BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007, angka kematian ibu 228 per 100.000
kelahiran hidup. Survei yang sama tahun 2012 menunjukkan 359 per 100.000
kelahiran hidup. Hasil survei itu diluncurkan dalam Temu Nasional Program
Kependudukan dan Keluarga Berencana dalam rangka Hari Kontrasepsi Sedunia 2013,
di Jakarta, Rabu 25 september. Survei dilaksanakan Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Badan Pusat Statistik (BPS) per empat
tahun. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), angka
kematian ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup menurun secara bertahap, dari
390 (1991) menjadi 334 (1997), 307 (2003), dan 228 (2007). Tahun 2012 untuk
pertama kalinya AKI melonjak. Diketahui, pada 2012, AKI mencapai 359 per 100
ribu penduduk atau meningkat sekitar 57 persen bila dibandingkan dengan kondisi
pada 2007, yang hanya sebesar 228 per 100 ribu penduduk.
Kematian ibu
pada masa nifas biasanya disebabkan oleh infeksi nifas (10%), ini terjadi
karena kurangnya perawatan pada luka, perdarahan (42%) (akibat robekan jalan
lahir, sisa placenta dan atonia uteri), eklampsi (13%), dan komplikasi masa
nifas (11%) (Siswono, 2005).
Masa nifas
adalah dimulai setelah melahirkan plasenta berakhir ketika alat-alat kandungan
seperti keadaan sebelum hamil. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini
karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60%
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa
nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Saifuddin, 2005).
Masa nifas
merupakan masa yang rawan karena ada beberapa risiko yang mungkin terjadi pada
masa itu, antara lain : anemia, pre eklampsia/ eklampsia, perdarahan post
partum, depresi masa nifas, dan infeksi masa nifas. Menurut data Diantara resiko tersebut ada dua yang paling
sering mengakibatkan kematian pada ibu nifas, yakni infeksi dan perdarahan.
Kemudian ibu juga sering mengalami masalah-masalah pada masa nifas yang timbul
akibat ketidaktahuannya, misalnya ibu menahan urinenya karena takut akan robek
kembali jahitan pada alat genetalianya, nyeri pada abdomen yang kadang-kadang
ibu beranggapan bahwa hal tersebut abnormal padahal nyeri tersebut akibat
involusi uterus, pembengkakan mamae sehingga menjadi mastitis oleh karena
ketidaktahuan ibu tentang teknik menyusui ataupun perawatan mammae pada masa
nifas, selain itu rendahnya tingkat pendapatan ekonomi dan pendidikan keluarga
dan masih banyak praktek lokal yang sangat merugikan ibu seperti memiliki
pantang makanan tertentu seperti ikan, telur, cumi-cumi, udang, kepiting yang
sebenarnya sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk proses metabolisme ibu serta
sebagai cadangan energi untuk proses persalinan dan laktasi. (Albertin Y.R
Nggelan, 2009 ). Dari Uraian diatas, penulis tertarik untuk menulis tentang
asuhan ibu post partum di rumah.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian
latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Apakah definisi post partum/ masa
nifas?
2.
Apakah tujuan asuhan Post Partum ?
3.
Bagaimanakah peran dan tanggung jawab
Bidan pada ibu Post partum?
4.
Apa saja tahapan Post partum?
5.
Bagaimanakah Jadwal kunjungan ibu
post partum di rumah?
6.
Bagaimanakah manajemen ibu post
partum di rumah?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui definisi post
partum/ masa nifas
2.
Untuk mengetahui tujuan asuhan Post
Partum
3.
Untuk mengetahui peran dan tanggung jawab
Bidan pada ibu Post partum
4.
Untuk mengetahui tahapan Post partum
5.
Untuk mengetahui jadwal kunjungan
ibu post partum di rumah
6.
Untuk mengetahui manajemen ibu post
partum di rumah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Masa
nifas disebut juga dengan purperium berasal dari kata puer dan parous. Puer
berarti bayi dan parous berarti melahirkan. Jadi, puerperium merupakan masa
setelah melahirkan bayi. Wanita yang mengalami puerperium disebut puerpera.
Periode paska partum/ nifas/ puerperium adalah masa dari kelahiran plasenta dan
selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus
reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Perubahan yang dimaksud adalah pada
kondisi tidak hamil, bukan kondisi prahamil ( varney dkk 2008:958).
Masa
nifas merupakan masa pemulihan fisik dan psikologis sejak sesaat setelah
lahirnya plasenta sampai 6 minggu ( fraser dan Cooper 2009:609). Rasional pasti
yang menjelaskan waktu6 minggu masih belum jelas, tapi tampaknya berkaitan
dengan kisaran kebudayaan dan tradisi selain proses fisiologis masa nifas. Pada
6 minggu tersebut diperkirakan bahwa semua system ibu telah pulih dari efek
kehamilan dan kembali pada kondisi sebelum hamil.
Asuhan
ibu postpartum adalah suatu bentuk manajemen kesehatan yang dilakukan pada ibu
nifas dimasyarakat. Pemberian asuhan secara menyeluruh, tidak hanya kepada ibu
nifas, akan tetapi pemberian asuhan melibatkan seluruh keluarga dan anggota
masyarakat disekitarnya.
Pemberian
kewenangan lebih luas kepada bidan dimaksudkan untuk mendekatkan pelayanan
kegawatan obstetric dan neonatal kepada setiap ibu hamil bersalin, nifas dan
bayi baru lahir (0- 28 hari), agar penanganan dini atau pertolongan pertama
sebelum rujukan dapat dilakukan secara cepat dan tepat waktu.
Pelayanan
kebidanan kepada wanita oleh bidan meliputi pelayanan pada masa pranikah
termasuk remaja putri, prahamil, kehamilan,persalinan, nifas, menyusui dan masa
antara kehamilan (periode interval).
B.
Tujuan
Asuhan Post Partum
Menurut
Bahiyatun (2009:2), tujuan asuhan nifas adalah sebagai berikut :
1. Memulihkan
kesehatan umum ibu nifas
Ibu mengalami persalinan yang sangat melelahkan disertai
dengan pengeluran darah. Disamping itu, ibu masih harus memberikan ASI-nya
kepada bayinya. Hal ini perlu dilakukan upaya pemulihan kesehatan umum ibu,
yang akan membawapengaruh positif bagi bayi juga.
2. Mempertahankan
kesehatan psikologinya
Ibu nifas yang mengalami kesakitan saat persalinan maupun
masa nifas serta adanya peran baru sebagai ibu., sangat sangat membutuhkan
upaya pemulihan kesehatan psikologisnya. Tidak sedikit ibu yang merasa tidak
mampu menjadi ibu yang baik bagi banyinya. Bidan memberikan asuhan untuk
menjamin kesehatan psikologis ibu nifas.
3. Mencegah
infeksi dan komplikasinya
Ibu nifas mempunyai resiko yang cukup besar untuk
mengalami infeksi dan komplikasi. Bidan memberikan asuham berupa tindakan
perawatan serta pemberian pendidikan kesehatan untuk mencegah terjadinya hal
tersebut.
4. Memperlancar
pembentukan ASI
Berkaitan dengan peran baru ibu, ibu dituntut untuk dapat
memberikan ASInya dengan baik yang salah satunya harus diimbangi dengan
produktivitas ASI yang cukup. Bidan mempunyai peran besar untuk mendukung
pemberian ASI.
5. Mengajarkan
cara perawatan mandiri ibu dan bayi sampai nifas selesai
Bidan memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu tentang
cara perawatan ibu dan bayi sehingga komplikasi masa nifas dapat dicegah.
6. Memberikan
pelayanan KB (Anggraini 2010:3)
Masa nifas selesai akan bersambung dengan masa subur ibu.
Ibu perlu waktu yang cukup untuk pulih secara fisik dan psikis serta untuk
merawat maupun memberikan kasih sayangkepada bayi.bidan memberikan asuhan agar
ibu dapat mengatur kehamilan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.
C.
Peran
dan Tanggung Jawab Bidan pada ibu Post Partum
Bidan memberikan perawatan dan dukungan serta
melakukan pemantauan terhadap kesehatan ibu dan bayinya (Fraser dan Cooper
2009.609).
Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas
menurut Anggraini (2010:4) adalah :
1. Mendukung dan memantau kesehatan ibu dan bayi
Bidan memberikan dukungan dan pemantauan sejak masa
bayi lahir sampai masa nifas berakhir melalui kunjungan ke rumah atau melalui
telepon. Dengan upaya ini, diharapkan kesehatan ibu maupun bayi dapat segera
pulih dan dapat mencegah timbulnya komplikasi masa nifas.
2. Mendukung dan memantau kesehatan psikologis,
emosional, sosial serta memberikan semangat pada ibu.
Kesehatan ibu secara psikologis memutuhkan perhatian
tersendiri karena ibu dalam sedang dalam masa rawan secara psikologis.
Perubahan peran dan tanggung jawab sebagai ibu menuntut perhatian dan dukungan
dari bidan untuk menumbuhkan kepaercayaan diri ibu dalam merawat diri dan
bayinya.
3. Membantu ibu dalam menyusui bayinya
Banyak ibu belum mampu memberikan ASI dengan benar
sehingga dapat timbul masalah-masalah dalam laktasi. Bidan memberikan bantuan
kepada ibu agar ibu mampu menyusui dengan benar sehingga ibu dan bayi puas dan
tidak ada masalah laktasi.
4. Membangun kepercayaan diri ibu dalam perannya
sebagai ibu
Ibu nifas dapat mengalami krisi percaya diri karena
peran barunya yang harus dihadapi. Bidan membangun kepercayaan diri ibu bahwa
ibu pasti mampu menjadi ibu yang baik bagi bayinya.
5. Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan
dalam perannya sebagai orangtua
Seorang ibu akan yakin mampu menjadi seorang ibu
yang baik jika ia mampu melaksanakan tugas-tugas sebagai seorang ibu. Untuk itu
bidan memberikan pendidikan kesehatan agar ibu mengetahui dan mampu
melaksanakan sendiri.
6. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta
keluarga
Perasaan canggung menghadapi orang asing yang baru
ada mungkin masih dirasakan beberapa ibu atau keluarga. Bidan memfasilitasi
agar hubungan ibu/keluarga dapat segera terjalin dengan membiarkan bayi dalam
ruang yang sama dengan ibu dan keluarga, memberikan bayi kepada ibu/keluarga agar
menyentuhnya, mengajaknya berkomunikasi atau memperhatikan kekhasan bayi.
7. Mendorong ibu untuk menyusi bayinya dengan
meningkatkan rasa nyaman
Ibu akan mengalamai after pain atau ketidaknyamanan
lain sehingga sedikit “melupakan” bayinya. Bidan harus mendorong ibu untuk
memberikan bayinya, namun bidan tetap memperhatikan kenyamanan ibu.
8. Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan
yang berkaitan dengan ibu dan anak serta mampu melakukan kegiatan administrasi,
9. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
10. Memberikan konseling pada ibu dan keluarganya
mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi
yang baik, serta mempraktikan kebersihan yang aman
11. Melakukan menejemen yang aman dengan cara
mengumpulkan data, menetapkan diagnosis dan rencana tindakan serta
melaksanakannya untuk memperoleh proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama nifas
12. Memberikan asuhan secara profesional
D.
Tahapan
Post partum
1.
Puerperium dini
: 0-24 jam postpartum, yaitu keadaan pulih dimana ibu diperbolehkan berdiri dan
berjalan
2.
Puerperium
intermedial : kepulihan alat-alat kandungan secara menyeluruh yang lamanya 6-8
minggu
3.
Remote
puerperium : kepulihan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau
persalinan mengalami komplikasi, mungkin dapat berminggu-minggu, bulan atau
tahun
Tahapan
nifas ini tidak perlu diaplikasikan secara kaku. Penekanannya pada kepastian
agar semua ibu mendapatkan akses terhadap asuhan postpartum dan informasi
tentang kapan mendapatkan asuhan tersebut
E.
Kunjungan
Post partum
Ibu
nifas sebaiknya paling sedikit melakukan 4 kali kunjungan masa nifas, dilakukan
untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi
dan menangani masalah–masalah yang terjadi. Dimana hal ini dilakukan untuk
menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik, melaksanakan
skirining yang komperhensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila
terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya, memberikan pendidikan kesehatan
tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui,
pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat, serta memberikan
pelayanan keluarga berencana.
Namun
dalam pelaksanaan kunjungan masa nifas sangat jarang terwujud dikarenakan oleh
beberapa faktor diantaranya yaitu faktor fisik dan lingkungan ibu yang biasanya
ibu mengalami keletihan setelah proses persalinan dan membutuhkan waktu yang
cukup lama untuk beristirahat, sehingga mereka enggan untuk melakukan kunjungan
nifas kecuali bila tenaga kesehatan dalam hal ini bidan yang melakukan
pertolongan persalinan datang melakukan kunjungan ke rumah ibu. Dilihat dari
faktor lingkungan dan keluarga juga berpengaruh dimana biasanya ibu setelah
melahirkan tidak dianjurkan untuk berpergian sendiri tanpa ada yang menemani
sehingga ibu memiliki kesulitan untuk menyesuaikan waktu dengan anggota
keluarga yang bersedia untuk mengantar ibu melakukan kunjungan nifas.
Asuhan
post partum di rumah difokuskan pada pengkajian, penyuluhan dan konseling.
Dalam memberikan asuhan kebidanan di rumah bidan dan keluarga diupayakan dapat
berinteraksi dalam suasana yang respek dan kekeluargaan. Tantangan yang
dihadapi bidan dalam melakukan pengkajian dan peningkatan perawatan pada ibu
dan bayi di rumah pada pelaksanaannya bisa cukup umur, sehingga bidan akan
memberi banyak kesempatan untuk menggunakan keahlian berpikir secara kritis
untuk meningkatkan suatu pikiran kreatif perawatan bersama keluarga.
1. Perencanaan
Kunjungan Rumah
a. Merencanakan
kunjungan rumah dalam waktu tidak lebih dari 24-48 jam setelah kepulangan klien ke rumah
b. Pastikan
keluarga telah mengetahui rencana mengenai kunjungan rumah dan waktu kunjungan
bidan ke rumah telah direncanakan bersama anggota keluarga.
c. Menjelaskan
maksud dan tujuan kunjungan.
2. Keamanan
merupakan hal yang harus dipikirkan oleh bidan. Tindakan kewaspadaan ini dapat
meliputi:
a. Mengetahui
dengan jelas alamat yang lengkap arah rumah klien
b. Gambar
rute alamat klien dengan peta sebelum berangkat perhatikan keadaan disekitar
lingkungan rumah klien
c. Beritahu
rekan kerja anda ketika anda pergi untuk kunjungan
d. Beri
kabar kepada rekan anda segera setelah kunjungan selesai
Kesehatan
ibu merupakan komponen yang sangat penting dalam kesehatan reproduksi karena
seluruh komponen yang lain sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Apabila ibu
sehat maka akan menghasilkan bayi yang sehat yang akan menjadi generasi kuat.
Ibu yang sehat juga menciptakan keluarga sehat dan bahagia.
Kebijakan
nasional dalam kunjungan masa nifas minimal 4 (empat) kali untuk mencegah,
mendeteksi, dan menangani masalah yang terjadi. Menurut Bahiyatun (2009:3)
adalah sebagai berikut:
1. Kunjungan
I (dalam 6-8 jam post partum) dengan tujuan:
a. Mencegah
perdarahan karena atonia uteri.
Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi
setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama
(saifuddin 2002: 122). Salah satu penyebab kematian tersebut adalah perdarahan,
oleh karenanya upaya pencegahan perdarahan karena atonia uteri wajib dilakukan
dengan cara melakukan massase pada uterus yang akan merangsang produksi hormon
oksitosin sehingga akan memperbaiki kontraksi uterus dan dapat mencegah
perdarahan karena atonia uteri.
Stimulasi dengan pijatan lembut (massase) dibagian fundus rahim
menyebabkan perdarahan vagina meningkat untuk sementara yang terlihat sebagai
bekuan darah yang di dorong keluar (Bobak dkk 2005).
b. Mendeteksi
dan merawat penyebab lain perdarahan dan rujuk bila tetap berlanjut.
Perdarahan pada masa nifas dapat disebabkan oleh atonia uteri.
Bila uterus tetap lunak walaupun telah di massase dan bekuan darah telah keluar
maka petugas kesehatan harus tetap bersama pasien dan memberi pertolongan
seperti cairan intravena dan obat-obat oksitosik.
c. Berikan
konseling pada ibu dan atau keluarga tentang cara mencgah perdarahan karena
atonia uteri.
Pemahaman tentang penyebab dan bahaya atonia uteri serta tujuan
massase dapat membuat ibu bersedia bekerjasama. Mengajarkannya membuat ibu
mampu mempertahankan kendali dan mengurangi rasa cemas.
Distensi kandung kemih juga dapat menyebabkan perdarahan
sehingga perlu di cegah. Kandung kemih penuh akan mendorong uterus keatas
umbilikus dan ke salah satu sisi abdomen sehingga mencegah uterus berkontraksi
secara normal (Bobak dkk 2005).
d. Pemberian
ASI awal, satu jam setelah IMD berhasil dilakukan.
Reflek isap bayi paling kuat pada jam-jam pertama. Setelah itu
bayi mengantuk. Bila bayi lahir tidak bermasalah maka sesegera mungkin (dalam
waktu 30 menit) setelah lahir bayi diberikan kepada ibunya untuk merangsang
payudara akan mempercepat timbulnya reflek prolaktin dan mempercepat produksi
ASI (Suradi dkk 2004).
e. Melakukan
hubungan antara ibu (dan keluarga) dengan BBL
Tindakan yang
diberikan:
1) IMD:
kulit bayi bersentuhan langsug dengan kulit ibu yang akan menumbuhkan ikatan
batin ibu dengan bayi sekaligus membantu mempertahankan suhu tubuh bayi.
2) Anjurkan
klien untuk menggendong, menyentuh dan memeriksa bayi. Kontak fisik yang dekat
segera setelah kelahiran memudahkan proses ikatan dan menggunakan kesempatan
penerimaan bayi selam periode awal reaktivitas, yang bertepatan dengan masa
meningkatkan kesadaran (“kegembiraan”) ibu pada jam pertama post partum
(Doenges dan Moorhouse 2001).
3) Anjurkan
ayah untuk menyentuh dan menggendong bayi dan membantu dalam perawatan bayi.
Hal ini berarti membantu memfasilitasi ikatan atau kedek atan antara ayah dan
bayi, secara umum ayah menyatakan perasaan ikatan khusus pada bayi (Doenges dan
Moorhouse 2001)
4) Observasi
dan catat interaksi bayi – keluarga, perhatikan perilaku yang menunjukkan
ikatan dan kedekatan dalam budaya khusus. Misal kontak mata dengan mata, posisi
menghadap wajah bayi, nada berbicara, cara menggendong di hubungkan dengan
budaya tertentu (Doenges dan Moorhouse 2001)
5) Catat
pengungkapan/ perilaku yang menunjukkan kekecewaan atau kurang minat/
kedekatan. Datangnya anggota baru (bayi) sekalipun sudah diinginkan dan
diantisipasi, dapat menciptakan periode disekuilibrium sementara sehingga
memerlukan penggabungan bayi dalam keluarga (Doenges dan Moorhouse 2001)
f. Menjaga
bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
Bayi baru lahir sangat rawan untuk mengalami hipotermi, oleh
karena itu harus diupayakan agar terhindar dari hal-hal yang menyebabkan
hipotermi baik evaporasi, konduksi, radiasi maupun konveksi.
g. Mendampingi
ibu dan bayi sampai 2(dua) jam postpartum atau sampai keadaan stabil
Masa-masa ini adalah masa rawan terjadinya komplikasi masa
nifas yaitu adanya perdarahan. Oleh karenanya, ibu harus didampingi sambil
dilakukan pemantauan.
2. Kunjungan
II (2-6 hari postpartum)dengan tuuan :
a. Memastikan
involusio uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,fundus dibawah
umbilikus,tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b. Menilai
adanya tanda-tanda demam, infeksi.
c. Memastikan
bahwa ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
d. Memastikan
ibu menyusui dengan baik dan tak menunjukkan tanda-tanda penyulit
e. Memberikan
onseling pada ibu menganai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat dan merawat bayi sehari-hari (Bahiyatun. 2009: 4) serta tentang posyandu
dan imunisasi (Pusdiknakes- WHO-JHPIEGO 2003)
3. Kunjungan
III (2 minggu post partum), dengan tujuan sama seperti kunjungan II.
4. Kunjungan
IV (6 minggu post partum) dengan tujuan :
a. Mengkaji
tentang kemungkinan penyulit pada ibu atau bayinya
b. Memberikan
konseling untuk KB secara dini
Ada
istilah lain dalam kunjungn nifas: yaitu KF1 (6-48 jam), KF2 (3-7 hari), KF3
(8-28 hari), dan KF4 (28-42 hari).
F.
Manajemen
Asuhan pada Ibu Post Partum di Rumah
1. Definisi
Manajemen
asuhan kebidanan adalah pendekatan dan kerangka berfikir yang digunakan oleh
bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari
pengumpulan data, diagnose kebidanan. Perencanaan , pelaksaan dan evaluasi. Asuhan
ibu postpartum adalah asuhan yang diberikan kepada ibu segera setelah
kelahiran, sampai 6 minggu setelah kelahiran.
2. Tujuan
Adapun
tujuannya yaitu untuk memberikan asuhan yang adekuat dan terstandar pada ibu
segera setelah melahirkan dengan memperhatikan riwayat selama kehamilan dalam
persalinan dan keadaan segera setelah melahirkan agar terlaksananya asuhan
segera/ rutin pada ibu post partum termasuk melakukan pengkajian, membuat
diagnosa, mengidentifikasi masalah dan kebutuhan ibu, mengidentifikasi diagnosa
dan masalah potensial, tindakansegera serta merencanakan asuhan.
3. Manajemen
ibu postpartum antara lain :
a. Pengkajian/
Pengumpulan data
Didasarkan pada data subjektif daan juga Objektif.
1) Melakukan
pengkajian dgn mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi
keadaan ibu.
2) Melakukan
pemeriksaan awal post partum.
3) Meninjau
catatan/ record pasien, seperti :
a) Catatan
perkembangan antepartum dan intra partum
b) Berapa
lama (jam/ hari) pasien post partum
c) Keadaan
suhu, nadi, respirasi dan Tekanan Darah postpartum
d) Pemeriksaan
laboratorium & laporan pemeriksaan tambahan
e) Catatan
obat-obat
f) Catatan
bidan/ perawat
4) Menanyakan
riwayat kesehatan & keluhan ibu,seperti :
a) Mobilisasi
b) BAK
dan BAB
c) Keadaan
Nafsu makan
d) Ketidaknyamana/
rasa sakit
e) Kekhawatiran
f) Makanan
bayi
g) Reaksi
pada bayi
5) Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi :
a) Tekanan
Darah, Suhu, nadi
b) Kepala,
wajah, mulut dan Tenggorokan, jika diperlukan
c) Payudara
& putting susu
d) Auskultasi
paru-paru, jika diperlukan
6) Abdomen
yang di lihat adalah kandung kencing, keadaan uterus (perkembangannya)
7) Lochea
yang dilihat adalah warna, jumlah dan bau
8) Perineum
: edema, inflamasi, hematoma, pus, bekas luka episiotomi/robek, jahitan,
memar,hemorrhoid (wasir/ambeien).
9) Ekstremitas
: varises, betis apakah lemah dan panas,edema, reflek.
b. Menginterpretasikan
Data.
Melakukan identifikasi yang benar
terhadap masalah adalah diagnosa berdasarkan interpretasi yangg benar atas data
yg telah dikumpulkan. Diagnosa, masalah dan kebutuhan ibu postpartum tergantung
dari hasil pengkajian terhadap ibu.
c. Identifikasi
Diagnosa dan Masalah Potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau
masalah potensial yang mungkin akan terjadi berdasarkan masalah atau diagnosa
yang sudah diidentifikasidan merencanakan antisipasi tindakan.
Contoh :
Diagnosa : Bendungan Payudara
Masalah potensial : Mastitis
Antisipasi Tindakan : kompres hangat payudara
d. Menetapkan
Tindakan Seger
Mengidentifikasi dan menetapkan
perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan
atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan
kondisi pasien.
Contoh :
1) Ibu
kejang, segera lakukan tindakan segera untuk mengatasi kejangdan segera
berkolaborasi merujuk ibu untuk perawatan selanjutnya.
2) Ibu
tiba-tiba mengalami perdarahan, lakukan tindakan segera sesuai dengan keadaan
pasien, misalnya : bila kontraksi uterus kurang baik segera berikan
uterotonika. Bila teridentifikasi adanya tanda2 sisa plasenta, segera
kolaborasi dgn dokter utk tindakan curettage.
e. Membuat
Rencana Asuhan
Yaitu dengan Merencanakan asuhan menyeluruh yang
rasional sesuai dengan temuan dari langkah sebelumnya.
Contoh :
1) Manajemen
asuhan awal postpartum :
a) Kontak
dini dan sesering mungkin dengan bayi.
b) Mobilisasi/istirahat
baring di tempat tidur
c) Gizi/
diet
d) Perawatan
perineum
2) Asuhan
lanjutan :
a) Tambahan
vit atau zat besi atau keduanya jika diperlukan
b) Perawatan
payudara
c) Pemeriksaan
lab terhadap komplikasi jika diperlukan
d) Rencana
KB
e) Mengubah
Kebiasaan rutin yang tidak bermanfaat bahkan membahayakan
f. Implementasi
Asuhan :
Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara
efisien dan aman daripada rencana asuhan tadi.
g. Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan dari
asuhan yang sudah diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar
terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif atau
merencanakan kembali asuhan yang belum terlaksana jika masih ada.
Menurut Bahiyatun (2009), manajemen kebidanan
terbagi atas :
a. Manajemen
nyeri dan ketidaknyamanan
Pada masa nifas banyak terjadi,
walaupun tanpa komplikasi saat melahirkan.
b. After
pain atau kram perut
Disebabkan oleh adanya serangkaian
kontraksi dan relaksasi yang terus-menerus pada uterus, lebih banyak terjadi
pada wanita dengan paritas yang banyak (multipara) dan wanita menyusui.
c. Pembengkakan
payudara
Terjadi karena adanya gangguan
antara akumulasi air susu dan meningkatnya vaskularitas dan kongesti
d. Manajemen
konstipasi
Sebagian besar wanita akan defekasi
dalam waktu tiga hari pertama setelah persalinan kemudian akan kembali
kekebiasaan semula
e. Manajemen
hemoroid
Jika pasien tidak menderita
hemoroid akan hilang dalam beberapa minggu, selama kehamilan sebagian wanita
mengalami perdarahan yang keluar dari anus.
f. Manajemen
Diuresis dan Diaforesis
Selama kehamilan, terjadi
penyimpanan cairan tambahan untuk membantu meningkatkan pertumbuhan bayi.
g. Manajemen
infeksi
1) Infeksi
genital
Disebabkan karena adanya luka pada
area pelepasan plasenta, laserasi pada saluran genital.
2) Infeksi
saluran kemih
Dapat terjadi karena kurang menjaga
kebersihan.
3) Infeksi
saluran pernapasan atas
h. Manajemen
cemas
Peran bidan
1) Bidan
dapat memperhatikan dan memberi ucapan selamat atas kehadiran bayinya.
2) Bidan
dapat memberikan informasi dan konseling mengenai kebutuhan ini.
3) Bidan
dapat mendukung pendidikan kesehatan.
4. Post
partum group
Di dalam melaksanakan asuhan pada
ibu post partum di komunitas salah satunya adalah dalam bentuk kelompok. Ibu
post partum dikelompokkan dengan mempertimbangkan jarak antara satu orang ibu
post partum dengan ibu post partum lainnya. Kegiatan dapat dilaksanakan di
salah satu rumah ibu post partum/ posyandu danpolindes. Kegiatannya dapat
berupa penyuluhan dan konseling.tentang :
a. Kebersihan
diri
1) Menganjurkan
kebersihan seluruh tubuh.
2) Mengajarkan
ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikanbahwa
ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu dari
depan ke belakang baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan
ibu untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
3) Menyarankan
ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari.
Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dan dikeringkan di
bawah matahari atau disetrika.
4) Menyarankan
ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan
daerah kelaminnya.
5) Jika
ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh daerah luka.
b. Istirahat
1) Menganjurkan
ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
2) Menyarankan
ibu untuk kembali ke kegiatan-kagiatan rumah tangga biasa secara
perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
3) Menjelaskan
kepada ibu bahwa kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai hal
:
a) Mengurangi
jumlah ASI yang diproduksi.
b) Memperlambat
proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
c) Menyebabkan
depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri
c. Gizi
6) Nasi
200 gram (1 piring sedang)
7) Lauk
1 potong sedang
8) Tahu/tempe
1 potong sedang
9) Sayuran
1 mangkuk sedang
10) Buah1
potong sedang
11) Mengkonsumsi
tambahan 500 kalori tiap hari
12) Makanan
dengan diet berimbang: protein, mineral, vitamin yang cukup
13) Minum
sedikitnya 3 liter per hari (8 gelas sehari)
14) Meminum
pil zat besi selama 40 hari pasca persalinan
15) Minum
kapsul vitamin A
d. Menyusui
1) Nasi
200 gram (1 piring sedang)
2) Lauk
1 potong sedang
3) Tahu/tempe
1 potong sedang
4) Sayuran
1 mangkuk sedang
5) Buah1
potong sedang
6) Mengkonsumsi
tambahan 500 kalori tiap hari
7) Makanan
dengan diet berimbang: protein, mineral, vitamin yang cukup
8) Minum
sedikitnya 3 liter per hari (8 gelas sehari)
9) Meminum
pil zat besi selama 40 hari pasca persalinan
10) Minum
kapsul vitamin A
e. Lochea
Pembagian lochea antara lain:
1) Lochea
rubra (1-3 hari postpartum) : warna merah segar dan berisi gumpalan darah, sisa
selaput ketuban, sisa vernik, lanugo.
2) Lochea
sanguolenta (3-7 hari postpartum) : berwarna merah kekuningan, berisi darah dan
vernik kaseosa.
3) Lochea
serosa (7-14 hari postpartum) : Berwarna kekuning-kuningan, berisi serum
4) Lochea
alba ( 14-40 hari post partum) : berwarna putih.
f. Involusi
uterus
Setelah
bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi
akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara
pada bekas implantasi placenta. Pada involusi uteri, jaringan ikat dan jaringan
otot mengalami proses proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil sehingga
akhir kala nifas besarnya seperti semula dengan berat 30 gram.
g. Senggama
Secara fisik untuk memulai hubungan
suami istri, begitu darah merah berhenti, ibu dapat memasukkan satu atau dua
jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Memulai hubungan suami istri tergantung
pada pasangannya.
h. Keluarga
berencana
Pembicaran awal tentang kembalinya
masa subur dan melanjutkan hubungan seksual setelah selesai masa nifas,
kebutuhan akan pengendalian kehamilan dan penjelasan mengenai metode
kontrasepsi seperti Metode Amenorea Laktasi selama 6 bulan post partum.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan
ibu postpartum adalah suatu bentuk manajemen kesehatan yang dilakukan pada ibu
nifas dimasyarakat. Pemberian asuhan secara menyeluruh, tidak hanya kepada ibu
nifas, akan tetapi pemberian asuhan melibatkan seluruh keluarga dan anggota
masyarakat disekitarnya.
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena
merupakan masa krisis baik ibu maupun bayinya. Oleh karena itu perlu dilakukan
kunjungan pada ibu nifas sesuai jadwal yaitu :
a. Kunjungan pertama : 6-8 jam post partum
b.
Kunjungan
kedua : 6 hari post partum
c.
Kunjungan
ketiga : 2 minggu post partum
d.
Kunjungan
keempat : 6 minggu post partum
Dimana dalam
kunjungan tersebut dilakukan asuhan mengenai : Kersihan Diri, istirahat,
latihan, gizi, perawatan payudara, hubungan perkawinan, serta Keluarga
Berencana (KB).
Dalam memberikan asuhan tersebut maka ibu post partum
dikumpulkan dalam satu komunitas yang disebut Post partum group
dan ibu diberi pengetahuan
dan penyuluhan mengenai asuhan pada masa nifas.
B.
Saran
Kunjungan
masa nifas harus dilakukan sesuai jadwal dengan tujuan agar ibu mendapat asuhan
sesuai yang dibutuhkan pada masa nifas. Ibu post partum diberi penyuluhan
mengenai apa yang harus ibu lakukan pada masa nifas tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri
: obstetri fisiologi dan obstetri patologi. Jakarta: EGC.
Runjati. 2010. Asuhan Kebdanan
Komunitas. Jakarta: EGC.
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar
Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta : ANDI
Syafrudin dan Hamidah. 2009. Kebidanan
Komunitas. Jakarta: EGC
Yulifah, Rita dan
Yuswanto,Tri.2009.Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.
No comments:
Post a Comment