BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuhan Kebidanan adalah perawatan yang
diberikan oleh bidan. Jadi, asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, dan balita
adalah perawatan yang diberikan oleh bidan pada bayi baru lahir, bayi, dan
balita. Neonatus, bayi, dan balita dengan masalah adalah suatu penyimpangan
yang dapat menyebabkan gangguan pada neonatus, bayi dan balita. Apabila tidak
diberikan asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, dan balita pada masa
perkkuliahan, sehingga pada saat calon bidan diterjunkan di lahan praktek sudah mampu untuk memberikan asuhan kebidanan
pada neonatus, bayi, dan balita dengan benar.
Ada beberapa masalah yang lazim terjadi
diantaranya adalah adanya bercak mongol, hemangioma, ikhterus, muntah dan
gumoh, oral trush, diaper rash, dan seborrhea, furunkel, milliariasis, diare,
obstipasi, infeksi, dan sindrom bayi meninggal mendadak.
Atas dasar pemikiran di atas, maka kami
menyusun makalah ini dengan harapan mahasiswa kebidanan dapat dengan mudah
memahami masalah yang lazim terjadi pada neonatus, bayi, dan balita terutama
masalah milliariasis, diare, obstipasi, infeksi, dan sindrom bayi meninggal
mendadak. Berdasarkan paparan diatas maka penulis tertarik untuk membuat
makalah dengan judul “PENANGANAN MASALAH NEONATUS, BAYI, DAN BALITA (Miliariasis,
Diare, Obstipasi, Infeksi, dan Bayi Meninggal Mendadak)”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah cara penanganan masalah
neonatus dan balita dengan diare?
2.
Bagaimanakah cara penanganan masalah
neonatus dan balita dengan obstipasi?
3.
Bagaimanakah cara penanganan masalah
neonatus dan balita dengan infeksi?
4.
Bagaimanakah cara penanganan masalah
neonatus dan balita dengan bayi meninggal mendadak?
C. Tujuan
Tujuan dari
pembuatan makalah yang berjudul “PENANGANAN MASALAH NEONATUS, BAYI, DAN BALITA (Miliariasis,
Diare, Obstipasi, Infeksi, dan Bayi Meninggal Mendadak)”yaitu:
1.
Untuk mengetahui penanganan neonatus dan balita dengan
diare
2.
Untuk mengetahui penanganan neonatus dan balita dengan
obstipasi
3.
Untuk mengetahui penanganan neonatus dan balita dengan
infeksi
4.
Untuk mengetahui penanganan neonatus dan balita dengan
bayi meninggal mendadak
BAB II
PEMBAHASAN
A.
MILIARIASIS
1.
Definisi
Miliariasis
disebut juga sudamina, likentropikus, biang keringat, keringat buntet, priekale
heat yaitu dermatosis yang disebabkan oleh retensi keringat akibat tersumbatnya
pori kelenjar keringat.
2.
Patofisiologi
Akibat
tersumbatnya pori kelenjar keringat, sehingga pengeluaran keringat tertahan
yang ditandai dengan adanya vesikel miliar di muara kelenjar keringat. Kemudian
akan timbul radang dan oedema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar
diabsorbsi oleh stratum korneum. Miliariasis sering terjadi pada bayi prematur
karena proses diferensiasi sel epiderma dan apendiksnya belum senpyrnya. Kasus
miliariasis terjadi pada 40-50% bayi baru lahir. Muncul pada usia 2-3 bulan pertama
akan menghilang dengan sendirinya 3-4 minggu kemudian. Kadang-kadang kasus ini
menetap untuk beberapa lama dan dapat menyebar didaerah sekitarnya.
3.
Etiologi
a.
Udara panas dan lembab
b.
Infeksi oleh bakteri
4.
Pembagian
a.
Miliaria kristalina
b.
Miliaria rubra
5.
Gejala Klinis
a.
Miliaria Kristalina
Miliaria
kristalina ini timbul pada pasien dengan peningkatan keringat seperti pasien
demam diranjang. Lesinya berupa vesikel sangat supervisial, bentuknya kecil dan
menyerupai titik embun berukuran 1-2 mm terutama timbul setelah keringat. Vesikel
mudah pecah karena trauma yang paling ringan, misalnya akibat gesekan dengan
pakaian. Vesikel yang pecah berwarna jernih dan tanpa reaksi perdangan
asimptomatik dan berlangsung singkat. Umumnya tidak ada keluhan dan dapat
sembuh dengan senderinya.
b.
Miliaria rubra
Ditandai
dengan adanya papula vesikel dan eritema disekitarnya. keringan merembes
kedalam epidermis. Biasanya disertai rasa gatal dan pedih pada daerah ruam. Dan
daerah disekitar. Sering diikuti dengan infeksi sekunder lainnya dan dapat juga
menyebabkan timbulnya impertigo dan furunkel.
6.
Penatalaksanaan
Asuhan yang
diberikan pada neonatus, bayi dan balita dengan miliaria tergantung pada
beratnya penyakit dan keluhan yang dialami. Asuhan yang umum diberikan adalah:
a.
Prinsip asuhan adalah dengan mengurangi penyumbatan
keringat dan menghilangkan sumbatan yang sudah timbul.
b.
Memelihara kebersihan tubuh bayi.
c.
Upayakan kelembaban suhu yang cukup dan suhu
lingkungan yang sejuk dan kering. Misalnya pasien tinggal di ruang
ber AC atau di daerah yang sejuk
dan kering.
d.
Gunakan pakaian yang tidak terlalu sempit, gunakan
pakaian yang menyerap keringat.
e.
Segera ganti pakaian yang basah dan kotor
f.
Pada miliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2%
dan dapat ditambahkan mentol 0,5-2% yang bersifat mendinginkan ruam.
Contoh askeb
bayi dengan miliariasis:
Data Subjektif: Usia bayi 3 bulan, bayi rewel dan
gelisah, ventilasi rumah kurang, dan keadaan rumah lembap
Data Objektif: Tampak papula dan eritema pada daerah
leher, dada, dan punggung
Pengkajian: Bayi usia 3 bulan dengan milia rubra
Perencanaan:
1.
Jelaskan penyebab terjadinya miliaria pada keluarga
2.
Tempatkan bayi di ruang yang sejuk dan bersih
3.
Cegah bayi agar tidak lembap
4.
Kenakan pakaian tipis dan mudah menyerap keringat
5.
Beri bedak kocok yang bersifat mendinginkan dan
desinfektan
6.
Jaga agar lingkungan bayi tetap bersih dan nyaman,
serta ventilasi baik
B.
DIARE
1.
Definisi
Diare adalah
pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair buang air besar yang tidak normal
dan bentuk tinja yang cair dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya. Bayi
dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan
neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar.
2.
Tanda Klinis
a.
Cengeng, dan gelisah
b.
Suhu meningkat
c.
Nafsu makan menurun
d.
Tinja cair lendir kadang-kadang ada darahnya. Lama-lama
tinja berwarna hijau dan asam.
e.
Anus lecet
f.
Dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi
volume darah berkurang nadi cepat dan kecil, denyut jantung cepat, tekanan
darah turun, kesadaran menurun, dan diakhiri dengan syok.
g.
Berat badan turun
h.
Turgor kulit menurun
i.
Mata dan ubun-ubun cekung
j.
Selaput dan mulut serta kulit menjadi kering
3.
Etiologi
a.
Infeksi
1.
Enteral yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran
pencernaan yang merupakan penyebab utama terjadinya diare yang meliputi:
a.
Infeksi bakteri : Vibrio, Ecoli, Salmonela, Shigella Canpylobacter,
Yersinia, Aeromonas, dsb.
b.
Infeksi firus Enterovirus (virus ECHO) Coxsaekre. poliomyelitis,
adenovirus, rotavirus, astrovirus, dsb.
c.
Infeksi parasit cacing (ascarisirichiuris, oxyuris,
strongylodies), protozoa (Entamoeba Histoeliyeticha, giardialamblia, trichomonas
hominas), jamur (candida albicans)
2.
Parental yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar
alat pencernaan. Misalnya OMA (otitismedia akut). Tobngsilofatringitis, bronkopneumia,
ensefalitis, dan sebagainya.
b.
Malabsorbsi
1.
Karbohidrat : disakarida (Intoleransi laktosa,maltosa
dan sukrosa). Monosakarida (intoleransi glukosa dan galaktosa). Pada anak dan
bayi yang paling berbahaya adalah
intoleransilaktosa
2.
Lemak
3.
Protein
c.
Makanan, misalnya basi, beracun, alergi.
d.
psikologis,misalnya rasa takut dan cemas.
4.
Patogenesis
Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan timbulnya diare
adalah:
a.
Gangguan Ostimotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap oleh tubuh akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus. Isi
rongga usus yang berlebihan akn merangsang usus untuk mengeluarkan isi dari
usus sehingga timbul diare.
b.
Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu, misalnya oleh toksin pada
dinding usus yang akan menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit yang
berlebihan kedalam rongga usus, sehingga akan terjadi peningkatan-peningkatan
isi dari rongga usus yang akan merangsang pengeluaran isi dari rongga usus
sehingga timbul diare.
c.
Gangguan molititas usus
Hiperperistatik akan menyebabkan berkurangnya
kesempatan bagi usus untuk menyerap makanan yang masuk, sehingga akan timbul
diare. Tetapi apabila terjadi keadaan yang sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltic usus akan dapat menyebabkan
pertumbuhan pertumbuhan bakteri yang berlebihan didalam rongga ususs sehingga
akan menyebabkan diare juga.
5.
Patogenesis Diare Akut
a.
Maksudnya jasad renik yang masih hidup kedalam usus
halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung
b.
Jasad renik tersebut akan berkembang biak
(multiplikasi) didalam usus halus
c.
Dari jasad renik tersebut akan keluar toksin (toksin
diaregenik)
d.
Akibat toksin tersebut akan terjadi hipersekresi yang
selanjutnya akan menimbulkan diare
6.
Komplikasi
a.
Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit, yang
dibagi menjadi :
1) Dehidrasi
ringan apabila <5% BB
2) Dehidrasi
sedang apabila <5% BB-10% BB
3) Dehidrasi
berat apabila <10%-15% BB
b.
Renjatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah, apabila
penurunan volume darah mencapai 15% BB-25% akan menyebabkan penurunan tekanan
darah.
c.
Hipokalemia dengan gejala yang muncul adalah
meterismus, hipotoni otot, lemah, braddikardia, perubahan pada pemeriksaan EKG
d.
Hipoglikemia
e.
Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi
enzim lactosa
f.
Kejang
g.
Malnutris energi protein karena selain diare dan
muntah, biasanya penderita mengalami kelaparan
7.
Penatalaksanaan
Prinsip perawatan diare adalah:
a.
Pemberian cairan(rehidrasi awal dan rumar)
b.
Diatetik (pemberian makanan)
c.
Obat-obatan
Jumlah
cairan yang diberikan agar tidak mengalami dehidrasi adalah 100ml/kg BB/hari
sebanyak 1x setiap 2 jam dan diberikan 50% dalam 4 jam pertama. Jika usia anak <2tahun,
setiap kali diare diberikan ½ gelas, 2-6th diberikan 1 gelas, anak besar
diberikan 2 gelas(400 cc)
Pada
dehidrasi ringan dan diarenya 4x sehari maka diberikan cairan 25-100ml/kg BB
dalam sehari atau setiap 2x. Oralit diberikan pada kasus dehidrasi ringan-berat
lebih kurang 100ml/kgBB/4-6 jam.
Beberapa cara membuat cairan :
1.
Larutan Gula Garam: Gula pasir 1 sendok teh munjung,
garam dapur halus ½ sendok teh, dilarutkan dalam 1 gelas air masak/air teh
hangat.
2.
Air tajin
a.
Cara Tradisional: 3 L air + 100gr atau 6 sendok makan
munjung beras, dimasak selama 45-60 menit setelah masak air tajin (2L + 5gr garam)
b.
Cara Biasa: 2L air + tepung beras 100gr+5 gr garam
dimasak hingga mendidih dan akan didapat air tajin.
Selain itu, bayi tetap diberikan ASI.
Contoh askeb
pada bayi diare
Data subjektif:Usia bayi 12 bulan, bayi rewel dan
gelisah, defekasi 3 kali sehari dengan konsistensi feses cair
Data Objektif:
1.
Gelisah
2.
Nafsu makan dan minum menurun
3.
Mukosa mulut kering
4.
Turgor kulit menurun
5.
Mata sedikit cekung
6.
Anus lecet dan agak tampak kemerahan
Pengkajian: Bayi usia 12 bulan dengan diare (dehidrasi
ringan)
Perencanaan:
1.
Beri cairan (oralit/larutan gula garam, air tajin,
kuah sayur, air)
2.
Ajari ibu cara membuat Larutan gula garam, air tajin,
oralit
3.
Anjurkan untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi bayi
4.
Tetap menjaga kebersihan kulit bayi yang mengalami
iritasi terutama daerah anus dan genetalia, jaga agar tetap kering
5.
Ajari cara membersihkan genetalia yang benar
C.
OBSTIPASI
1.
Definisi
Necel
(Desember 2007) Obstipasi berasal dari bahasa Latin, Ob berarti in the way =
perjalanan, Stipare berarti to compress = menekan. Secara istilah obstipasi
adalah bentuk konstipasi parah biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan
feses dalam usus (adanya obstruksi usus).
Secara
umum, Obstipasi adalah pengeluaran mekoniun tidak terjadi pada 24 jam pertama
sesudah kelahiran atau kesulitan atau keterlambatan pada faeces yang menyangkut
konsistensi faeces dan frekuensi berhajat. Gejala antara obstipasi dan
konstipasi sangat mirip dimana terdapat kesukaran mengeluarkan feses
(defekasi). Namun obstipasi dibedakan dari konstipasi berdasarkan penyebabnya.
konstipasi disebabkan selain dari obstruksi intestinal sedangkan obstipasi
karena adanya obstruksi intestinal.
Ada
beberapa variasi pada kebiasaan buang air besar yang normal. Pada bayi baru
lahir biasanya buang air besar 2-3 kali sehari tergantung jenis susu yang
dikonsumsi akan tetapi masih mungkin normal bila buang air besar 36-48 jam
sekali asal konsistensi tinja normal.
2.
Etiologi
Obstipasi disebabkan juga karena sebagai berikut :
a.
Obstipasi akibat obstruksi dari intralumen usus
meliputi akibat adanya kanker dalam dinding usus
b.
Obstipasi akibat obstruksi dari ekstralumen usus,
biasanya akibat penekanan usus oleh massa intraabdomen misalnya adanya tumor
dalam abdomen yang menekan rectum.
c.
Penyaluran makanan yang kurang baik, misalnya masukan
makanan bayi muda kurang mengandung air / gula, sedangkan pada bayi usia lebih
tua biasanya karena makanan yang kurang mengandung polisakarida atau serat.
d.
Kemungkinan adanya gangguan pada usus seperti pada
penyakit Hirschpung yang berarti usus tidak melakukan gerakan peristaltik.
e.
Sering menahan terselit karena nyeri pada saat buang
air besar.
3.
Tanda dan Gejala
1.
Sering menangis
2.
Susah tidur
3.
Gelisah
4.
Perut kembun
5.
Kadang-kadang muntah
6.
Abdomen distensi
7.
Anoreksia
4.
Pembagian
Obstipasi
ada 2 macam, yaitu :
a.
Obstipasi obstruksi total
Memiliki
ciri tidak keluarnya feses atau flatus dan pada pemeriksaan colok dubur
didapatkan rectum yang kosong, kecuali jika obstruksi terdapat pada rectum.
b.
Obstipasi obstruksi parsial.
Memiliki
ciri pasien tidak dapat buang air besar selama beberapa hari tetapi kemudian
dapat mengeluarkan feses disertai gas. Keadaan obstruksi parsial kurang darurat
daripada obstruksi total.
5.
Komplikasi
a.
Perdarahan
b.
Ulcerasi
c.
Obstruksi Parsial
d.
Diare intermitteni
e.
Distensi kolon menghilang sensasi ragangan rectum yang
mengawali proses defekasi
6.
Manajemen Terapi
Penilaian pada saat melakukan manajemen kebidanan:
a.
Penilaian asupan makanan dan cairan
b.
Penilaian dari kebiasaan usus(kebiasaan pola makan)
c.
Penilaian penampakan stress emosional pada anak, yang
dapat mempengaruhi pola defekasi bayi
7.
Penatalaksanaan
a.
Mencari penyebab
b.
Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal
dengan memperhatikan gizi, tambahan cairan dan kondisi psikis
c.
Pengosongan rectum dilakukan jika tidak ada kemajuan
setelah dianjurkan untuk menegakkan kembali kebiasaan defekasi. Pengosongan rectum
biasa dengan disimpaksi digital, enema minyak zaitun, laksative
d.
Usahakan diet pada ibu dan bayi yang cukup mengandung
makanan yang banyak serat, buah-buahan dan sayur-sayuran.
e.
Pemberian laktasi hanya merupakan tindakan pariatif
yaitu hanya bila diperlukan saja.
f.
Peningkatan intake cairan
g.
Bila diduga terdapat penyakit hirscprung dapat
dilakukan tes tekanan usus.
h.
Bayi kurang dari dua bulan yang menerima susu formula
atau ASI yang memadai bisa diberi 1 sendok teh sirup jagung ringan pada
botol pagi dan malam hari
i.
Apel atau jus prem efektif bagi bayi antara 2 bulan
dan 4 bulan
j.
Bayi antara 4 bulan dan 1 tahun dapat sembuh dengan
sereal serat tinggi atau jus aprikot,buah prem kering atau prem.
k.
Anak usia lebih dari 1 tahun sebaiknya diberi makan
serat tinggi seperti buah-buahan, kacang polong, sereal, keripik graham,buncis
dan bayam.
Contoh askeb
pada bayi dengan obstipasi:
Data subjektif: Usia bayi 24 bulan, bayi gelisah,
sudah 3 hari tidak BAB, bayi meminum susu formula yang mengandung protein
tinggi.
Data Objektif:
1.
Perut tampak agak sedikit membengkak
2.
Keadaan umum anak baik
Pengkajian: Bayi usia 24 bulan dengan obstipasi ringan
Perencanaan:
1.
Anjurkan ibu untuk meningkatkan asupan cairan dan
serat pada anaknya dengan mengkonsumsi buah-buahanatau sayur-sayuran
2.
Anjurkan mengurangi minum susu formula dengan protein
tinggi atau mengganti susu formula dengan kadar protein yang lebih rendah
3.
Beri suplemen serat
D.
INFEKSI
1.
Definisi
Infeksi
dalam kamus kedokteran merupakan penembusan dan penggandaan didalam tubuh dari
organisme yang hidup ganas seperti bakteri,virus,dan jamur. Sedangkan infeksi
perinatologi yaitu infeksi yang terjadi pada neonatus terjadi pada masa
prenatal, intranatal dan postnatal.
Infeksi
pada bayi baru lahir lebih sering ditemukan pada BBLR. Infeksi juga lebih
sering ditemukan pada bayi yang lahir di
rumah sakit dibanding dengan bayi yang lahir diluar rumah sakit. Bayi baru
lahir mendapat kekebalan (imunitas) transplasenta terhadap kuman yang berasal
dari ibunya. Sesudah lahir, bayi terpapar dengan kuman yang juga berasal dari
orang lain. Terhadap kuman yang berasal dari orang lain ini bayi tidak memiliki
imunitas.
2.
Etiologi
Infeksi neonatus dapat melalui beberapa cara blane
(1961) dan di bagi dalam 3 golongan yaitu
a.
Infeksi Antenatal
Kuman
mencapai janin melalui peredaran darah ibu ke plasenta dan selanjutnya infeksi
melalui sirkulasi umbilicus masuk ke janin. Riwayat kehamilan yang meningkatkan resiko bayi
terinfeksi, diantaranya adalah infeksi pada ibu selama kehamilan seperti TORCH,ekslampsia,diabetes melitus, penyakit
bawaan pada ibu.
b.
Infeksi Intranatal
Kuman
dari vagina naik dan masuk kedalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Infeksi
dapat terjadi walaupun ketuban masih utuh. Misalnya pada partus lama dan sering
dilakukan pemeriksaan dalam. Janin terkena infeksi karena inhalasi likuor yang
septic sehingga terjadi pneumonia congenital / karena kuman memasuki peredaran
darahnya dan menyebabkan seplikerta. Infeksi intranatal dapat juga terjadi
dengan jalan kontak langsung dengan kuman yang terdapat dalam vagina misalnya
blenorea. Riwayat persalinan yang meningkatkan resiko terjadinya infeksi pada
bayi antara lain persalinan lama, persalinan dengan tindakan (ekstrasi
vkum/forsep, secsio sesaria), ketuban pecah dini, serta air ketuban hijau
kental.
c.
Infeksi Pasca Natal
Infeksi
terjadi sesudah bayi lahir lengkap, infeksi terjadi akibat penggunaan alat-alat
perawatan yang tidak steril atau karena cross intection. Riwayat bayi baru
lahir yang meningkatkan bayi terinfeksi, antara lain trauma lahir, lahir kurang
bulan, bayi kurang mendapatkan cairan dan kalori, bayi hipotermi.
3.
Diagnosis
Diagnosis
infeksi tidak mudah karena tanda khas seperti yang terdapat pada bayi lebih tua
sering kali tidak ditemukan, diagnosis dapat dibuat dengan pengamatan yang
cermat.
Diagnosis dini
dapat dibuat apabila terdapat kelainan tingkah laku bayi dapat merupakan
tanda-tanda permulaan infeksi umum. Tanda infeksi pada bayi biasanya tidak khas
seperti yang terdapat pada bayi yang lebih tua ada beberapa gejala yaitu :
a.
Malas minum
b.
Mengantuk (letargi) atau tidak sadar
c.
Gelisah
d.
Frekuensi pernafasan meningkat
e.
Berat badan turun
f.
Ubun-ubun tampak cembung
g.
Pergerakan kurang
h.
Muntah
i.
Diare
j.
Oedema
k.
Perdarahan, ikterus, kejang, suhu meningkat, normal /
kurang dari normal
l.
Adanya nanah dari telinga, pusar tampak kemerahan dan
meluas ke kulit perut serta berbau busuk.
4.
Jenis
Infeksi karena bakteri pada bayi baru lahir dapat
diklasifikasikan menjadi tiga yaitu sebagai berikut :
a.
Infeksi bakteri sistemik
Apabila bayi tampak mengantuk/letargi atau tidak
sadar,kejang disertai satu tanda infeksi, gangguan nafas, malas minum atau
tidak bisa minum dengan atau tanpa muntah, bagian tubuh merah dan
mengeras,ubun-ubun cembung, suhu bisa panas atau dingin.
b.
Infeksi bakteri lokal berat
Apabila ditemukan nanah didaerah mata,telinga, tali
pusat atau umbilikus kemerahan dan meluas sampai kekulit perut,bernanah serta
ada kerusakan kulit .
c.
Infeksi bakteri lokal
Apabila ada nanah keluar dari mata dalam jumlah
sedikit,daerah tali pusat dan umbilikus kemerahan ,berbau busuk dan terjadi sedikit
kerusakan kulit.
5.
Pencegahan Infeksi
a.
Ada pemisahan di kamar bersalin antara bagian Septik
dan Aseptik
b.
Di basal bayi baru lahir dipisahkan antara Partus
Aseptik dan Septik
c.
Dapur susu harus bersih dan cara mencampur susu harus
Aseptik, setiap bayi harus mempunyai tempat pakaian sendiri begitu pula
termonoloa obat, dll. Incubator harus selalu dibersihkan lantai ruangan setiap
hari harus dibersihkan dengan Antiseptik.
d.
Pemakaian antibiotic dengan indikasi jelas.
e.
Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir.
f.
Pertimbangkan setiap orang (termasuk bayi dan staf)
berpotensi menularkan infeksi.
g.
Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan beralkohol.
h.
Pakai – pakaian pelindung dan sarung tangan.
i.
Pegang instrumen tajam dengan hati – hati dan
bersihkan dan jika perlu sterilkan atau desinfeksi instrumen dan peralatan.
j.
Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara
rutin dan buang sampah.
6.
Penatalaksanaan
Penanganan
secara umum bayi yang mengalami infeksi, diantaranya adalah :mempertahankan
tubuh bayi tetap hangat, ASI tetap diberikan ataau diberi air gula, injeksi
antibiotik berspektrum luas sesuai dosis dan terarah,serta perawatan sumber
infeksi. Pemberian antibiotik yang berlebihan dan tidak terarah dapat
menyebabkan tumbuhnya mikroorganisme yang tahan terhadap antibiotik serta
tumbuhnya jamur yang berlebihan seperti candida albicans.
Pengobatan pada klasifikasi infeksi bakteri sistemik,
adalah sebagai berikut :
a.
Lakukan penanganan kejang apabila ditemukan tanda dan
gejala kejang
b.
Lakukan penanganan gangguan pernafasan bila dijumpai
gangguan pernafasan
c.
Lakukan penanganan hipotermi apabila ditemukan
hipotermi
d.
Pertahankan kadar gula darah agar tidak turun
e.
Berikan dosis antibiotik pertama secara intramuskuler
f.
Beri penjelasan ibu agar bayi tetap hangat
g.
Lakukan rujukan segera.
Pengobatan
pada klasifikasi infeksi bakteri lokal berat, adalah sebagai berikut:
a.
Berikan dosis antibiotik pertama secara intramuskuler
b.
Berikan antiseptik lokal sesuai daerah yang terkena
dan ajarkan ibu tentang pengobatan berikut ini :
1)
Cuci tangan sebelum mengobati
2)
Bersihkan kedua mata tiga kali sehari dengan kapas
atau kain basah dengan air hangat
3)
Berikan salep/tetes mata tetrasiklin pada kedua mata
4)
Cuci tangan setelah selesai pengobatan dan lakukan
terus sampai kemerahan sembuh.
c.
Pengobatan infeksi kulit atau pusar
1)
Cuci tangan sebelum mengobati
2)
Bersihkan nanah dan krusta dengan air matang dan sabun
secara hati-hati
3)
Keringkan daerah sekitar luka dengan kain bersih dan
kering
4)
Oleskan Gentian Violet 0,5% atau proviodin iodine atau
salep yang mengandung neomisin dan basitrasin
5)
Cuci tangan setelah selesai pengobatan dan lakukan
terus sampai kemerahan sembuh.
Pengobatan
pada klasifikasi infeksi bakteri lokal, adalah sebagai berikut :
a.
Berikan dosis antibiotik pertama secara oral dengan
pilihan amoxilin dan ampisilin
b.
Berikan penjelasan dan ajari ibu cara perawatan
infeksi lokal
c.
Lakukan asuhan dasar bayi muda
d.
Berikan penjelasan kapan sebaiknya bayi dibawa ke
petugas kesehatan
e.
Berikan penjelasan kunjungan ulang setelah hari
kedua.
Contoh askeb
pada bayi dengan sepsis neonatorum
Data subjektif: Usia bayi 7 hari, bayi gelisah, kejang
sudah 2 kali, tidak mau menyusu
Data Objektif:
1.
Fontanel menonjol
2.
Badan dan mata terlihat kuning
3.
Sedikit mengorok ketika bernafas
4.
Suhu 390 C
5.
Keadaan umum bayi lemah
Pengkajian: Bayi usia 7 hari dengan sepsis neonatorum
Perencanaan:
1.
Isolasi pasien di lingkungan yang baik untuk
menghindari infeksi nosokomial
2.
Beri antibiotik dan antipiretik
3.
Lakukan pemeriksaan laboratorim rutin
4.
Penuhi oksigenasi dan nutrisi
5.
Rujuk ke pelayanan yang lebih lengkap
E.
BAYI
MENINGGAL MENDADAK
1.
Definisi
Sindroma Kematian Bayi Mendadak (SIDS, Sudden Infant Death Syndrome) adalah
suatu kematian yang mendadak dan tidak terduga pada bayi yang tampaknya sehat.
SIDS merupakan penyebab kematian yang paling sering ditemukan pada bayi yang
berusia 2 minggu-1 tahun. 3 dari 2000 bayi mengalami SIDS dan hampir selalu
ketika mereka sedang tidur. Kebanyakan SIDS terjadi pada usia 2-4 bulan dan
terjadi di seluruh dunia.
Kematian bayi mendadak tidak terduga dan dengan alasan yang tetap tidak
jelas, bahkan setelah otopsi,merupakan sara kematian paling utama pada tahun
pertama kehidupan setelah masa neonatus. Peristiwa ini menggambarkan sindroma
bayi mati mendadak (SIDS yaitu Sudden Infant Death Syndrome).Sindroma Kematian
Bayi Mendadak (SIDS, Sudden Infant Death Syndrome) adalah suatu kematian yang
mendadak dan tidak terduga pada bayi yang tampaknya sehat.
SIDS merupakan penyebab kematian yang paling sering ditemukan pada bayi
yang berusia 2 minggu-1 tahun. 3 dari 2000 bayi mengalami SIDS dan hampir
selalu ketika mereka sedang tidur. Kebanyakan SIDS terjadi pada usia 2-4 bulan
dan terjadi di seluruh dunia. Pada kasus yang khas seorang bayi berusia 2-3
bulan yang tampak sehat, di tidurkan tanpa kecurigaan bahwa segala sesuatunya
di luar keadaan yang biasa, beberapa waktu kemudian bayi di temukan meninggal,
dan otopsi konvensional gagal menemukan penyebab kematian. Telah di ungkapkan
bahwa bayi tampak sehat sebelum meninggal, tetapi riwayat perinatal yang lebih
rinci serta pemeriksaan intensif fungsi kardiorespiratorik dan neurologik
menghasilkan bukti-bukti bahwa anak tidak berada dalam keadaan yang normal
sebelumnya.
Seorang ibu yang merokok pada masa kehamilan meningkatkan risiko sindrom
mati mendadak pada bayi. Kematian mendadak pada bayi terjadi ketika bayi
kekurangan napas di tempat tidur setelah posisinya menghalangi pernapasannya.
Seperti yang dikutip dari AFP, sindrom mati mendadak itu banyak dikaitkan
dengan kurangnya respons yang mengejutkan pada otak yang memicu bayi bernapas
megap-megap. Dalam kondisi semacam itu, bayi akan menangis untuk merangsang
pernapasan normal kembali.
2.
Penyebab
Penyebab ketidaknormalan itu masih belum diketahui jelas. Namun, bukti
statistik menunjukkan ada kaitan bayi yang terpapar tembakau selama kehamilan
dengan sindrom mati mendadak pada bayi. Tim dokter yang dipimpin Dr Anne Chang,
seorang profesor di bidang pernapasan di Royal Children’s Hospital Foundation
di Brisbane, Australia, berupaya mencari kaitan antara kedua hal itu dengan
mengamati 20 bayi sehat berusia sekitar tiga sampai lima bulan. Usia itu
merupakan usia yang berisiko mati mendadak.
Para ahli mengamati sepuluh ibu bayi yang tidak merokok pada masa
kehamilan, sedangkan yang lain merokok selama kehamilan. Untuk penelitian, bayi
diletakkan di punggung, posisi yang direkomendasikan untuk mencegah kematian
mendadak. Kemudian, bayi-bayi itu diganggu oleh suara nyanyian yang kekuatannya
mencapai 80 desibel dari pengeras suara di dekat mereka setelah tidur. Tes
dilakukan selama para bayi tidur nyenyak dan dalam keadaan terang sepanjang
tahap tidur antara sepuluh sampai dua belas jam. Irama jantung dan pernapasan
serta respons tingkah laku bayi seperti gerakan badan dan membuka mata diamati.
Para peneliti menemukan tidak ada perbedaan cara tidur bayi atau bangun ketika
suara terdengar selama tidur nyenyak. Periode ditentukan oleh kecepatan gerak
mata di samping pupil. Tetapi, perbedaan besar meningkat pada respons mereka
selama membuka mata atau bergerak selama periode itu, bahkan ketika rangsangan
terhadap telinga diperbesar. Para peneliti percaya penemuan itu menambah
kecurigaan bahwa nikotin dapat berakibat pada perkembangan kunci fungsi motoris
bayi, yakni memerintahkan otak untuk tidur dan membangunkan serta fungsi
jantung serta paru-paru. Penyebabnya tidak diketahui. Penelitian terbaru
menunjukkan bahwa SIDS lebih sering terjadi pada bayi yang tidurnya tengkurap
dibandingkan dengan bayi yang tidurnya terlentang atau miring. Karena itu
sebaiknya bayi ditidurkan dalam posisi terlentang atau miring. Resiko
terjadinya SIDS juga ditemukan pada bayi yang pada saat tidur wajahnya
menghadap ke kasur atau selimut yang lembut/empuk. Karena itu sebaiknya bayi
ditidurkan diatas kasur yang keras.
3.
Faktor resiko terjadinya
SIDS:
a.
Tidur tengkurap (pada bayi kurang dari 4 bulan)
b.
Kasur yang lembut (pada bayi kuran dari 1 tahun)
c.
Bayi prematur
d.
Riwayat SIDS pada saudara kandung
e.
Banyak anak
f.
Musim dingin
g.
Ibunya perokok
h.
Ibunya pecandu obat terlarang
i.
Ibunya berusia muda
j.
Jarak yang pendek diantara 2 kehamilan
k.
Perawatan selama kehamilan yang kurang
l.
Golongan sosial-ekonomi rendah. SIDS lebih banyak
ditemukan pada bayi laki-laki.
4.
Faktor-Faktor Yang Mungkin
Menyebabkan Bayi Meninggal Mendadak
a.
Jeda pernafasan karena Apnea dan sianosis yang lama
selama tidur telah diobservasi pada dua bayi yang kemudian dianggap meninggal
karena SIDS dan telah diamati pula adanya obstruksi saluran nafas bagian atas
dengan jeda pernafasan serta bradikardia yang lama pada bayi-bayi dengan SIDS
abortif. Walaupun demikian masih belum pasti apakah apnea sentral atau apnea
obstruktif yang lebih penting dalam terjadinya SIDS
b.
Cacat batang otak karena sedikitnya 2 kepingan bukti
telah mengisyaratkan bahwa bayi-bayi dengan SIDS memiliki abnormalitas pada
susunan saraf pusat.
c.
Fungsi saluran nafas atas yang abnormal, berdasarkan
pada perkembangan dan anatomi, maka bayi yang muda dianggap beresiko tinggi
terhadap saluran pernafasan bagian atas, apakah keadaan ini terjadi pada SIDS
masih belum di ketahui.
d.
Reflek saluran nafas yang hiperaktif karena masuknya
sejumlah cairan ke dalam laring dapat merangsang timbulnya reflek ini dan di
duga menimblkan apnea, maka di berikan perhatian yang cukup besar akan
kemungkinan reflek gasoesofagus dan aspirasi sebagai mekanisme primer
terjadinya SIDS pada beberapa bayi.
e.
Abnormalita jantung, beberapa ahli mengajukan adanya
ketidakstabilan pada jantung muda, tetapi tidak mendapatkan bukti yang
meyakinkan saa ini untuk menunjukan bahwa aritmia jantung memainkan perana pada
SIDS.
5.
Gejala
Tidak ada gejala yang mendahului terjadinya SIDS.
6.
Diagnosa
SIDS didiagnosis jika seorang bayi yang tampaknya sehat tiba-tiba meninggal
dan hasil otopsi tidak menunjukkan adanya penyebab kematian yang jelas. Semakin
banyak bukti bahwa bayi dengan resiko SIDS mempunyai cacat fisiologik sebelum
lahir. Pada neonatus dapat di temukan nilai apgar yang rendah dan abnormalitas
control respirasi, denyut jantung dan suhu tubuh, serta dapat pula mengalami
retardasi pertumbuhan pasca natal. SIDS didiagnosis jika seorang bayi yang
tampaknya sehat tiba-tiba meninggal dan hasil otopsi tidak menunjukkan adanya
penyebab kematian yang jelas.
7.
Pengobatan
Orang tua yang kehilangan anaknya karena SIDS memerlukan dukungan
emosional. Penyebab kematian anaknya tidak diketahui, sehingga mereka
seringkali merasa bersalah. Mungkin ada baiknya jika orang tua merencanakan
untuk memiliki anak lagi.
8.
Pencegahan
Angka kejadian SIDS telah menurun secara berarti (hampir mendekati 50%)
sejak para orang tua dianjurkan untuk menidurkan bayinya dalam posisi
terlentang atau miring (terutama ke kanan).
a.
Selalu letakkan bayi Anda dalam posisi terlentang
ketika ia sedang tidur, walaupun saat tidur siang. Posisi ini adalah posisi
yang paling aman bagi bayi yang sehat untuk mengurangi risiko SIDS.
b.
Jangan pernah menengkurapkan bayi secara sengaja
ketika bayi tersebut belum waktunya untuk bisa tengkurap sendiri secara alami.
c.
Gunakan kasur atau matras yang rata dan tidak terlalu
empuk. Penelitian menyimpulkan bahwa risiko SIDS akan meningkat drastis apabila
bayi diletakkan di atas kasur yang terlalu empuk, sofa, bantalan sofa, kasur
air, bulu domba atau permukaan lembut lainnya.
d.
Jauhkan berbagai selimut atau kain yang lembut,
berbulu dan lemas serta mainan yang diisi dengan kapuk atau kain dari sekitar
tempat tidur bayi Anda. Hal ini untuk mencegah bayi Anda terselimuti atau
tertindih benda-benda tersebut.
e.
Pastikan bahwa setiap orang yang suka mengurus bayi
Anda atau tempat penitipan bayi untuk mengetahui semua hal di atas. Ingat
setiap hitungan waktu tidur mengandung risiko SIDS.
f.
Pastikan wajah dan kepala bayi Anda tidak tertutup
oleh apapun selama dia tidur. Jauhkan selimut dan kain penutup apapun dari
hidung dan mulut bayi Anda.
g.
Pakaikan pakaian tidur lengkap kepada bayi Anda
sehingga tidak perlu lagi untuk menggunakan selimut. Tetapi seandainya tetap
diperlukan selimut sebaiknya Anda perhatikan hal-hal berikut ini: Pastikan kaki
bayi Anda berada di ujung ranjangnya, Selimutnya tidak lebih tinggi dari dada
si bayi,Ujung bawah selimut yang ke arah kaki bayi, Anda selipkan di bawah
kasur atau matras sehingga terhimpit.
h.
Jangan biarkan siapapun merokok di sekitar bayi Anda
khususnya Anda sendiri. Hentikan kebiasaan merokok pada masa kehamilan maupun
kelahiran bayi Anda dan pastikan orang di sekitar si bayi tidak ada yang
merokok.
i.
Jangan biarkan bayi Anda kepanasan atau kegerahan
selama dia tidur. Buat dia tetap hangat tetapi jangan terlalu panas atau gerah.
Kamar bayi sebaiknya berada pada suhu yang nyaman bagi orang dewasa. Selimut
yang terlalu tebal dan berlapis-lapis bisa membuat bayi Anda terlalu kepanasan.
j.
Saat ia tidur. Jangan pernah ditinggal-tinggal sendiri
untuk waktu yang cukup lama.
9.
Penatalaksanaan
a.
Bantu orang tua mengatur jadwal untuk melakukan
konseling
b.
Berikan dukungan dan dorongan kepada orang tua,biarkan
orang tua mengungkapkan rasa dukanya
c.
Berikan penjelasan mengenai SIDS, beri kesempatan pada
orang tua untuk mengungkapkan pertanyaan mereka
d.
Beri pengertian pada orang tua bahwa perasaan yang
mereka rasakan adalah hal yang wajar
e.
Beri keyakinan pada sibling (jika ada) bahwa mereka
tidak bersalah terhadap kematian bayi tersebut, bahkan jika mereka sebenarnya
juga mengharapkan kematian dari bayi tersebut
f.
Jika kemudian ibu melahirkan bayi lagi, beri dukungan
pada orang tua selama beberapa bulan pertama paling tidak sampai melewati usia
bayi yang meninggal sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.
Diare adalah buang air besar yang tidak normal atau
bentuk tinja yang encer dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam 24 jam. Diare
pada neonatus dan balita banyak disebabkan oleh faktor makanan. Maka untuk
penangannya para ibu harus lebih waspada dalam memberikan makanan atau ASI.
2.
Obstipasi adalah pengeluaran mekoniun tidak terjadi
pada 24 jam pertama sesudah kelahiran atau kesulitan atau keterlambatan pada
faeces yang menyangkut konsistensi faeces dan frekuensi berhajat.untuk
mengatasi masalah ini sebaiknya berikanlah makanan yang banyak mengandung
serat.
3.
Infeksi pada bayi baru lahir lebih sering ditemukan
pada BBLR. Infeksi juga lebih sering ditemukan
pada bayi yang lahir di rumah sakit dibanding dengan bayi yang lahir
diluar rumah sakit. Seorang pegawai kesehatan dan keluarga harus lebih
memperhatikan tentang hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi.
4.
Sindroma Kematian Bayi Mendadak (SIDS, Sudden Infant
Death Syndrome) adalah suatu kematian yang mendadak dan tidak terduga pada bayi
yang tampaknya sehat. Untuk mernangani masalah ini seorang ibu harus lebih
memperhatikan lagi bayinya.
B.
Saran
Untuk
mengatasi hal-hal yang tidak diinginkan pada neonatus dan bayi maka penulis
menyarankan agar lebih memperhatikan lagi pada bayinya baik dari segi makanan,
istirahat dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Deslidel dkk. 2011. Buku Ajar Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta: EGC
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta:
PT Salemba Medika.
Hastuti, Puji. ____. Standar Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita.
Pati: Akbid BUP
Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita.
Yogyakarta: Fitramaya.
Sudarti dan Endang Khoirunnisa. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita.
Yogyakarta: Nuha Medika.
No comments:
Post a Comment