BY. NY. N NEONATUS CUKUP BULAN SESUAI MASA KEHAMILAN UMUR 0 HARI PERIODE REAKTIFITAS I DI RUANG MAWAR RSUD R.A. KARTINI JEPARA
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya untuk
memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak telah menjadi prioritas
utama dari pemerintah, bahkan sebelum Millenium Development Goal's 2015
ditetapkan. Angka kematian ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan
salah satu indikator utama derajat kesehatan suatu negara. AKI dan AKB juga
mengindikasikan kemampuan dan kualitas pelayanan kesehatan, kapasitas pelayanan
kesehatan, kualitas pendidikan dan pengetahuan masyarakat, kualitas kesehatan
lingkungan, sosial budaya serta hambatan dalam memperoleh akses terhadap
pelayanan kesehatan. (depkes.go.id)
Angka
kematian bayi (AKB) di Indonesia masih jauh dari angka target MDGs, tetapi
tercatat mengalami penurunan yaitu dari sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup
(SDKI 2002) menjadi sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2007), dan
terakhir menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup (SDKI 2012). Namun angka kematian
bayi (AKB) di Indonesia masih tetap tergolong tinggi jika dibandingkan dengan
negara-negara ASEAN seperti Singapura (3 per 1000 kh), Brunei Darussalam (8 per
1000 kh), Malaysia (10 per 1000 kh), Vietnam (18 per 1000 kh), dan Thailand (20
per 1000 kh). Target AKB dalam MDGs adalah 23 per 1000 kh. Dari data di atas
jelas terlihat bahwa AKI dan AKB di Indonesia masih sangat tinggi, Angka
kematian bayi (AKB) masih jauh dari target MDG. SDKI 2012 menyebutkan, AKB 32
per 1.000 kelahiran hidup, turun sedikit dibandingkan 2007, yaitu 34 per 1.000
kelahiran hidup.
Angka
kematian bagi bayi khususnya neonatus merupakan indikator dalam menilai status
kesehatan masyarakat suatu bangsa. Intervensi yang sangat kritis adalah
tersedianya tenaga penolong persalinan yang terampil dan berpengalaman serta
kompeten sangat diperlukan. Mengingat masa neonatal/bayi baru lahir adalah masa
penentu. Perkembangan dan pertumbuhan bayi/anak selanjutnya serta diperlukan
perhatian dan penanganan yang terpadu dan berkesinambungan, maka penyusun
tertarik untuk mengambil kasus asuhan bayi baru lahir normal.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah asuhan kebidanan
neonatus fisiologis pada By. Ny. N Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan
Umur 0 Hari Periode Reaktifitas I ?
C. Tujuan
1.
Tujuan Umum
a.
Untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Kebidanan I
2.
Tujuan khusus
a.
Mahasiswa mampu mengkaji dan mengumpulkan data akurat
dari berbagai sumber yang berhubungan dengan kondisi pasien.
b.
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada
neonatus fisiologis
c.
Mahasiswa mampu membuat laporan lengkap askeb neonatus
fisiologis
D. Manfaat
1.
Dapat digunakan sebagai bukti bahwa
telah mengikuti Praktik Klinik Kebidanan I
2.
Dapat digunakan untuk mencapai
target kompetensi PKK I asuhan kebidanan neonatus fisiologis
3.
Dapat dijadikan referensi pembuatan
makalah asuhan kebidanan neonatus fisiologis
BAB II
TINJAUAN
TEORI
A.
PERAWATAN BAYI BARU LAHIR NORMAL
4. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi
yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai dengan 42 minggu dan berat badan
lahir 2500 gr sampai dengan 4000 gr. (Asuhan Kesehatan Anak dalam konteks
keluarga, 1993)
5. Ciri-ciri
BBL normal
a. Berat
badan 2500 – 4000 gram
b. Panjang
badan lahir 48 – 52 cm
c. Lingkar
dada 30 – 38 cm
d. Lingkar
kepala 33 – 35 cm
e. Bunyi
jantung dalam menit pertama kira-kira 180x/menit,kemudian menurun sampai 120 –
140x/menit.
f. Pernafasan
pada menit-menit pertama cepat kira-kira 80x/menit,kemudian menurun setelah
tenang kira-kira 40x/menit.
g. Kulit
kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan diliputi
vernix caseosa.
h. Rambut
lanugo telah tidak terlihat,rambut kepala biasanya telah sempurna.
i.
Kuku telah agak panjang dan keras
j.
Genetalia :Labia mayora sudah menutupi
labia minora (pada perempuan), testis sudah turun (pada anak laki-laki).
k. Reflek
isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
l.
Reflek moro sudah baik, bayi bila
dikagetkan akan memperlihatkan gerakan tangan seperti memeluk.
m. Eliminasi
baik, urin dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama. (Asuhan kesehatan Anak
dalam konteks keluarga,1993)
6. Pengkajian
Bayi segera setelah lahir
1) Tahap
1
Dimulai segera selama menit – menit
pertama kelahiran menggunakan skoring APGAR. Segera setelah lahir, letakkan
bayi diatas kain bersih dan kering yang disiapkan pada perut ibu. bila hal
tersebut tidak memungkinkan maka letakkan bayi didekat ibu (diantara kedua kaki
atau disebelah ibu) tetapi harus dipastikan bahwa area tersebut bersih dan kering.
segera pula lakukan penilaian awal dengan menjawab 2 pertanyaan :
1) Apakah
bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan ?
2) Apakah
bayi bergerak dengan aktif atau lemas ?
(APN,2007 : 96)
Tanda
|
NILAI
|
||
0
|
1
|
2
|
|
Warna
|
Biru
sampai pucat
|
Tubuh
merah jambu, tungkai biru
|
Merah
jambu
|
Usaha
nafas
|
Tidak
ada
|
Sesak
nafas, tidak teratur
|
Menangis
kuat
|
Denyut
jantung
|
Tidak
ada
|
<
100 denyut per menit
|
Ø >100
denyut per menit
|
Tonus
Otot
|
Lumpuh
|
Sedikit
fleksi anggota tubuh
|
Gerak
aktif, kuat
|
Intabilitas
refleks
|
Nol
|
Meringis
atau bersin
|
menangis
|
Keterangan :
Nilai 7 – 10 : ringan / normal
Nilai 4 – 6 : asfeksia sedang
Nilai 1 – 3 : asfeksia ringan
2) Tahap
II
1) Periode
I (reaktivitas I ) : berlangsung selama 30 - 2 jam
a) bayi
terjaga denganmata terbuka
b) memberikan
respon terhadap stimulasi
c) mengisap
dengan penuh semangat
d) menangis
e) RR
= 82x/menit
f) denyut
jantung : 180x/menit
g) bising
usus aktif
2) Periode
II (reaktivitas II) : berlangsung 2 – 5 jam
a) bayi
bangun dari tidur nyenyak
b) denyut
jantung dan RR meningkat
c) reflek
tidak aktif
d) mungkin
bayi mengeluarkan mekoneum, urin dan menghisap berakhir ketika lendir
pernafasan telah berkurang
3) Periode
III (stabilisasi ) berlangsung 12 – 24 jam
a) bayi
lebih mudah untuk tidur dan bangun
b) tanda-tanda
vital stabil
c) kulit
berwarna kemerahan dan hangat
3) Tahap
III (periodik )
Setelah 24 jam ( hamilton, 1995)
7. Perawatan
tali pusat
Dengan
menggunakan klem DTT, lakukan penjepitanm tali pusat dengan klem pada sekitar 3
cm dari dinding perut (pangkal pusat ) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali
pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar darah
tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan
kedua dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan pertama pada sisi atau mengarah ke
ibu. Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi
landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali
pusat diantara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting disinfeksi
tingkat tinggi atau steril. Setelah memotong tali pusat, ganti handuk basah dan
selimut bayi dengan selimut atau kain yang bersih dan kering. Pastikan bahwa
bayi terselimuti dengan baik.
1) Mengikat
Tali Pusat
Setelah plasenta lahir dan kondisi
ibu dinilai sudah stabil maka lakukan pengikatan puntung tali pusat atau jepit
dengan klem plastik tali pusat ( bila tersedia).
1) Celupkan
tangan (masih menggunakan sarung tangan) kedalam larutan klorin 0,5 % untuk
membersihakan darah dan sekresi lainnya.
2) Bilas
tangan dengan air disinfeksi tingkat tinggi
3) Keringkan
tangan tersebut menggunakan handuk bersih atau kering
4) Ikat
punggung tali pusat dengan jarak sekitar 1cm dinding perut bayi (pusat). Gunakan benang atau klem
plastik penjepit tali pusat disinfektan tingkat tinggi atau steril. Kunci
ikatan tali pusat dengan simpul mati atau kuncikan penjepit plastik tali pusat.
5) Jika
pengikat dilakukan dengan benang tali pusat, lingkarkan benang disekeliling
puntung tali pusat dan ikat untuk kedua kalinya dengan simpul mati dibagian
yang berlawanan.
6) Lepaskan
klem logam penjepit tali pusat dan letakkan didalam larutan klorin 0,5 %
7) Selimuti
kembali tubuh dan kepala bayi dengan kain bersih dan kering.
2) Cara
merawat Tali Pusat
1) Jangan
membungkus putung tali pusat atau perut perut bayi atau mengoleskan cairan atau
bahan apapun keputung tali pusat
2) Nasehati
hal yang sama bagi ibu dan keluarganya
3) Mengoleskan
alkohol atau betadine (terutama jika pemotongan tali pusat tidak terjamin DTT
atau steril) masih diperkenankan tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan
tali pusat basah/lembab.
4) Berikan
nasehat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi:
a) Lipat
popok dibawah putung tali pusat
b) Jika
putung tali pusat kotor, bersihkan ( hati-hati) dengan air DTT dan sabun segera
keringkan secara seksama dengan menggunakan kain bersih
c) Jelaskan
pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan jika pusat menjadi merah, bernanah atau
berdarah atau berbau.
d) Jika
pangkal tali pusat (pusat bayi) menjadi merah, mengeluarkan nanah atau darah
atau berbau
e) Jika
pangkal tali pusat (pusat bayi) menjadi merah, mengeluarkan nanah atau darah,
segera rujuk bayi ke fasilitas yang dilengkapi perawatan untuk bayi yang baru
lahir.
8. Mempertahankan
suhu bayi/ Mencegah hipotermi
1) Mencegah
kehilangan panas
Mekanisme pengaturan temperatur
suhu tubuh pada bayi baru lahir belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika
segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka bayi baru lahir
dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan hiportemia, sangat beresiko tinggi
untuk mengalami kesakitan berat atau bhakan kematian. Hipotermia mudah terjadi
pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan
diselimuti walaupun berada didalam ruangan yang relatif hangat.
2) Mekanisme
kehilangan panas
Bayi baru lahir dapat kehilangan
panas tubuhnya melalui cara-cara berikut :
1) Evaporasi
adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena
penguapan cairan tubuh pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri
karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilaangan panas
juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera
dikeringkan dan diselimuti.
2) Konduksi
adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin. Contohnya meja, tempat tidur, dan timbangan yang temperaturnya
lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme
konduksi apabila bayi diletakkan diatas benda-benda tersebut.
3) Konveksi
adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar
yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan didalam ruangan yang
dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi
jika konveksi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin
ruangan.
4) Radiasi
adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan didekat
benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh tubuh bayi.
Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap
radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung)
3) Mencegah
kehilangan panas
Cegah kehilangan panas melalui
upaya sebagai berikut :
1) Keringkan
bayi dengan seksama
Pastikan tubuh bayi dikeringkan
segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas yang disebabkan oleh
evaporasi cairan ketuban pada tubuh bayi. Keringkan bayi dengan handuk atau
kain yang telah disiapkan diatas perut ibu. Mengeringkan dengan cara membantu
bayi melalui pernafasannya.
2) Selimuti
bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Segera setelah mengeringkan tubuh
bayi dan memotong tali pusat, ganti handuk atau kain yang dibasahi oleh cairan
ketuban kemudian selimuti tubuh bayi dengan selimut atau kain yang hangat,
kering dan bersih. Kain basah didekat tubuh bayi dapat menyerab panas tubuh
bayi melalui proses radiasi. Ganti handuk, selimuti atau kain yang basah telah
diganti dengan selimut atau kain yang baru (hangat, bersih, kering)
3) Selimuti
bagian kepala bayi
Pastikan bagian kepala bayi
ditutupi atau diselimuti setiap saat. Bagian kepala bayi memiliki luas
permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika
bagian tersebut tidak tertutup.
4) Anjurkan
ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat
menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk
menyusukan bayinya segera setelah lahir. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai
dalam waktu satu jam kelahiran.
5) Jangan
segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
Karena bayi baru lahir cepat dan
mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum
melakukan penimbangan, terlebih dulu selimuti bayi dengan kain atau selimuti
bersih dan kering. Bayi sebaiknya dimandikan (sedikitnya) enam jam setelah
lahir. Jangan memandikan bayi setidak-tidaknya 6 jam setelah lahir.
9. Rangsangan
taktil
Mengeringkan tubuh bayi juga
merupakan tindakan stimulasi. untuk bayi yang sehat, hal ini biasanya cukup
untuk merangsang terjadinya pernafasan spontan. jika bayi tidak memberikan
respon terhadap pengeringan, rangsangan dan menunjukkan tanda-tanda kegawatan,
segera lakukan untuk membantu pernafasan.
1) Macam-macam
Reflek :
1) Pada
mata , pupil bila diberi cahaya akan mengecil
2) Rooting
reflek (reflek mencari puting susu): bayi akan menoleh kearah dimana terjadi
sentuhan pada pipinya. Bayi akan membuka mulutnya apabila bibirnya disentuh dan
berusaha untuk menghisap benda yang disentuhkan tersebut.
3) Grasp
reflek (reflek menggenggam): bila jari kita menyentuh telapak tangan, maka
jari-jarinya akan menggenggam dengan kuat.
4) Babinski
reflek (pada anggota bawah telapak kaki, bila jari-jari yang lain membengkok
kedepan dan membengkok kedepan)
5) Moro
reflek (reflek emosional): bila bayi diangkat akan seolah-olah mengangkatkan
tubuh pada orang yang mendekatnya.
6) Startle
reflek (reflek emosional): hentakan dan gerakan seperti mengenjang pada lengan
dan tangan disertai tangisan yang kuat
7) Tonick
nek reflek: gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal, bila bayi
ditengkurapkam ia akan spontan memiringkan kepala.
8) Swallowing
reflek (reflek menelan): kumpulan ASI didalam mulut bayi mendesak otot-otot
daerah mulut dan faring untuk mengaktifkan reflek menelan dan mendorong ASI ke
dalam lambung.
2) Bentuk
rangsangan taktil yang harus dihindari.
Bentuk rangsangan taktil yang tidak
boleh dilakukan
|
Bahaya/resiko
|
Menepuk bokong
|
Trauma dan luka
|
Meremas rongga dada
|
Fraktur
Penemotoraks
Gawat nafas
Kematian
|
Menekan kedua paha bayi ke perutnya
|
Ruptura hati atau limfa
Perdarahan didalam
|
Medilatasi sfingter ani
|
Sfingter ani robek
|
Menempelkan kompres panas atau dingin
atau menempatkan bayi di air panas atau dingin
|
Hipotermia
Hipertermia
Luka bakar
|
Mengguncang bayi
|
Kerusakan otak
|
Meniupkan oksigen atau udara dingin
ketubuh bayi
|
Hipotermia
|
10. Pemberian
Vitamin K
Semua bayi baru lahir harus
diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg Intra Muscular
di paha kiri segera mungkin untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir akibat
defesiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir. ½ jam
setelah lahir di injeksi vitamin K.
1) Latar
belakang:
1) 67%
AKB merupakan kematian neonatus, diantaranmya perdarahan akibat defisiensi Vit
K
2) Perdarahan
spontan atau perdarahan karena proses lain
3) Kejadian
: usia 2 minggu – 6 bulan
4) Perdarahan
intrakranial : komplikasi tersering (63%)
2) Faktor
resiko antara lain :
1) Rendahnya
kandungan vit K1 dalam ASI
2) Belum
sempurnanya fungsi hati pada bayi baru lahir, terutama prematur
3) Konsumsi
obat-obatan selama hamil
4) Adanya
diare/sindrom malabsorpsi
3) Rekomendasi
:
1) Semua
bayi baru lahir harus mendapatkan profilaksis vitamin K1
2) Jenis
imunisasi vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1
3) Cara
pemberian vitamin K1 adalah secara intamuskular atau oral
4) Dosis
yang diberikan untuk semua bayi baru lahir adalah :
a) Intramuskular,
1 mg dosis tunggal atau
b) Oral,
3 kali @ 2mg, diberikan pada waktu bayi baru lahir, umur 3-7 hari, dan pada
saat bayi berumur 1-2 bulan.
4) Tujuan
pemberian vitamin K
1) Profilaksis:
pada bayi baru lahir
2) Terapi:
PDVK
a) Perdarahan
spontan atau akibat trauma
b) Umum : perdarahan kulit, mata, hidung, dan saluran
cerna, hematomegali ringan
c) Perdarahan
intrakranial
5) Pemberian
vitamin K intramuskuler :
1) Prosedur
atau tindakan klinik
a) Dilakukan
dalam kerangka membantu perawatan atau pengobatan BBL
b) Dilakukan
oleh dokter, bidan dan atau perawat.
2) Harus
diperhatikan → dampak atau efek samping
a) Akibat
obat yang diberikan
b) Akibat
cara pemberian/prosedur
3) Vitamin
K1 (phytomenadione)
Kemasan
ampl : 10 mg / ml dan 2 mg / ml
4) Cara
pemberian
Lokasi
: muskulus quadriseps pada bagian antero-lateral paha
Risiko
kecil injeksi secara IV atau mengenai tulang femur dan jelas pada nervus
skiatikus
5) Efek samping / komplikasi pemberian Vit K
a) Akibat
Vit K 1
(efek farmakologik, reaksi alergi/
kepekaan genetik )
(1)
Reaksi anafilaksis (pemberian IV )
(2)
Anemia hemolitik (vit K 3)
(3)
Hiperbilirubunemia (dosisi tinggi)
b) Kesalahan
prosedur, kesalahan teknik :
(1) Salah
lokasi injeksi
(a) Menusuk
arteri atau vena
(b) Jejas
pada saraf
(c) Kerusakan
jaringan lokal
(d) Hematoma
pada lokasi suntikan
(2) Suntikan
tidak steril
(a) Infeksi
lokal karena kontaminasi abses, selulitis
(b) Reaksi
sistemik : infeksi, sepsis, bila terkontaminasi staphylococcus aureus → beberapa jam sakit
6) Upaya
menghindari komplikasi :
a) Memilih
obat yang tepat → vit K1
b) Memilih
area penyuntikan yang tepat
c) Menentukan
dengan tepat petunjuk secara anatomis
d) Membersihkan
area penyuntikan
e) Mencari
tempat alternatif untuk penyuntikan berikutnya
f) Melakukan
aspirasi sebelum penyuntikan
g) Menghindari
mengeluarkan obat ( “tracking” ) kejaringan superfisial
h) Menggunakan
jarum yang cukup panjang untuk mencapai tempat penyuntikan yang dituju
11. Perawatan
mata
Tetesan mata untuk pencegahan
infeksi mata dapat diberikan setelah ibu dan keluarga memotong dan diberi ASI.
Pencegahan infeksi tersebut menggunakan salep mata tetrasiklin 1%. Salep
antibiotik tersebut harus diberikan dalam waktu satu jam setelah kelahiran.
Upaya profilaksis infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari satu jam
setelah kelahiran. Cara pemberian
profilaksis mata :
a. Cuci
tangan (gunakan sabun dan air bersih mengalir)
b. Jelaskan
apa yang akan dilakukan dan tujuan pemberian obat tersebut
c. Berikan
salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian mata yang paling dekat
dengan hidung bayi menuju kebagian luar mata.
d. Ujung
tabung salep mata tak boleh menyentuh mata bayi
e. Jangan
menghapus salep mata dari mata bayi dan anjurkan keluarga untuk tidak
mengahapus obat-obatan tersebut.
12. Identifikasi
BBL
Alat pengenal untuk memudahkan
identifikasi bayi perlu dipasang segera pasca persalinan. Alat pengenal yang
efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru lahir dan harus tetap
ditempatkan sampai waktu bayi dipulangkan.
a. Alat
yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus tidak mudah
melukai, tidak mudah sobek, dan tidak mudah lepas.
b. Pada
alat/ gelang identifikasi harus tercantum :
1) Nama
2) Tanggal
Lahir
3) Jenis
Kelamin
4) Sidik
telapak kaki bayi dan jari ibu
c. Disetiap
tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor
identitas.
d. Sidik
telapak tangan kaki bayi dan sidik jari ibu harus dicetak dicatatan yang tidak
mudah hilang, ukurlah berat lahir, panjang bayi, lingkar kepala, lingkar perut
dan catatan dalam rekam medik. (Abdul Bari Saefudin, 2002 : N-35)
B.
KUNJUNGAN
Kunjungan
neonatus bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan
kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin komplikasi yang terjadi pada bayi
sehingga dapat segera ditangani dan bila tidak dapat ditangani maka dirujuk ke
fasilitas yang lebih lengkap untuk mendapatkan perawatan yang optimal. Jadwal
kunjungan neonatus atau bayi baru lahir antara lain:
1. Kunjungan I
Dilakukan pada 6 jam pertama setelah
persalinan.
a. Menjaga agar
bayi tetap hangat dan kering. Menilai penampilan bayi secara umum yaitu
bagaimana penampakan bayi secara keseluruhan dan bagaimana ia bersuara yang
dapat menggambarkan keadaan kesehatannya.
b. Tanda-tanda
pernapasan, denyut jantung dan suhu badan penting untuk diawasi selama 6 jam
pertama.
c. Menjaga tali
pusat agar tetap bersih dan kering.
d. Pemberian
ASI awal.
2. Kunjungan II
Pada hari ke-3 setelah persalinan
a.
Menanyakan pada ibu mengenai keadaan bayi
b.
Menanyakan bagaimana bayi menyusui.
c.
Memeriksa apakah bayi terlihat kuning (ikterus)
d.
Memeriksa apakah ada nanah pada pusat bayi dan apakah
baunya busuk
3. Kunjungan
III
Pada minggu ke-2 setelah persalinan
a.
Tali pusat biasanya sudah lepas pada kunjungan 2
minggu pasca salin
b.
Memastikan apakah bayi mendapatkan ASI yang cukup
c.
Bayi harus mendapatkan imunisasi
4. Kunjungan IV
Pada 6 minggu setelah kelahiran
a. Memastikan
bahwa laktasi berjalan baik dan berat badan bayi meningkat
b. Melihat
hubungan antara ibu dan bayi.
c. Menganjurkan
ibu untuk membawa bayinya ke posyandu untuk penimbangan dan imunisasi
C.
Kebutuhan
fisik meliputi Nutrisi,
Cairan, Personal higiene
1.
Pemberian
minum
a.
Pengertian
ASI adalah makanan pokok untuk bayi, berikan ASI 2-3 jam sekali atau on
demand (semau bayi). Berikan ASI dengan satu payudara samai teras kosong
setelah itu baru ganti payudara yang lain. ASI eksklusive adalah memberiakn ASI
saja sampai usia 6 bulan tanpa tambahan makanan apapun kecuali imunisasi,
vitamin. Berikan ASI sampai 2 tahun dengan tambahan makan lunak sesuai tahapan
usia bayi.
b.
Pedoman menyusui ASI antara lain:
Inisiasi menyusu dini adalah bayi berusaha
menyusu sendiri diatas perut ibu segera setelah minimal 1 jam.
Tanda posisi bayi menyusu dengan baik yaitu
dagu menyentuh payudara, mulut membuka lebar, hidung mendekat terkadang
menyentuh payudara, mulut mencakup areola, lidah menopang putting dan areola
bagian bawah, bibir melengkung keluar, bayi menghisap dengan kuat namun
perlahan dan kadang-kadang berhenti sesaat.
c.
Perawatan payudara selama ibu menyusui
Perhatikan posisi menyusui, oleskan ASI sebelum
dan sesudah menyusui untuk mencegah lecet. Jika mengalami bendungan payudara
atau mastitis tetap susukan ke bayi sesering mungkin serta lakukan perawatan
payudara.
2.
Menolong
BAB pada Bayi
BAB hari 1-3 disebut mekoneum yaitu feces
berwana kehitaman, hari 3-6 feces tarnsisi yaitu warna coklat sampai kehijauan
karena masih bercampur mekoneum, selanjutnya feces akan berwarna kekuningan.
Segera bersihkan bayi setiap selesai BAB agarbtidak terjadi iritasi didaerah
genetalia.
3.
Menolong
BAK pada bayi
Bayi baru lahir akan berkemih paling lambat
12-24 jam pertama kelahirannya, BAK lebih dari 8 kali sehari salah satu tanda
bayi cukup nutrisi. Setiap habis BAK segera ganti popok supaya tidak terjadi
ritasi didaerah genetalia.
4.
Kebutuhan
Istirahat/ tidur
Dalam 2 minggu pertama bayi sering tidur
rata-rata 16 jam sehari. Pada umumnya bayi mengenal malam setelah usia 3 bulan.
Jaga kehangatan bayi dengan suhu kamar yang hangat dan selimut bayi.
5.
Menjaga
kebersihan kulit
Bayi sebaiknya mandi minimal 6 jam setelah
kelahiran, sebelum mandi sebaiknya periksa suhu tubuh bayi. Jika terjadi
hipotermi lakukan skin to skin dan tutpi kepala bayi dengan ibu minimal 1 jam.
Sebaiknya bayi mandi minimal 2 kali sehari, mandikan dengan air hangat dan di
tempat yang hangat.
6.
Menjaga
keamanan bayi
Hindari memberikan makanwan selain ASI, jangan
tinggalkan bayi sendirian, jangan menggunakan alat penghangat buatan.
7.
Mendeteksi
tanda-tanda bahaya pada bayi
a. Sulit
bernafas
b. Hipotermi
atau hipertermi
c. Kulit
bayi kering, biru, pucat, atau memar
d. Hisapan
melemah, rewel, muntah, mengnatuk
e. Tali
pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, berdarah
f. Tanda-tanda
infeksi: suhu meningkat, merah, bengkak, bau busuk, keluar cairan, sulit
bernafas
g. Tidak
BAB dalam 3 hari atau tidak BAK selama 24 jam
h. Diare
i. Menggigil,
rewel, lemas, ngantuk, kejang
8.
Penyuluhan
sebelum bayi pulang
a. Perawatan
tali pusat
b. Pemberian
ASI
c. Refleks
laktasi
d. Memulai
pemberian ASI
e. Posisi
menyusui
f. Jaga
kehangatan bayi
g. Mencegah
kehilangan panas
h. Tempatkan
dilingkungan yang hangat
i. Tanda-tanda
bahaya
j. Iminisasi
k. Perawatan
harian
BAB III
TINJAUAN
KASUS
By. Ny. N Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan
Umur 0 Hari Periode Reaktifitas I
A. KASUS
1.
PENGKAJIAN
Identitas
/ Biodata
Nama
Bayi : By. Ny. N
Umur
: 0 Hari
Jenis
Kelamin : Perempuan
Nama
Ibu : Ny. N Nama
Ayah : Tn. A
Umur :
19 Tahun Umur :24 tahun
Pekerjaan : IRT Pekerjaan:Wiraswasta
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Suku
/ Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa:Jawa/Indonesia
Agama
: Islam Agama : Islam
Alamat
: Damarwulan RT 07/RW 01
Anamnesis
Pada Tanggal: 18 Desember 2014 Pukul 10.00 WIB
Jenis
Anamnesa : Allow Anamnesa
1. Keluhan
Utama / Alasan Datang :
Bayi Lahir Spontan Pervaginam Jam 09.48
WIB, Perempuan Menangis Kuat, Gerak Aktif dan Seluruh Tubuh Merah Jambu.
2. Riwayat
Antenatal
2.1 G1P0A0
Ah 0
2.2 ANC
:
Teratur, >4x di Bidan
2.3 Kenaikan
BB Selama Hamil : 12 Kg
2.4 Riwayat
Penyakit Selama Hamil :
Ny. N Mengatakan Tidak Pernah Menderita
Penyakit Seperti Jantung Berdebar-debar, Kepala Pusing Hebat, Batuk
Berkepanjangan, Sesak Napas, Sering Haus, Sering Lapar dan Sering Kencing.
2.5 Komplikasi
Ibu:
Ibu Mengatakan Selama Hamil Tidak Ada Keluhan
Seperti Mual,Muntah yang Berlebihan, Perdarahan Baik Hamil Muda Maupun Hamil
Tua, tidak Ada Keluhan Pusing Hebat.
2.6 Komplikasi Janin :
Ibu
Mengatakan Selama Hamil tidak Ada Keluhan Seperti Janin tidak Bergerak Maupun
Kurang Air Ketuban Banyak Maupun Kurang, tidak Ada Keturunan Kembar.
2.7
Kebiasaan Waktu Hamil :
·
Makanan :
Tidak Ada Pantangan
·
Obat-obatan/Jamu : Tidak Pernah
·
Merokok :
Tidak Pernah
3. Riwayat
Persalinan :
3.1 Umur Kehamilan : 41 Minggu
3.2 Tanggal/jam
persalinan :18 Desember 2014/09.48
WIB
3.3 Jenis
Persalinan : Spontan
3.4 Lama
Persalinan :
3.5 Penolong
Persalinan : Bidan
3.6 Komplikasi
Ibu : Tidak Ada
3.7 Komplikasi
BBL : Tidak Ada
3.8 Bounding
Attachment : Ibu Menunjukkan Ekspresi Senang
Saat Bayinya Menyusu.
3.9 Menetek Pertama
Kali : Tidak dilakukan IMD tapi Bayi disusui 1 jam setelah lahir.
3.10 Nilai Apgar 1/5/10
No
|
Kriteria
|
1 Menit
|
5 Menit
|
10 Menit
|
1
|
Denyut jantung
|
110x/menit
|
110x/menit
|
110x/menit
|
2
|
Pernapasan
|
Teratur dan
menangis kuat
|
Teratur dan
menangis kuat
|
Teratur dan
menangis kuat
|
3
|
Tonus Otot
|
Anggota tubuh
sedikit fleksi
|
Seluruh tubuh
gerak aktif
|
Seluruh tubuh
gerak aktif
|
4
|
Reflek
|
Menangis
|
Menangis
|
Menangis
|
5
|
Warna kulit
|
Merah muda
|
Merah muda
|
Merah muda
|
Total
|
9
|
10
|
10
|
II. PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan
Fisik Umum
a. Keadaan
Umum : Baik
b. Tanda
Vital
·
RR :80x/menit,teratur
·
Suhu :
370C
·
Nadi :
120x/menit
2. Antropometri
·
BB/PB/LK/LD : 3200 gram/50 cm/33 cm/32 cm
3. Pemeriksaan
Fisik Khusus
a. Kepala
·
Muka :
Simetris, tidak oedem
·
Ubun-ubun : Tidak ada penonjolan/penekanan pada fontanela,tidak ada
penonjolan pada sutura
·
Mata :
Bersih,tidak ada pembengkakan pada kelopak mata
·
Telinga :
Bersih,simetris dan ujung atas telinga terletak diatas garis imajiner
·
Mulut :
Bersih,tidak ada mukus,palatum normal
·
Hidung :
Bersih, tidak ada pernapasan cuping hidung
b. Leher : Klavikula teraba
kanan dan kiri
c. Dada : Simetris, nafas
teratur
d. Abdomen : Hati tidak teraba, tidak
ada perdarahan pada tali pusat, terdapat 2 vena dan 1 arteri
e. Punggung
: Halus dan tidak ada
tumpukan rambut pada punggung bawah, tidak ada spinabifida atau pembengkakan.
f. Genetalia : Labia minora sudah
tertutup oleh labia mayora
g. Anus : Normal, tidak ada
kelainan
h. Ekstremitas : Atas normal, jari-jari
lengkap, tidak keriput,tidak sindaktili, tidak bawah: tungkai normal,jari-jari
lengkap,tidak sindaktili,tidak polidaktili
4. Reflek
a. Moro : Baik,bila bayi
dikagetkan bayi mengangkat tangannya
b. R.
Babynsky : Baik,jari jempol
mengarah kedepan dan jari lainnya mengembang jika kaki dirangsang
c. R.
Rooting : Baik,saat
putting ibu didekatkan ke mulut bayi,bayi langsung menoleh
d. R.
Walking : Belum
e. R.Graps : Baik, tangan
menggenggam bila disentuh
f. R.
Sucking : Baik,saat
menyusu bayi menghisap kuat dan tidak tersedak
g. R.
Tonic Neck : Belum
5. Eliminasi
a. Miksi : Belum
b. Defekasi : Belum
Hari,
Tanggal, jam
|
Diagnosa kebidanan
|
Tujuan
|
Tindakan
|
Evaluasi
|
Kamis, 18 Desember 2014 Jam 10:00 WIB
|
Bayi Ny. N Neonatus cukup bulwn sesuai
masa kehamilan umur 0 hari (priode
reaktifitas 1)
Ds:
1, bayi lahir jam 09.48 WIB, prempuan
menangis kuat, tubuh merah muda dan bergerak aktif
Do:
1.
Tidak ada kelainan
2.
Apgar score 9/10/10
3.
KU baik
4.
RR: 80x/menit
5.
N : 120x/menit
6.
S: 370C
7.
BB bayi : 3200 gram
8.
PB :50 Cm
9.
LK/LD :33/32
|
Setelah dilakukan tindakan segera
lahir sampai 2 jam diharapkan:
1.
Kondisi fisik bayi dalam keadaan
sehat, ditandai dengan :
a. Suhu:
36,5 -37,5 0C
b. RR
: 40-80x/menit
c. 110-160x/menit
d. KU
: baik
e. BB
: 2500-4000 gr
PB : 48-52 cm
LK : 33 – 35 cm
LD: 30-38 cm
f. Status
present : baik
g. Reflek
primitif ; baik
h. Bayi
menangis kuat, pernafasan teratur, selyryh tubuh berwarna merah jambu,
bergerak aktif, denyut jantung normal.
i.
Tubuh tidak sianosis dan latergis
j.
Akral tidak dingin
2.
Tidak terjadi infeksi neonatorum,
sperti tidak ada pembengkakan, tidak
ada pus, tidak ada kemerahan pada kulit
3.
Tidak di temukan tanda- tanda
infeksi pada bayi
4.
Terjadi ikatan antara ibu dan
bayi
5.
Setelah dilakukan tindakan KIE
selama ibu mengerti dan memahami tentang tanda bahaya bayi baru lahir
|
1.1 hangatkan bayi dan isap lendir
1.2 lakukan APGAR SCORE
1.3 Lakukan penilaian fisik
2.1 Kaji tanda-tanda infeksi
2.2 Lakukan perawatan tali pusat
2.3 Beri injeksi vitamin K
2.4 Beri profilaksis mata
3.1 Kaji reflek hisap
3.2 Kaji warna kulit bayi
3.3 Kaji eliminasi
4.1 Lakukan rawat gabung antara ibu
dan bayi
4.2 lakukan kontak kulit antar ibu dan
bayi
5.1 Berikan
KIE tanda bahaya bayi baru lahir
|
S:
-ibu senang dengan kelahiran bayinya
- ibu senang ketika bayinya menyusu
O:
Tidak ditemukan kelainan
-
Suhu: 370C
-
RR : 180x/menit
-
N : 120x/menit
-
Ku : baik
-
BB: 3200 kg
-
PB : 50 cm
-
LK : 33 CM
-
LD : 32 cm
-
Status present: baik
-
Reflek primitif baik
-
Bayi menangis kuat, pernafasan
teratur,seluruh tubuh berwarna merah jambu, bergerak aktif, denyut jantung
normal
-
Tubuh tidak sianosis dan latergis
-
Akral tidak dingin
-
Tidak ditemukan tanda-tanda
infeksi neonatorum
|
III. PELAKSANAAN
TINDAKAN
Hari, Tanggal, Jam
|
Diagnosis Kebidanan
|
Tindakan
|
Evaluasi Tindakan
|
Paraf
|
Kamis, 18 Desember 2014
Jam 10.00 WIB
10 : 20 WIB
10 : 30 WIB
10 : 35 WIB
10 : 40 WIB
10 : 50
|
Bayi Ny. N Neonatus cukup bulan sesuai
masa kehamilan umur 0 hari (priode reaktivitas 1)
|
1. hangatkan bayi dengan cara :
keringkan dengan kain bersih dan kerin kemudian isap lendir
2. lakukan penilaian APGAR Score menit
1/5/10 yang meliputi warna kulit, pernafasan, aktifitas, denyut jantung,
reflek rangsangan
3. Lakukan perawatan tali pusat
4. berikan injeksi vitamin K dan salep
mata
5.
lakukan pemeriksaan fisik bayi, meliputi; status present,
antropometri, refleks atau prilaku bayi
6. Lakukan
ikatan antara orang tua dengan bayi ( rawat gabung )
7.
Berikan KIE tanda-tanda bahaya
bayi baru lahir
|
Ds: -
Do: Suhu 37 0C
DS: -
DO: APGAR Score 1/5/10 adalah 9/10/10
DS:-
DO: Tali pusat masih basah terdapat
dua arteri dan vena, tidak di temukan tanda- tanda inveksi
DS:-
DO: Tidak ditemukan tanda-tanda
perdarahan dan infeksi
DS:-
DO: Tidak di temukan kelainan KU :
baik status present baik, reflek baik, BB :3200 gr PB : 50 cm LK:33 cm LD :
32 cm
Ds: -
Do: ibu menerima bayinya ditunjukkan
dengan adanya belaian, diajak bicara.
Ds:
Do: ibu memperhatikan dengan baik
ketika dijelaskan tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir
|
CATATAN PERKEMBANGAN
Diagnosa
Kebidanan
|
Hari,
Tanggal, Jam
|
Evaluasi
|
Paraf
|
|||
S
|
O
|
A
|
P
|
|||
Bayi
Ny. N
Neonatus
cukup bulan sesuai masa kehamilan umur 0 hari(priode reaktivitas 1)
|
Kamis,
18 Desember 2014
Jam
11:00 WIB
|
-
Ibu
senang dengan kelahiran bayinya
-
Ibu
senang ketika bayinya menyusu
|
KU
: baik,APGAR Score 9/10/10
BB
: 3200 gr, PB : 50 cm, LK/LD 33/32 Cm
Pemeriksaan
umum ( status present ) dalam batas normal
Refleks
primtive semua baik
BAK
dan BAB belum ibu menerima informasi sesuai yang diberikan bidan
|
Bayi
Ny. N Neonatus cukup bulan sesuai umur kehamilan umur 0 hari (periode
reaktivitas II)
|
1.
Tetap
jaga kehangatan tubuh bayi
2.
Penuhi
kebutuhan ASI
3.
Kaji
eliminasi
4.
Lakukan
perawatan tali pusat
5.
Personal
hygine
6.
Kaji
kembali reflek primitive
7.
Kaji
kembali tanda bahaya pada BBL
8.
KIE
perwatan bayi baru lahir sehari-hari
|