peningkatan mutu layanan kebidanan by isma dan riska
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kesehatan
merupakan salah satu aspek dalam kehidupan manusia yang amat penting untuk
segera diwujudkan sebagai upaya peningkatan kualitas hidup dalam masyarakat.
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan eonomis (UU RI
NO.23 Tahun 1992).
Manusia takkan
mungkin bisa bekarya atau bekerja secara optimal jika ia dalam kondisi yang
sedang sakit. Dengan demikian diperlukan upaya yang lebih memadai bagi
peningkatan derajat kesehatan dan pembinaan dan penyelenggaraan upaya keshatan
secara menyeluruh dan terpad melalui pembangunan kesehatan.
Berdasarkan
Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 BAB II pada pasal 2 dan tentang kesehatan
dijelaskan bahwa: “pembangunan kesehatan diselenggarakan berasaka kemanusiaan
yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, manfaat, usaha bersama, dan
kekeluargaan, adil dan merata, peri kehidupan dalam keseimbangan, serta
kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauwan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal”.
Mutu pelayanan
dapat didefinisikan dalam banyak pengertian Azwar (2010:46) menyatakan bahwa
mutu pelayanankesehatan adalah menunjuk pada tingkat kesenpurnaan penampilan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan yang disatu pihak dapat memuaskan para
pemakai jasa pelayanan dan di pihak lain tata cara penyeleggaraannya sesuai
kode etik profesi serta standart yang telah ditetapkan. Mutu pelayanan
kebidanan dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian. Dalam
praktiknya melakukan penilaian tidaklah mudah, karena mutu dalam pelayanan
kebidanan bersifat multidimenional.
Bagi
penyelenggara pelayanan, mutu terkait dengan dimensi kesesuaian pelayanan
dengan perkembangan ilmu dan teknologi, serta otonomi profesi sesui dengan
kebutuhan klien. Bagi penyandang dana, mutu terkait dengan dimensi efisiensi
pemakaian dana, kewajaran pembiayaan dan kemampuan menekan beban biaya.
Berkaitan dengan
kepuasan, terdapat masalah pokok yang ditemukan yaitu kepuasan bersifat
subjektif. Tingkat orang memiliki tingkat kepuasan yang berbeda,. Sekalipun
pelayanan kebidanan telah memuaskan klien, tetapi masalah banyak ditemukan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar profesi dan kode etik.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian mutu layanan kesehatan ?
2.
Bagaimana cara / langkah sistem
mekanisme peningkatan mutu layanan kebidanan ?
3.
Bagaimana cara mewujudkan peningkatan
mutu pelayanan yang terus menerus ?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui mutu layanan kesehatan
2.
Untuk mengetahui cara / langkah sistem
mekanisme peningkatan mutu layanan kebidanan
3.
Untuk mengetahui cara mewujudkan
peningkatan mutu pelayanan yang terus menerus
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Mutu Pelayanan Kesehatan
Persepsi tentang
mutu suatu organisasi pelayanan sangat berbeda-beda karena bersifat sangat
subjektif, disamping itu selera dan harapan pengguna pelayanan selalu
berubah-ubah.
Banyak
pengertiantentang mutu, antara lain berikut ini :
1.
Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari
penampilan sesuatu yang sedang diamati ( Winston Dictionary, 1956)
2.
Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh
suatu program ( Donabedian, 1980).
3.
Mutu adalah totalitas dari wujud serta
ciri suatu barang atau jasa yang didalamnya terkandung pengertian rasa aman
atau pemenuhan kebutuhan para pengguna ( Din ISO 8420, 1986)
Dari batasan ini
dapat dipahami bahwa mutu pelayanan hanya dapat diketahui apabila sebelumnya
telah dilakukan penilaian, baik terhadap tingkat kesempurnaan, sifat, wujud,
serta ciri-ciri pelayanan kesehatan, ataupun terhadap kepatuhan terhadap
standar pelayanan. Dalam praktik sehari-hari melakukan penilaian ini tidaklah
mudah. Penyebab utamanya ialah karena mutu pelayanan tersebut bersifat multi
dimensional. Tiap orang, tergantung dari latar belakang kepentingan
masing-masing dapat melakukan penilaian dari dimensi berbeda. ( Sastrianiagara
dan Saliha, 2009)
Untuk
mengatasiadanya perbedaan dimensi tentang masalah mutu pelayanan kesehatan
seharusnya pedoman yang dipakai adalah hakekat dasar dari diselenggarakannya
pelayanan kesehatan tersebut. Yang dimaksud dengan hakekat dasar tersebut
adalah memenuhi kebutuhan dan tuntutan para pemakai jasa pelayanan kesehatan
yang apabila berhasil dipenuhi akan
menimbulkan rasa puas (client satisfaction) terhadap pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan.
Jadi yang
dimaksud dengan mutu pelayanan kesehatan adalah menunjuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap
pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baim pula mutu pelayanan
kesehatan. Sekalipun pengertian mutu yang terkait dengan kepuasan ini telah
diterima secara luas, namun penerapannya tidaklah semudah yang diperkirakan.
Masalah pokok yang ditemukan ialah karena kepuasan tersebut bersifat subjektif.
Tiap orang, tergantung dari latar belakang yang dimiliki, dapat saja memiliki
tingkat kepuasan yang berbeda untuk satu mutu pelayanan kesehatan yang sama.
Disamping itu, sering pula ditemukan pelayan kesehatan yang sekalipun dinilai
telah memuaskan pasien, namun ketika ditinjau dari kode etik serta standar pelayanan
profesi, kinerjanya tetap tidak terpenuhi.
B.
Cara
atau langkah sistem dan mekanisme peningkatan mutu layanan kebidanan
1.
Siklus Deming
Siklus
PDCA atau plan-do-action yang dipopulerkan oleh Edwards Deming (14 okt 1900-20
des 1993 )
a. Plan
(perencanaan)
Bertujuan untuk mengidentifikasi
dan menganalisa masalah.
b. Do
(kerjakan)
Mengembangkan dan menguji beberapa
solusi yang potensial.
c. Check
(cek)
mengukur tingkat efektifitas hasil
uji test solusi yang dikerjakan dan menganilisa apakah hal itu bisa diterapkan
dengan cara lain.
d. Act
(tindaklanjuti)
Menindaklanjuti hasil ntuk membuat
perbaikan yang diperlukan.
2. Karakteristik TQM
TQM
merupakan suatupendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk
memaksimumkan daya saingyang melalui perbaikan terus menerus atas
produk,jasa,manusia,proses dan lingkungan.
a. Fokus
pada klien, baik klien internal maupun eksternal
b. Memiliki
obsesi yang tinggi terhadap kualitas
c. Menggunakan
pendekatan ilmiah dalam pengambilan dan pemecahan masalah
d. Memiliki
komitmen jangka panjang
e. Membutuhkan
kerja sama tim
f. Memperbaiki
proses secara berkesinambungan
g. Menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan
h. Memberikan
kebebasan yang terkendali
i.
Memiliki kesatuan tujuan
j.
Adanya keterlibatan dan pemberdayaan
karyawan
C.
Sistem
dan Mekanisme Peningkatan Mutu Pelayanan Terus-menerus
Untuk memperkuat budaya organisasi, semua kegiatan
harus menuju peningkatan mutu yang terus menerus.Untuk mewujudkan peningkatan mutu
pelayanan yang terus menerus, pilar utamanya terdiri atas hak-hal berikut ini.
1.
Visi manajemen dan komitmen.
Nilai
organisasi dan komitmen dari semua level sangat diperlakukan.
2.
Tanggung jawab.
Agar
setiap orang bertanggung jawab, maka perlu standar yang kuat.
3.
Pengukuran umpan balik.
Perlu
dibuat sistem evaluasi sehingga dapat mengukur apakah kita mempunyai informasi
yang cukup.
4.
Pemecahan masalah dan proses perbaikan.
Ketepatan
waktu, pengorganisasian sistem yang efektif untuk menyelesaikan keluhan, dan masalah
sistem memerlukan proses perbaikan dalam upaya meningkatan kepuasan
pelanggaran.
5.
Komunikasi
Perlu
ada mekanisme komunikasi yang jelas, jika tidak ada informasi, maka petugas atau
staf merasa diabaikan dan tidak dihargai.
6.
Pengembangan staf dan pelatihan.
Pengembangan
staf dan pelatihan berhubungan dengan pengembangan sumber daya dapat
memengaruhi kemampuan organisasi dalam memberikan pelayanan.
7.
Keterlibatan tim kesehatan.
Perlu
keterlibatan tim kesehatan agar mereka terlibat dan berperan serta dalam
strategi organisasi.
8.
Penghargaan dan pengakuan.
Sebagai
bagian dari strategi, perlu memberikan penghargaan dan pengakuan kepada visi
pelayanan dan nilai sehingga individu maupun tim mendapat insentif untuk
melakukan pekerjaan dengan baik.
9.
Keterlibatan dan pemberdayaan staf.
Staf
yang terlibat adalah staf yang mempunyai keterlibatan dan tanggung jawab.
10.
Mengingatkan kembali dan pemberdayaan.
Petugas harus
diingatkan tentang prioritas pelayanan yang harus diberikan.
Mekanisme peningkatan mutu pelayanan menurut Trilogi
Juran adalah sebagai berikut.
1.
Quality Planning, meliputi:
a) Menentukan
pelanggaran
b) Menentukan
kebutuhan pelanggaran
c) Mengembangkan
gambaran produk sesuai dengan kebutuhan pelanggan
d) Mengembangkan
proses yang mampu menghasilkan produk sesuai dengan gambaran produk
e) Mentransfer
rencana menjadi kebutuhan pelaksanaan.
2.
Quality Control, meliputi:
a) Mengevaluasi
kinerja produk saat ini
b) Membandingkan
kinerja sesungguhnya dengan tujuan produk
c) Melaksanakan/memperbaiki
perbedaan
3.
Quality Improvement, meliputi:
a) Mengembangkan
invrastruktur
b) Mengidentivikasi
proyek peningkatan mutu
c) Memebentuk
tim mutu
d) Menyiapkan
tim dengan sumberdaya dan pelatihan serta motivasi untuk mendiagnosis penyebab,
menstimulasi perbaikan, dan mengembangkan pengawasan untuk mempertahankan peningkatan.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Mutu pelayanan kesehatan adalah menunjuk
pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada
diri setiap pasien.
2.
Cara atau langkah sistem dan mekanisme
peningkatan mutu layanan kebidanan yaitu dengan Siklus Deming dan Penerapan TQM.
3.
Untuk mewujudkan peningkatan mutu
pelayanan yang terus menerus, pilar utamanya terdiri atas Visi manajemen dan
komitmen, tanggung jawab, pengukuran umpan balik, pemecahan masalah dan proses
perbaikan, komunikasi, pengembangan staf dan pelatihan, keterlibatan tim
kesehatan, penghargaan dan pengakuan, keterlibatan dan pemberdayaan staf,
meningkatkan kembali dan pemberdayaan.
B.
Saran
1.
Bagi penulis
Agar
penulis dapat mengerti dan memahami tentang cara atau langkah sistem dan
mekanisme peningkatan mutu layanan kebidanan.
2.
Bagi pembaca
Agar
pembaca dapat mengerti dan memahami tentang cara atau langkah sistem dan
mekanisme peningkatan mutu layanan kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA
Satrianegara,
M Fais. 2009. Organisasi dan Manajemen
Pelayanan Kesehatan serta Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
Susanti, Heni Wulan. 2014. Mutu Pelayanan Kebidanan. Pati : BUP
peningkatan mutu layanan kebidanan by yn
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Globalisasi
mempertinggi arus kompetisi disegala bidang termasuk bidang kesehatan dimana
perawat dan bidan terlibat didalamnya. Bidan merupakan tenaga
kesehatan yang mempunyai tugas utama memberikan pelayanan kebidanan dan
kesehatan reproduksi kepada individu perempuan, keluarga dan masyarakat. Untuk dapat mempertahankan eksistensinya, maka setiap organisasi dan semua
elemen-elemen dalam organisasi harus berupaya meningkatkan mutu pelayanannya
secara terus menerus. Kecenderungan masa kini dan masa depan menunjukkan bahwa
masyarakat semakin menyadari pentingnya peningkatan dan mempertahankan kualitas
hidup (quality of life). Oleh karena itu pelayanan kesehatan yang bermutu
semakin dicari untk memperoleh jaminan kepastian terhadap mutu pelayanan
kesehatan yang diterimanya. Semakin tinggi tingkat pemahaman masyarakat
terhadap pentingnya kesehatan untuk mempertahankan kualitas hidup, maka
customer akan semakin kritis dalam menerima produk jasa, termasuk jasa
pelayanan kebidanan, oleh karena itu peningkatan mutu kinerja setiap bidan
perlu dilakukan terus menerus, maka penulis membuat makalah dengan judul “Metode
Peningkatan Mutu Pelayanan Kebidanan”.
B. Rumusan Masalah
Dari
latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah Sistem Dan
Mekanisme Peningkatan Mutu Pelayanan Kebidanan ?
2.
Bagaimanakah Strategi Peningkatan
Mutu Pelayanan Kebidanan ?
3.
Apakah yang dimaksud cara meningkatkan mutu dengan
Total Quality Management (TQM) ?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui Sistem Dan
Mekanisme Peningkatan Mutu Pelayanan Kebidanan
2.
Untuk mengetahui Strategi Peningkatan Mutu Pelayanan Kebidanan
3.
Untuk mengetahui cara
meningkatkan mutu dengan Total Quality Management (TQM)
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Mutu
Pelayanan Kebidanan
Beberapa definisi mutu pelayanan
kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Mutu
pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap
pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasaan rata-rata
serata penyelenggaraannya sesuai dengan standart dan kode etik profesi (Azrul
Azwar, 1996).
2. Memenuhi
dan melebihi kebutuhan serta harapan pelanggan melalui peningkatan yang
berkelanjutan atas seluruh proses. Pelanggan meliputu, pasien, keluarga, dan
lainnya yang datang untuk pelayanan dokter, karyawan (Mary R. Zimmerman).
3. Pengertian
mutu pelayanan kesehatan (Wijono, 1999) adalah :
a. Penampilan
yang sesuai atau pantas (yang berhubungan dengan standart) dari suatu
intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat
yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkanpada
kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan kekurangan gizi (Roemer dan Aquilar,
WHO, 1988).
b. Donabedian,
1980 cit. Wijono, 1999 menyebutkan bahwa kualitas pelayanan adalah suatu
pelayanan yang diharapkan untuk memaksimalkan suatu ukuran yang inklusif dari
kesejahteraan klien sesudah itu dihitung keseimbangan antara keuntungan yang
diraih dan kerugian yang semua itu merupakan penyelesaian proses atau hasil
dari pelayanan diseluruh bagian.
Secara
umum pengertian mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan pelayanan
kesehatan yang sesuai standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan
potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit atau puskesmas secara wajar,
efisien, dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai norma,
etika, hukum, dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan
pemerintah, serta masyarakat konsumen.
Jadi
yang dimaksud dengan mutu pelayanan kesehatan adalah menunjuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap
pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula mutu pelayanan
kesehatan. Sekalipun pengertian mutu yang terkait dengan kepusan ini telah
diterima secara luas, namun penerapannya tidaklah semudah yang diperkirakan.
Masalah pokok yang ditemukan ialah karena kepuasan tersebut bersifat subyektif.
Tiap orang, tergantung dari latar belakang yang dimiliki, dapat saja memiliki
tingkat kepuasan yang berbeda untuk satu mutu pelayanan kesehatan yang sama. Di
samping itu, sering pula ditemukan pelayanan kesehatan yang sekalipun dinilai
telah memuaskan pasien, namun ketika ditinjau dari kode etik serta standar
pelayanan profesi, kinerjanya tetap tidak terpenuhi.
B.
Sistem
Dan Mekanisme Peningkatan Mutu Pelayanan Kebidanan
Untuk
memperkuat budaya organisasi, semua kegiatan harus menuju peningkatan mutu yang
terus menerus. Untuk mewujudkan peningkatan mutu pelayanan terus menerus, pilar
utamanya terdiri atas hal-hal berikut:
1. Visi
manajemen dan komitmen
Nilai organisasi dan komitmen dari
semua level sangat diperlukan.
2. Tanggung
jawab
Agar setiap orang beranggung jawab,
maka perlu standar yang kuat.
3. Pengukuran
umpan balik
Perlu dibuat sistem evaluasi
sehingga dapat mengukur apakah kita mempunyai informasi yang cukup.
4. Pemecahan
masalah dan proses perbaikan
Ketepatan waktu, pengorganisasian
sistem yang efektif untuk menyelesaikan keluhan, dan masalah sistem memerlukan
proses perbaikan dalam upaya meningkatkan kepuasan pelanggan.
5. Komunikasi
Perlu ada mekanisme komunikasi yang
jelas. Jika tidak ada informasi, maka petugas atau staf merasa diabaikan dan
tidak dihargai.
6. Pengembangan
staf dan pelatihan
Pengembangan staf dan pelatihan
berhubengan dengan pengembangan sumber daya yang dapt mempengaruhi kemampuan
organisasi dalam memberikan pelayanan.
7. Keterlibatan
tim kesehatan
Perlu keterlibatan tim kesehatan
agar mereka terlibat dan berperan serta dalam strategi organisasi.
8. Penghargaan
dan pengakuan
Sebagai bagian dari strategi, perlu
memberikan penghargaan dan pengakuan kepada visi pelayanan dan nilai sehingga
individu maupun tim mendapat insentif untuk melakukan pekerjaan dengan baik.
9. Keterlibatan
dan pemberdayaan staf
Staf yang terlibat adalah yang
mempunyai keterikatan dan tanggung jawab.
10. Mengingatkan
kembali dan pemberdayaan
Petugas harus diingatkan tentang
prioritas pelayanan yang harus diberikan.
Mekanisme
peningkatan mutu pelayanan menurut Trilogi Juran adalah sebagai berikut:
1. Quality
Planning, meliputi:
a. Menentukan
pelanggan.
b. Menentukan
kebutuhan pelanggan.
c. Mengembangkan
gambaran produk sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
d. Mengembangkan
proses yang mampu menghasilkan produk sesuai dengan gambaran produk.
e. Mentrasfer
rencana menjadi kebutuhan pelaksanaan.
2. Quality
Control, meliputi:
a. Mengevaluasi
kinerja produk saat ini.
b. Membandingkan
kinerja sesungguhnya dengan tujuan produk
c. Melaksanakan
atau memperbaiki perbedaan.
3. Quality
Improvement, meliputi:
a. Mengembangkan
infrastruktur.
b. Mengidentifikasi
proyek peningkatan mutu.
c. Membentuk
tim mutu.
d. Menyiapkan
tim dengan sumber daya dan pelatihan serta motivasi untuk mendiagnosis
penyebab, menstimulasi perbaikan, dan mengembangkan pengawasan untuk
mempertahankan peningkatan.
C.
Strategi
Peningkatan Mutu pelayanan Kebidanan
Ada
empat hal yang perlu diperhatikan dalam pendekatan untuk mencapai pelayanan
prima melalui peningkatan mutu pelayanan, yaitu sebagai berikut:
1. Pelanggan
dan harapannya
Harapan pelanggan mendorong upaya
peningkatan mutu pelayanan. Organisasi pelayanan kesehatan mempunyai banyak
pelanggan potensial. Harapan mereka harus diidentifikasi dan diprioritaskan
lalu membuat kriteria untuk menilai kesuksesan.
2. Perbaikan
kinerja
Bila harapan pelanggan telah diidentifikasi,
langkah selanjutnya adalah menidentifikasi dan melaksanakan kinerja staf dan
dokter untuk mencapai konseling, adanya pengakuan, dan pemberian reward.
3. Proses perbaikan
Proses perbaikan juga penting.
Sering kali kinerja disalahkan karena masalah pelayanan dan ketidakpuasan
pelanggan pada saat proses itu sendiri tidak dirancang dengan baik untuk
mendukung pelayanan. Dengan melibatkan staf dalam proses pelayanan, maka dapat
diidentifikasi masalah proses yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan,
mendiagnosis penyebab, mengidentifikasi, dan menguji pemecahan atau perbaikan.
4. Budaya yang mendukung perbaikan
terus menerus
Untuk
mencapai pelayanan prima diperlukan organisasi yang tertib. Itulah sebabnya
perlu untuk memperkuat budaya organisasi sehingga dapat mendukung peningkatan
mutu. Untuk dapat melakukannya, harus sejalan dengan dorongan peningkatan mutu
pelayanan terus-menerus.
Untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan agar lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat, maka perlu dilaksanakan berbagai upaya. Upaya ini harus dilakukan
secara sistematik, konsisten dan terus menerus.
Upaya peningkatan mutu pelayanan
kesehatan mencakup :
1. Penataan
organisasi
Penataan
organisasi menjadi organisasi yang efisien, efektif dengan struktur dan uraian tugas
yang tidak tumpang tindih, dan jalinan hubungan kerja yang jelas dengan
berpegang pada prinsip organization through the function.
2. Regulasi
peraturan perundangan
Pengkajian
secara komprehensif terhadap berbagai peraturan perundangan yang telah ada dan
diikuti dengan regulasi yang mendukung pelaksanaan kebijakan tersebut di atas.
3. Pemantapan
jejaring
Pengembangan
dan pemantapan jejaring dengan pusat unggulan pelayanan dan sistem rujukannya
akan sangat meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan kesehatan,
sehingga dengan demikian akan meningkatkan mutu pelayanan.
4. Standarisasi
Standarisasi
merupakan kegiatan penting yang harus dilaksanakan, meliputi standar tenaga
baik kuantitatif maupun kualitatif, sarana dan fasilitas, kemampuan, metode,
pencatatan dan pelaporan dan lain-lain. Luaran yang diharapkan juga harus
distandarisasi. 5)Pengembangan sumber daya manusia
5. Pendidikan
dan Pelatihan
Penyelenggaraan berbagai pendidikan
dan pelatihan secara berkelanjutan dan berkesinambungan untuk menghasilkan sumber
daya manusia yang profesional, yang kompeten dan memiliki moral dan etika,
mempunyai dedikasi yang tinggi, kreatif dan inovatif serta bersikap antisipatif
terhadap berbagai perubahan yang akan terjadi baik perubahan secara lokal
maupun global.
6. Quality
Assurance
Berbagai komponen kegiatan quality
assurance harus segera dilaksanakan dengan diikuti oleh perencanaan dan
pelaksanaan berbagai upaya perbaikan dan peningkatan untuk mencapai peningkatan
mutu pelayanan. Data dan informasi yang diperoleh dianalysis dengan cermat
(root cause analysis) dan dilanjutkan dengan penyusunan rancangan tindakan
perbaikan yang tepat dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan.
Semuanya ini dilakukan dengan pendekatan “tailor’s model“ dan Plan- Do-
Control- Action (PDCA).
7. Pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi
Pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dilakukan dengan membangun kerjasama dan kolaborasi dengan
pusat-pusat unggulan baik yang bertaraf lokal atau dalam negeri maupun
internasional. Penerapan berbagai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
tersebut harus dilakukan dengan mempertimbangkan aspek pembiayaan.
8. Peningkatan
peran serta masyarakat dan organisasi profesi
Peningkatan peran organisasi
profesi terutama dalam pembinaan anggota sesuai dengan standar profesi dan
peningkatan mutu sumber daya manusia.
9. Peningkatan
kontrol sosial
Peningkatan pengawasan dan kontrol
masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan akan meningkatkan
akuntabilitas, transparansi dan mutu pelayanan.
D.
Total
Quality Management (TQM)
Berkaitan dengan kualitas pelayanan jasa, metode peningkatan
mutu pelayanan jasa kebidanan dan organisasi kesehatan dapat dilakukan dengan
pendekatan total Quality Management (TQM).
1. Definisi
TQM
Total quality
management (TQM) adalah suatu cara pendekatan dalam
upaya meningkatkan efektifitas, efisiensi dan responsive instansi pelayanan
kesehatan dengan melibatkan seluruh staf/karyawan dalam segala proses aktifitas
meningkatkan mutu dalam rangka memenuhi kebutuhan/tuntutan konsumen pengguna
jasa instansi pelayanan kesehatan-instansi pelayanan kesehatan tersebut. Ini
merupakan suatu tingkat tertinggi dalam upaya instansi pelayanan kesehatan
tersebut untuk mencapai tingkat dunia. Secara jelas akan dijelaskan mengenai
TQM lebih lanjut.
2. Pilar
Dasar dalam TQM
Menurut Lewis dan Smith
(1994) terdapat 4 pilar dasar dalam penerapan konsumen yaitu:
a. Kepuasan
konsumen
Untuk dapat memberikan
kepuasan kepada konsumen, langkah awal yang harus dilakukan adalah
mengidentifikasi siapa pelanggan instansi pelayanan kesehatan, apa kebutuhan
dan keinginan mereka
b. Perbaikan
terus menerus
Konsumen akan selalu
mengalami dinamika seiring lingkungan bisnis yang terus mengalami perubahan.
Oleh karena itu, instansi pelayanan kesehatan harus mampu mengikuti perubahan
kebutuhan dan keinginan konsumen.
c. Hormat/
respek terhadap setiap orang
Setiap orang dalam
instansi pelayanan kesehatan merupakan individu yang memiliki kontribusi bagi
pencapaian kualitas yang diharapkan. Oleh karena itu setiap orang dalam
instansi pelayanan kesehatan harus diperlakukan dengan baik dan diberi
kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan.
d. Manajemen
berdasarkan fakta
Setiap keputusan yang
diambil akan memberikan hasil yang memuaskan jika didasarkan pada data dan
informasi yang obyektif, lengkap dan akurat.
3. Elemen-elemen
pendukung TQM
Untuk mendukung penerapan TQM, terdapat 10 elemen-elemen
pendukung yang harus diperhatikan instansi pelayanan kesehatan (Goetsch dan
Davis :1994) yaitu :
a.
Fokus pada pelanggan
Dalam instansi pelayanan
kesehatan TQM, pelanggan internal dan pelanggan eksternal merupakan kekuatan
pendorong aktivitas instansi pelayanan kesehatan. Pelanggan eksternal
menentukan kualitas pelayanan yang mereka terima, sedangkan pelanggan internal
berperan dalam menentukan kualitas SDM, proses dan lingkungan yang berhubungan
dengan produk/jasa yang
dihasilkan.
b.
Obsesi terhadap kualitas
Dalam instansi
pelayanan kesehatan TQM, pelanggan internal dan eksternal sebagai penentu
kualitas. Instansi pelayanan kesehatan harus memiliki obsesi untuk memenuhi
atau melebihi kualitas yang telah ditentukan pelanggan, dengan melibatkan aktif
semua karyawan pada berbagai level.
c.
Pendekatan ilmiah
Segala aktivitas
instansi pelayanan kesehatan TQM terutama menyangkut desain karyawanan, proses
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah harus didasarkan pada kaidah ilmiah
yang bisa dipertanggungjawabkan dan diterima semua pihak yang terlibat.
d.
Komitmen jangka panjang
TQM merupakan paradigma
baru dalam manajemen instansi pelayanan kesehatan yang membutuhkan budaya baru
dalam penerapannya. Komitmen jangka panjang dari seluruh elemen instansi
pelayanan kesehatan sangat diperlukan untuk mengadakan perubahan budaya agar
penerapan TQM bias berjalan baik. Menajemen puncak merupakan pendorong proses
pengembangan kualitas, pencipta nilai, tujuan, dan system. Goetsch dan davis (1994)
menegaskan komitmen harus diwujudkan paling tidak sepertiga waktu menajemen
puncak digunakan untuk terlibat langsung dalam usaha implementasi TQM.
Kurangnya komitmen menajemen puncak merupakan salah satu penyebab kegagalan
penerapan TQM .
e.
Kerjasama tim
Dalam instansi
pelayanan kesehatan TQM keberhasilan hanya akan dicapai jika ada kerjasama dari
seluruh elemen yang terkait, baik kerja sama antar elemen internal instansi pelayanan
kesehatan maupun dengan pihak eksternal instansi pelayanan kesehatan.
f.
Perbaikan sistem secara berkesinambungan
Setiap produk yang
dihasilkan instansi pelayanan kesehatan selalu melalui tahapan / proses tertenu
di dalam suatu system/lingkungan. Oleh karena itu system yang ada perlu terus
diperbaiki agar selalu mendukung upaya pencapaian kualitas.
g.
Pendidikan dan Latihan
Dalam persaingan global
yang diwarnai berbagai perubahan, kualitas total hanya bisa dicapai jika para
karyawan memiliki keahlian dan keterampilan yang tinggi. Banyak ahli yang
menyarankan pemberian pelatihan dan pendidikan dalam rangka pengembangan
kualitas (Banks: 1989). Pelatihan yang diberikan harus merupakan pelatiahan
yang bersifat dinamis, fleksibel, dan bias mendorong kreatifitas karyawan.
Dengan adanya pelatiahan, para karyawan akan selalu siap menghadapi berbagai
perubahan, komitmen karyawanan yang meningkat dan mereka akan memiliki rasa
percaya diri yang mantap.
h.
Kebebasan yang terkendali
Dalam instansi
pelayanan kesehatan TQM, para karyawan diberi kesempatan luas untuk turut serta
dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Hal ini dilakukan
agar dapat meningkatkan tanggung jawab karyawan terhadap segala keputusan yang
yang telah disepakati bersama. Meskipun demikian, kebebasan dan keterlibatan
para karyawan harus didasari dengan rentang kendali yang terarah agar
keterlibatan mereka selalu mengacu pada standar proses yang telah ditentukan
i.
Kesatuan tujuan
Segala aktivitas
seluruh elemen dalam instansi pelayanan kesehatan TQM harus mengarah pada satu
tujuan yang sama. Akan tetapi kesatuan tujuan ini bukan berarti bahwa harus
selalu ada persetujuan/ kesepakatan antara pihak manajemen dan karyawan
mengenai upah dan kondisi kerja.
j.
Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
Para karyawan merupakan
sumber daya sangat berharga bagi instansi
pelayanan kesehatan.
Pemberdayaan terhadap para karyawan dapat diartikan sebagai pemberian wewenang
dan kekuasaan kepada mereka dalam pengambilan keputusan, kontrol terhadap
karyawan mereka, dan kemudahan dalam memuaskan pelanggan.
Creech (1996) menyatakan bahwa agar
penerapan TQM berhasil, empat
kriteria
berikut harus dipenuhi instansi pelayanan kesehatan yaitu :
a. TQM
harus didasarkan atas kesadaran terhadap pentingnya kualitas.
b. TQM
harus memiliki sifat kemanusian yang kuat yang tercermin pada cara karyawan
diperlakukan, diikut sertakan dan diberi inspirasi.
c. TQM
harus didasarkan pada pendekatan desentralisasi dengan memberikan pemberdayaan
dan keterlibatan pada karyawan pada semua level.
d. TQM
harus dilaksanakan secara menyeluruh yang melibatkan seluruh elemen instansi
pelayanan kesehatan.
4. Pedoman
dalam penerapan TQM
Agar penerapan TQM memperoleh
keberhasilan, instansi pelayanan kesehatan harus memiliki pedoman yang jelas
dan terarah. Dalam penerapan TQM, instansi pelayanan kesehatan bisa mengacu
pada atribut efisiensi yang dikemukakan oleh Oakland (1994), yaitu :
a. Commitment
(komitmen)
Komitmen untuk
menyediakan produk atau layanan yang efisien dan menguntungkan harus
ditunjukkan oleh manajemen dan instansi pelayanan kesehatan.
b. Consistency
(konsistensi)
Instansi pelayanan
kesehatan harus menyediakan produk dengan kerja yang consisten misalnya
ketepatan spesifikasi, ketepatan jadwal, ketepatan pengiriman dll
c. Competence
(kompotensi)
Instansi pelayanan
kesehatan harus menyediakan karyawan dengan kemampuan atau kompotensi yang
unggul untuk melaksanakan tugas-tugas atau karyawanan sehingga mendukung
pencapaian sasaran instansi pelayanan kesehatan.
d. Contact
(hubungan)
Instansi pelayanan
kesehatan harus mampu menjalin hubungan baik dengan consumen, karena tujuan
instansi pelayanan kesehatan hádala menyediakan produk yang sesuai dengan
harapan dan keinginan consumen.
e. Communication
(komuniksi)
Instansi pelayanan
kesehatan harus mampu menjalin komunikasi yang baik dengan consumen agara
spesifikasi produk yang diinginkan consumen bisa diterjemahkan dengan baik oleh
instansi pelayanan kesehatan
f. Credibility
(kredibilitas)
Instansi pelayanan
kesehatan harus memperoleh kepercayaan dari consumen dan juga harus mempercayai
consumen. Dengan adanya saling percaya hubungan dan komunikasi akan berjalan
dengan baik.
g. Compasion
(perasaan)
Instansi pelayanan
kesehatan harus memiliki rasa simpati terhadap konsumen eksternal terutama
menyangkut kebutuhan dan harapan mereka, konsumen internal (pegawai) menyangkut
haknya.
h. Courtesy
(kesopanan)
Instansi pelayanan
kesehatan melalau para karyawan harus menunjukkan sikap sopan kepada consumen
terutam karyawan yang langsung berhubungan dengan consumen.
i.
Cooperation (kerjasama)
Instansi pelayanan
kesehatan harus bisa menciptakan iklim kerja yang baik antar karyawan maupun
antara instansi pelayanan kesehatan dengan kosumen.
j.
Capability (kemampuan)
Instansi pelayanan
kesehatan harus memiliki kemampuan untuk melakukan pengambilan keputusan dan
melakukan tindakan yang berkaitan dengan pelayanan.
k. Confidence
(kepercayaan)
Instansi pelayanan
kesehatan harus memiliki rasa percata diri bahwa instansi pelayanan kesehatan
mampu menyediakan produk atau layanan sesuai kebutuhan dan harapan consumen.
Rasa percata diri harus tertanam keseluruh
diri karyawan.
l.
Criticism (kritik)
Instansi pelayanan
kesehatan harus bersedia menerima kritican dari siapapun, baik dari karyawan
maupun dari eksternal terutama kritik dari konsumen.
Total Quality Manegemen (TQM) merupakan suatu pendekatan dalam
menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi
melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan
lingkungannya.
TQM hanya dapat dicapai dengan memperhatikan karakteristik TQM
berikut ini:
1. Fokus
pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal
2. Memiliki
obsesi yang tinggi terhadap kualitas
3. Menggunakan
pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
4. Memiliki
komitmen jangka panjang
5. Membutuhkan
kerjasama tim (teamwork)
6. Memperbaiki
proses secara berkesinambungan
7. Menyelenggarakan
pendidikn dan pelatihan
8. Memberikan
kebebasan yang terkendali
9. Memiliki
kesatuan tujuan
10. Adanya
keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
Faktor –faktor yang
dapat menyebabkan kegagalan TQM:
1. Delegasi
dan kepemimpinan yang tidak baik dari menejemen senior inisiatif upaya
perbaikan kualitas secara berkesinambungan sepatutnya dimulai dari pihak
menejemen dimana mereka harus terlibat secara langsung dalam pelaksaanya. Bila
tanggung jawab tersebut dideligasikan kepada pihak lain (misalnya kepada pakar
yang digaji) maka peluang terjadiny kegagalan sangat besar.
2. Team
mania
Organisasi perlu
membentuk beberapa tim yang melibatkan semua karyawan. Untuk menjaga tumbunya
kerja sama dalam tim, ada dua hal yangg perlu diperhatikan:
a. Baik
penyedia maupun karyawan harus memiliki pemahaman yang baik terhadap peranya
masing-masing.
b. Organisasi
harus melakukan perubahan budaya supaya kerjasama tim tersebut dapat
berhasil. Apabila kedua hal tersebut
tidak dilakukan sebelum pembentukan tim, maka
hanya akan timbul masalah, bukanya pencegahan masalah
3. Proses
penyebarluasan
Ada organisasi yang
mengembangkan inisiatif kualitas tanpa secara bebarengan mengembangkan rencana
untuk menyatukan seluruh elemen oorganisasi. Seharusnya pengembangan tersebut
juga melibatkan para manjar, serikat pekerja, pemasok, dan bidang produksi lainya,
karena usaha itumeliputi pemikkiran mengenai struktur,penghargaan, pengembangan
ketrampilan, pendidikan dan kesadaran.
4. Menggunakan
pendekatan yang terbatas dan dogmatis
Tidak ada satupun
pendekatan kualitas yang pasti cocok untuk satu organisasi, setiap
organisasi memiliki kebutuhan sendiri.
5. Harapan
yang terlalu berlebihan dan tidak realistiss
Bila hanya mengirim
karyawan untuk mengikuti suatu pelatihan selama beberapa hari,bukan berarti
telah membentuk ketrampilan mereka. Masih dibutuhkan waktu untuk mendidik,
mengolhami dan membuat para karyawan sadar akan pentingnya kualitas. Selain itu
diperlukan waktu untuk mengimplementasikn proses-proses baru.
6. Empowerment
yang bersifat prematur
Seringkali karyawan
kurang mengerti wewenang baru yang diberikan, oleh karena itu sebenarnya mereka
membutuhkan sasaran dan tujuan yang jelas sehingga tidak salah dalam melakukan
sesuatu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mutu
pelayanan kesehatan adalah menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Berkaitan dengan
kualitas pelayanan jasa, metode peningkatan mutu pelayanan jasa kebidanan dan
organisasi kesehatan dapat dilakukan dengan pendekatan total Quality Management
(TQM). Total Quality Manegemen (TQM) merupakan suatu pendekatan dalam
menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi
melalui perbaikan terus-menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan
lingkungannya.
B.
Saran
Untuk
lebih memberikan kepuasan kepada konsumen maka mutu pelayanan kesehatan di
indonesia harus lebih ditingkatkn, untuk mencapai masyarakat yang sehat dan
terbebas dari berbagai macam penyakit. Sebagai seorang Bidan sangat ditekankan
akan mutu pelayanan yang maksimal. Tuntutan seorang bidan sangatlah berat dan
berisiko tinggi terutama pada ibu dan anak. Maka dari itu seorang bidan wajib
menjalankan tugas sesuai prosedur yang sudah ditentukan baik itu, penyuluhan
dan lainnya sesuai profesi kebidanan
DAFTAR
PUSTAKA
Satrianegara,
M. Fais. 2009. Buku Ajar Organisasi Dan Manajemen Pelayanan Kesehatan Serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Tjiptono,
F. dan Diana,A. 1998. Total Quality Management. Yogyakarta: Andi Offset.
Muninjaya, Gde, A. 2001. Manajemen
Kesehatan. EGC : Jakarta.
Mubarak, ikbal, wahid, SKM dan Chayatin,
Nurul. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Salemba Medika
Koentjoro, Tjahjono. 2007. Regulasi
Kesehatan di Indonesia. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Rachmad, habib. 2005. Pembangunan
Kesehatan di Indonesia. Jakarta: Gajah mada Press.
Pohan, Imbalo, S. 2002. Jaminan Mutu
Layanan Kesehatan. Jakarta: EGC.
Vincent G. 2005. Total Quality
Management, Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Sallis E. 2008. Total Quality
Management, Jakarta: Gramedia.