan.
2) Kurangi
garam karena garam menyebabkan tubuh menumpuk air. Hal itu pada orang tua bisa
menyebabkan tekanan darah meningkat.
3) Hindari
makanan yang dikemas dalam kaleng ( sarden, cornet, dll)
4) Kurangi
makanan yang digoreng. Lebih baik makanan yang dikukus, direbus, dipanggang.
5) Gunakan
margarine jangan mentega, hindari kue-kue yang rasanya manis.
6) Jangan
makan telur lebih dari 3 biji seminggu.
7) Kurangi
makan jerohan, hati,usus, dan udang.
8) Makanlah
sayur-sayuran dan buah tiap hari untuk mengatasi sembelit.
9) Makanlah
kalsium yang cukup untuk mencegah osteoporosis. Sumber kalsium yang baik adalah
susu rendah lemak, keju, ikan teri, tahu dan susu kedelai, sayuran hujau.
10) Minum
sekitar 6-8 gelas air untuk membantu tubuh mengeluarkan bahan-bahan beracun. Air
putih adalah yang terbaik akan tetapi sayur bening dan sari buah-buahan juga
baik.
c. Olahraga
secara teratur
1) Latihan
olahraga sebaiknya sebelum makan atau 2 jam sesudah makn. Minum air yang cukup
untuk mengganti keringat yang hilang.
2) Luangkan
waktu 5 menit sebelum dan sesudah olahraga untuk pemanasan dan pendinginan.
3) Olahraga
minimal 3-5 kali seminggu dengan waktu 15-60 menit tiap kali olahraga sampai
keluar keringat.
4) Pilih
olahraga yang menyenangkan. Jalan kaki atau senam lansia bersama
teman-teman(naik sepeda).
4. Masalah-Masalah
Dan Penyakit Pada Lansia
a. Mudah
jatuh
Memang
tidak bisa dibantah, bila seseorang bertambah tua, kemampuan fisik dan mental
hidupnya pun akan perlahan-lahan tetapi pasti menurun. Akibatnya aktifitas
hidupnya akan ikut terpengaruh, yang pada akhirnya akan dapat mengurangi
kesigapan seseorang.
Secara
umum menjadi tua atau menua, ditandai oleh kemunduran-kemunduran biologis yang
terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain :
1) Kulit
mulai mengendur dan wajah mulai timbul keriput serta garis-garis menetap
2) Rambut
kepala mulai memutih atau beruban
3) Gigi
mulai lepas (Ompong)
4) Penglihatan
dan pendengaran mulai berkurang
5) Mudah
lelah dan mudah jatuh
6) Gerakan
menjadi lamban dan kurang lincah
7) Disamping
itu kemunduran kemampuankognitif sebagai berikut:
8) Suka
lupa, ingatan tidak berfungsi baik
9) Ingatan
terhadap hal-hal di masa muda lebih baik daripada hal-hal yang baru saja
terjadi
10) Sering
adanya disorientasi terhadap waktu, tempat, dan personal
11) Sulit
menerima ide-ide baru
Jatuh
seringkali dialami oleh para lansia dan penyebabnya bisa multifactor. Banyak
faktor beneran di dalamnya, baik faktor intrinsic dari dalam lanjut usia.
Misalnya gangguan gaya berjalan,kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan
sendi, lantai yang licin dan tidak rata, tersandung oleh benda-benda,
penglihatan berkurang karena cahaya yang kurang terang dan senagainya.
Untuk
lebih dapat memahami faktor resiko jatuh, harus dimengerti betul bahwa
stabilitas badan itu dibentuk oleh:
1) Sistem
Sensorik
Pada
system ini yang berperan didalamnya adalah penglihatan (Visus) dan pendengaran.
Semua gangguan atau perubahan pada mata akan menimbulkan gangguan penglihatan.
Begitu pula semua penyakit telinga akan menimbulkan gangguan pendengaran.
2) Sistem
Syaraf Pusat (SSP)
Penyakit
SSP seperti stroke dan parkinson hidrosefalus tekanan normal, sering diderita
oleh lanjut usia dan menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga berespon tidak
baik terhadap input sensorik.
3) Kognitif
Pada
beberapa penelitian, diminta diasosiasikan dengan meningkatnya resiko jatuh.
4) Muskuloskeletal
Faktor
ini betul-betul berperan besar terjadinya jatuh terhadap lansia , gangguan
musculoskeletal menyebabkan gangguan gaya berjalan dan ini berhubungan dengan
proses menua yang fisiologis, misalnya:
(a) Kekakuan
jaringan penghubung
(b) Berkurangnya
masa otot
(c) Perlambatan
konduksi syaraf
(d) Penurunan
visus
Hal
tersebut menyebabkan:
(a) Penurunan
Range Of Motion sendi
(b) Penurunan
kekuatan diol, terutama ekstremitas
(c) Perpanjangan
waktu rekreasi
(d) Goyangan
badan
Jatuhnya
orang yang sudah berusia lanjut juga disebabkan oleh:
(a) Faktor
Intrinsik, antara lain:
(1)
Gangguan jantung dan sirkulasi darah
(2)
Gangguan system anggota gerak
(3)
Gangguan system susunan syaraf
(4)
Gangguan penglihatan
(5)
Gangguan psikologis
(6)
Pengaruh obat-obatan yang dipakai
(7)
Vertigo
(8)
Infeksi telinga
(9)
Artritis lutut
(10) Penyakit-penyakit
sistemik
(b) Faktor
ekstrinsik antara lain:
(1)
Cahaya ruangan yang kurang terang
(2)
Lantai yang licin
(3)
Tersandung benda-benda
(4)
Alas kaki kurang pas
(5)
Kursi roda yang tak terkunci
(6)
Turun tangga
Selain itu faktor-faktor yang sukar diketahui,
misalnya pengaruh makanan. Biasanya penyebab jatuh pada lansia itu merupakan
gabungan dari beberapa faktor/multifactor. Jatuh pada lansia biasanya
menimbulkan komplikasi-komplikasi, antara lain:
(7)
Rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat
sakit berupa robek atau tertariknya jaringan otot, robeknya arteri/vena.
(8)
Patah tulang
(9)
Hematoma
(10) Disabilitas/kecacatan
(11) Meninggal
b. Mudah
lelah
Disebabkan oleh:
1) Faktor
psikologis (perasaan bosan, keletihan, atau perasaan depresi)
2) Gangguan
organis (anemia,kekurangan vitamin,gangguan pencernaan dll)
3) Pengaru
obat-obat (obat penenang, obat jantungdan obat yang melelahkan daya kerja otot)
c. Kekacauan
mental akut
Disebabkan oleh:
1) Keracunan
2) Penyakit
infeksi dengan demam tinggi
3) Alkohol
4) Penyakit
metabolisme
5) Dehidrasi
6) Gangguan
fungsi otak
7) Gangguan
fungsi hati
8) Radang
selaput otak
d. Nyeri
dada
Disebabkan oleh:
1) Penyakit
jantung koroner yang dapat menyebabkan iskemia jantung
2) Aneurisme
aorta
3) Radang
selaput jantung
4) Gangguan
pada system alat pernafasan
e. Sesak
nafas pada waktu melakukan kerja fisik
Disebabkan oleh:
1) Kelemahan
jantung
2) Gangguan
system saluran nafas
3) Berat
badan berlebihan
4) Anemia
f. Bedebar-debar
Disebabkan oleh:
1) Gangguan
irama jantung
2) Keadaan
umum bdan yang lemah karena penyakit kronis
3) Faktro-faktor
psikologi
g. Pembengkakkan
kaki bagian bawah
Disebabkan oleh:
1) Kaki
yang lama digantung
2) Gagal
jantung
3) Bendungan
pada vena bagian bawah
4) Kekurangan
vitamin B
5) Gangguan
penyakit hati
6) Kelumpuhan
pada kaki
h. Nyeri
pinggang atau punggung
Disebabkan oleh:
1) Gangguan
sendi-sendi atau gangguan sendi pada susunan tulang belakang
2) Gangguan
pancreas
3) Gangguan
pada rahim
4) Gangguan
pada kelenjar prostat
5) Gangguan
pada otot
i.
Nyeri pada sendi pinggul
Disebabkan oleh:
1) Gangguan
sendi panggul
2) Kelainan
tulang-tulang sendi
3) Akibat
kelainan pada syaraf dari punggung bagian bawah yang terjepit
j.
Berat badan menurun
Disebabkan oleh:
1) Pada
umumnya nafsu makan menurun karena kurang adanya gairah hidup atau kelesuan
2) Adanya
penyakit kronis
3) Gangguan
pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan terganggu
4) Faktor-faktor
sosial ekonomi
k. sukar
menajan buang air seni (sering ngompol)
Disebabkan
oleh:
1) obat-obat
yang mengakibatkan sering berkemih atau obaobatan penenang terlalu banyak
2) radang
kandung kemih
3) radang
saluran kemih
4) kelainan
control pada control pada kandung kemih
5) kelainan
persarafan parakandung kemih
6) faktor
psikologis
Mengompol
tidak hanya menimbulkan problem higeine seperti penyakit kulit, dekubitus dan
bau tak sedap namun lebih dari itu dapat pula mengakibatkan perasaan rendah
diri dan isolasi
l.
gangguan tidur (sulit tidur)
Pada
kelompok usia lanjut (empat puluh tahun) hampir dijumpai 7% kasusu yang
mengeluh mengenai masalah tidur (hanya dapat tidur tidak lebih dari 5 jam
sehari). hal yang sama dijumpai pada 22% pada kelompok usia tujuh puluh lima
tahun. demikian pula, kelompok lanjut usia lebih banyakn mengeluh terbangun
lebih awal dari pukul 05.00 pagi. selain itu, terdapat 30% kelompok usia tujuh
puluh tahun yabg banyak terbangun di waktu malam hari. angka ini ternyata tujuh
kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok usia dua puluh tahun.
Gangguan
tidur tidak saja menunjukkan indikasi akan adanya kelainan jiwa yang dini
tetapi merupakan keluhan dari hampir 30% penderita yang berobat ke dokter.
Disebabkan oleh :
1) faktor
ekstrinsik (luar), misalnya : lingkungan yang kurang tenang
2) faktor
instrinsik, ini bisa organic dan prikgenik
a) organic,
misalnya nyeri, gatal-gatal dan penyakit tertentu yang membuat gelisah
b) prikogenik,
misalnya depresi kecemasan dan iritabilitas
m. Keluhan
pusing-pusing
Disebabkan oleh :
1) gangguan
local, misalnya vaskuler, morgen (sakit kepala sebelah), mata, glukoma,
(tekanan dalam bola mata yang meninggi) kepaala sinusitis, furunkel, dan sakit
gigi.
2) Penyakit
sistemik yang menimbulkan hikoglikemia (kadar gula darah dalam darah yang
tinngi)
3) psikologik
perasaan cemas, depresi, kurang tidur dan kekacauan pikiran.
D.
Hipertensi
Tekanan darah tinggi atau
hipertensi adalah tekanan darah yang selalu terbaca di atas 140/90 mmHg.
Cenderung diturunkan dari keluarga dan lebih banyak terdapat pada orang tua.
Keadaan ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol dengan pola hidup sehat
dan obat-obatan.
1. Gejala-gejala
Biasanya
tidak ada gejala-gejala sampai timbul komplikasi
2. Komplikasi
a. Stroke
(disebabkan oleh pecahnya/sumbatan dari arteri pada otak, menyebabkan
kelumpuhan pada satu sisi tubuh).
b. Kegagalan
jantung
c. Kerusakan
ginjal
3. Penyebab
umum
a. 90%
kasus, penyebab tidak diketahui
b. 10%
kasus, penyebab adalah penyakit jantung/ginjal yang berat, diabetes atau tumor
dari kelenjar adrenal (kelenjar penghasil adrenalin) yang cukup jarang. (Kadar
garam yang tinggi dalam darah akan memperburuk keadaan darah tingg, tetapi
bukan penyebab merupakan faktor penyebab).
4. Yang
dapat anda lakukan
a. Jangan
merokok/minum alkohol
b. Diet
rendah garam dan rendah lemak
c. Latihan
olahraga secara teratur (olahraga akan mengurangi stress, membantu menurunkan
berat badan, membakar lebih banyak lemak darah dan membuat jantung lebih kuat).
d. Istirahat
bila tegang/lelah, lakukan latihan pelemasan otot
e. Bila
dokter memberi resep, minumlah obat secara teratur sesuai petunjuk dokter
(jangan berhenti minum obat atas inisiatif sendiri).
f. Periksa
dokter secara teratur untuk memeriksa apakah tekanan darah terkontrol dengan
baik, sehingga akan mencegah timbulnya komplikasi.
1) Tindakan
dokter untuk anda
a) Memberi
resep obat anti hipertensi
b) Mengawasi
timbulnya komplikasi dan mengobatinya. Setelah umur 30 tahun, cek tekanan darah
anda setiap tahun terutama bila terdapat riwayat keluarga dengan hipertensi
2) Pencegahan
a) Setelah
umur 30 tahun periksa tekanan darah anda setiap tahun terutama bagi anda dengan
riwayat keluarga hipertensi
b) Jangan
merokok, minum alkohol berlebihan dan diet tinggi garam dan lemak
c) Bila
kelebihan berat badan turunkan berat badan
d) Lakukan
latihan aerobik (berenang, bersepeda, jogging/jalan cepat, aerobik dan olahraga
berat), paling tidak tiga kali seminggu, setiap kali lamanya 15-60 menit,
sampai nafas cepat tetapi jangan sampai sesak nafas. Latihan untuk
mengendalikan stress (tekanan batin).
e) Pelajari
cara-cara mengendalikan stress ( Nugroho, 2010)
E. Diabetes
Mellitus
1. Pengertian
Diabetes adalah suatu
penyakit, dimana tubuh penderitanya tidak bisa secara otomatis mengendalikan
tingkat gula (glukosa) dalam darahnya. Pada tubuh yang sehat, pankreas melepas
hormon insulin yang bertugas mengangkut gula melalui darah ke otot-otot dan
jaringan lain untuk memasok energi .
2. Klasifikasi
diabetes miletus
Ada bebeberapa tipe diabetes
melitus yang berbeda, penyakit ini di bedakan berdasarkan penyebab perjalanan
klinik dan terapinya klasifikasi yang utama adalah sebagai berikut :
a.
Diabetes tipe 1 adalah bila tubuh perlu pasukan
insulin dari luar, karena sel-sel beta dari pulau-pulau Langerhans telah
mengalami kerusakan, sehingga pankreas berhenti memproduksi insulin. Kerusak an
sel beta tersebut dapt terjadi sejak kecil ataupun setelah dewasa. Penderitanya
harus mendapatkan suntikan insulin setiap hari selama hidupnya, sehingga itu di
kenal dengan istilah Insulin-dependent Diabetes Melitus (IDDM). Penderita
diabetes tipe I sangat rentan trhadap
komplikasi jangka pendek yang berbahaya dari penyakit ini, yakni dua komplikasi
yang erat berhubungan dengan perrubahan kadar gula darah, yaitu terlalu banyak
gula darah (hiperglikemia) atau kekurangan gula darah (hipoglikemia). Resiko
lain penderita diabetes tipe I ini adalah keracunan senyawa keton yang
berbahaya dari hasil samping metabolism tubuh yang menumpuk ( ketoasidosis),
dengan resiko mengalami koma diabetic.
b. Diabetes
tipe II adalah tipe diabetes yang paling umum di jumpai, juga sering di sebut
diabetes yang di mulai pada masa dewasa, di kenal sebagai NIDDM
(Non-Insulin-dependent diabetes melitus). Diabetes ini terjadi jika insulin
hasil produksi pancreas tidak cukup atau sel lemak dan otot tubuh menjadi kebal
terhadap insulin, sehingga terjadilah gangguan pengiriman gula ke sel tubuh.
Diabetes tipe II ini dapat menurun dari orang tua yang penderita diabetes. Pada
diabetes tipe II, yang di anggap sebagai pencetus utama adalah faktor
obesitas(gemuk berlebihan).
3. Penyebab
diabetes militus
a.
Kelainan genetika
Diabetes dapat menurun
menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes, kelainan gen yang
mengakibatkan tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik. Tetapi
resikonya terkena diabetes juga tergantung pada faktor kelebihan berat badan
stres dan kurang bergerak.
b. Usia
Umumnya manusia mengalami
perubahan fisiologis yang secara drastic menurun dengan cepat seelah usia 40
tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebur,
terutama setelah usia45 tahunpada mereka yang berat badannya berlebih sehingga
tubuhnya tidak peka lagi terhadap insulin.
c.
Gaya hidup setres
Stress kronis cenderung
membuat seseorang mencari makanan yang manis-manis dan berlemak tinggi untuk
meningkatkan kadar serotonin otak. Serotonin ini memiliki efek penenang
sementara untuk meredakan setresnya. Tetapi gula dan lemak itulah yang
berbahaya bagi mereka yang beresiko terkenan diabetes.
d. Pola
makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan
berat badan sama-sama meningkatkan resiko terkena diabetes. Kurang gizi ( mal
nutrisi) dapat merusak pankreas, sedangkan obesitas (gemuk berlebihan) mengakibatkan
gangguan kerja insulin (retensi insulin).
Sebaliknya, obesitas bukan
karena makanan yang manis atau kaya lemak, tetapi lebih di sebabkan jumlah
konsumsi yag terlalu banyak, sehingga cadangan gula darah yang di simpan di
dalam tubuh sangat berlebihan. Sekitar 80% penderita diabetes tipe II adalah
mereka yang tergolong gemuk.
4. Faktor
penyebab diabetes
a.
Semakin
bertambah usia
Semakin bertambah usia
semakin tinggi resiko diabetes. Resiko yang tiggi di mulai pada usia 40 tahun
b. Keturunan
Adanya riwayat diabetes dalam
keluarga,terutama orang tua dan sodara kandung. Keturunan merupakan faktor yang
paling berperat sebagai diabetes tipe I.
c.
Obesitas 80-85
persen penderita diabetes tipe II mengidap kegemukan.
Tentu saja tidak semua orang
yang kegemukan menderita diabetes, tetapi pemyakit ini mungkin muncul 10-20
tahun kemudian. Dinyatakan obesitas jika seseorang kelebihan 20% dari berat
badan normal
d. Kemiskinan
Meskipun belum di ketahui
dengan pasti hubungannya, namun penelitian telah membuktikan hal ini. Besar
kemungkinan diabetes pada golongan miskin di karenakan gangguan pancreas akibat
kurang gizi.
5. Tanda
dan gejala
a.
Kencing dalam jumlah yang banyak siang dan
malam.
b. Rasa
lapar yang berlebihan
c.
Berat badan meskipun tetap enak makan
d. Lemah,lesu.
e.
Luka sukar sembuh(luka iris/ serut), infeksi
kulit berulang, gatal-gatal di sekitar alat kalamin luar.
f.
Kesemutan,kehilangan rasa terutama daerah kaki.
6. Komplikasi
Tidak diketahui dengan
pasti.penyakit diabetes timbul karena pangkreas tidak menghasilkan /terlalu
sedikit memproduksi insulin atau bila kerja insulin tidak normal .Insulin
adalah suatu hormone yang berguna bagi
pengangkutan zat gula dari darah kedalam sel sel tubuh.Dengan insulin yang
kurang jumlahnya atau kurang efektif,zat gula tetap berada diperedaran darah
dan meluap kedalam urin.kecenderungan untuk menderita diabetes tergantung
faktor keturunan.Bagi mereka yang mempunyai faktor keturunan tersebut ,maka
makan terlalu banyak gula, kelebihan
berat badan ,tekanan batin dan bahkan kehamilan dapat menjadi faktor pencetus
timbulnya diabetes. ( Sustrani dkk, 2004)
F. Status
Gizi
1. Status
Gizi Bayi dan Balita
a. Pengertian
Ilmu Gizi
Ilmu gizi (nutrition
science) adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam
hubungannya dengan kesehatan optimal. Ilmu pengetahuan tentang gizi (nutrisi)
membahas sifat-sifat nutrien (zat gizi) yang terkandung dalam makanan, pengaruh
metaboliknya, serta akibat yang ditimbulkan bila terdapat kekurangan
(ketidakcukupan) zat gizi (Adriani, 2013).
Pangan adalah
istilah umum untuk semua bahan yang dapat dijadikan makanan (Hasdianah dkk,
2014)
Makanan adalah
bahan makanan selain obat yang mengandung zat gizi dan/atau unsur atau ikatan
kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila
dimasukkan dalam tubuh (Adriani, 2013).
Menurut Robinson
& Weighley, status gizi adalah keadaan kesehatan yang berhubungan dengan
penggunaan makanan oleh tubuh (Adriani, 2013).
b. Faktor-
faktor yang mempengaruhi status gizi, yaitu :
1) Faktor
langsung :
a) Asupan
berbagai makanan
b) Penyakit
Penyakit infeksi merupakan penyakit
yang banyak berhubungan dengan terjadinya kekurangan gizi di negara berkembang.
Infeksi yang sering terjadi pada anak adalah penyakit saluran pernafasan atas,
bawah, diare dan kulit. Menurut SKRT (1995), anak-anak yang sering menderita
penyakit infeksi menyebabkan pertumbuhannya terhambat dan tidak dapat mencapai
pertumbuhan yang optimal (Istiany, 2013).
c) Pola
pengasuhan
Pola pengasuhan adalah asuhan yang
diberikan ibu atau pengasuh lain berupa sikap dan perilaku dalam hal
kedekatannya dengan anak, memberikan makan, merawat, menjaga kebersihan,
memberi kasih sayang, dan sebagainya. Semuanya berhubungan dengan keadaan ibu
dalam hal kesehatan fisik, dan mental, status gizi, pendidikan umum, dan
lainnya (Septiari, 2012).
Pengasuhan, didefinisikan sebagai
cara memberi makan, merawat anak, membimbing, dan mengajari anak yang dilakukan
oleh individu dan keluarga (UNICEF, 1998). Menurut Gunarsa (1997), pengasuhan
diarahkan untuk mengubah tingkah laku sesuai dengan kemauan si pengasuh
(Istiany, 2013).
Melmed (1997) menegaskan pentingnya
usia 3 tahun pertama masa kehidupan anak, karena merupakan usia yang efektif
untuk perbaikan pendidikan anak. Pendapat Melmed diperkuat oleh para peneliti
di Baylor College of Medicine yang memandang bahwa apabila anak-anak jarang
disentuh, maka perkembangan otaknya 20% atau 30% lebih kecil daripada ukuran
normalnya pada usia itu (Istiany, 2013).
2) Faktor
tidak langsung :
a) Ekonomi
keluarga, penghasilan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi kedua faktor
berperan langsung terhadap status gizi.
b) Produksi
pangan, peranan pertanian dianggap penting karena kemampuannya menghasilkan
produk pangan.
c) Budaya,
masih ada kepercayaan untuk memantang makanan tertentu yang dipandang dari segi
gizi sebenarnya mengandung zat gizi yang baik.
d) Kebersihan
lingkungan, kebersihan lingkungan yang jelek akan memudahkan anak menderita
penyakit tertentu seperti ISPA, infeksi saluran pencernaan.
e) Fasilitas
pelayanan kesehatan sangat penting untuk menyokong status kesehatan dan gizi
anak (Istiyani, 2013)
2. Penilaian
Status Gizi
a. Penilaian
status gizi secara langsung
Penilaian status
gizi secara langsung dapat dibedakan menjadi empat penilaian yaitu :
1) Antropometri
Secara umum antropometri artinya
ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi
adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum
digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.
Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
2) Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode
yang sangat penting untuk melihat status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan
atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan
zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial
tissues) seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ
yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tyroid. Penggunaan metode
ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys).
Survei ini dirancamg untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari
kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Juga untuk mengetahui tingkat status
gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan
gejala (symptom) atau riwayat penyakit.
3) Biokimia
Penilaian status gizi dengan
biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang
dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan
antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati
dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan
terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang
kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk
menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
4) Biofisik
Penentuan fisik gizi secara
biofisik adalah metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat
perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu
seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindnes). Cara
yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
b. Penilaian
Status Gizi Secara Tidak Langsung
Penilaian status
gizi secara tidak langsung dapat dibedakan menjadi tiga yaitu
1) Survei
konsumsi makanan
Survei konsumsi makanan adalah
metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan
jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat
memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat,
keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan
kekurangan zat gizi.
2) Statistik
vital
Pengukuran status gizi dengan
statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan
seperti angka kematian berdasarkan umum, angka kesakitan dan kematian akibat
penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaannya
dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status
gizi.
3) Faktor
ekologi
Jumlah makanan yang tersedia sangat
tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigrasi dan lain-lain.
Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab
malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi
gizi (Supariasa, 2012).
Penilaian status gizi berdasarkan
antropometri dapat diukur menggunakan parameter tunggal seperti umur, berat
badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar
pinggu dan tebal lemak di bawah kulit. Pada umumnya penilaian status gizi
menggunakan parameter gabungan seperti : Berat Badan menurut Umur (BB/U),
Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) dan
Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U). Penilaian status gizi untuk semua golongan
umur yang digunakan menggunakan parameter IMT/U untuk orang dewasa dan ibu
hamil, sedangkan parameter IMT/U untuk umur 0 sampai 18 tahun (Istiany, 2013)
|
Batas
ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/ WHO, yang membedakan batas
ambang untuk laki-laki dan perempuan. Batas ambang normal laki-laki adalah
20,1-25,0 dan untuk perempuan adalah 18,7-23,8. Untuk kepentingan pemantauan
dan tingkat defisiensi energi ataupun tingkat kegemukan, lebih lanjut FAO/ WHO
menyarankan menggunakan satu batas ambang antara laki-laki dan perempuan.
Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan ambang batas laki-laki untuk
kategori kurus tingkat berat dan menggunakan ambang batas pada perempuan untuk
kategori gemuk tingkat berat.
Status
gizi berdasarkan IMT menurut umur dibagi atas :
a. Sangat kurus, yaitu kurang dari – 3 standart
devisiasi (< - 3 SD)
b. Kurus yaitu antara – 3 SD sampai dengan <
- SD
c. Normal yaitu antara – 2 SD sampai dengan 1 SD
d. Gemuk yaitu antara 1 SD sampai dengan 2 SD
e. Sangat gemuk (Obesitas) yaitu > 3 SD
BAB
III
ANALISIS
DATA DAN RENCANA TINDAKAN
A.
Rekapitulasi Data
1. Data
Kuantitatif
a. Penghasilan
keluarga
Berdasarkan
diagram di atas, menunjukkan bahwa penghasilan perbulan keluarga <Rp 100.000
sebanyak 6 keluarga (6%), Rp 100.000-400.000 sebanyak 32 keluarga (30%), Rp
500.000-1.000.000 sebanyak 38 keluarga (36%), dan Rp >1.000.000 sebanyak 30
keluarga (28%). Jadi rata-rata penghasilan perbulan lansia adalah Rp500.000-1.000.000.
b. Pekerjaan
penduduk laki-laki
Berdasarkan diagram di atas,
menunjukkan bahwa pekerjaan penduduk laki-laki pegawai negeri 1 orang (1%),
pegawai swasta 14 orang (9%), wiraswasta 23 orang (16%), petani tidak ada (0%),
pedagang 22 orang (15%), buruh 30 orang (20%), ABRI 1 orang (1%), pensiunan 3
orang (2%), pamong tidak ada (0%), dan tidak bekerja 53 orang (36%).
c. Pekerjaan
penduduk perempuan
Berdasarkan diagram di atas,
menunjukkan bahwa pekerjaan penduduk perempuan pegawai negeri tidak ada (0%),
pegawai swasta 15 orang (8%), wiraswasta 22 orang (12%), petani tidak ada (0%),
pedagang 34 orang (18%), buruh 19 orang (10%), ABRI 1 orang (1%), pensiunan 1
orang (1%), pamong tidak ada (0%), dan tidak bekerja 98 orang (50%).
d. Data
Penduduk menurut umur
Berdasarkan diagram di atas,
menunjukkan bahwa penduduk umur 0-11 bulan sebanyak 2 orang (1%), 1-5 tahun 39
orang (12%), 6-12 tahun 37 orang (11%), 13-20 tahun 32 orang (9%), 21-35 tahun
64 orang (19%), 36-50 tahun 76 orang (22%), dan
>50 tahun 87 orang (26%).
e. Data
Penduduk menurut pendidikan
Berdasarkan diagram di atas,
menunjukkan bahwa pendidikan penduduk tidak tamat SD sebanyak 70 orang (20%),
tamat SD 85 orang (25%), tidak tamat SMP 16 orang (5%), tamat SMP 59 orang (17%),
tidak tamat SMA 12 orang (3%), tamat SMA 83 orang (24%), Diploma 4 orang (2%),
S1 7 orang (3%), S2 1 orang (1%) dan S3 tidak ada (0%).
f. Data
penduduk menurut agama
Berdasarkan diagram di atas,
menunjukkan bahwa pendidikan penduduk islam sebanyak 324 orang (97%), kristen
katolik 7 orang (2%), kristen protestan 6 orang (1%), hindu tidak ada (0%), dan
budha tidak ada (0%).
g. Ventilasi
rumah penduduk
Berdasarkan diagram di atas,
menunjukkan bahwa rumah penduduk dengan
ventilasi kurang sebanyak 31 rumah (29%), dan ventilasi cukup sebanyak 75 rumah
(71%).
h. Pengurusan
air minum
Berdasarkan diagram di atas,
menunjukkan bahwa pengurusan tempat minum penduduk 3-7 hari sebanyak 66 keluarga (62%), dan >7 hari
sebanyak 40 keluarga (38%).
i.
Jarak pembuangan sampah
Berdasarkan diagram di atas,
menunjukkan bahwa jarak pembuangan sampah penduduk 10 km sebanyak 45 rumah (42%), dan >10 km sebanyak 61 rumah (58%).
j.
Jarak Pembuangan limbah
Berdasarkan diagram di atas,
menunjukkan bahwa jenis pembuangan limbah penduduk got sebanyak
45 rumah (44%), sungai 9 rumah (9%), selokan 49 rumah (47%), bak
penampungan tidak ada (0%), dan dibuang sembarangan sebanyak tidak ada (0%).
k. Jenis
Penyakit
Berdasarkan diagram di atas,
menunjukkan bahwa jenis penyakit penduduk ISPA tidak ada (0%), Diare 2 orang
(6%), Typoid 2 orang (6%), DBD 1 orang (3%), TBC tidak ada (0%), asma tidak ada
(0%), reumatik 5 orang (15%), Hipertensi 11 orang (34%), Diabetes 3 orang (9%),
asam urat 3 orang(9%), maag 1 orang (3%), stroke 2 orang (6%), dan gangguan
perkemihan 3 orang (9%).
l.
Ibu hamil
Berdasarkan diagram di atas,
menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil sebanyak 2 ibu, 1 ibu hamil usia 0-3 bulan
(50%) dan 1 ibu hamil usia 7-9 bulan (50%).
m. Remaja
Berdasarkan diagram di atas,
menunjukkan bahwa jumlah remaja sebanyak 45 remaja, yang terdiri dari remaja
laki-laki 18 orang (40%) dan remaja perempuan 27 orang (60%).
n. Kondisi
kesehatan remaja
Berdasarkan diagram di atas,
menunjukkan bahwa remaja yang sakit tidak ada (0%), dan remaja sehat 45 orang
(100%).
o. Keluhan
remaja saat menstruasi
Berdasarkan diagram di atas,
menunjukkan bahwa keluhan remaja saat menstruasi, sebanyak 6 remaja (27%) tidak
ada keluhan, dan sebanyak 16 remaja (73%) ada keluhan.
p. Ibu
menopause
Berdasarkan diagram di atas,
menunjukkan bahwa jumlah ibu menopause sebanyak 21 ibu, sebanyak 13 ibu (62%) menopause
saat usia 36-45 tahun, sebanyak 8 ibu (38%) menopause saat usia >45 tahun dan
ibu menopause saat usia <35 tahun tidak ada(0%).
q. Keluhan
ibu menopause
Berdasarkan diagram di atas,
menunjukkan keluhan ibu menopause, sebanyak 2 ibu (22%) mengalami peningkatan
emosional, gangguan saat coitus tidak ada (0%), dada berdebar-debar tidak ada
(0%) dan lain-lain 7 ibu (78%).
r.
PUS
Berdasarkan diagram di atas,
menunjukkan jumlah PUS sebanyak 35 orang, sebanyak 34 PUS ber-KB (97%), dan
sebanyak 1 PUS tidak ber-KB (3%)
s. KB
yang digunakan PUS
Berdasarkan diagram di atas,
menunjukkan bahwa KB PUS sederhana sebanyak 1 PUS (3%), pil 12 PUS (35%),
suntik 3 bulan 13 PUS (38%), PUS (%), suntik 1 bulan 1 PUS (3%), implan 1 PUS (3%),
IUD 3 PUS (9%),dan kontap 3 PUS (9%).
t.
Keluhan menggunakan KB
Berdasarkan diagram di atas,
menunjukkan bahwa keluhan KB PUS, pusing sebanyak 4 PUS (29%), haid terganggu 6
PUS (43%), terjadi kenaikan berat badan 2 PUS (14%), dan lain-lain 2 PUS (14%).
u. Lansia
Berdasarkan
diagram di atas, menunjukkan bahwa jumlah lansia 62 orang, yang terdiri dari
lansia perempuan 30 orang (48%), dan lansia laki-laki 32 orang (52%). Jadi di
RW I Desa Blaru terdapat banyak lansia sejumlah 62 jiwa.
v. Jumlah
lansia dalam 1 keluarga
Berdasarkan
diagram di atas, dapat dilihat jumlah lansia dalam satu keluarga menurut
kategori, dalam keluarga ada satu lansia sebanyak 26 orang (59%), dan dalam
keluarga ada dua lansia sebanyak 18 (41%). Jadi di RW I Desa Blaru ada keluarga yang
memiliki dua lansia yaitu 18 keluarga.
w. Penghasilan
keluarga lansia
Berdasarkan
diagram di atas, menunjukkan bahwa penghasilan perbulan lansia< Rp 100.000
sebanyak 7 lansia (11%), Rp 100.000-400.000 sebanyak 30 lansia (48%), Rp 500.000-1.000.000
sebanyak 21 lansia (34%), dan Rp >1.000.000 sebanyak 4 lansia (7%). Jadi
rata-rata penghasilan perbulan lansia adalah Rp100.000- 400.000.
x. Status
Kesehatan lansia dalam 1 tahun terakhir
Berdasarkan diagram di atas, menunjukkan status kesehatan
lansia dalam 1 tahun terakhir baik sebanyak 42 lansia (68%), dan status
kesehatan tidak baik sebanyak 20 lansia (32%). Jadi rata-rata status kesehatan
lansia satu tahun terakhir adalah baik.
y. Penyakit
yang diderita lansia
Berdasarkan
diagram di atas, menunjukkan bahwa penyakit yang diderita lansia yaitu
hipertensi sebanyak 11 lansia (41%), reumatik sebanyak 4 lansia (15%), diabetes
melitus sebanyak 3 lansia (11%), gangguan sistem perkemihan sebanyak 3 lansia (
11%), stroke sebanyak 2 lansia (7%), asam urat sebanyak 3 lansia (11%), dan maag
sebanyak 1 lansia (45%). Jadi penyakit yang banyak diderita lansia di RW 1
adalah hipertensi.
z. Jumlah
Bayi dan Balita
Berdasarkan
diagram di atas, menunjukkan bahwa jumlah bayi sebanyak 2 orang (5%), dan balita sebanyak 39 orang
(95%). Jadi di RW I Desa Blaru banyak terdapat balita yaitu sejumlah 39 balita.
aa. Proporsi Kunjungan
Balita ke Posyandu
Berdasarkan proporsi kunjungan Balita ke posyandu 1 bulan
sekali sebanyak 29 balita (74%), kadang – kadang sebanyak 7 balita (18%), tidak
pernah sebanyak 3 balita (8%). Jadi rata-rata balita datang ke posyandu rutin
satu bulan sekali.
bb. Status
Gizi Balita
Berdasarkan
diagram di atas, menunjukkan bahwa status gizi balita gizi lebih tidak ada (0%), gizi baik sebanyak 36 balita
(92%), gizi kurang sebanyak 2 balita (5%), gizi buruk sebanyak 1 balita (3%).
Jadi rata-rata status gizi balita di RW I Desa Blaru adalah gizi baik.
2. Data
Kualitatif
a. Lansia
1) Pengetahuan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada
62 lansia di RW I didapatkan data 11 orang menderita hipertensi, 3 orang
menderita penyakit Diabetes Militus, dan 3 orang menderita asam urat. Rata-
rata menggambarkan pengetahuan yang
kurang dilihat dari kurangnya pemahaman tentang penyakit yang terjadi pada
lansia dan kurangnya pemahaman
tentang pola makan yang baik untuk Hipertensi, DM dan asam urat.
2) Sikap
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada 15
responden DI RW I rata-rata menggambarkan sikap lansia sudah baik, karena
lansia mulai menyadari kesehatanya sehingga lansia memeriksakan kesehatanya.
3) Perilaku
Dari 11 penderita hipertensi
terdapat 7 lansia yang memiliki
perilaku yang buruk. Hal itu dilihat dari pola makan sehari-hariyang masih banyak mengkonsumsi makanan dengan kadar garam tinggi misalnya, ikan asin,
pindang, dll. Dari 3 lansia yang menderita DM terdapat 1 lansia yang menyukai minum kopi. Rata-rata
perilaku lansia kurang baik karena dilihat dari pengaturan pola makan yang
dikonsumsi setiap hari masih kurang, selain itu lansia jarang melakukan
olahraga untuk kebugaran tubuh.
4)
Usia
Umumnya manusia mengalami
perubahan fisiologis yang secara drastis menurun dengan cepat setelah usia 55
tahun. Diabetes, hipertensi, asam urat, kolesterol sering muncul setelah seseorang
memasuki usia rawan tersebut, terutama setelah usia 55 tahun.
5)
Pola
makan yang salah
Pola makan yang salah dapat
menyebabkan penyakit hipertensi dan asam urat. Kurang gizi atau kelebihan berat
badan sama-sama meningkatkan resiko terkena diabetes dan kolesterol. Kurang
gizi (malnutrisi) dapat merusak pankkreas, sedangkan obesitas (gemuk berlebihan)mengakibatkan
gangguan kerja insuli (retensi insulin)
6)
Genetik
Terdapat 4 orang dari 11 orang yang menderita Hipertensi
mengatakan bahwa sudah memiliki riyawat Hipertensi dari keluarga, dan 1 lansia
yang menderita DM mengatakan memiliki riwayat keluarga DM.
b. Balita
1) Pengetahuan
Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan pada
39 balita di RW I didapatkan data 1 balita menderita gizi buruk, dan 2 balita
menderita gizi kurang. Rata- rata
menggambarkan pengetahuan yang kurang dilihat dari kurangnya pemahaman
tentang pentingnya kebutuhan nutrisi terutama gizi seimbang pada balita.
2) Motivasi
Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan pada 39 ibu balita menggambarkan motivasi ibu ada yang sudah baik dan
kurang membawa anak ke posyandu. Karena ada 7 ibu yang
kadang-kadang membawa balita ke posyandu dan 3 ibu yang tidak pernah membawa ke
posyandu.
3) Pekerjaan
Dari hasil wawancara
yang dilakukan pada 10 ibu balita yang yang kadang-kadang membawa
balita ke posyandu dan yang tidak pernah membawa ke posyandu.
Terdapat 5 ibu mengatakan bahwa ia tidak membawa ke posyandu karena sibuk
dengan pekerjaannya dan tidak sempat membawa anaknya ke posyandu.
4) Keyakinan
Dari hasil wawancara pada 3 ibu balita yang
tidak pernah membawa anaknya ke posyandu, ia yakin kalau anaknya
tidak ke posyandu akan tetap sehat dan tidak kekurangan nutrisi.
B.
Analisis Data
1. Analisis
Data
DATA
LANSIA
|
MASALAH
KESEHATAN
|
1. Ada
62 lansia di RW 1 Desa Blaru
2. Jumlah
lansia laki-laki 32 orang dan perempuan 30 orang
3. Jumlah
lansia dalam satu keluarga yang berjumlah satu sebanyak 26 orang dan yang
berjumlah dua sebanyak 18 orang
4. Penghasilan
keluarga lansia tertinggi adalah
berpenghasilan Rp100.000- Rp400.000 yaitu sebanyak 48% atau 30 0rang.
5. Sarana
informasi keluarga lansia tertinggi adalah melalui penyuluhan puskesmas/posyandu yaitu sebanyak 58% atau
36 orang.
6. Sarana
transportasi yang digunakan keluarga lansia tertinggi adalah kendaraan
sendiri yaitu sebanyak 87% atau 54 orang.
7. Jarak
rumah lansia dengan fasilitas kesehatan tertinggi adalah <1 KM yaitu
sebanyak 65% atau 40 orang
8. Status
kesehatan lansia dalam 1 tahun terakhir yaitu sebanyak 68% atau 42 orang baik
dan 32% atau 20 orang tidak baik
9. Penyakit
yang diderita lansia yaitu hipertensi sebanyak 11 orang (41%), reumatik
sebanyak 4 orang (15%), DM sebanyak 3 orang (11%), stroke sebanyak 2 orang
(7%), asam urat sebanyak 3 orang (11%), maag sebanyak 1 orang (4%), dan
gangguan sistem perkemihan sebanyak 3 orang (11%).
10. 41
(66%) Lansia pergi ke tenaga kesehatan untuk berobat, 11 orang (18%) diobati
sendiri, dan 10 orang (16%) dibiarkan.
11. Lansia
masih aktif bekerja/berkegiatan sebanyak 37 orang (60%)
|
1.
Terjadinya peningkatan penyakit
yang diderita oleh lansia.
|
MASALAH
KESEHATAN
|
|
1. Ada
39 balita dan 2 bayi di RW 1 Blaru
2. Jumlah
Balita umur 1-2 tahun sebanyak 9 orang dan balita usia 3-5 tahun sebanyak 30
orang
3. Pendidikan
ibu balita tertinggi adalah SMA sebanyak 51% atau 20 orang
4. Pekerjaan
ibu balita 19 orang (49%) adalah ibu rumah tangga
5. Penghasilan
keluarga balita 17 orang (44%) adalah > Rp 1.000.000
6. Sarana
keluarga balita menerima info kesehatan terutama dari TV 19 orang (49%) dan
penyuluhan di puskesmas/posyandu 16 Orang (41%).
7. Sebanyak
20 rumah balita (51 %) jarak rumah dengan fasilitas kesehatan <1 KM.
8. Kunjungan
balita ke posyandu sebanyak 29 balita
(74%) rutin ke posyandu, 7 balita (18%) kadang-kadang, dan 3 balita (8%)
tidak pernah ke posyandu.
9. Satus
gizi balita sebanyak 36 balita (92%) gizi baik, 2 balita (5%) gizi kurang dan
1 balita (3%) gizi buruk
10. Pola
makan balita yang teratur sebanyak 33 balita (85%), balita tidak teratur makan
6 balita (15%). keadaan kesehatan balita 3 bulan terakhir sebanyak 29 balita
(74%) sehat dan 10 balita (26%) sakit.
|
Gizi
buruk dan Gizi kurang pada balita
|
2. Skala
Prioritas
a. Lansia
1) Hipertensi
No
|
Kriteria
|
Perhitungan
|
Skor
|
Pembenaran
|
1
|
Sifat masalah
a. Ancaman kesehatan =2
b. Tidak/ kurang sehat = 3
c. Krisis = 1
|
2/3x1
|
2/3
|
Hipertensi dapat menyebabkan
ancaman kesehatan
|
2
|
Kemungkinan masalah dapat
diubah
a. Dengan mudah = 2
b. Hanya sebagian = 1
c. Dapat diubah =0
|
0/2x2
|
0
|
Kondisi hipertensi dapat di
ubah dengan gaya hidup dan pola makan
|
3
|
Potensi masalah untuk dapat
dirubah
a. Tinggi = 3
b. Cukup= 2
c. Rendah = 1
|
2/3x1
|
2/3
|
Hipertensi dapat di cegah dengan mengatur pola makan
dan gaya hidup
|
4
|
Penonjolan masalah
a. Masalah ringan harus
ditangani agar tidak menuju ke berat =2
b. Masalah yang tidak perlu
segera ditangani =1
c. Masalah tidak dirasakan=0
|
2/2x1
|
1
|
Hipertensi harus segera di tangani agar tekanan darah
dapat stabil
|
|
Jumlah skor
|
|
2 1/3
|
|
2) Diabetes
Mellitus
No
|
Kriteria
|
Perhitungan
|
Skor
|
Pembenaran
|
1
|
Sifat masalah
a. Ancaman kesehatan =2
b. Tidak/ kurang sehat = 3
c. Krisis = 1
|
2/3x1
|
2/3
|
DM masuk dalam situasi ancaman
kesehatan
|
2
|
Kemungkinan masalah dapat
diubah
a. Dengan mudah = 2
b. Hanya sebagian = 1
c. Dapat diubah =0
|
1/2x2
|
1
|
Kondisi diabetus millitus hanya
sebagian dapat di ubah dengan pola makan
|
3
|
Potensi masalah untuk dapat
dirubah
a. Tinggi = 3
b. Cukup= 2
c. Rendah = 1
|
2/3x1
|
2/3
|
DM dapat di cegah dengan
mengatur pola makan
|
4
|
Penonjolan masalah
a. Masalah ringan harus ditangani
agar tidak menuju ke berat =2
b. Masalah yang tidak perlu
segera ditangani =1
c. Masalah tidak dirasakan=0
|
2/2x1
|
1
|
DM harus segera di tangani agar
kadar gulanya dapat stabil
|
|
Jumlah skor
|
|
3 1/3
|
|
3) Asam
Urat
No
|
Kriteria
|
Perhitungan
|
Skor
|
Pembenaran
|
1
|
Sifat masalah
a. Ancaman kesehatan =2
b. Tidak/ kurang sehat = 3
c. Krisis = 1
|
3/3x1
|
1
|
Asam urat masuk dalam situasi
kurang kesehatan
|
2
|
Kemungkinan masalah dapat
diubah
a. Dengan mudah = 2
b. Hanya sebagian = 1
c. Dapat diubah =0
|
2/2x2
|
2
|
Kondisi asam urat dapat di ubah
dengan mudah dengan pola makan
|
3
|
Potensi masalah untuk dapat
dirubah
a. Tinggi = 3
b. Cukup= 2
c. Rendah = 1
|
3/3x1
|
1
|
Asam urat dapat di cegah dengan
mengatur pola makan
|
4
|
Penonjolan masalah
a. Masalah ringan harus ditangani
agar tidak menuju ke berat =2
b. Masalah yang tidak perlu
segera ditangani =1
c. Masalah tidak dirasakan=0
|
2/2x1
|
1
|
Asam urat harus segera di
tangani agar kadar asam urat dapat stabil
|
|
Jumlah skor
|
|
5
|
|
b. Balita
1) Gizi
Buruk
No
|
Kriteria
|
Perhitungan
|
Skor
|
Pembenaran
|
1
|
Sifat masalah
a. Ancaman kesehatan =2
b. Tidak/ kurang sehat = 3
c. Krisis = 1
|
3/3x1
|
1
|
Gizi buruk masuk dalam situasi
kurang kesehatan
|
2
|
Kemungkinan masalah dapat
diubah
a. Dengan mudah = 2
b. Hanya sebagian = 1
c. Dapat diubah =0
|
1/2x2
|
1
|
Kondisi gizi buruk hanya
sebagian dapat di ubah pemenuhan
nutrisi yang optimal
|
3
|
Potensi masalah untuk dapat
dirubah
a. Tinggi = 3
b. Cukup= 2
c. Rendah = 1
|
1/3x1
|
1/3
|
Gizi buruk dapat di cegah dengan
pemenuhan nutrisi yang optimal
|
4
|
Penonjolan masalah
a. Masalah ringan harus
ditangani agar tidak menuju ke berat =2
b. Masalah yang tidak perlu
segera ditangani =1
c. Masalah tidak dirasakan=0
|
2/2x1
|
1
|
Gizi buruk harus segera di
tangani agar pertumbuhan balita tidak terhambat
|
|
Jumlah skor
|
|
3 1/3
|
|
2) Gizi
Kurang
No
|
Kriteria
|
Perhitungan
|
Skor
|
Pembenaran
|
1
|
Sifat masalah
a. Ancaman kesehatan =2
b. Tidak/ kurang sehat = 3
c. Krisis = 1
|
2/3x1
|
2/3
|
Gizi kurang dapat menyebabkan
ancaman kesehatan
|
2
|
Kemungkinan masalah dapat
diubah
a. Dengan mudah = 2
b. Hanya sebagian = 1
c. Dapat diubah =0
|
0/2x2
|
0
|
Kondisi gizi kurang dapat di
ubah dengan pemenuhan nutrisi seimbang
|
3
|
Potensi masalah untuk dapat
dirubah
a. Tinggi = 3
b. Cukup= 2
c. Rendah = 1
|
2/3x1
|
2/3
|
Gizi kurang dapat di cegah dengan pemenuhan nutrisi
seimbang
|
4
|
Penonjolan masalah
a. Masalah ringan harus
ditangani agar tidak menuju ke berat =2
b. Masalah yang tidak perlu
segera ditangani =1
c. Masalah tidak dirasakan=0
|
2/2x1
|
1
|
Gizi kurang harus segera di tangani agar pertumbuhan balita
tidak terganggu
|
|
Jumlah skor
|
|
2 1/3
|
|
C.
PLANNING OF ACTION (POA)
Program 1 :
1.
Kegiatan
Penurunan Penyakit pada Lansia
No
|
Data
|
Masalah
Kesehatan
|
Tujuan
|
Rencana
|
Waktu/
tempat
|
Metode
|
Sasaran
|
Sumber
Dana
|
PJ
|
Pelaksana
|
1.
|
1.
Ada 62 lansia di RW 1 Desa Blaru
2.
Jumlah
lansia laki-laki 32 orang dan perempuan 30 orang
3.
Jumlah
lansia dalam satu keluarga yang berjumlah satu sebanyak
26 orang dan yang berjumlah dua sebanyak 18 orang
4.
Penghasilan keluarga lansia tertinggi adalah berpenghasilan Rp100.000- Rp400.000 yaitu
sebanyak 48% atau 30 0rang.
5.
Sarana informasi keluarga lansia tertinggi adalah
melalui penyuluhan puskesmas/posyandu
yaitu sebanyak 58% atau 36 orang.
6.
Sarana
transportasi yang digunakan keluarga lansia tertinggi adalah kendaraan
sendiri yaitu sebanyak 87% atau 54 orang.
7.
Jarak
rumah lansia dengan fasilitas kesehatan tertinggi adalah <1 KM yaitu
sebanyak 65% atau 40 orang
8.
Status
kesehatan lansia dalam 1 tahun terakhir yaitu sebanyak 68% atau 42 orang baik
dan 32% atau 20 orang tidak baik
9.
Penyakit
yang diderita lansia yaitu hipertensi sebanyak 11 orang (41%), reumatik
sebanyak 4 orang (15%), DM sebanyak 3 orang (11%), stroke sebanyak 2 orang
(7%), asam urat sebanyak 3 orang (11%), maag sebanyak 1 orang (4%), dan
gangguan sistem perkemihan sebanyak 3 orang (11%).
10. 41 (66%) Lansia
pergi ke tenaga kesehatan untuk berobat, 11 orang (18%) diobati sendiri, dan
10 orang (16%) dibiarkan.
11. Lansia masih aktif
bekerja/berkegiatan sebanyak 37 orang (60%)
|
Terjadinya peningkatan penyakit hipertensi, DM, dan
asam urat pada lansia.
|
Setelah
dilakukan program kegiatan diharapkan terpeliharanya status kesehatan secara
optimal pada lansia diwilayah RW I Desa Blaru.
|
Dilakukan
program kegiatan yaitu :
1.
Melakukan penyuluhan tentang penyakit hipertensi pada lansia
2.
Melakukan penyuluhan tentang penyakit Asam Urat pada lansia
3.
Melakukan penyuluhan tentang penyakit DM pada lansia
4.
Melakukan pemeriksaan kesehatan
dasar yaitu pemeriksaan tekanan darah dan berat badan
5.
Melakukan pemeriksaan gula darah, asam urat, dan
kolesterol
6.
Pemberian Obat-obatan Gratis:
a.
Obat wajib:
Ø Kalk
Ø Vitamin
C
|
Kamis,
17 Desember 2015 di Rumah
ketua RT III
|
Ceramah, Demonstrasi
|
Lansia di RW I Desa Blaru
|
Institusi
|
1.
Kepala Desa, Desa Blaru
2.
Ketua RW I Desa Blaru
3.
Ketua RT 01, Ketua RT 02,
RT 03 dan ketua RT 04 Desa Blaru
4.
Ketua kelompok I suryana
|
Kelompok 1
|
Program 2 :
1.
Kegiatan Peningkatan
Status Gizi pada balita
No
|
Data
|
Masalah
Kesehatan
|
Tujuan
|
Rencana
|
Waktu/ tempat
|
Metode
|
Sasaran
|
Sumber Dana
|
PJ
|
Pelaksana
|
1.
|
1. Ada 39 balita dan 2 bayi di RW 1 Blaru
2.
Jumlah
Balita umur 1-2 tahun sebanyak 9 orang dan balita usia 3-5 tahun sebanyak 30
orang
3. Pendidikan
ibu balita tertinggi
adalah SMA sebanyak 51% atau 20 orang
4.
Pekerjaan
ibu balita 19 orang (49%) adalah ibu rumah tangga
5. Penghasilan keluarga balita 17 orang (44%)
adalah > Rp 1.000.000
6. Sarana keluarga balita menerima info kesehatan
terutama dari TV 19 orang (49%) dan penyuluhan di puskesmas/posyandu 16 Orang
(41%).
7. Sebanyak 20 rumah balita (51 %) jarak
rumah dengan fasilitas kesehatan <1 KM.
8. Kunjungan balita ke posyandu sebanyak 29 balita (74%) rutin ke posyandu,
7 balita (18%) kadang-kadang, dan 3 balita (8%) tidak pernah ke posyandu.
9.
Satus gizi balita sebanyak 36 balita (92%) gizi
baik, 2 balita (5%) gizi kurang dan 1 balita (3%) gizi buruk
10. Pola
makan balita yang teratur
sebanyak 33 balita (85%), balita tidak teratur makan 6 balita (15%).
11. Keadaan kesehatan balita 3 bulan
terakhir sebanyak 29 balita (74%) sehat dan 10 balita (26%) sakit.
|
Penurunan status gizi pada balita
|
1.
Setelah dilakukan program kegiatan diharapkan terpeliharanya status
gizi balita dan peningkatan status gizi
|
Dilakukan program
kegiatan yaitu :
1. Melakukan penyuluhan tentang
kebutuhan
nutrisi pada balita
3. Mengajari
anak balita cuci tangan dan gosok gigi
4. Mengadakan
lomba cuci tangan dan sikat gigi serta memberikan hadiah
|
Jum’at,
18 Desember
2015 di RT III
|
Ceramah,
Demonstrasi, Simulasi
|
Balita di RW I
Desa Blaru
|
Institusi
|
1.
Kepala Desa, Desa Blaru
2.
Ketua RW I Desa Blaru
3.
Ketua RT 01, Ketua RT 02,
RT 03 dan ketua RT 04 Desa Blaru
4.
Ketua kelompok Suryana
|
Kelompok 1
|
BAB
IV
HASIL
KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
A.
Pemberian
Penyuluhan Kesehatan
1.
Lansia
Rata- rata pengetahuan
masyarakat kurang baik ditandai dengan kurangnya pemahaman lansia tentang penyakit Diabetes
Melitus, hipertensi dan asam
urat.
Sebagian besar lansia di Desa
Blaru RW I berpendidikkan tamat SD sehingga perlu dilakukan penyuluhan
kesehatan dengan harapan adanya perubahan perilaku masyarakat. Telah
dilaksanakan penyuluhan kesehatan lansia
yang
melipusi hipertensi, asam urat dan Diabetes mellitus pada tanggal 17 Desember
pukul 14.00 sampai selesai di rumah Ketua RT III. Kegiatan ini dihadiri oleh 33 lansia. Dalam pelaksanaan kegiatan
ini yang menjadi kendala adalah tempat
pelaksanaan kegiatan yang sempit, dan
banyak lansia yang
tidak bisa duduk di bawah sehingga harus mencarikan kursi. Meskipun demikian lansia memperhatikan materi penyuluhan dengan
baik, dan
lansia aktif bertanya.
Untuk selanjutnya sebaiknya kegiatan dilaksanakan di tempat yang
lebih luas dan menyediakan banyak kursi sehingga
kegiatan dapat terlaksana dengan nyaman dan kondusif.
2.
Balita
Telah dilaksanakan penyuluhan
kesehatan gizi seimbang pada balita pada
tanggal 18 Desember pukul 14.00 sampai selesai di rumah Ketua RT III. Kegiatan ini dihadiri oleh 23 lansia. Dalam pelaksanaan kegiatan
ini yang menjadi kendala adalah tempat
pelaksanaan kegiatan yang sempit, dan
banyak anak yang rewel. Meskipun
demikian ibu balita memperhatikan materi
penyuluhan dengan baik, dan ibu
aktif bertanya.
Untuk selanjutnya sebaiknya kegiatan dilaksanakan di tempat yang
lebih luas dan menyediakan banyak mainan untuk anak sehingga kegiatan dapat terlaksana dengan nyaman
dan kondusif.
B.
Pemberian pelayanan
kesehatan dasar
1. Lansia
Beberapa lansia memiliki badan
yang sangat kurus dan ada juga yang gemuk serta menderita penyakit Diabetes
Melitus. Kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan resiko terkena diabetes.
Kurang gizi (mal nutrisi) dapat merusak pankreas, sedangkan obesitas (gemuk berlebihan)
mengakibatkan gangguan kerja insulin (retensi insulin). Sehingga perlu
dilakukan pemeriksaan berat badan untuk mendeteksi kekurangan gizi dan kelebihan berat
badan(obesitas). Selain itu juga banyak lansia
yang menderita hipertensi. Sehingga harus dilakukan pelayanan kesehatan dasar
berupa pengukuran tekanan darah dan penimbangan berat badan. Kegiatan ini
dilaksanakan pada 17 desember 2015 dan dihadiri 33 lansia. Dari hasil
pemeriksaan ada 11 lansia yang
menderita hipertensi.
Kegiatan ini kendalanya adalah alat tensimeter
yang hanya sedikit sehingga pengukuran cukup memakan waktu. Untuk selanjutnya apabila mengadakan kegiatan
serupa lebih diperhatikan kelengkapan dan
ketersediaan alat-alat untuk melakukan pemeriksaan.
2. Balita
Pada hasil pendataan
ditemukan balita yang mengalami gizi buruk dan gizi kurang, sehingga untuk
mendeteksi kejadian kurangnya gizi diperlukan Pelayanan kesehatan dasar pada
balita berupa penimbangan berat badan. Kegiatan ini dilaksanakan pada 18
desember 2015 dan dihadiri 23 balita. Kendala kegiatan ini adalah banyak anak
yang rewel, dan harus dibujuk agar mau ditimbang, sehingga untuk selanjutnya
perlu menyediakan banyak mainan untuk anak sehingga
anak lebih mudah dibujuk agar mau ditimbang serta kegiatan dapat terlaksana
dengan nyaman.
C. Pemeriksanaan Kadar
Gula, Asam urat dan Kolesterol
Beberapa lansia menderita
penyakit Diabetes Melitus,
asam urat dan kegemukan. Beberapa lansia
khawatir apabila ada kenaikan kadar gula darah, kenaikan kadar asam urat dan kenaikan kolesterol.
Sehingga perlu dilakukan pemeriksaan untuk mendeteksi komplikasi, yaitu dengan cek asam urat, kolesterol
dan cek gula darah pada semua lansia yang memiliki indikasi. Kegiatan ini
dilaksanakan pada tanggal 17 desember 2015 dan dihadiri 33 lansia, berlangsung
pada jam 14.00-selesai. Dari hasil pemeriksaan ada 3 lansia yang kadar gula darahnya melebihi normal‚ 3 lansia dengan asam urat dan 4 lansia memiliki kolesterol tinggi.
Kegiatan
ini kendalanya adalah alat pemeriksaan yang kurang memadai karena persediaan stick yang terbatas sehingga ada beberapa lansia yang belum dilakukan pemeriksaan
dan merasa kecewa. Untuk selanjutnya apabila mengadakan kegiatan
serupa lebih diperhatikan untuk kelengkapan dan ketersediaan alat-alat untuk melakukan
pemeriksaan.
D.
Pemberian Obat-obatan Gratis
Bila
seseorang bertambah tua, kemampuan fisik dan mental hidupnya pun akan
perlahan-lahan menurun. Akibatnya aktifitas hidupnya akan ikut terpengaruh,
yang pada akhirnya akan dapat mengurangi kesigapan seseorang. Selain itu juga
lansia rentan terhadap berbagai penyakit dan mudah lelah serta mengalami
pegal-pegal. Sehingga perlu diberikan obat-obatan gratis untuk mengurangi
penyakit pada lansia, yaitu suplemen untuk tulang dan vitamin C. Kegiatan ini
dilaksanakan pada tanggal 17 desember 2015 dan dihadiri 33 lansia, dalam
kegiatan ini tidak ada kendala sama sekali.
E.
Pemberian makanan tambahan
Bahan
makanan mengandung zat gizi dan unsur atau ikatan kimia yang dapat diubah
menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukkan dalam tubuh. Balita membutuhkan zat gizi yang
seimbang selama masa pertumbuhan, untuk itu perlu diberikan makanan tambahan. Kegiatan
ini dilaksanakan pada tanggal 18 desember 2015 dan dihadiri 23 balita, makanan
tambahan yang diberikan berupa susu dan biskuit. Balita sangat senang ketika
diberikan makanan tambahan, selain itu juga dalam kegiatan ini tidak ada
kendala sama sekali.
F.
Mengajari gosok gigi dan cuci tangan
Gosok
gigi adalah kegiatan rutin yang selalu kita lakukan tiap hari, setidaknya 2
kali sehari merawat/menyikat gigi. Sedangkan mencuci tangan
adalah menggosok air dengan sabun secara bersama-sama seluruh kulit permukaan
tangan dengan kuat dan ringkas kemudian dibilas dibawah aliran air. Balita
harus diajari tentang kebersihan diri seperti menggosok gigi dan mencuci tangan
agar sehat dan terhindar dari segala macam penyakit. Untuk itu perlu diajari
cara menggosok gigi dan mencuci tangan yang benar, sehingga kegiatan
ini dilaksanakan pada tanggal 18 desember 2015 dan dihadiri 23 balita. Balita
sangat senang dan bersemangat menirukan cara mencuci tangan yang benar dan memperhatikan
peragaan gosok gigi yang benar. Selain itu juga
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masalah
kebidanan komunitas sebagai salah satu penerapan dari praktik kebidanan dan
kesehatan komunitas yang bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan
masyarakat.
Pembangunan
kesehatan masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilaksanakan
atas dasar gotong royong dan swadaya dalam rangka menolong diri sendiri dalam
memecahkan masalah untuk memenuhi kebutuhannya dibidang kesehatan dan dibidang
lain yang berkaitan agar mampu mencapai kehidupan sehat sejahtera.
Di
RW I Desa Blaru Kecamatan Pati Kabupaten Pati didapatkan data ibu hamil 2
orang, remaja 11 orang, ibu menopause 5 orang, lansia sebanyak 62 lansia, balita
sebanyak 39 balita dan 2 bayi. Beberapa masalah kesehatan pada lansia‚ yang
terdiri dari diabetes mellitus‚
hipertensi‚ reumatik, asam urat, stroke, gangguan sistem perkemihan dan Maag.
Di RW I terdapat 11 orang yang menderita hipertensi, DM 3 lansia ‚ reumatik 4
lansia, asam urat 3 orang, stroke 2 orang, gangguan sistem perkemihan 3 lansia,
dan maag 1 lansia. Ada
balita dengan gizi kurang sebanyak 5% atau 2 balita dan balita dengan gizi
buruk sebanyak 3% atau 1 balita, sedangkan balita dengan gizi baik sebanyak 92%
atau 36 balita. Dari 39 balita, balita yang memiliki pola makan teratur
sebanyak 85% atau 33 balita dan yang tidak teratur sebanyak 15% atau 6 balita.
Ibu balita yang mengunjungi posyandu 1 bulan sekali sebesar 74% atau 29 balita,
kadang- kadang 18% atau 7 balita, dan yang tidak pernah mengunjungi posyandu 8%
atau 3 balita.
Dari
data di atas masalah kesehatan pada lansia di RW I yaitu diabetes mellitus‚ hipertensi‚ reumatik, asam
urat, stroke, gangguan sistem perkemihan dan Maag. Oleh
karena itu perlu dilaksanakan sebuah kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan
pada lansia di wilayah RW I. Selain
itu juga masalah status gizi balita seperti gizi kurang dan gizi buruk masih ditemukan, hal
ini dapat menimbulkan pengaruh yang sangat besar yaitu terhambatnya pertumbuhan
fisik, mental maupun kemampuan berfikir.
Prioritas
tertinggi adalah lansia dan balita. Untuk itu telah rencanakan sebuah program
untuk menurunkan penyakit pada lansia dan meningkatkan status gizi balita. Jadi,
program yang kami laksanakan yaitu program pertama penurunan penyakit pada
lansia yang terdiri dari kegiatan penyuluhan kesehatan, pelayanan kesehatan
dasar, pemeriksaan gula darah, asam urat dan kolesterol serta pemberian
obat-obatan gratis. Program kedua yaitu peningkatan status gizi balita yang
terdiri dari pelayanan kesehatan dasar, penyuluhan kesehatan, pemberian makanan
tambahan, dan mengajari gosok gigi serta cuci tangan. Sebelum kegiatan tersebut
dilaksanakan, terlebih dahulu kami adakan MMD pada tanggal 15 Desember 2015 di
Rumah ketua RT III. Dari hasil MMD, Para tokoh masyarakat di RW III menyetujui
program penurunan penyakit pada lansia dan peningkatan status gizi pada balita.
Program penurunan penyakit pada lansia akan kami laksanakan pada 17 Desember
2015 jam 14.00 WIB dan program peningkatan status gizi pada balita kami
laksanakan pada 18 Desember 2015 jam 14.00 WIB.
Pada
tanggal 17 Desember pukul 14.00 sampai selesai di rumah Ketua RT III, telah
dilaksanakan kegiatan penyuluhan kesehatan hipertensi, asam
urat dan DM, pelayanan kesehatan dasar, pemeriksaan gula darah, asam urat dan
kolesterol serta pemberian obat-obatan gratis yaitu suplemen untuk tulang
dan vitamin C. Kegiatan ini dihadiri oleh 33 Lansia. Dari
hasil pemeriksaan ada 3 lansia yang
kadar gula darahnya melebihi normal‚ 3 lansia dengan asam urat dan 4 lansia memiliki kolesterol tinggi
Pada
tanggal 18 Desember pukul 14.00 sampai selesai di rumah Ketua RT III, telah
dilaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan dasar, penyuluhan
kesehatan, pemberian makanan tambahan, dan mengajari gosok gigi serta cuci
tangan serta pemberian hadiah bagi balita yang mencuci tangan dan gosok gigi
yang benar. Kegiatan ini dihadiri oleh 23 balita.
Dalam
pelaksanaan penyuluhan kesehatan ini yang menjadi kendala adalah pelaksanaan
kegiatan ini yang menjadi kendala adalah tempat pelaksanaan kegiatan yang sempit, alat pemeriksaan yang
kurang memadai karena persediaan alat yang terbatas sehingga lansia harus
mengantri lama untuk menunggu gilirannya diperiksa, alat pemeriksaan yang
kurang memadai karena persediaan stick yang terbatas, banyak anak yang rewel, dan
harus dibujuk agar mau ditimbang, sehingga untuk selanjutnya perlu menyediakan
banyak mainan untuk anak sehingga
anak lebih mudah dibujuk agar mau ditimbang serta kegiatan dapat terlaksana
dengan nyaman.
B.
Saran
1.
Saran
Umum
Setelah menyimpulkan proses kegiatan asuhan kebidanan
komunitas, panitia mengajukan saran-saran sebagai berikut:
a.
Perlu adanya kerja sama antara AKBID Bakti Utama Pati,
Kelurahan Blaru, dan lahan praktek untuk menjalin komunikasi agar pembinaan
yang telah dilakukan dapat diteruskan oleh semua pihak yang berkepentingan.
b.
Tenaga kesehatan sebaiknya lebih aktif memberikan
penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.
2.
Saran
Khusus
a.
Untuk
masalah lansia dan balita telah dilakukan penyuluhan kesehatan dan pembagian leaflet
kepada masyarakat secara individu. Tetapi masalah ini belum bisa ditindak
lanjuti karena keterbatasan waktu. Diharapkan untuk kegiatan PKMD selanjutnya
bisa dilakukan pembentukan kelembagaan yang berkaitan dengan masalah tersebut.
b.
Agar
dilaksanakan kegiatan senam lansia
Pada pelaksanaan PKMD, kegiatan senam lansia
belum bisa dilaksanakan karena keadaan hujan deras. Diharapkan untuk
pelaksanaan PKMD selanjutnya bisa dilakukan senam lansia.
DAFTAR
PUSTAKA
Ambarwati
dkk. 2011.Asuhan Kebidanan Komunitas.Yogyakarta:Nuha
Medika
Pudiastuti,
Ratna Dewi. 2011. Buku Ajar Kebidanan
Komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika.
Nugroho, Taufan, Vera Scorviani. 2010. Kamus Pintar Kesehatan.Yogyakarta : Nuha
Medika.
Sustrani,
Lanny dkk. 2004. Diabetes. Jakarta :
PT Gramedia Pustaka Utama.
Bandiah‚Siti. 2009. Lanjut Usia Dan Perawatan Gerontik.
Yogjakarta:Nuha Medika.
Prasetyani‚Eka. 2011. Ilmu KesehatanMasyarakat.Yogyakarta: Nuha Medika.
Yantini.2010. Kiat Sehat Saat Lansia. Banyumas:Nusa Indah
Subscribe to:
Posts (Atom)