BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
SDKI,
yang dihelat lima tahun sekali sejak tahun 1987, ditujukan untuk mengumpulkan
data mengenai kependudukan, keluarga berencana, dan kesehatan. Survei ini
terselenggara atas kerjasama Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dan Kementerian Kesehatan. Dari survei
ini diperoleh estimasi atau perkiraan indikator-indikator utama kependudukan
dan kesehatan, misalnya, Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB). Pada Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007, angka kematian ibu
228 per 100.000 kelahiran hidup. Survei yang sama tahun 2012 menunjukkan 359
per 100.000 kelahiran hidup. Hasil survei itu diluncurkan dalam Temu Nasional
Program Kependudukan dan Keluarga Berencana dalam rangka Hari Kontrasepsi
Sedunia 2013, di Jakarta, Rabu 25 september. Survei dilaksanakan Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Badan Pusat Statistik
(BPS) per empat tahun. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI), angka kematian ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup menurun secara
bertahap, dari 390 (1991) menjadi 334 (1997), 307 (2003), dan 228 (2007). Tahun
2012 untuk pertama kalinya AKI melonjak. Diketahui, pada 2012, AKI mencapai 359
per 100 ribu penduduk atau meningkat sekitar 57 persen bila dibandingkan dengan
kondisi pada 2007, yang hanya sebesar 228 per 100 ribu penduduk.
Menurut depkes pada tahun 2010,
penyebab langsung kematian maternal di Indonesia terkait kehamilan dan
persalinan terutama yaitu perdarahan 28 persen. Sebab lain, yaitu eklampsi 24
persen, infeksi 11 persen, partus lama 5 persen, dan abortus 5 persen.
Faktor
penyebab kematian ibu dibagi menjadi dua yaitu, faktor penyebab langsung dan
faktor penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung kematian ibu di Indonesia
masih didominasi oleh perdarahan, eklampsia, dan infeksi. Sedangkan faktor
tidak langsung penyebab kematian ibu karena masih banyaknya kasus 3 (tiga)
Terlambat dan 4 (empat) Terlalu. Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia
adalah pendarahan 28%, eklamsi 24%, infeksi 11%, partus lama 5%, aborsi 5%, dan
lain-lain 27%, yang didalam terdapat juga penyulit pada masa kehamilan dan
penyulit pada masa persalinan (Departemen Kesehatan RI, 2010).
Persalinan
adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup
ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lahir (Mochtar
Rustam.2001)
Persalinan
adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu,
persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. (Agustini. 2002)
Proses
pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat
hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Manuaba, Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan).
Persalinan
adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke jalan lahir.
Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluarmelalui jalan
lahir.
Persalinan
adalah rangkaian peristiwa mulai dari kontraksi sampai dikeluarkannya hasil
konsepsi (janin, plasenta, ketuban dan cairan ketuban) dari uterus ke dunia
luar melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau dengan
kekuatan sendiri.
Mortalitas
dan mordibitas pada wanita bersalin adalah masalah besar di negara berkembang.
Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda
pada puncak produktifitasnya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian pada masa nifas 24 jam
pertama. Persalinan yang aman yaitu memastikan bahwa semua penolong mempunyai
pengetahuan, keterampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan
bersih, serta memberikan pelayanan nifas kepada ibu dan bayi (Saifuddin,2009).
Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk menulis tentang asuhan kepada ibu
bersalin normal.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana asuhan persalinan normal
pada Ny. H umur 18 tahun G1P0A0 hamil 40 minggu janin tunggal hidup intra uteri
preskep inpartu kala 1 fase aktif partus
normal ?
C. TUJUAN
a.
Tujuan umum:
Untuk memenuhi tugas Praktik Klinik
Kebidanan 1
b.
Tujuan khusus:
1.
Mahasiswa mampu mengkaji dan mengumpulkan data akurat
dari berbagai sumber yang berhubungan dengan kondisi pasien.
2.
Mahasiswa mampu mengidentifikasi dengan benar terhadap
masalah atau diagnosa dan kebutuhan klien berdasarkan interprestasi yang benar
atau data-data yang telah dikumpulkan.
3.
Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi.
4.
Mahasiswa mampu mengidentifikasi perlunya tindakan
segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani
bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
5.
Mahasiswa mampu merencanakan asuhan yang menyeluruh
untuk pasien berdasar masalah yang ada dan langkah-langkah sebelumnya.
6.
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan menyeluruh seperti
yang telah diuraikan pada perencanaan dan dilaksanakan secara efisien dan aman.
7.
Mahasiswa mampu mengevaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa.
D. MANFAAT
- Dapat digunakan sebagai bukti bahwa telah mengikuti Praktik Klinik Kebidanan I
- Dapat digunakan untuk mencapai target kompetensi PKK I asuhan kebidanan nifas fisiologis
- Dapat dijadikan referensi pembuatan makalah asuhan kebidanan nifas fisiologis
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN PERSALINAN
Persalinan adalah proses dimana bayi,
plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. (Asuhan Persalinan Normal,
2008)
Persalinan
dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan ( 37- 42 minggu ), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam waktu 18- 24 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin.
Persalinan adalah
proses pergerakan keluar janin, plasenta , dan membrane dari dalam rahim
melalui jalan lahir. Berbagai perubahan terjadi pada proses reproduksi wanita
dalam hitungan hari dan minggu sebelum persalinan dimulai (Bobak, 2004).
Persalinan normal
adalah persalinan lewat vagina. Pada persalinan normal, proses persalinan
diawali dengan rasa mulas dan keluarnya lendir bercampur darah dari vagina.
Rasa mulas dan nyeri (his) biasanya datang secara teratur, semakin lama semakin
kuat dan semakin nyeri, sampai anak berhasil dilahirkan. Proses kelahiran anak
diikuti oleh kelahiran ari-ari. Seringkali jalan lahir mengalami robekan
(ruptur perineum) dan butuh beberapa jahitan untuk memperbaikinya. (Paisal,
2007)
B. SEBAB-SEBAB MULAINYA PERSALINAN
a.
Teori keregangan
Otot mempunyai kemampuan meregang
dalam batas waktu tertentu. Setelah melewati batas waktu tersebut terjadi
kontraksi sehingga persalinan mulai berlangsung. Keadaan uterus yang terus
membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskhemia otot-otot uterus.
b.
Teori penurunan progesteron
Proses penuaan plasenta terjadi mulai
umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh
darah mengalami penyempitan dan buntu sehingga produksi progesteron mengalami
penurunan yang mengakibatkan otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.
Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah progesteron mencapai tingkat
penurunan tertentu.
c.
Teori oksitosin internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar
hipofise posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat
mengubah sensitivitas otot rahi, sehingga sering terjadi kontraksi braxton
hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan mengakibatkan
oksitosin meningkat sehingga persalinan dimulai.
d.
Teori prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat
sejak umur kehamilan 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Semakin tua umur
kehamilan prostaglandin meningkat sehingga dapat memicu terjadinya persalinan.
c.
Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenal
Pada kehamilan dengan anensefalus
sering terjadi keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus.
Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan.
d.
Teori berkurangnya nutrisi
Bila nutrisi pada janin berkurang
maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.
e.
Faktor lain
Tekanan pada ganglion servikale dari
fleksus frankenhauser yang terletak di belakang serviks. Bila ganglion ini
tertekan, maka kontraksi uterus dapat dibangkitkan.
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN
Pada setiap persalinan, ada 5 faktor yang harus diperhatikan, yaitu :
a)
Power
Adalah tenaga yang
mendorong keluar janin. Kekuatan yang berguna untuk mendorong keluar janin
adalah his, kontraksi otot –otot perut, kontraksi diagfragma dan aksi
ligamamnet, dengan kerja sama yang baik dan sempurma. Ada dua power yang
bekerja dalam proses persalinan. Yaitu HIS dan Tenaga mengejan ibu. HIS
merupakan kontraksi uterus karena otot-otot polos bekerja dengan baik dan
sempurna, pada saat kontraksi, otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal
dan lebih pendek. Kavum uteri lebih kecil mendorong janin dan kantong amnion ke
arah bawah rahim dan serviks. Sedangkan tenaga mengejan ibu adalah tenaga
selain HIS yang membantu pengeluaran.
b)
Passage
Merupakan faktor jalan lahir, terbagi
menjadi 2 yaitu :
1.
Bagian keras
Bagian ini terdiri dari tulang panggul (Os coxae, Os
Sacrum, Os Coccygis), dan Artikulasi (Simphisis pubis, Artikulasi sakro-iliaka,
artikulasi sakro-kosigiu). Dari tulang-tulang dasar dan artikulasi yng ada,
maka bagian keras janin dapat dinamakan Ruang panggul (Pelvis mayor dan minor),
pintu panggul (Pintu atas panggul, Ruang tengah panggul, Pintu bawah panggul,
dan ruang panggul yang sebenarnya yaitu antara inlet dan outlet), Sumbu panggul
(merupakan garis yang menghubungkan titik-titik tengah ruang panggul yang
melengkung ke depan), Bidang –bidang (Hogde I, Hodge II, Hodge III, den Hodge
IV).
Jenis- jenis panggul menurut Caldwell & Moloy,
1993 adalah Ginegoid yang bulat 45%, Android panggul pria 15%, Antroid Lonjong
seperti telur 35%, Platipeloid pica menyempit arah muka belakang 5 %.
2.
Bagian lunak
Jalan lunak yang
berpegaruh dalam persalinan adalah SBR, Serviks Utreri, dan vagina. Diamping
itu otot –otot, jaringan ikat, dan ligament yang menyokong alat-alat urogenital
juga sangat berperan penting dalam persalinan.
c)
Passanger
Faktor yang juga
sangat mempengaruhi persalinan adalah faktor janin. Meliputi sikap janin, letak
janin, dan bagian terendah. Sikap janin menunjukkan hubungan bagian –bagian
janin dengan sumbu tubuh janin, misalnya bagaimana sikap fleksi kepala, kaki,
dan lengan. Letak janin dilihat berdasarkan hubungan sumbu tubuh janin
dibandingkan dengan sumbu tubuh ibu. Ini berarti seorang janin dapat dikatakan
letak longitudinal ( preskep dan presbo), letak lintang, serta letak oblik.
Bagian terbawah adalah istilah untuk menunjukkan bagian janin apa yang paling
bawah.
d)
Psikis Ibu
Psikis ibu dalam
persalinan akan sangat mempengaruhi daya kerja otot –otot yang dibutuhkan dalam
persalinan baik itu yang otonom maupun yang sadar. Jika seorang ibu menghadapi
persalinan dengan rasa tenang dan sabar, maka persalinan akan terasa mudah
untuk ibu tersebut. Namun jika ia merasa tidak ingin ada kehamilan dan
persalinan, maka hal ini akan menghambat proses persalinan.
e)
Penolong
Dalam persalinan,
ibu tidak mengerti apa yang dinamakan dorongan ingin mengejan asli atau yang
palsu. Untuk itu, seorang mitra yang dapat membantunya mengenali tanda gejala
persalinan sangat dibutuhkan. Tenaga ibu akan menjadi sia-sia jika saat untuk
mengejan yang ibu lakukan tidak tepat.
D. TAHAPAN PERSALINAN
1)
Kala I
Kala I disebut
juga kala pembukaan dimana serviks membuka dari 0 cm sampai pembukaan lengkap
(10cm). Proses ini berlangsung kurang lebih 18- 24 jam, yang terbagi dalam 2
fase, yaitu:
a.
Fase Laten
1)
Dimulai sejak awal kontraksi, yang menyebabkan
penipisan, dan pembukaan serviks secara bertahap.
2)
Berlangsung hingga serviks membuka 3 cm.
3)
Pada umunya, fase laten berlangsung hamper 8 jam.
b.
Fase aktif, dibagi dalam 3 fase, yakni :
1)
Fase Akselerasi (fase percepatan)
Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm
menjadi 4 cm.
2)
Fase Dilatasi Maksimal
Dalam waktu 2 jam pembukaan serviks
berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
3)
Fase Deselerasi (fase kurangnya kecepatan)
Pembukaan serviks menjadi lambat,
dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap atau 10 cm.
Pada primi, berlangsung selama 12-13
jam dan pada multigravida sekitar 7-8 jam. Kecepatan pembukaan serviks 1 cm per
jam (nullipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).
Mekanisme
membukanya serviks berbeda antara primigravida dan multigravida, pada
primigravida ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu sehingga serviks
akan mendatar dan menipis, baru kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada
multigravida ostium uteri eksternum serta penipisan dan pendataran serviks
terjadi dalam saat yang sama (sarwono, 1999)
Tanda dan gejala inpartu :
a.
Penipisan pembukaan serviks
b.
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit)
c.
Cairan lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina.
Proses persalinan pada kala I :
1.
Dimulai pada waktu serviks membuka karena his:
kontraksi uterus yang teratur, makin sering, makin nyeri, disertai pengeluaran
darah-lendir (tidak lebih banyak dari darah haid).
2.
Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap
(pada periksaan dalam bibir porsio tidak dapat diraba lagi) dan selaput ketuban
biasanya pecah pada akhir kala I.
3.
Lamanya tergantung paritas ibu : primigravida ± 12 jam,
multigravida ± 7 jam.
4.
Mekanisme pembukaan serviks adalah sebagai berikut :
kontraksi segmen atas uterus dan retraksi (regangan) segmen bawah uterus yang
mengakibatkan pembukaan serviks. Akhirnya segmen bawah uterus makin menipis,
dan segmen atas uterus (korpus) makin menebal.
Pada primigravida retraksi (regangan - penipisan)
mendahului pembukaan serviks, sedangkan pada multigravida berlangsung
bersama-sama. Inilah yang menentukan lamanya kala I, kecepatan pembukaan pada
sepertiga pertama lambat, dan pada dua per tiga kedua cepat hingga pembukaan
lengkap 10 cm.
5.
His
Frekuensi : 1 kali/10 menit pada permulaan persalinan,
2-3 kali/10 menit pada akhir kala I. Lamanya: kurang lebih satu menit.
Nyerinya: berasal dari regangan seviks yang membuka. Terjadi kalau tekanan
intrauterine melebihi 20 mmHg. Biasanya dimulai dari tulang belakang yang
menjalar ke depan. Kontraksi uterus dimulai pada tempat kira-kira batas tuba
dengan uterus. Akibatnya terhadap janin : setiap kontraksi dapat menghambat
aliran darah dari plasenta ke janin. Apabila tekanannya melebihi 75 mmHg akan
menyumbat aliran darah sama sekali. Kalau his terlampau kuat, terlampau lama,
atau terlampau sering dapat menimbulkan gawat janin.
6.
Darah lendir
Darah lendir bercampur lendir yang keluar dari uterus
akibat pergeseran selaput ketuban dengan dinding uterus pada waktu pembukaan
serviks.
2)
Kala II ( Pengeluaran )
Dimulai dari
pembukaan lengkap ( 10 cm ) sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung 2 jam
pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Pada kala ini his menjadi lebih
kuat dan teratur kurang lebih 2-3 menit sekali. Ibu mulai merasakan adanya
tekanan pada anus sehingga timbul perasaan ingin mengedan. Kemudian perineum
mulai menonjol dan vulva mulai membuka. Dengan kekuatan his dan mengedan yang
maksimal maka bayi dapat dilahirkan.
Tanda dan gejala
kala II persalinan :
a.
Ibu merasakan ingin meneran bersamaan adanya kontraksi.
b.
Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum
dan atau vaginanya.
c.
Perineum terlihat menonjol.
d.
Vulva, vagina dan sfingter ani terlihat membuka.
e.
Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
f.
Selaput ketuban pecah.
Proses persalinan kala II :
1.
Dimulainya hanya dapat diketahui dengan periksa dalam,
dengan menemukan serviks yang membuka lengkap (pembukaan lengkap 10 cm).
2.
Berakhir dengan lahirnya janin.
3.
Lamanya pada primigravida paling lama 2 jam, multipara
paling lama 1 jam.
4.
Mengejan
Disebab oleh turunnya kepala yang
menekan rectum. Berakibat meningkatnya tekanan intra abdominal yang memperkuat
kontraksi uterus. Jangan dibiarkan apabila serviks belum membuka lengkap atau
dilakukan di luar his, karena regangan yang berlebihan pada ligamentum serviks
lateralis dapat menimbulkan prolapsus uteri (turun peranakan) di kemudian hari.
5.
Perineum yang menggembung.
Terjadi pada waktu kepala janin
mencapai introitus vagina. Bertambah gembung pada setiap kontraksi uterus, yang
dapat mengakibatkan robekan perineum, kecuali bila dilakukan episotomi.
6.
Kepala mulai tampak diantara labia minora (crowning).
7.
Mekanisme persalinan :
a.
Turunnya kepala
Dibagi menjadi 2, yaitu masuknya
kepala ke dalam pintu atas panggul dan majunya kepala. Pembagian ini terutama
bagi primigravida :
a.
Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul
1.
Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul pada
primigravida sudah terjadi bulan terakhir dari kehamilan tetapi pada multigravida
biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan.
2.
Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya
dengan sutura sagitalis, melintang dan dengan fleksi yang ringan.
3.
Masuknya sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah
jalan lahir, ialah tepat diantara symphysis dan promotorium, maka dikatakan
kepala dalam “synclitismus” pada syclitismus os parietale depan dan belakang
sama tingginya.
4.
Jika sutura agak ke depan mendekati symphysis atau agak
ke belakang mendekati promotorium disebut asynclitismus.
b.
Asynclitismus posterior
Sutura sagitalis mendekati symphysis
dan os parietale belakang lebih rendah dari os parietale depan.
c.
Asynclitismus anterior
Sutura sagitalis mendekati
promotorium sehingga os parietale depan lebih rendah dari os parietale belakang.
Pada pintu atas panggul biasanya kepala dalam asynclitismus posterior yang
ringan.
d.
Majunya kepala
Pada primigravida terjadi setelah
kepala masuk ke dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II. Pada
multigravida sebaliknya majunya kepala dan masuknya kepala dalam rongga panggul
terjadi bersamaan.
Yang menyebabkan majunya kepala :
a.
Tekanan cairan intrauterine
b.
Tekanan langsung oleh fundus pada bokong
c.
Kekuatan mengejan
d.
Melurusnya badan anak oleh perubahan bentuk rahim
b.
Fleksi
Dengan majunya
kepala, fleksi bertambah hingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun
besar keuntungan dari bertambahnya fleksi ialah ukuran kepala yang lebih kecil
melalui jalan lahir (diameter suboccipito bregmantika 9,5 cm menggantikan
diameter suboccipito frontalis 11,5 cm). Fleksi disebabkan karena anak didorong
maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari pinggir pintu atas panggul, serviks,
dinding panggul atau dasar panggul. Akibat dari kekuatan ini terjadinya fleksi
karena moment yang menimbulkan fleksi lebih besar dari moment yang menimbulkan
defleksi.
c.
Putaran paksi dalam
Pada presentasi
belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian
inilah yang akan memutar ke depan ke bawah symphysis. Putaran paksi dalam
mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena putaran paksi merupakan suatu usaha
untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk
bidang tengah dan pintu bawah panggul. Putaran paksi dalam tidak tersendiri,
tetapi selalu kepala sampai hodge III, kadang-kadng baru setelah kepala sampai
di dasar panggul. Sebab-sebab putaran paksi dalam :
a.
Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan
bagian terendah ari kepala
b.
Bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang
paling sedikit terapat sebelah depan atas dimana terdapat haitus genitalis
anatar muskulus levator ani kiri dan kanan
c.
Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah
diameter anteroposterior.
d.
Ekstensi
Setelah putaran
paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul, terjadilah ekstesni atau defleksi
dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah
panggul mengarah ke depan dan atas, sehingga kepala harus mengadakan ekstensi
untuk melaluinya.
Kepala bekerja 2
kekuatan, yang satu mendesaknya ke bawh dan satunya disebabkan tahanan dasar
panggul yang menolaknya ke atas. Resultantenya ialah kekuatan ke arah ke depan
atas. Setelah subocciput tertahan pada pinggir bawah symphysis maka dapat maju
karena kekuatan tersebut di atas bagian yang berhadapan dengan subocciput, maka
lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar, dahi,
hidung dan mulut dan akhirnya dagu dengan gerakkan ekstensi. Subocciput yang
menjadi pusta pemutaran disebut hypomoclion.
e.
Putaran paksi luar
Setelah kepala
lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah punggung anak untuk
menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam.
Gerakkan ini disebut putaran restitusi. Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga
belakang kepala berhadapan dengan tuber ischiadicum. Gerakkan yang terakhir ini
adalah putaran paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu,
menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul
f.
Ekspulsi
Setelah putaran
paksi luar bahu depan sampai di bawah symphysis dan menjadi hypomoclion untuk
kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh
badan anak akhir searah dengan paksi jalan lahir.
3)
Kala III ( Pelepasan Uri )
Dimulai segera
setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari
30 menit. Setelah bayi lahir, uterus teraba keras. Beberapa menit kemudian
uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Fisiologi
Persalinan Kala Tiga.
Pada kala tiga
persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume
rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat perleketan placenta. Karena tempat perleketan
menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran placenta tidak berubah maka placenta
akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas,
placenta akan turun bagian bawah uterus atau kedalam vagina. Tanda-tanda
lepasnya placenta mencakup beberapa atau semua hal-hal dibawah ini:
1.
Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan
sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi
fundus biasanya dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan placenta
terdorong kebawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau
alpukat dan fundus berada diatas pusat (seringkali mengarah kesisi kanan).
2.
Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihar menjulur
keluar melalui vulva (tanda Ahveld).
3.
Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang
terkumpul dibelakang placenta akan membantu mendorong placenta keluar dan
dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplacenta pooling)
dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan dalam placenta melebihi
kapasitas tampungnya maka darah tersumbur keluar dari tepi placenta yang
terlepas.
Manajemen Aktif Kala Tiga
a.
Keuntungan-keuntungan manjemen aktif kala tiga :
1.
Persalinan kala tiga yang lebih singkat
2.
Mengurangi jumlah kehilangan darah
3.
Mengurangi kejadian retensio palcenta
4.
Menghasilkan kontraksi uterus yang lebih baik
b.
Manajemen Aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah
utama:
1.
Pemberian suntikan oksitoksin dalam 1 menit pertama
setelah bayi lahir
2.
Melakukan penegangan tali pusat terkendali
3.
Masase fundus uteri
Pemberian Suntikan Oksitoksin
1.
Serahkan bayi yang telah terbungkus kain pada ibu untuk
diberi ASI
2.
Letakkan kain bersih diatas perut ibu
3.
Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang
lain.
4.
Beritahu ibu bahwa ia akan disuntikan
5.
Segera(dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir)
suntikan oksitoksin 10 unit IM pada 1/3 bagian atas paha bagian luar (aspektus
lateralis).
Jika
oksitoksin tidak tersedia, minta ibu untuk melakukan stimulasi putting susu
atau menganjurkan ibu untuk menyusukan dengan segera. Ini akan menyebabkan
pelepasan oksitoksin secara alamiah. Jika peraturan/patograf kesehatan
memungkinkan, dapat diberikan misoprostol 600 mcg (oral/sublingual).sebagai
pengganti oksitoksin. Penegangan Tali Pusat Terkendali :
1.
Berdiri disamping ibu
2.
Pindahkan klem (penjepit untuk memotong tali pusat saat
kala dua) pada tali pusat sekitar 5-20 cm dari vulva.
3.
Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan
kain) tepat diatas simfisis pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi
uterus dan menahan uterus pada saat melakukan penegangan pada tali pusat.
Setelah terjadi kontraksi yang kuat, tegangkan tali pusat dengan satu tangan
dan tangan yang lain (pada dinding abdomen) menekan uterus ke arah lumbal dan
kepala ibu (dorso kranial). Lakukan secara hati-hati untuk mencegah terjadi
inversio uteri.
4.
Bila placenta belum lepas, tunggu hingga uterus
berkontraksi kembali (sekitar dua atau tiga menit berselang) untuk mengulangi
kembali penegangan tali pusat terkendali.
5.
Saat mulai kontraksi (uteus menjadi bulat atau tali
pusat menjulur) tegangkan tali pusat ke arah bawah, lakukan tekanan dorso
kranial hingga tali pusat makin menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas yang
menandakan placenta telah lepas dan dapat dilahirkan.
6.
Tetapi jika langkah 5 diatas tidak berjalan
sebagaimanan mestinya dan placenta tidak turun setelah 30-40 detik di mulainya
penegangan tali pusat dan tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan lepasnya
placenta, jangan teruskan tali pusat.
7.
Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu
sampai kontraksi berikutnya. Jika perlu, pindahkan klem lebih dekat ke perineum
pada saat tali pusat memanjang. Pertahankan kesabaran pada saat melahirkan
placenta.
8.
Pada saat kontraksi berikutnya terjadi, ulangi
penegangan tali pusat terkendali dan tekanan dorso kranial pada korpus uteri
secara serntak. Ikuti langkah-langkah tersebut pada setiap kontraksi hingga
terasa placenta terlepas dari dinding uterus.
9.
Setelah placenta terlepas, anjurkan ibu untuk meneran
agar placenta terdorong keluar melalui introitus vagina. Tetap tegangkan tali
pusat dengan arah sejajar lantai (mengikuti poros jalan lahir).
10. Pada
saat placenta terlihar di introitus vagina, lahirkan placenta dengan mengankat
tali pusat ke atas dan menopang placenta dengan tangan lainnya untuk meletakkan
dalam wadah penampung. Karena selaput ketuban mudah robek, pegang placenta
dengan kedua tangan dan secara lembut putas placenta hingga selaput ketuban
terpilin menjadi satu.
11. Lakukan
penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput ketuban.
12. Jika
selaput ketuban robek dan tertinggal di jalan lahir saat melahirkan placenta,
dengan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksama. Gunakan jari-jari
tangan anda atau klem DTT atau steril atau forcep untuk keluarkan selaput
ketuban yang teraba.
Jika placenta belum lahir dalam waktu 15 menit,
berikan oksitoksin 10 menit IM dosisi kedua. Periksa kandung kemih jika penuh
gunakan teknik aseptik untuk memasukkan kateter nelaton disinfeksi tingkat
tinggi atau steril untuk mengosongkan kandung kemih. Ulangi kembali penengangan
tali pusat dan tekanan dorso kranial seperti yang di uraikan di atas. Nasehati
keluarga bahwa rujukan mungkin diperlukan jika placenta belum lahir setelah
waktu 30 menit. Pada menit ke 30 coba lagi melahirkan placenta dengan melakukan
penegangan tali pusat untuk terakhir kalinya jika placenta tetap tidak lahir
rujuk segera. Ingat apabila placenta tidak lahir setelah 30 menit, jangan
mencoba untuk melepaskan dan segera lakukan rujukan.
Masase fundus uteri, Segera stelah plasenta lahir,
lakukan masase fundus uterus
1.
Letakkan telapak tangan pada fundus uteri.
2.
Jelaskan tindakan kepada ibu, katakan bahwa ibu mungkin
merasa agak tidak nyaman karena tindakan yang diberikan. Anjurkan ibu untuk
enarik nafas dalam dan perlahan serta rileks.
3.
Dengan lembut tapi mantap gerakkan tangan dengan arah
memutar pada fundus uteri supaya uterus berkontraksi. Jika uterus tidak
berkontraksi dalam waktu 15 detik, lakukan penatalaksaaan atonia uteri.
4.
Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan
keduanya lengkap dan utuh :
a.
Periksa plasenta sisi maternal (yang melekat pada
dinding uterus) untuk memastikan bahwa semuanya lengkap dan utuh (tidak ada
bagian yang hilang)
b.
Pasangkan bagian-bagian plassenta yang robek atau
terpisah untuk memastikan tidak ada bagian yang hilang
c.
Pasangkan bagian-bagian sisi foetal (yang menghadap
bayi) untuk memastikan tidak ada bagian yang hilang
d.
Evaluasi selaput untuk memastikan kelengkapannya
5.
Periksa uterus setelah satu hingga dua menit untuk
memastikan uterus berkontraksi. Jika uterus masih belum berkontraksi baik,
ulangi masase fundus uteri. Ajarkan ibu dan keluarganya cara melakukan masase
uterus sehingga mampu untuk segera mengetahui jika uterus tidak berkontraksi
baik.
6.
Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu
jam pertama pasca persalinan dan 30 menit selama satu jam kedua pasca
persalinan.
4)
Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam
pertama post partum. Observasi yang harus dilakukan pada kala ini adalah
tingkat kesadaran, tanda-tanda vital, kontraksi uterus dan perdarahan. Setelah
plasenta lahir :
a.
Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk
merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat.
b.
Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan
secara melintang dengan pusat sebagai patokan. Umumnya tinggi fundus uteri
setinggi atau beberapa jari di bawah pusat.
c.
Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
d.
Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan ( laserasi
atau episiotomi ) pada perineum.
e.
Evaluasi keadaan umum ibu.
f.
Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama
persalinan kala empat di bagian belakang partograf, segera setelah asuhan
diberikan atau setelah penilaian dilakukan.
E. MEMPERKIRAKAN KEHILANGAN DARAH
Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan
melihat volume darah yang terkumpul dan memperkirakan berapa banyak botol 500ml
dapat menampung semua darah tersebut. Jika darah bias mengisi dua botol, ibu
telah kehilangan 1 liter darah. Jika darah bisa mengisi setengah botol, ibu
kehilangan 250ml darah. Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salah satu cara
untuk menilai kondisi ibu. Cara tidak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan
darah adalah melalui penampakan gejala dan tekanan darah. Apabila perdarahan
menyebabkan ibu lemas, pusing, dan kesadaran menurun serta tekanan darah
sistolik turun lebih dari 10mmHg dari kondisi sebelumnya maka telah terjadi
perdarahan lebih dari 500ml. Bila ibu mengalami syok hipovolemik maka ibu telah
kehilangan darah 50% dari total jumlah darah ibu (2000-2500ml).Penting untuk
selalu memantau keadaan umum dan menilai jumlah kehilangan darah ibu selama
kala empat melalui tanda vital, jumlah darah yang keluar dan kontraksi
uterus.Memeriksa Perdarahan dari Perineum. Perhatikan dan temukan penyebab
perdarahan dari laserasi atau robekan perineum dan vagina. Nilai perluasan
laserasi perineum.
1.
Derajat I
a.
Mukosa vagina
b.
Komisura posterior
c.
Kulit perineum
d.
Tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan
aposisi luka baik
2.
Derajat II
a.
Mukosa vagina
b.
Komisura posterior
c.
Kulit perineum
d.
Otot perineum
e.
Perlu dijahit
3.
Derajat III
a.
Mukosa vagina
b.
Komisura posterior
c.
Kulit perineum
d.
Otot perineum
e.
Otot sfingter ani
f.
Segera rujuk ke fasilitas rujukan
4.
Derajat IV
a.
Mukosa vagina
b.
Komisura posterior
c.
Kulit perineum
d.
Perineum
e.
Otot sfingter ani
f.
Dinding depan rectum
g.
rujuk ke
fasilitas rujukan.
F. Pencegahan Infeksi
Setelah persalinan, dekontaminasi alat plastic, tempat tidur
dan matras dengan larutan klorin 0,5% kemudian cuci dengan deterjen dan bilas
dengan air bersih. Jika sudah bersih keringkan dengan kain bersih supaya ibu
tidak berbaring diatas matras yang basah. Dekontaminasi linen yang digunakan
selama persalinan dalam larutanklorin 0,5% dan kemudian cuci segera dengan air
dan deterjen.
G. Pemantauan Keadaan Umum Ibu
Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu yang
disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan terjadi selama 4 jam pertama
setelah kelahiran bayi. Karena alasan ini sangatlah penting untuk memantau ibu
secara ketat segera setelah persalinan. Jika tanda-tanda vital dan kontraksi
uterus masih dalam batas normal selama 2 jam pertama pasca persalinan, mungkin
ibu tidak akan mengalami perdarahan pasca persalinan.Selama 2 jam pertama pasca
persalinan :
1.
Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung
kemih, dan darah yang keluar setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30
menit selama 1 jam kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak normal,
tingkatkan frekuensi observasi dan penilaian kondisi ibu.
2.
Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi
baik setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit selama 1 jam
kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi observasi
dan penilaian kondisi ibu.
3.
Pantau temperature tubuh setiap jam selama 2 jam
pertama pasca persalinan. Jika meningkat, pantau dan tatalaksana sesuai dengan
apa yang diperlukan.
4.
Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15
menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua kala empat.
5.
Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi
uterus dan jumlah darah yang keluar dan bagaimana melakukan masase jika uterus
menjadi lembek.
6.
Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan
dan bantu ibu untuk mengenakan baju atau sarung yang bersih dan kering, atur
posisi ibu agar nyaman, duduk bersandarkan bantal atau berbaring miring. Jaga
agar bayi tetap diselimuti dengan baik, bagian kepala tertutup baik, kemudian
berikan bayi ke ibu dan anjurkan untuk dipeluk dan diberi ASI.
Jangan gunakan kain pembebat perut selama 2 jam pertama pasca
persalinan atau hingga kondisi ibu sudah stabil. Kain pembebat perut
menyulitkan penolong untuk menilai kontraksi uterus secara memadai. Jika
kandung kemih penuh, bantu ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya dan anjurkan
untuk mengosongkan setiap kali diperlukan. Ingatkan ibu bahwa keinginan untuk
berkemih mungkin berbeda setelah dia melahirkan bayinya. Jika ibu tidak dapat
berkemih, bantu ibu dengan cara menyiram air bersih dan hangat ke perineumnya.
Berikan privasi atau masukan jari-jari ibu kedalam air hangat untuk merangsang
keinginan berkemih secara spontan.
Jika setelah berbagai upaya tersebut, ibu tidak dapat
berkemih secara spontan, mungkin perlu dilakukan kateterisasi. Jika kandung
kemih penuh atau dapat dipalpasi, gunakan teknik aseptic saat memasukkan
kateter nelaton DTT atau steril untuk mengosongkan kandung kemih. Setelah
kandung kemih dikosongkan, lakukan masase pada fundus agar uterus berkontraksi
dengan baik.
Sebelum meninggalkan ibu, pastikan bahwa ia dapat berkemih sendiri
dan keluarganya mengetahui bagaimana menilai kontraksi dan jumlah darah yang
keluar. Ajarkan pada mereka bagaimana mencari pertolongan jika ada tanda-tanda
bahaya seperti :
1.
Demam
2.
Perdarahan aktif
3.
Keluar banyak bekuan darah
4.
Bau busuk dari vagina
5.
Pusing
6.
Lemas luar biasa
7.
Penyulit dalam menyusukan bayinya
8.
Nyeri pinggul atau abdomen yang lebih hebat dari nyeri
kontraksi biasa.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN
KEBIDANAN PERSALINAN
PADA
NY. H UMUR 18 TAHUN GIP0A0 HAMIL 40 MINGGU JANIN TUNGGAL HIDUP INTRA
UTERI PRESKEP INPARTU KALA 1 FASE AKTIF
PARTUS NORMAL
I. PENGKAJIAN
Identitas/
Biodata
Nomor RM : 536447
Nama Ibu : Ny. H Nama Suami :
Tn. A
Umur : 18 Tahun :23 Tahun
Pendidikan : SD
: SMP
Pekerjaan/
Penghasilan : IRT : Swasta/Rp.1000.000
Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia : Jawa/Indonesia
Agama : Islam : Islam
Alamat : Jinggotan 2/5, Kembang
Anamnesa pada tanggal 23 Januari 2015 pukul 07.00
WIB
1.
Keluhan Utama :
Ibu mengeluh perutnya kencang-
kencang sejak jam 03.00 WIB
dan mengeluarkan lendir darah.
2.
Tanda-tanda
persalinan :
a.
Kontraksi
: ada sejak tanggal: 23 Januari 2015 pukul: 03.00 WIB
3.
Pengeluaran
pervaginam :
a.
Darah : Tidak ada
b.
Air
ketuban : Tidak ada
c.
Lendir
darah : ada
4.
Riwayat menstruasi :
a.
Menarche
umur : 14 tahun
b.
Lama
haid : 7 hari
c.
Siklus : 28 hari
d.
Warna : merah
e.
Jumlah
: 3x ganti pembalut
f.
Keluhan : tidak ada
5.
Riwayat Perkawinan :
a.
Status
perkawinan : Sah
b.
Umur
waktu nikah : 17 tahun
c.
Lama : 1 tahun
d.
Perkawinan ke : 1 (pertama)
e.
Jumlah anak : -
6.
Riwayat Kesehatan :
a.
Riwayat kesehatan sekarang :
Ibu mengeluh perutnya kencang- kencang sejak jam 03.00 WIB dan mengeluarkan lendir darah.
Saat ini ibu tidak sesak
nafas, tidak berdebar-debar dan tidak batuk berkepanjangan, dan tidak pernah
merasakan nyeri pada perut bagian bawah, tidak pernah mengeluarkan keputihan
gatal dan berbau.
b.
Riwayat kesehatan yang lalu :
Ibu tidak pernah mempunyai penyakit hipertensi, dada berdebar-debar
tanpa sebab, batuk berkepanjangan, sesak nafas.
c.
Riwayat kesehatan keluarga :
Keturunan kembar :
tidak ada keturunan kembar
Penyakit menular/keturunan : keluarga Ny.H dan suami tidak pernah mempunyai penyakit hipertensi,
dada berdebar-debar tanpa sebab, batuk berkepanjangan, sesak nafas.
7.
Riwayat Kehamilan Sekarang :
a.
HPHT : 16-4-2014
b.
HPL : 23-1-2015
c.
Haid
bulan sebelumnya : Maret 2014 lamanya : 7 hari
d.
Siklus
:28 hari
e.
ANC : teratur, frekuensi >6 kali di bidan
f.
Imunisasi TT : 2 kali di bidan
g.
Keluhan
selama hamil :
TM I : mual,
muntah
TM II : tidak ada keluhan
TM
III : sering
kencing
h.
Pergerakan
janin pertama : saat usiakehamilan 16 minggu
i.
Pergerakan
janin terakhir : saat ini bayi masih bergerak (menendang-nendang)
8.
Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu :
No
|
Hamil Ke
|
Penyulit/
komplikasi
|
Tgl lahir/ Umur Anak
|
Jenis Kelamin Anak
|
Jenis Persalinan
|
Penyulit / komplikasi
|
Penolong
|
PB/ BB lahir
|
Keadaan Anak
|
Nifas
|
1
|
Hamil
ini
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
9.
Riwayat
Ginokologi :
Ibu tidak menderita kanker servik mioma dan tidak pernah operasi
10.
Riwayat KB :
Jenis/ Sejak
|
Lama penggunaan
|
Keluhan
|
Alasan
berhenti
|
-
|
-
|
-
|
-
|
11.
Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari :
Kebutuhan
|
Selama dirumah
|
Selama di RS
|
Keluhan
|
Nutrisi :
§
Makan
§
Minum
|
4x/hari porsi sedang, sayur
& lauk (bayam, ikan, telur,dll)
8x hari gelas air putih
& 1 gelas teh
|
2x porsi sedang, sayur,
lauk (sayur sop, daging)
Air putih 1
gelas dan teh manis 1 gelas
|
Tidak ada
|
Eliminasi :
§
BAK
§
BAB
|
4-5x/hari, bau khas
2-3x/hari, konsistensi
lembek, bau khas
|
5-6 sehari,
bau khas
1x/hari,
konsistensi lembek, bau khas
|
Tidak ada
Tidak ada
|
Istirahat
|
Tidur siang ±
1 jam, tidur malam ± 7 jam/hari
|
Tidur tidak
nyenyak karena merasakan kenceng-kenceng semakin lama semakin sering dan rasa
ingin buang air kecil terus
|
Perut
bertambah kenceng
|
Aktifitas
|
Jarang
melakukan aktifitas jalan- jalan, nyuci, nyapu
,bersih-bersih
|
Berbaring di
tempat tidur
|
Tidur tidak nyenyak
|
12.
Data Sosial – Budaya :
a.
Hewan peliharaan
: Ayam
b.
Lingkungan :
bersih dan nyaman, hubungan dengan keluarga dan suami
harmonis.
c.
Penerimaan
keluarga terhadap kehamilan : keluarga merasa senang dengan kehamilan ini.
d.
Adat istiadat : Mitoni.
13. Pengetahuan ibu tentang persalinan: Ibu
sudah pernah mendapatkan informasi tentang tanda-tanda persalinan dari orang
tuanya yaitu apabila sudah kenceng-kenceng berarti sudah waktunya mau
melahirkan.
II. PEMERIKSAAN
- Pemeriksaan umum
a.
Keadaan Umum : Baik
b.
Kesadaran :
Composmentis
c.
Status emosional : Stabil
d.
Tanda vital
1)
Tensi : 100/60mmHg BB
sebelum hamil : 47 kg
2)
Nadi : 88x/menit BB
saat hamil : 58 kg
3)
RR :
20x/ menit
TB : 150 cm
4)
Suhu :
36,5ºC LILA
: 25 cm
e.
Status present
5)
Kepala
a)
Rambut : Bersih , tidak rontok
b)
Muka :
Tidak oedema dan tidak pucat
c)
Mata : Conjungtiva:Merah sklera: putih
d)
Hidung :
Tidak ada polip, dan tidak ada
serumen
e)
Telinga : Tidak ada serumen
f)
Mulut : Tidak ada sariawan, gigi tidak berlubang, gusi
tidak berdarrah
6)
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
7)
Dada : Simetris, tidak ada retaksi dinding dada
8)
Mammae : Simetris, tidak ada benjolan
9)
Perut : Tidak ada bekas operasi,tidak ada pembesaran
hepar , tidak ada nyeri tekan nyeri tekanan epigastrik
10)
Genetalia : tidak ada oedema,tidak ada varises
11)
Ekstremitas
a)
Atas : Tidak ada oedema dan tidak ada varises
b)
Bawah : Tidak ada oedema dan tidak ada
varises
- Pemeriksaan Obstetri
a.
Inspeksi :
§
Wajah/muka : Tidak ada claosma gravidarum, tidak ada oedema
§
Mammae : hiperpigmentasi, areola mamae, puting susu menonjol
b.
Abdomen : Membesar sesuai kehamilan, tidak ada striae gravidarum, terlihat ada
lineanigra
c.
Palpasi
:
§
Leopold
I : TFU 30 cm pertengahan pusat dengan prosesus xifeudeus, bagian fundus teraba lunak tidak melenting
§
Leopold
II : Pada bagian perut ibu sebelah kiri teraba
tahanan keras memanjang dan bagian kanan teraba bagian kecil-kecil janin
§
Leopold
III : Bagian
terbawah janin teraba bulat keras ,melenting
tidak bisa digoyang
§
Leopold
IV : Bagian terbawah janin sudah masuk PAP
d.
Aukultasi
DJJ :
frekuensi : 138
kali/menit
:
irama : teratur
e.
Kontraksi
uterus (His)
§ Lama : 45 detik
§ Frekuensi : 5x dalam 10 menit
§ Sifat : menetap
f.
Perkusi
(refleks patella) : +/+
g.
Periksa
Dalam
§ V/U/V : tidak ada oedema, tidak ada
varises
§ Pembukaan :8 cm
§ Effacement : 80 %
§ KK : masih utuh
§ Penurunan :
Hodge III+
§ Presentasi : Kepala
§ POD : UUK
3. Pemeriksaan Penunjang/ laboratorium
a. Protein Urine : -
b. Urine Reduksi : -
c. HB : 11 gram %
d. USG :
Janin cacat (anancephalus)
RENCANA TINDAKAN KALA I
Hari, Tanggal, Jam
|
Diagnosa Kebidanan
|
Tujuan
|
Tindakan
|
Evaluasi
|
Jum’at, 23 januari 2015 Jam 07.00-09.00 WIB
|
Ny. H umur 18 tahun G1P0A0 hamil 40 minggu,
janin tunggal hidup intra uteri, punggung kiri, letak kepala, inpartu kala I
|
Dalam waktu ≤ 2 jam diharapkan :
1. Kondisi fisik normal ditandai dengan :
a. KU baik
b. TD normal : 100-130/70-80 mmHg
c. N normal : 60-90 x/menit
d. S normal : 36,5-37,5 oC
e. RR normal : 16-24 x/menit
2. Kondisi obstetri ibu normal ditandai dengan :
a. His Adekuat
1. Lama 45 detik
2. Frekuensi : 4-5 x dalam 10 menit
3. Sifat : menetap / adekuat (fundal dominan)
b.
DJJ normal :
120-160 x/menit
c.
PPV lendir darah
bertambah
d.
Tidak ada bandle
ring
e.
Ada tanda gejala
kala II dorongan meneran, tekanan anus, perinium menonjol, vulva membuka
3. Pembukaan
lengkap ditandai dengan :
a.
Pembukaan : 10 cm
b.
Effecement : 100%
c.
KK : Utuh
d.
Penurunan : H IV
e.
Presentasi : Kepala
f.
POD : UUK
4.
Terpenuhi
kebutuhan nutrisi
5.
Terpenuhi
kebutuhan eliminasi BAK
6.
Terpenuhi
kebutuhan istirahat
7.
Terpenuhi
informasi tentang posisi meneran dalam persalinan
8.
Terpenuhinya
penerimaan diri terhadap proses persalinan ditandai penurunan keggelisahan
dan ketakutan
9.
Memantau kemajuan
persalinan
|
1.
Lakukan
pemeriksaan fisik ibu meliputi KU, N, RR, S, TD
2.
Lakukan
pemeriksaan dan pemantauan obstetri ibu meliputi :
a.
His
b.
DJJ
c.
PPV
d.
Bandle ring
e.
Tanda gejala
3.
Lakukan
pemeriksaan dalam
4.
Anjurkan ibu
untuk makan dan minum jika tidak ada his
5.
Anjurkan ibu
untuk BAK bila kandung kemih penuh
6.
Anjurkan ibu
untuk tidur miring
7.
KIE posisi
meneran
8.
Hadirkan suami
dan keluarga
9.
Pantau kemajuan
persalinan dengan menggunakan partograf
|
Setelah dilakukan tindakan diharapkan :
DS :
1.
Ny. H mengerti
tentang informasi posisi meneran dalam persalinan
2. Ekspresi Ny. H gembira dengan kehadiran suami dan
keluarga
3. Ny. H makan porsi sedikit tapi sering bila tidak ada
his
4. Ny. H tidur miring ke kiri
DO :
1. Pembukaan
a.
Pembukaan : 8 cm
b.
Effecement : 80%
c.
KK : Utuh
d.
Penurunan : H
III+
e.
Presentasi :
Kepala
f.
POD : UUK
2. Kondisi fisik ibu
a.
KU baik
b.
TD : 100/60 mmHg
c.
S : 36,5 oC
d.
N : 88 x/menit
e.
RR : 20 x/menit
3.
Kondisi obstetri
ibu
a.
His : 4x dalam 10
menit lama 45 detik
b.
DJJ : 138 x/menit
c.
PPV : lendir
darah
d.
Tidak ada bandle
ring
e.
Adanya tanda dan
gejala kala II
4.
Ibu makan porsi
sedikit tapi sering saat tidak ada his
5.
Ibu minum 30 ml
|
PELAKSANAAN TINDAKAN KALA I
Hari, Tanggal, Jam
|
Diagnosa Kebidanan
|
Tindakan
|
Evaluasi tindakan
|
Paraf
|
Jum’at, 23 januari 2015 Jam 07.20 WIB
Jam
07.35 WIB
Jam
07.50 WIB
|
Ny. H umur 18 tahun G1P0A0 hamil 40 minggu,
janin tunggal hidup intra uteri, punggung kiri, letak kepala, inpartu kala I
|
1.
Melakukan pemeriksaan fisik ibu meliputi :
a.
KU
b.
TD
c.
N
d.
RR
e.
S
2.
Melakukan pemeriksaan dan pemantauan obstetri ibu
meliputi :
a.
His
b.
DJJ
c.
PPV
d.
Bandle ring
e.
Tanda gejala kala II
f.
VT (pembukaan)
3.
Pemantauan kemajuan persalinan dengan menggunakan
partograf
4.
Menganjurkan ibu untuk makan dan minum bila tidak
ada his
5.
Menganjurkan ibu untuk tidur miring ke kiri
6.
Menghadirkan suami dan keluarga
7.
KIE posisi meneran
8.
Melakukan pemeriksaan dan pemantauan obstetri ibu
meliputi :
a.
KU
b.
TD
c.
N
d.
S
e.
RR
9.
Melakukan pemeriksaan dan pemantauan obstetri ibu
meliputi :
a.
His
b.
DJJ
c.
PPV
d.
Bandle ring
e.
Tanda gejala kala II
f.
VT (pembukaan)
10.
Menganjurkan ibu untuk BAK bila kandung kemih
penuh
11.
Memantau kemajuan persalinan dengan menggunakan
partograf
|
Jam
07.30 WIB
DS
: -
DO
:
Kondisi
fisik ibu
1.
KU baik
2.
TD : 100/60 mmHg
3.
N : 88 x/menit
4.
RR : 20 x/menit
5.
S : 36,5 oC
DS
: -
DO
:
Kondisi
obstetri ibu :
a.
His 5x dalam 10 menit lama 45 detik
b.
DJJ : 138 x/menit
c.
PPV : lendir darah
d.
Tidak ada bandle ring
e.
Belum ada tanda gejala kala II
f.
VT
(pembukaan) : 8 cm
DS
:
DO
:
Hasil
pemantauan dimasukkan ke partograf
Jam
07.45 WIB
DS
: -
DO
:
-Ibu
makan porsi sedikit
-Minum
air putih 1 gelas air putih
DS
: -
DO
:
Ibu
tidur miring ke kiri dengan kaki lurus dan kaki ditekuk
DS
:
Ibu
menerima persiapan persalinan tidak gelisah dan tidak takut
DO
:
1.
Suami dan keluarga menemani ibu diruang bersalin
2.
Ekspresi Ny.H gembira dengan hadirnya suami
DS
:
DO
:
1.
Ibu dan suami mendengarkan secara aktif
2.
Ibu mampu menyebutkan macam-macam posisi meneran
dan saat ini ibu memilih posisi miring
Jam
08.00 WIB
DS
:
Ny.
H mengatakan perutnya bertambah kenceng-kenceng dan lendir darah bertambah serta ingin meneran
DO
:
a.
KU baik
b.
TD : 100/60 mmHg
c.
N : 88 x/menit
d.
S : 36,5 oC
e.
RR : 20 x/menit
DS
:-
DO
:
1.
His 5x dalam 10 menit lama 45 detik fundal dominan
2.
DJJ : 138 x/menit
3.
PPV : lendir darah bertambah banyak
4.
Tidak ada bandle ring
5.
Adanya tanda gejala kala II (adanya dorongan untuk
meneran, adanya tekanan pada anus, perinium menonjol, vulva membuka)
6.
VT (pembukaan): 10 cm
DS
: -
DO
:
1.
Ibu kencing dipispot
2.
Urin yang dikeluarkan ibu ±100 cc
DS
: -
DO
:
Hasil
pemantauan dimasukkan ke partograf
|
CATATAN PERKEMBANGAN KALA I
Hari, Tanggal, Jam
|
Diagnosa Kebidanan
|
Evaluasi
|
Paraf
|
|||
S
|
O
|
A
|
P
|
|||
Jum’at,
23 januari 2015 jam 08.00 WIB
|
Ny. H umur 18 tahun G1P0A0 hamil 40 minggu,
janin tunggal hidup intra uteri, punggung kiri, letak kepala, inpartu kala I
|
1.
Ibu mengeluh perutnya bertambah kenceng-kenceng
dan mengeluarkan lendir darah bertambah banyak
2.
Ibu menerima persiapan persalinan dan tidak
melihat gelisah serta takut
3.
Ibu mengerti cara meneran baik
4.
Ibu ingin meneran
|
1.
KU baik
2.
TD: 100/60 mmHg
3.
RR : 20 x/menit
4.
N : 88 x/menit
5.
DJJ : 138 x/menit
6.
His 5x dalam 10 menit lama 45 detik
7.
PPV : lendir darah bertambah
8.
Pemeriksaan dalam
a.
Pembukaan: 10 cm
b.
Effecement : 100%
c.
KK : utuh
d.
Penurunan : H IV
e.
Presentasi : kepala
f.
POD : UUK
|
Ny. H umur 18 tahun G1P0A0 hamil 40 minggu,
janin tunggal hidup intra uteri, punggung kiri, letak kepala, inpartu kala II
|
Lakukan
pertolongan persalinan kala II (melahirkan bayi)
|
RENCANA TINDAKAN KALA II
Hari, Tanggal, Jam
|
Diagnosa Kebidanan
|
Tujuan
|
Tindakan
|
Evaluasi
|
Jum’at,
23 januari 2015 jam 08.05 WIB
|
Ny. H umur 18 tahun G1P0A0 hamil 40 minggu,
janin tunggal hidup intra uteri, punggung kiri, letak kepala, inpartu kala II
|
Dalam
waktu ≤ 2 jam diharapkan :
1.
Kondisi fisik ibu normal ditandai dengan :
a.
KU :baik
b.
Nadi normal :80-90x/menit
2.
Kondisi obstetri ibu normal ditandai dengan :
a.
TFU
b.
His 4-5x dalam 10 menit lama 45 detik Fundal
dominan
c.
DJJ
d.
PPV
3.
Terpenuhi kebutuhan nutrisi
4.
Terpenuhi penerimaan diri terhadap proses
persalinan ditandai dengan penurunan kegelisahan dan ketakutan
5.
Terpenuhi kebutuhan posisi meneran
6.
Bayi sudah lahir normal ditandai dengan :
a.
Bayi menangis kuat
b.
Warna kulit kemerahan
c.
Gerak atau tonus otot aktif
7.
Setelah bayi lahir diharapkan kondisi fisik ibu
normal ditandai dengan
a.
KU baik
b.
TD : 100-130/70-80 mmHg
c.
N : 60 – 90 x/menit
d.
S : 36 oC – 37,5oC
e.
RR: 16-24x/menit
8.
Setelah bayi lahir diharapkan kondisi obstetri ibu
normal ditandai :
a.
His kuat
b.
TFU setinggi pusat
c.
PPV: ≤100 ml
|
1.
Lakukan
pemeriksaan fisik KU, nadi
2.
Lakukan pemeriksaan dan observasi obstetri ibu
a.
TFU
b.
His
c.
DJJ
d.
PPV
3.
Beri makanan dan minuman bila tidak ada his
4.
Hadirkan suami dan keluarga untuk mendampingi Ny.
H
5.
Anjurkan dan atur posisi ibu untuk posisi meneran
6.
Lakukan pertolongan persalinan bayi
7.
Lakukan pemeriksaan fisik pada ibu meliputi:
a.
KU
b.
TD
c.
N
d.
RR
e.
S
|
Setelah
dilakukan tindakan diharapkan
DS
:
1.
Ibu senang atas kelahiran bayi
2.
Ibu lega karena bayinya sudah lahir
DO
:
1.
Pemeriksaan fisik ibu meliputi KU,N dalam batas
normal
2.
Pemeriksaan obstetri ibu meliputi his dan PPV
dalam bats normal.
3.
Ibu makan dan minum jika tidak ada his
4.
Suami mendampingi ibu
5.
Posisi melahirkan ibu litotomi
6.
Bayi lahir spontan dan normal
7.
Setelah bayi lahir kondisi fisik ibu meliputi KU,
TD, N, S, RR dalam batas normal
8.
Setelah bayi lahir kondisi obstetri ibu meliputi
his, TFU, PPV, dalam batas normal.
|
PELAKSANAAN TINDAKAN KALA II
Hari, Tanggal, Jam
|
Diagnosa Kebidanan
|
Tindakan
|
Evaluasi tindakan
|
Paraf
|
Jum’at,
23 januari 2015
jam
08.10 WIB
Jam
08.20 WIB
Jam
08.35 WIB
|
Ny. H umur 18 tahun G1P0A0 hamil 40 minggu,
janin tunggal hidup intra uteri, punggung kiri, letak kepala, inpartu kala II
|
1.
Melakukan pemeriksaan fisik KU, N, S, RR, TD
2.
Melakukan pemeriksaan dan obstetri ibu
a.
His
b.
DJJ
c.
PPV
3.
Memberikan makan dan minum bila tidak ada his
4.
Menghadirkan suami dan keluarga untuk mendampingi
Ny. Q
5.
Menganjurkan ibu posisi meneran yang baik
6.
Mengatur posisi ibu
7.
Memimpin ibu untuk meneran bila ada his
8.
Melakukan perolongan persalinan bayi
9.
Melakukan pemeriksaan fisik ibu meliputi
a.
KU
b.
TD
c.
N
d.
RR
e.
S
10.
Melakukan pemeriksaan obstetri ibu meliputi :
a.
His
b.
TFU
c.
PPV
|
Jam
08.15 WIB
DS
:
1.
Ibu mengeluh kenceng-kencengnya bertambah sering
2.
Ibu ingin meneran
DO
:
1.
KU baik
2.
Nadi : 88 x/menit
DS
: -
DO
:
1.
His 4-5x dalam 10 menit lama 45 detik
2.
DJJ : 138 x/menit
3.
PPV : lendir darah bertambah
DS
: -
DO
:
Ibu
makan 2 sendok dan minum ½ gelas disaat tidak ada his
DS
:-
DO:
Suami
mendampingi ibu
DS
: -
DO
:
1.
Ibu mengetahui posisi-posisi meneran
2.
Ibu memilih posisi setengah duduk
DS
: -
DO
:
Posisi
litotomi
DS
:
ibu
ingin meneran
DO
:
Ibu
meneran saat ada his bila tidak ada his ibu istirahat
Jam
08.30 WIB
DS
:
Ibu
senang dan lega karena bayinya lahir normal
DO
:
Bayi
lahir spontan dan normal ditandai
1.
Bayi menagis
2.
Warna kulit merah
3.
Gerak aktif
Jam
08.40 WIB
DS
: -
DO
:
1.
KU baik
2.
TD: 110/70 mmHg
3.
N :80 x/menit
4.
RR: 24 x/menit
5.
S :36oC
DS
: -
DO
:
a.
His : kuat
b.
TFU : setinggi pusat
c.
PPV : 70 ml
|
CATATAN PERKEMBANGAN KALA II
Hari, Tanggal, Jam
|
Diagnosa Kebidanan
|
Evaluasi
|
Paraf
|
|||
S
|
O
|
A
|
P
|
|||
Jum’at,
23 januari 2015
jam
08.30 WIB
|
Ny. H umur 18 tahun G1P0A0 hamil 40 minggu,
janin tunggal hidup intra uteri, punggung kiri, letak kepala, inpartu kala II
|
1.
Ibu merasa perutnya bertambah kencang
2.
Ibu ingin meneran
3.
Ibu senang dan lega karena bayinya lahir normal
|
Jam
08.30 WIB
1.
Bayi lahir spontan dan normal ditandai
a.
Bayi menagis kuat
b.
Warna kulit merah
c.
Gerak aktif
2.
Setelah melahirkan kondisi fisik normal ditandai :
a.
KU baik
b.
TD : 110/70 mmHg
c.
N : 80 x/menit
d.
RR : 24 x/menit
e.
S : 360 C
3.
Setelah melahirkan kondisi obstetri ibu normal
ditandai
a.
His kuat
b.
TFU setinggi pusat
c.
PPV 70 ml
|
Ny.
H umur 18 tahun P1A0 inpartu kala III partus normal
|
Lakukan
pertolongan persalinan kala III
|
RENCANA TINDAKAN KALA III
Hari, Tanggal, Jam
|
Diagnosa Kebidanan
|
Tujuan
|
Tindakan
|
Evaluasi
|
Jum’at,
23 januari 2015
jam
08.30-09.00 WIB
|
Ny.
H Umur 18 Tahun P1A0 Inpartu Kala III
|
Dalam
waktu ≤ 30 menit diharapkan :
1.
plasenta lepas dari implantasinya ditandai
a.
uterus globuler
b.
tali pusat bertambah panjang
c.
adanya semburan darah
2.
plasenta lahir spontan dan lengkap ditandai :
a.
jumlah kontiledon 16-20
b.
selaput korion amnion utuh
c.
panjang tali pusat 30-60 cm
d.
berat ≤ 500 gram
e.
tebal : 2 cm
f.
insersi tali pusat : sentralis, lateralis,
marginalis
g.
terdapat 2 arteri dan 1 vena pada tali pusat
3.
setelah plasenta lahir kondisi fisik ibu normal
ditandai :
a.
KU: baik
b.
TD : 100-130/70-80 mmHg
c.
N : 60 – 90 x/menit
d.
S : 36 oC – 37,5oC
e.
RR: 16-24x/menit
4.
setelah plasenta lahir kondisi obstetri normal ditandai :
a.
adanya kontraksi
b.
tidak ada laserasi jalan lahir
c.
perdarahan : 50 cc
d.
TFU 2-3 jari dibawah tali pusat
|
1.1.pastikan janin
tunggal
1.2.suntik
oksitosin 10 IU pada paha ibu dengan
IM
2.
lakukan PTT dan lahirkan plasenta
3.
lakukan pemeriksaan fisik ibu meliputi :
a.
KU
b.
TD
c.
N
d.
S
e.
RR
4.
lakukan pemeriksaan obstetri ibu meliputi :
a.
kontraksi
b.
laserasi jalan lahir
c.
perdarahan
d.
TFU
5.
Anjurkan ibu dan keluarga cara memasase perut
|
Setelah
dilakukan tindakan diharapkan :
DS
:
Ibu
merasa senang dan nyaman
DO
:
1.
Adanya tanda – tanda pelepasan plasenta
2.
Plasenta lahir spontan dan lengkap
3.
Pemeriksaan fisik ibu meliputi : KU, TD, N, S, RR
dalam batas normal
4.
Pemeriksaan obstetric ibu meliputi kontraksi,
laserasi, perdarahan, TFU dalam batas normal
|
PELAKSANAAN
TINDAKAN KALA III
Hari, Tanggal, Jam
|
Diagnosa kebidanan
|
Tindakan
|
Evaluasi tindakan
|
Paraf
|
Jum’at,
23 januari 2015
jam
08.33 WIB
Jam
08.40 WIB
Jam
08.50 WIB
|
Ny.
H Umur 18 Tahun P1A0 Inpartu Kala III
|
1.
Memastikan janin tunggal
2.
Menyuntikan oksitosin 10 IU pada paha ibu dengan
IM
3.
Melakukan peregangan tali pusat dan melahirkan
plasenta dengan dorsocranial
4.
Melakukan pemeriksaan fisik meliputi :
a.
KU
b.
TD
c.
N
d.
RR
e.
S
5.
Melakukan pemeriksaan obstetri ibu meliputi :
a.
kontraksi
b.
laserasi jalan lahir
c.
perdarahan
d.
TFU
6.
Mengajarkan ibu dan keluarga cara memasase perut
|
Jam
08.35 WIB
DS
:
Ibu
mengatakan perutnya masih terasa mules
DO
:
1.
Janin tunggal
2.
Oksitosin disuntikan kepaha ibu setelah bayi lahir
Jam 08.45 WIB
DS : -
DO :
1.
Plasenta lepas dari implantasinya nampak semburan
darah, tali pusat bertambah panjang, uterus globuler
2.
Plasenta lahir spontan normal dan lengkap
a.
jumlah kontiledon 18
b.
panjang tali pusat 60 cm
c.
berat 500 gram
d.
tebal 2 cm
e.
laserasi tali pusat : sentralis
f.
terdapat 2 arteri dan 1 vena pada tali pusat
Jam 09.00 WIB
DS : -
DO :
1.
KU : baik
2.
TD : 110/70 mmHg
3.
N : 80x/menit
4.
RR : 24x/menit
5.
S : 36°C
DS : -
DO :
1.
kontraksi uterus ada
2.
ada laserasi jalan lahir
3.
perdarahan 50 cc
4.
TFU 2 jari dibawah pusat
DS : -
DO :Ibu bisa melakukan memasase pada
perutnya
|
CATATAN PERKEMBANGAN KALA III
Diagnosa Kebidanan
|
Hari, Tanggal, Jam
|
Evaluasi
|
Paraf
|
|||
S
|
O
|
A
|
P
|
|||
Ny.
H Umur 18 Tahun P1A0 Inpartu Kala III
|
Jum’at,
23 januari 2015
jam
09.00 WIB
|
Ibu
mengatakan perutnya masih terasa mules
|
1.
Janin tunggal
2.
oksitosin disuntikan kepaha kanan ibu setelah bayi
lahir
3.
jam 08.45 wib plasenta lahir spontan dan lengkap
ditandai :
a.
jumlah kontiledon 18
b.
selaput korion amnion utuh
c.
panjang tali pusat 60 cm
d.
berat 500 gram
e.
tebal 2 cm
f.
insersi tali pusat
: sentralis
g.
terdapat 2 arteri dan 1 vena pada tali pusat
4.
konsisi fisik ibu meliputi :
a.
KU : baik
b.
TD :120/80 mmHg
c.
N : 84x/menit
d.
RR : 20x/menit
e.
S : 36,6°C
5.
kondisi obstetri ibu meliputi :
a.
kontraksi uterus ada
b.
tidak ada laserasi pada jalan lahir
c.
perdarahan 50 cc
d.
TFU 2 jari dibawah pusat
6.
ibu melakukan masase pada perutnya
|
Ny.
H umur 18 tahun P1A0 inpartu kala IV partus normal
|
Lakukan
pemantauan kala IV
|
RENCANA TINDAKAN KALA IV
Hari, Tanggal, dan Jam
|
Diagnosa Kebidanan
|
Tujuan
|
Tindakan
|
Evaluasi
|
Jum’at,
23 januari 2015
jam
09.00-11.00 WIB
|
Ny.
H Umur 18 Tahun P1A0 Inpartu Kala IV
|
Dalam
waktu 2 jam diharapkan :
1.
Kondisi fisik ibu normal ditandai dengan :
a.
KU : baik
b.
TD : 100-130/70-80 mmHg
c.
N : 80-90x/menit
d.
RR : 16-24 x/menit
e.
Suhu : 360c – 37,50c
2.
Kondisi obstetri ibu noraml ditandai dengan :
a.
TFU : 2-3 jari dibawah pusat
b.
Perdarahan : ≤ 100 cc
c.
Kontraksi uterus : keras
3.
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi
4.
Terpenuhinya kebutuhan eliminasi
5.
Terpenuhinya kebutuhan mobilisasi dini
|
1.
Lakukan pemeriksaan fisik ibu meliputi :
a.
KU
b.
TD
c.
N
d.
RR
e.
Suhu
2.
Lakukan pemeriksaan obstetri dan pemantauan pada
ibu :
a.
TFU
b.
PPV
c.
Kontraksi
3.
Anjurkan ibu untuk makan diet TKTP
4.
Anjurkan ibu untuk kencing bila kandung kemih
penuh
5.
Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini (miring kiri,
gerakan kaki)
|
DS
:
Ibu
tidak ada keluhan
DO
:
1.
kondisi fisik ibu yang meliputi :
a.
KU : baik
b.
TD : 110/70 mmHg
c.
N : 80x/menit
d.
RR : 20x/menit
e.
S : 36,60c
2.
kondisi obstetri ibu yang meliputi
a.
TFU : 2-3 jari dibawah pusat
b.
Perdarahan : 50 cc
c.
Kontraksi : keras
3.
ibu makan
porsi sedang, habis
4.
ibu mengeluarkan kencing ±150 cc
5.
ibu tidur miring kiri dan menggerak gerakkan kaki
|
PELAKSANAAN TINDAKAN KALA IV
Hari, Tanggal, Jam
|
Diagnosa Kebidanan
|
Tindakan
|
Evaluasi Tindakan
|
Paraf
|
Jum’at,
23 januari 2015
jam
09.00 WIB
Jam
09.15 WIB
Jam
09. 30 WIB
Jam
09.45 WIB
Jam
10.15 WIB
Jam
10.45 WIB
|
Ny.
H Umur 18 Tahun P1A0 Inpartu Kala IV
|
1.
Melakukan pemeriksaanfisik ibu meliputi :
a.
KU
b.
TD
c.
N
d.
RR
e.
Suhu
2.
Melakukan pemeriksaan obstetri dan pemantauan pada
ibu
a.
TFU
b.
Perdarahaan
c.
Kontraksi uterus
3.
Menganjurkan ibu untuk makan
4.
Menganjurkan ibu untuk kencing bila kandung kemih
penuh
5.
Melakukan pemeriksaan fisik ibu meliputi:
a.
KU
b.
TD
c.
N
d.
RR
e.
Suhu
6.
Melakukan pemerisaan obstetrik dan pemantauan pada
ibu :
a.
TFU
b.
Perdarahan
c.
Kontraksi uterus
7.
Menganjurkan ibu untuk kencing bila kandung kemih
penuh
8.
Melakukan pemeriksaan fisik ibu meliputi:
a.
KU
b.
TD
c.
N
d.
RR
e.
Suhu
9.
Melakukan pemeriksaan obstetri dan pemantauan pada
ibu :
a.
TFU
b.
Perdarahan
c.
Kontraksi Uterus
10.
Menganjurkan ibu untuk kencing bila kandung kemih
penuh
11.
Mengajarkan ibu untuk mobilisasi dini (miring ke
kiri, gerakkan kaki)
12.
Melakukan pemeriksaan fisik ibu meliputi:
a.
KU
b.
TD
c.
N
d.
RR
e.
Suhu
13.
Melakukan pemeriksaan obstetrik dan pemantauan
pada ibu :
a.
TFU
b.
Perdarahan
c.
Kontraksi uterus
14.
Menganjurkan ibu untuk kencing bila kandung kemih
penuh
15.
Menganjurkan pemeriksaan fisik ibu meliputi :
a.
KU
b.
TD
c.
N
d.
RR
e.
S
16.
Melakukan pemeriksaan obstetri dan pemantauan pada
ibu :
a.
TFU
b.
Perdarahan
c.
Kontraksi uterus
17.
Menganjurkan ibu untuk kencing bila kandung kemih
penuh
18.
Menganjurkan ibu untuk mobilisasi (miring ke kiri,
gerakkan kaki )
19.
Melakukan pemeriksaan fisik ibu meliputi:
a.
KU
b.
TD
c.
N
d.
RR
e.
S
20.
Melakukan pemeriksaan obstetri ibu meliputi :
a.
TFU
b.
Perdarahan
c.
Kontraksi uterus
21.
Menganjurkan ibu untuk kencing bila kandung kemih
penuh
|
Jam
: 09.05 WIB
DS
:-
DO
:
1.
Hasil pemeriksaan fisik ibu meliputi :
a.
KU : baik
b.
TD : 120/80 mmHg
c.
N : 80x/menit
d.
RR : 24x/menit
e.
Suhu : 36,60c
2.
Hasil pemeriksaan obstetri dan pemantauan pada ibu :
a.
TFU : 2 jari dibawah pusat
b.
Perdarahan : 50 cc
c.
Kontraksi uterus : baik ( keras )
3.
Kandung kemih kosong
4.
Ibu makan porsi sedang habis, minum air putih 100 cc
Jam
: 09.20 WIB
DS
:-
DO
:
1.
hasil pemeriksaan ibu meeliputi :
a.
KU : baik
b.
TD : 110/70 mmHg
c.
N : 88x/meniit
d.
RR : 20x/menit
e.
Suhu: 360 C
2.
Hasil pemeriksaan obstetri dan pemantauan pada ibu :
a.
TFU : 2 jari dibawah pusat
b.
Perdarahan : 50 cc
c.
Kontraksi uterus : baik (keras)
3.
Kandung kemih kosong
Jam
09.35 WIB
1.
Hasil pemeriksaan fisik ibu meliputi :
a.
KU : baik
b.
TD :100/70 mmHg
c.
N :88x/menit
d.
RR :20x/menit
e.
Suhu: 36,50 C
2.
Hasil pemeriksaan obstetri dan pemantauan pada ibu :
a.
TFU : 2 jari dibawah pusat
b.
Perdarahan : 50 cc
c.
Kontraksi iterus baik (keras)
3.
Kandung kemih kosong
4.
Ibu tidur miring kiri serta menggerakkan kakinya
Jam
09.50 WIB
1.
Hasil pemeriksaan fisik ibu meliputi :
a.
KU : baik
b.
TD : 100/70 mmHg
c.
N : 88x/menit
d.
RR: 20x/menit
f.
Suhu: 36,30 C
2.
Hasil pemeriksaan obstetri dan pemantauan pada ibu :
a.
TFU : 2 jari dibawah pusat
b.
Perdarahan : 5 cc
c.
Kontraksi uterus :baik (keras)
3.
Kandung kemih kosong
Jam
10.25 WIB
1.
Hasil pemeriksaan fisik ibu meliputi :
a.
KU : baik
b.
TD : 100/70 mmHg
c.
N : 80x/menit
d.
RR : 20x/menit
e.
S : 35,30 C
2.Hasil
pemeriksaan obstetri dan pemantauan pada ibu :
a.
TFU : 2 jari dibawah pusat
b.
Perdarahan : 50 cc
c.
Kontraksi uterus : baik (keras)
3.
Produksi urin 50 ml
4.
Ibu tidur miring kiri serta menggerakkan kakinya.
Jam
10.55 WIB
1.
Hasil pemeriksaan fisik ibu meliputi :
a.
KU : baik
b.
TD : 110/70 mmHg
c.
N : 80x/menit
d.
RR : 20x/menit
e.
S: 36,60 C
2.
Hasil pemeriksaan obstetri dan pemantauan pada ibu :
a.
TFU : 3 jari dibawah pusat
b.
Perdarahan : 50 cc
c.
Kontraksi uterus : baik (keras)
3.
Kandung kemih kosong
|
CATATAN PERKEMBANGAN KALA IV
Hari, tanggal, jam
|
Diagnosa Kebidanan
|
Hasil
|
Paraf
|
|||
S
|
O
|
A
|
P
|
|||
Jum’at,
23 januari 2015
jam
11.00 WIB
|
Ny.
H Umur 18 Tahun P1A0 Inpartu Kala IV
|
Tidak
ada keluhan
|
1.
Hasil pemeriksaan fisik ibu meliputi :
a.
KU : baik
b.
TD : 110/70 mmHg
c.
N : 80x/menit
d.
RR : 20x/menit
e.
Suhu: 36,60 C
2.
Hasil pemeriksaan obstetri dan pemantauan pada ibu
:
a.
TFU : 3 jari dibawah pusat
b.
Perdarahan 50 cc
c.
Kontraksi uterus : baik (keras)
3.
Kandung kemih kosong
|
Ny.
H umur 18 tahun P1A0 2 jam post partum
|
Lakukan
kunjungan nifas
|
DAFTAR
PUSTAKA
Bobak, Irene M, dkk.
2005. Keperawatan Maternitas. Jakarta
: EGC.
Hidayat,
Asri dan Sujiyantini. 2010. Asuhan
Kebidanan Persalinan.Yogyakarta: Nuha Medika.
Manuaba,
Ida Bagus Gde. 2008. Ilmu Kebidanan,
Peneyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam. 2005. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta
: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Prawirohardjo,
Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Saifudin.
2005. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Yogyakarta : Yayasan
Bina Pustaka Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Wijayanti,
Tri Irfana. 2013. Standar Asuhan
Kebidanan Persalinan. Pati: Akbid BUP
Yanti.
2010. Buku ajar Asuhan Kebidanan
Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Rihama
No comments:
Post a Comment