truth


counters

nama

Monday 2 February 2015

KATETER MENETAP PADA NY.U NIFAS 6 JAM DENGAN RETENSIO URINE DI RUANG BOUGENVILLE RSUD R.A. KARTINI JEPARA



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
      Manusia merupakan salah satu makhluk hidup. Dikatakan sebagai makhluk hidup karena manusia memiliki ciri-ciri diantaranya: dapat bernafas, berkembang biak, tumbuh beradaptasi, memerlukan makan, dan mengeluarkan sisa metabolisme tubuh (eliminasi). Setiap kegiatan yang dilakukan tubuh di karenakan peranan masing-masing organ. Eliminasi merupakan aktivitas pokok yang harus dilakukan oleh setiap manusia, karena apabila eliminasi tidak dilakukan akan mengganggu kesehatan tubuh. Berkemih atau BAK termasuk salah satu contoh dari eliminasi, jika terjadi gangguan dalam proses perkemihan seperti retensi urine, inkontinensia urine, enuresis, perubahan pola eliminasi urine dll, agar tidak menimbulkan dampak pada system organ lain seperti: system pencernaan, ekskresi dll, maka harus dilakukan kateterisasi perkemihan.
      Kateterisasi perkemihan adalah tindakan masukkan selang yang terbuat dari plastik atau karet  melalui uretra menuju kandung kemih (vesika urinaria). Dalam kateterisasi ada dua jenis kateterisasi yaitu menetap dan intermiten, sedangkan alat untuk kateterisasi dinamakan selang kateter, selang kateter adalah alat yang berbentuk pipa yang terbuat dari karet, plastik, metal woven slik dan silikon yang fungsi dari alat kateter tersebut ialah memasukkan atau mengeluarkan cairan. Kandung kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk menyimpan atau menampung airseni yang berubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh sepasang ureter dari sepasang ginjal.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah cara pemasangan kateter?
2.      Apakah fungsi dari pemasangan kateter?
3.      Bagaimanakah pemasangan kateter menetap pada Ny.U nifas 6 jam dengan retensio urine?

C.    Tujuan
1.      Tujuan Umum
a.       Untuk memenuhi tugas Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan di RSUD R.A. KARTINI JEPARA
2.      Tujuan khusus
a.       Mahasiswa mampu mengetahui cara pemasangan kateter yang benar
b.      Mahasiswa mampu mengetahui fungsi dari pemasangan kateter

D.    Manfaat
1.      Manfaat untuk institusi
Memenuhi tugas Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan di Rumah Sakit RA. KARTINI Jepara
2.      Manfaat untuk tenaga kesehatan
Sebagai pedoman pembelajaran dalam pemasangan kateter
3.      Manfaat untuk masyarakat
Memberi pengetahuan terhadap masyarakat tentang kegunaan dari pemasangan kateter




BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    KATETER
1.      Definisi
Kateter adalah alat yang berbentuk pipa yang terbuat dari karet, plastik, metal woven slik dan silikon yang fungsi dari alat kateter tersebut ialah memasukkan atau mengeluarkan cairan. Kandung kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk menyimpan atau menampung airseni yang berubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh sepasang ureter dari sepasang ginjal. Pemasangan kateter adalah pemasukkan selang yang terbuat dari plastik atau karet  melalui uretra menuju kandung kemih (vesika urinaria). Kateterisasi urin atau kateterisasi saluran kencing adalah dimasukkannya kateter melalui uretra ke dalam kandung kencing untuk membuang urin. Kateter memungkinkan mengalirkan urine yang berkelanjutan pada klien yang tidak mampu mengontrol perkemihan atau klien yang mengalami obstruksi. Kateterisasi merupakan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan eliminasi, sebagai pengambilan bahan pemeriksaan. Pelaksanaan kateterisasi terbagi menjadi dua tipe: tipe intermiten (straight kateter) tipe indwelling ( foley kateter ). Kateter juga menjadi alat untuk mengkaji haluaran urine per jam pada klien yang status hemodinamiknya tidak stabil. Klien yang terpasang dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan risiko Urinaria Tractus Infection (UTI) atau Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan trauma pada uretra, maka kateterisasi dianjurkan untuk sementara.
2.      Tujuan
a.       Menghilangkan ketidaknyamanan karena distensi kandung kemih.
b.      Mendapatkan urine untuk specimen
c.       Pengkajian residu urine
d.      Penatalaksanaan pasien yg di rawat karena trauma medula spinalis, gangguan neuro muscular, atau inkompeten kandung kemih, serta pascaoperasi besar.
e.       Mengatasi obstruksi aliran urine
f.       Mengatasi retensi perkemihan
g.      Untuk mengosongkan seluruh isi kandung kencing sebelum pembedahan
h.      Untuk mengosongkan seluruh isi kandung kencing setelah pembedahan
i.        Untuk mengosongkan seluruh isi kandung kencing sebelum bersalin
3.      Indikasi dan kontraindikasi
a. Indikasi
1)      Kateter sementara
a)      Mengurangi ketidaknyamanan pada distensi vesika urinaria.
b)      Pengambilan urine residu setelah pengosongan urinaria.
2)      Kateter tetap jangka pendek
a)      Obstruksi saluran kemih (pembesaran kelenjar prostat)
b)      Pembedahan untuk memperbaiki organ perkemihan.
c)      Untuk memantau output urine
3)      Kateter tetap jangka panjang
a)      Retensi urine pada penyembuhan penyakit ISK/UTI
b)      Skin rash, ulcer dan luka yang iritatif apabila kontak dengan urine.
c)      Klien dengan penyakit terminal
b.      Kontraindikasi
Hematoris (keluarnya darah dari urine)
4.      Jenis, Macam dan Ukuran kateter
a.       Jenis
1)      Kateter menetap
a)      Keteter retensi/kateter foley        
b)      Ditinggalkan di dalam tubuh
c)      Disambungkan dengan penampung
d)     Terdapat 2 atau 3 lumen (salah satunya untuk mengembangkan balon)
e)      Drainase terjadi karena gaya berat
2)      Kateter Sementara
a)      Setelah urin keluar kateter dicabut
b)      Memiliki satu lumen untuk keluarnya urin
b.      Macam
1)      Kateter plastik : digunakan sementara karena mudah rusak dan tidak fleksibel
2)      Kateter latex atau karet : digunakan untuk penggunaan atau pemakaian dalam jangka waktu sedang (kurang dari 3 minggu).
3)      Kateter silicon murni atau teflon :  untuk menggunakan dalam jangka waktu lama 2-3 bulan karena bahan lebih lentur  pada meathur uretra
4)      Kateter PVC : sangat mahal untuk penggunaan 4-5 minggu, bahannya lembut tidak panas dan nyaman bagi uretra.
5)      Kateter logam : digunakan untuk pemakaian sementara, biasanya pada pengosongan kandung kemih pada ibu yang melahirkan.
c.       Ukuran
1)      Anak : 8- 10 french (Fr)
2)      Wanita : 14-16 Fr
3)      Laki-laki : 16-18 Fr
5.      Pemasangan Kateter Sementara
a.       Definisi
Memasang kateter melalui uretra dan ke dalam kandung kemih
b.      Tujuan
1)      Mendapatkan spesimen urin steril
2)      Mengosongkan kandung kemih
c.       Persiapan
1)      Bak instrumen steril berisi : kateter sesui ukuran, pinset anatomis 1 buah, sarung tangan 1 pasang
2)      Kapas DTT dalam tempatnya
3)      Vaselin dalam tempatnya
4)      Bengkok 3 buah
5)      Perlak bokong dan alasnya
6)      Botol steril untuk tempat urine bila di perlukan
7)      Selimut mandi
8)      Sampiran
d.      Prosedur
1)      Memberitahu dan menjelaskan kepada klien
2)      Mendekatkan alat-alat
3)      Memasang sampiran
4)      Mencuci tangan
5)      Menanggalkan pakaian bagian bawah
6)      Memasang slimut mandi, perlak dan pengalas bokong
7)      Menyiapkan posisi klien dorsal recumbent
8)      Meletakkan 2 bengkok diantara tungkai pasien
9)      Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
10)   Lakukan vulva higyene
11)  Mengambil kateter lalu ujungnya diberi vaselin 3-7 cm
12)   Membuka labia mayora dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri sampai terlihat meatus uretra sedangkan tangan kanan memasukan ujung kateter perlahan-lahan ke dalam uretra sampai urine keluar, sambil pasien dianjurkan untuk menarik nafas panjang.
13)  Menampung urin ke dalam bengkok atau botol steril bila diperlukan untuk pemeriksaan. bila urin sudah keluar semua, anjurkan klien untuk menarik nafas panjang, kateter dicabut pelan-pelan dimasukkan ke dalam bengkok yang berisi larutan klorin.
14)  Melepas sarung tangan dan masukkan ke dalam bengkok bersama dengan kateter dan pinset
15)  Memasang pakaian bawah, mengambil perlak dan pengalas
16)  Menarik selimut dan mengambil slimut mandi
17)  Membereskan alat
18)  Mencuci tangan
6.      Pemasangan Kateter Menetap
a.       Definisi
Memasukan selang  karet melalui uretra dan ke dalam kandung kemih yang dipasang menetap dalam jangka waktu tertentu.
b.      Tujuan
1)      Mendapatkan spesimen urin steril untuk memeriksa
2)      Aliran air kemih lancar
3)      Urin tidak tertimbun
4)      Tidak terjadi iritasi
5)      Tidak terjadi penyempitan pada uretra
c.       Persiapan
1)      Bak instrumen steril berisi : kateter sesuai ukuran, pinset anatomis 1 buah, sarung tangan 1 pasang
2)      Kapas DTT dalam tempatnya
3)      Vaselin dalam tempatnya
4)      Bengkok 3 buah
5)      Perlak bokong dan alasnya
6)      Plester
7)      Gunting plester
8)      Aquadest spuit 5-10 ml
9)      Urin bag
10)  Botol steril untuk tempat urine bila diperlukan
11)  Selimut mandi
12)  Sampiran

d.      Prosedur
1)      Memberitahu dan menjelaskan pada klien
2)      Mendekatkan alat-alat
3)      Memasang sampiran
4)      Mencuci tangan
5)      Menanggalkan pakaian bagian bawah
6)      Memasang selimut mandi,perlak dan pengalas bokong
7)      Menyiapkan posisi klien dorsal recumbent
8)      Meletakkan bengkok antara tungkai pasien
9)      Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
10)  Lakukan vulva hygiene
11)  Mengambil kateter kemudian ujungnya diberi vaselin 3-7 cm
12)  Memasukkan kateter perlahan-lahan ke dalam uretra
13)  Menampung urine ke dalam bengkok atau botol steril bila diperlukan untuk pemeriksaan
14)  Bila urin sudah keluar semua,masukkan aquades 10-15 cc (sesuai ukuran ukuran kateter) dihubungkan dengan pipa penyambung pada urine bag
15)  Fiksasi kateter dengan menggunakan plester pada paha klien
16)  Mengikat urin bag pada sisi tempat tidur
17)  Melepaskan sarung tangan dan masukkan ke dalam bengkok bersama dengan kateter dan pinset
18)  Memasang pakaian bawah, mengambil perlak dan pengalas
19)  Menarik selimut dan mengambil selimut mandi
20)  Membereskan alat
21)  Mencuci tangan





B.     VESIKA URINARIA DAN URETRA
1.      VESIKA URINARIA
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak dibelakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius.
Bagian vesika urinaria terdiri dari :
a.       Fundus, yaitu bagian yang menghadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rektumoleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.
b.       Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
c.        Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbikalis.
            Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu,peritonium (lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa ( lapisan bagian dalam ).
            Proses miksi  ( Rangsangan Berkemih ). Distensi kandung kemih, oleh air kemih dan merangsang stress reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
            Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut-serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf-saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh.
            Bila terjadi kerusakan pada saraf-saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin( kencing keluar terus-menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).
            Persyarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari sistem persyarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna.
            Peritonium melapisi kandung kemih sampai kira-kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.

2.      URETRA
            Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki-laki uretra berjalan berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagian penis panjangnya ± 20 cm. Lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan submukosa.
            Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubis berjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3-4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika Muskularis (sebelar luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena-vena, dan lapisan mukosa ( lapisan sebelah dalam). Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.





C.    AIR KEMIH (URINE)
1.      Sifat-sifat air kemih
a.       Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan serta faktor lainnya.
b.      Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
c.       Warna kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.
d.      Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak.
e.       Berat jenis 1.015-1.020
f.       Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet ( sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).
2.      Komposisi air kemih
a.       Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air
b.      Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan kreatinin.
c.       Elektrolit, natrium,kalsium,NH3,bikarbonat,fosfat dan sulfat
d.      Pigmen (bilirubin,urobilin)
e.       Toksin
f.       Hormon
3.      Mekanisme Pembentukan Urine
Dari sekitar 1200 ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120-125 ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinya dapat terbentuk 150-180 L,filtrat. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai kemi, dan sebagian diserap kembali.
4.      Tahap-tahap Pembentukan Urine
a.       Proses filtrasi
Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairang yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air,sodium,klorida,sulfat,bikarbonat dll,diteruskan ke seluruh ginjal.
b.      Proses reabsorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium,klorida,fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikenal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.
c.       Augmentasi (pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya.
Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu dibawa ke ureter. Dari ureter, urine dialirkan melalui vesika urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan urine sementara. ketika kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.
5.      Mikturisi
Peristiwa penggabungan urine yang mengalir melalui ureter ke dalam kandung kemih. keinginan untuk buang air kecil disebabkan penambahan penekanan didalam kandung kemih dimana sebelumnya telah ada 170-230 ml urine.Mikturisi merupakan gerak refleks yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat-pusat persyarafan yang lebih tinggi dari manusia, gerakannya oleh kontraksi otot abdominal yang menekan kandung kemih membantu mengosongkannya.
6.      Ciri-ciri urine normal
Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan,baunya tajam,reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.

D.    Nifas
      Masa nifas dimulai beberapa jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu berikutnya. Masa nifas merupakan masa pemulihan fisik dan psikologis sejak sesaat setelah lahirnya plasenta sampai 6 minggu. Pada minggu keenam, diperkirakan bahwa semua sistem tubuh ibu telah pulih dari efek kehamilan dan kembali pada kondisi sebelum hamil.
      Sistem reproduksi seperti uterus akan mengalami proses involusi sekitar 6 minggu untuk kembali normal. Involusi uterus adalah kembalinya uterus kepada keadaan sebelum hamil, baik dalam bentuk maupun posisi. Selama proses involusi berlangsung, berat uterus mengalami penurunan dari 1000 gram  menjadi 60 gram, dan ukuran uterus berubah dari 15x11x7,5 cm menjadi 7,5x5x2,5 cm. Setiap minggu berat uterus turun sekitar 500 gram dan serviks menutup hingga selebar 1 jari. Proses involusi uterus disertai dengan penurunan tinggi fundus uteri(TFU). Pada hari pertama, TFU di atas simfisis pubis sekitar 12 cm. Proses ini berlangsung dengan penurunan TFU 1 cm setiap harinya, sehingga pada hari ke-7, TFU berkisar 5 cm dan pada hari ke-10 TFU tidak teraba di simfisis pubis. Tinggi Fundus uteri setelah plasenta lahir biasanya 2 jari di bawah pusat.
      Lokia keluar dari uterus setelah bayi lahir sampai dengan 3 atau 4 minggu postpartum. Perubahan lokia terjadi dalam empat tahap, yaitu lokia rubra, sanguinolenta, serosa, dan alba. Lokia rubra merupakan darah pertama yang keluar dan berasal dari tempat lepasnya plasenta. Setelah beberapa hari, lokia berubah menjadi kecoklatanyang terdiri dari darah dan serum yang berisi leukosit dan jaringan. Pada minggu ke-2, lokia berwarna putih kekuningan yang terdiri dari mukus serviks, leukosit, dan jaringan.
      Pada sistem perkemihan, dapat terjadi diuresis. Diuresis terjadi karena saluran urinaria mengalami dilatasi. Pada awal postpartum, kandung kemih mengalami oedema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh adanya overdistensi pada saat kala dua persalinan dan pengeluaran urine yang tertahan selama persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan oleh adanya trauma saat persalinan berlangsung dan trauma ini dapat berkurang setelah 24 jam postpartum.

E.     RETENSIO URINE
      Merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih, sehingga menyebabkan distensi vesika urinaria, atau merupakan keadaan ketika seseorang mengalami pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap. Dalam keadaan distensi, vesika urinaria dapat menampung urine sebanyak 3000-4000 ml urine. Adapun tanda klinis retensi adalah sebagai berikut:
1.      Ketidaknyamanan daerah pubis
2.      Distensi vesika urinaria
3.      Ketidaksanggupan untuk berkemih
4.      Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urine (25-50 ml)
5.      Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya
6.      Meningkat keresahan dan keinginan berkemih
7.      Adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih
      Penyebab dari Retensi Urine ada bermacam-macam, beberapa diantaranya yaitu sebagai berikut:
1.      Operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika urinaria.
2.      Trauma sumsum tulang belakang.
3.      Tekanan uretra yang tinggi disebabkan oleh otot detrusor yang lemah
4.      Sfingter yang kuat.
5.      Sumbatan ( striktur uretra, pembesaran kelenjar prostat).
BAB III
TINJAUAN KASUS

A.    KASUS
Pengkajian dilakukan pada:
Hari           : Kamis
Tanggal     : 1 Januari 2015
Jam            : 19.00 WIB
Ruang        : Bougenville
1.      Identitas Pasien:
a.       No.Registrasi        : 201501010041
b.      No.RM                  : 542436
c.       Nama                     : Urifah
d.      Umur                     : 25 tahun
e.       Jenis Kelamin        : Perempuan
f.       Agama                   : Islam
g.      Suku/bangsa          : Jawa/Indonesia        
h.      Alamat                  : Jungpasir RT 01 RW 01, Wedung
i.        Tanggal Masuk      : 1/1/2015 Jam 18.30 WIB
j.        Diagnosa medis     : Ny.U P1A0  Nifas 6 jam dengan Retensio Urine
2.      Pengkajian
a.       Data Subjektif:
1)      Keluhan:
Ny.U mengatakan melahirkan pada pukul 15.00 WIB dan sudah kencing tapi sedikit-sedikit
2)      Riwayat penyakit sekarang
a)      Riwayat kesehatan sekarang
Ny.U mengatakan melahirkan pada pukul 15.00 WIB dan sudah kencing tapi sedikit-sedikit. serta tidak menderita keluhan – keluhan yaitu jantung berdebar – debar, keluar keringat dingin, sering kencing, dan sering minum, nyeri dada serta batuk berkepanjangan.
b)      Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita keluhan yaitu jantung berdebar – debar, keluar keringat dingin, sering kencing, dan sering minum, nyeri dada serta batuk berkepanjangan.
c)      Riwayat kesehatan keluarga
Orang tua atau keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit seperti keluhan yaitu jantung berdebar – debar, keluar keringat dingin, sering kencing, dan sering minum, nyeri dada serta batuk berkepanjangan.
3)      Keadaan psikologis dan emosional
Meski dalam kondisi lemah, pasien tetap tampak bahagia karena kelahiran anak pertamanya serta ditemani suami dan ibunya.
4)      Keadaan social ekonomi
pasien mengatakan kehidupannya sederhana dan hubungan keluarga dengan lingkungan sekitar atau tetangga baik
5)      Data spiritual
Keluarga pasien mengatakan pada saat di rumah beribadah sholat,dan pada saat di rumah sakit tetap bisa beribadah sholat,  dan berdoa.
6)      Pola kebutuhan sehari-hari
a)      Pola nutrisi
Pasien makan 3x sehari dengan nasi, sayur, lauk, porsi sedikit tetapi habis, minum 6-/hari, pasien diberi susu oleh pihak instalasi gizi.
b)      Pola eliminasi
Pasien belum BAB, sudah BAK tapi sedikit-sedikit
c)      Pola aktivitas
Pasien sudah bisa berjalan sendiri
d)     Pola istirahat
Pasien belum bisa tidur, karena nyeri (after pains).
b.      Data Objektif:
1)      Keadaan umum : lemah
2)      Kesadaran : Composmentis
3)      Status emosional :Stabil
4)      Tanda vital:
a)      TD :130/80mmHg
b)      Nadi: 82x/menit
c)      RR            : 24x/menit
d)     Suhu : 38,30C
5)      Status present:
a)      Kepala:
(1)   Rambut            :bersih, tidak rontok, warna hitam, tidak berketombe
(2)   Muka                :bersih, oval
(3)   Mata                 :konjungtiva merah muda (tidak anemis), sklera putih
(4)   Hidung             :bersih, tidak ada sekret, tidak ada polip
(5)   Telinga             :simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik
(6)   Mulut               :lidah bersih, gigi tidak berlubang, tidak ada karies pada gigi dan gusi, bibir lembab, tidak pecah-pecah, tidak sariawan.
b)      Leher                     : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
c)      Dada                     : Tidak nyeri dada, simetris
d)     Mamae                  : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan saat palpasi
e)      Perut                     : tidak ada luka bekas operasi, TFU 1 jari di atas pusat, palpasi supra pubik/kandung kemih penuh
f)       Genetalia               : tidak oedema, tidak ada varises, terdapat laserasi dan jahitan pada perineum, lochea jumlah normal,bau khas, berwarna merah(rubra).
g)      Ekstremitas :
(1)   Atas                 : Tidak oedema, simetris, tidak ada kelainan
(2)   Bawah             : Tidak oedema, simetris, tidak ada kelainan bentuk, tidak ada varises, tidak ada nyeri tekan pada lutut
6)      Pemeriksaan penunjang:
HB                 : 11,6 gr%
Leucocyt        : 12.750
Trombocyt     : 243.000
Haematocryt  : 33,1%
Gol.Darah      : O Rh +
GDS              : 93

B.     ANALISIS KASUS
1.      Perencanaan
1)      Kolaborasi dengan dokter obsgyn
2)      Monitor KU dan suhu pasien
3)      Anjurkan pasien istirahat yang cukup
4)      Pasang kateter
5)      Bladder Training

2.      Implementasi
Hari/Tanggal/Jam
Pelaksanaan
Evaluasi
Kamis, 1 Januari 2015
Jam 19.30 WIB




Jam 20.30 WIB






Jam 21.30 WIB
































Jam 22.00 WIB






Sabtu, 3 Januari 2015
Jam 14.00 WIB







1.      Memberikan obat sesuai advis dokter obsgyn:
Cefadroxyl 2x1
Asam mefenamat 3x1
Methyl Ergometri 3x1
Viliron 1x1
Neurosanbe 1x1
Extra paracetamol

2.      Monitor KU dan suhu pasien







3.      Pasang Kateter
a.       Memberitahu dan menjelaskan prosedur pada klien
b.      Mendekatkan alat-alat
c.       Memasang sampiran
d.      Mencuci tangan
e.       Menanggalkan pakaian bagian bawah
f.       Memasang selimut mandi, perlak dan pengalas bokong
g.      Menyiapkan posisi klien dorsal recumbent
h.      Meletakkan bengkok diantara tungkai pasien
i.        Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
j.        Lakukan vulva hygiene
k.      Mengambil kateter kemudian ujungnya diberi pelumas 3-7 cm
l.        Membuka labia mayora dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari tangan non dominan
m.    Memasukkan ujung kateter ke uretra, secara perlahan-lahan menuju kandung kemih sampai keluar urine (dengan tangan dominan)
n.      Bila urin sudah keluar alirkan ke bengkok, untuk mengunci masukkan cairan aquades ke karet pengunci keteter sebanyak 10cc agar tidak lepas
o.       Menghubungkan pangkal kateter dengan pipa penyambung pada urine bag
p.      Memasang pakaian bawah, mengambil perlak dan pengalas
q.      Merapikan pasien
r.        Membereskan alat
s.       Melepas sarung tangan
t.        Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih

4.      Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup







5.      Bladder Training tiap 6 jam
Jam 19.35
DS:-
DO:Ibu minum parasetamol




Jam 20.35
DS:-
DO:
S: 380C
KU: baik
Kesadaran: Composmentis

Jam 22.55
DS: Ibu mengatakan merasa lega karena kandung kemih tidak terasa penuh
DO:
KU: baik
Kesadaran: coposmentis
Residu: 1500 cc
TFU: 1 jari di bawah pusat























Jam 22.05 WIB
DS : -
DO:Ibu mengangguk ketika dianjurkan untuk istirahat yang cukup

Jam 14.05 WIB
DS: Ibu mengatakan bersedia melakukan bladder tiap 6 jam setelah diberi penjelasan
DO: Ibu memperhatikan dengan baik ketika dijelaskan tentang bladder training tiap 6 jam

3.      Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal/ Jam
Evaluasi
S
O
A
P
Minggu, 4 Januari 2015
Jam 10.00 WIB
1.      Ibu mengatakan sudah bisa berkemih
2.      Ibu  merasa senang karena sudah diperbolehkan pulang

1.      Kateter sudah dilepas
2.      Ibu sudah diperbolehan pulang
Ny.U P1A0 Nifas 3 hari
Anjurkan kontrol di puskesmas atau bidan tiap 2 minggu

4.      Rasionalisasi
            Berdasarkan kasus diatas Ny.U Nifas 6 jam, tinggi fundus uteri 1 jari diatas pusat. Setelah plasenta lahir seharusnya tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat. Fundus harus keras dan terletak di bawah pusat, Posisi/ tinggi fundus yang tidak seharusnya menandakan kandung kemih  penuh, atau tertahan (retensio urine). Dari hasil pemeriksaan kandung kemih teraba penuh. Kemih yang tertahan(retensio urine) akan mengganggu kontraksi uterus, oleh karena itu dilakukan pemasangan kateter menetap. Kateter digunakan untuk drainage urine dan bladder atau untuk memasukkan cairan ke dalam bladder. Bladder pasien yang dikateterisasi untuk menentukan diagnosis dan alasan terapi. Hal ini merupakan tanggung jawab bidan/perawat untuk mengerjakan ketrampilan ini atau dapat mendelegasikannya pada staf yang sudah ditraining khusus. Karena disamping bladder adalah steril, tindakan ini juga memberikan akses langsung pada ginjal, oleh karena itu penting diperhatikan untuk mencegah kontaminasi bladder. Infeksi saluran kemih merupakan hal yang sering terjadi pada tindakan kateterisasi bladder yang menetap. Kateterisasi dapat menyebabkan bahaya pada uretra, bladder atau keduanya. Selain infeksi bladder dapat mengakibatkan hal serius, kateterisasi juga dapat meningkatkan infeksi ginjal, dimana jika hal ini terjadi dapat mengancam kehidupan. Perawat/bidan juga harus tahu anatomi sistem urinaria untuk mencegah kerusakan uretra selama kateterisasi. Sekali kateter ditempatkan, harus dipastikan bahwa drainage dilakukan secara benar. Perawat/bidan bertanggung jawab tidak hanya pada prosedur ketrampilan secara efektif dan aman tetapi juga memberikan penjelasan dan menurunkan kecemasan pasien.




BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
      Pemasangan kateter adalah pemaukkan selang yang terbuat dari plastik atau karet  melalui uretra menuju kandung kemih (vesika urinaria). Kateter menetap adalah memasukan selang  karet melalui uretra dan ke dalam kandung kemih yang dipasang menetap dalam jangka waktu tertentu.

B.     Saran
      Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan para tenaga kesehatan maupun mahasiswa kesehatan dapat lebih mengetahui dan menerapkan cara pemasangan kateter sesuai dengan kompetensi dalam memberikan pelayanan kepada pasien.




DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Alimul,dkk.2004. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC
Aziz, Alimul Hidayat dan Uliyah Musrifatul.2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta: Salemba Medika
Kasanah, Uswatun. 2013. Standar Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Pati: Akbid BUP
Kusyati Eni.2006. Ketrampilan Dasar dan Prosedur Laboratorium: EGC
Uliya, Musrifatul,dkk. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik : Salemba Medika


























No comments:

Post a Comment