truth


counters

nama

Tuesday 16 June 2015

ASUHAN IBU POSTPARTUM DI RUMAH

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007, angka kematian ibu 228 per 100.000 kelahiran hidup. Survei yang sama tahun 2012 menunjukkan 359 per 100.000 kelahiran hidup. Hasil survei itu diluncurkan dalam Temu Nasional Program Kependudukan dan Keluarga Berencana dalam rangka Hari Kontrasepsi Sedunia 2013, di Jakarta, Rabu 25 september. Survei dilaksanakan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Badan Pusat Statistik (BPS) per empat tahun. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), angka kematian ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup menurun secara bertahap, dari 390 (1991) menjadi 334 (1997), 307 (2003), dan 228 (2007). Tahun 2012 untuk pertama kalinya AKI melonjak. Diketahui, pada 2012, AKI mencapai 359 per 100 ribu penduduk atau meningkat sekitar 57 persen bila dibandingkan dengan kondisi pada 2007, yang hanya sebesar 228 per 100 ribu penduduk.
Kematian ibu pada masa nifas biasanya disebabkan oleh infeksi nifas (10%), ini terjadi karena kurangnya perawatan pada luka, perdarahan (42%) (akibat robekan jalan lahir, sisa placenta dan atonia uteri), eklampsi (13%), dan komplikasi masa nifas (11%) (Siswono, 2005).
Masa nifas adalah dimulai setelah melahirkan plasenta berakhir ketika alat-alat kandungan seperti keadaan sebelum hamil. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Saifuddin, 2005).
Masa nifas merupakan masa yang rawan karena ada beberapa risiko yang mungkin terjadi pada masa itu, antara lain : anemia, pre eklampsia/ eklampsia, perdarahan post partum, depresi masa nifas, dan infeksi masa nifas. Menurut data  Diantara resiko tersebut ada dua yang paling sering mengakibatkan kematian pada ibu nifas, yakni infeksi dan perdarahan. Kemudian ibu juga sering mengalami masalah-masalah pada masa nifas yang timbul akibat ketidaktahuannya, misalnya ibu menahan urinenya karena takut akan robek kembali jahitan pada alat genetalianya, nyeri pada abdomen yang kadang-kadang ibu beranggapan bahwa hal tersebut abnormal padahal nyeri tersebut akibat involusi uterus, pembengkakan mamae sehingga menjadi mastitis oleh karena ketidaktahuan ibu tentang teknik menyusui ataupun perawatan mammae pada masa nifas, selain itu rendahnya tingkat pendapatan ekonomi dan pendidikan keluarga dan masih banyak praktek lokal yang sangat merugikan ibu seperti memiliki pantang makanan tertentu seperti ikan, telur, cumi-cumi, udang, kepiting yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk proses metabolisme ibu serta sebagai cadangan energi untuk proses persalinan dan laktasi. (Albertin Y.R Nggelan, 2009 ). Dari Uraian diatas, penulis tertarik untuk menulis tentang asuhan ibu post partum di rumah.
B.     Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apakah definisi post partum/ masa nifas?
2.      Apakah tujuan asuhan Post Partum     ?
3.      Bagaimanakah peran dan tanggung jawab Bidan pada ibu Post partum?
4.      Apa saja tahapan Post partum?
5.      Bagaimanakah Jadwal kunjungan ibu post partum di rumah?
6.      Bagaimanakah manajemen ibu post partum di rumah?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui definisi post partum/ masa nifas
2.      Untuk mengetahui tujuan asuhan Post Partum           
3.      Untuk mengetahui peran dan tanggung jawab Bidan pada ibu Post partum
4.      Untuk mengetahui tahapan Post partum
5.      Untuk mengetahui jadwal kunjungan ibu post partum di rumah
6.      Untuk mengetahui manajemen ibu post partum di rumah

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi
Masa nifas disebut juga dengan purperium berasal dari kata puer dan parous. Puer berarti bayi dan parous berarti melahirkan. Jadi, puerperium merupakan masa setelah melahirkan bayi. Wanita yang mengalami puerperium disebut puerpera. Periode paska partum/ nifas/ puerperium adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Perubahan yang dimaksud adalah pada kondisi tidak hamil, bukan kondisi prahamil ( varney dkk 2008:958).
Masa nifas merupakan masa pemulihan fisik dan psikologis sejak sesaat setelah lahirnya plasenta sampai 6 minggu ( fraser dan Cooper 2009:609). Rasional pasti yang menjelaskan waktu6 minggu masih belum jelas, tapi tampaknya berkaitan dengan kisaran kebudayaan dan tradisi selain proses fisiologis masa nifas. Pada 6 minggu tersebut diperkirakan bahwa semua system ibu telah pulih dari efek kehamilan dan kembali pada kondisi sebelum hamil.
Asuhan ibu postpartum adalah suatu bentuk manajemen kesehatan yang dilakukan pada ibu nifas dimasyarakat. Pemberian asuhan secara menyeluruh, tidak hanya kepada ibu nifas, akan tetapi pemberian asuhan melibatkan seluruh keluarga dan anggota masyarakat disekitarnya.
Pemberian kewenangan lebih luas kepada bidan dimaksudkan untuk mendekatkan pelayanan kegawatan obstetric dan neonatal kepada setiap ibu hamil bersalin, nifas dan bayi baru lahir (0- 28 hari), agar penanganan dini atau pertolongan pertama sebelum rujukan dapat dilakukan secara cepat dan tepat waktu.
Pelayanan kebidanan kepada wanita oleh bidan meliputi pelayanan pada masa pranikah termasuk remaja putri, prahamil, kehamilan,persalinan, nifas, menyusui dan masa antara kehamilan (periode interval).
B.     Tujuan Asuhan Post Partum
Menurut Bahiyatun (2009:2), tujuan asuhan nifas adalah sebagai berikut :
1.      Memulihkan kesehatan umum ibu nifas
            Ibu mengalami persalinan yang sangat melelahkan disertai dengan pengeluran darah. Disamping itu, ibu masih harus memberikan ASI-nya kepada bayinya. Hal ini perlu dilakukan upaya pemulihan kesehatan umum ibu, yang akan membawapengaruh positif bagi bayi juga.
2.      Mempertahankan kesehatan psikologinya
            Ibu nifas yang mengalami kesakitan saat persalinan maupun masa nifas serta adanya peran baru sebagai ibu., sangat sangat membutuhkan upaya pemulihan kesehatan psikologisnya. Tidak sedikit ibu yang merasa tidak mampu menjadi ibu yang baik bagi banyinya. Bidan memberikan asuhan untuk menjamin kesehatan psikologis ibu nifas.
3.      Mencegah infeksi dan komplikasinya
            Ibu nifas mempunyai resiko yang cukup besar untuk mengalami infeksi dan komplikasi. Bidan memberikan asuham berupa tindakan perawatan serta pemberian pendidikan kesehatan untuk mencegah terjadinya hal tersebut.
4.      Memperlancar pembentukan ASI
            Berkaitan dengan peran baru ibu, ibu dituntut untuk dapat memberikan ASInya dengan baik yang salah satunya harus diimbangi dengan produktivitas ASI yang cukup. Bidan mempunyai peran besar untuk mendukung pemberian ASI.
5.      Mengajarkan cara perawatan mandiri ibu dan bayi sampai nifas selesai
            Bidan memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu tentang cara perawatan ibu dan bayi sehingga komplikasi masa nifas dapat dicegah.
6.      Memberikan pelayanan KB (Anggraini 2010:3)
            Masa nifas selesai akan bersambung dengan masa subur ibu. Ibu perlu waktu yang cukup untuk pulih secara fisik dan psikis serta untuk merawat maupun memberikan kasih sayangkepada bayi.bidan memberikan asuhan agar ibu dapat mengatur kehamilan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.

C.    Peran dan Tanggung Jawab Bidan pada ibu Post Partum
Bidan memberikan perawatan dan dukungan serta melakukan pemantauan terhadap kesehatan ibu dan bayinya (Fraser dan Cooper 2009.609).
Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas menurut Anggraini (2010:4) adalah :
1.      Mendukung dan memantau kesehatan ibu dan bayi
Bidan memberikan dukungan dan pemantauan sejak masa bayi lahir sampai masa nifas berakhir melalui kunjungan ke rumah atau melalui telepon. Dengan upaya ini, diharapkan kesehatan ibu maupun bayi dapat segera pulih dan dapat mencegah timbulnya komplikasi masa nifas.
2.      Mendukung dan memantau kesehatan psikologis, emosional, sosial serta memberikan semangat pada ibu.
Kesehatan ibu secara psikologis memutuhkan perhatian tersendiri karena ibu dalam sedang dalam masa rawan secara psikologis. Perubahan peran dan tanggung jawab sebagai ibu menuntut perhatian dan dukungan dari bidan untuk menumbuhkan kepaercayaan diri ibu dalam merawat diri dan bayinya.
3.      Membantu ibu dalam menyusui bayinya
Banyak ibu belum mampu memberikan ASI dengan benar sehingga dapat timbul masalah-masalah dalam laktasi. Bidan memberikan bantuan kepada ibu agar ibu mampu menyusui dengan benar sehingga ibu dan bayi puas dan tidak ada masalah laktasi.
4.      Membangun kepercayaan diri ibu dalam perannya sebagai ibu
Ibu nifas dapat mengalami krisi percaya diri karena peran barunya yang harus dihadapi. Bidan membangun kepercayaan diri ibu bahwa ibu pasti mampu menjadi ibu yang baik bagi bayinya.
5.      Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan dalam perannya sebagai orangtua
Seorang ibu akan yakin mampu menjadi seorang ibu yang baik jika ia mampu melaksanakan tugas-tugas sebagai seorang ibu. Untuk itu bidan memberikan pendidikan kesehatan agar ibu mengetahui dan mampu melaksanakan sendiri.
6.      Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga
Perasaan canggung menghadapi orang asing yang baru ada mungkin masih dirasakan beberapa ibu atau keluarga. Bidan memfasilitasi agar hubungan ibu/keluarga dapat segera terjalin dengan membiarkan bayi dalam ruang yang sama dengan ibu dan keluarga, memberikan bayi kepada ibu/keluarga agar menyentuhnya, mengajaknya berkomunikasi atau memperhatikan kekhasan bayi.
7.      Mendorong ibu untuk menyusi bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman
Ibu akan mengalamai after pain atau ketidaknyamanan lain sehingga sedikit “melupakan” bayinya. Bidan harus mendorong ibu untuk memberikan bayinya, namun bidan tetap memperhatikan kenyamanan ibu.
8.      Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan dengan ibu dan anak serta mampu melakukan kegiatan administrasi,
9.      Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
10.  Memberikan konseling pada ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktikan kebersihan yang aman
11.  Melakukan menejemen yang aman dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosis dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk memperoleh proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama nifas
12.  Memberikan asuhan secara profesional


D.    Tahapan Post partum
1.      Puerperium dini : 0-24 jam postpartum, yaitu keadaan pulih dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan
2.      Puerperium intermedial : kepulihan alat-alat kandungan secara menyeluruh yang lamanya 6-8 minggu
3.      Remote puerperium : kepulihan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau persalinan mengalami komplikasi, mungkin dapat berminggu-minggu, bulan atau tahun
      Tahapan nifas ini tidak perlu diaplikasikan secara kaku. Penekanannya pada kepastian agar semua ibu mendapatkan akses terhadap asuhan postpartum dan informasi tentang kapan mendapatkan asuhan tersebut

E.     Kunjungan Post partum
Ibu nifas sebaiknya paling sedikit melakukan 4 kali kunjungan masa nifas, dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah–masalah yang terjadi. Dimana hal ini dilakukan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik, melaksanakan skirining yang komperhensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya, memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat, serta memberikan pelayanan keluarga berencana.
Namun dalam pelaksanaan kunjungan masa nifas sangat jarang terwujud dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor fisik dan lingkungan ibu yang biasanya ibu mengalami keletihan setelah proses persalinan dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk beristirahat, sehingga mereka enggan untuk melakukan kunjungan nifas kecuali bila tenaga kesehatan dalam hal ini bidan yang melakukan pertolongan persalinan datang melakukan kunjungan ke rumah ibu. Dilihat dari faktor lingkungan dan keluarga juga berpengaruh dimana biasanya ibu setelah melahirkan tidak dianjurkan untuk berpergian sendiri tanpa ada yang menemani sehingga ibu memiliki kesulitan untuk menyesuaikan waktu dengan anggota keluarga yang bersedia untuk mengantar ibu melakukan kunjungan nifas.
Asuhan post partum di rumah difokuskan pada pengkajian, penyuluhan dan konseling. Dalam memberikan asuhan kebidanan di rumah bidan dan keluarga diupayakan dapat berinteraksi dalam suasana yang respek dan kekeluargaan. Tantangan yang dihadapi bidan dalam melakukan pengkajian dan peningkatan perawatan pada ibu dan bayi di rumah pada pelaksanaannya bisa cukup umur, sehingga bidan akan memberi banyak kesempatan untuk menggunakan keahlian berpikir secara kritis untuk meningkatkan suatu pikiran kreatif perawatan bersama keluarga.
1.      Perencanaan Kunjungan Rumah
a.       Merencanakan kunjungan rumah dalam waktu tidak lebih dari 24-48 jam setelah   kepulangan klien ke rumah
b.      Pastikan keluarga telah mengetahui rencana mengenai kunjungan rumah dan waktu kunjungan bidan ke rumah telah direncanakan bersama anggota keluarga.
c.       Menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan.

2.      Keamanan merupakan hal yang harus dipikirkan oleh bidan. Tindakan kewaspadaan ini dapat meliputi:
a.       Mengetahui dengan jelas alamat yang lengkap arah rumah klien
b.      Gambar rute alamat klien dengan peta sebelum berangkat perhatikan keadaan disekitar lingkungan rumah klien
c.       Beritahu rekan kerja anda ketika anda pergi untuk kunjungan
d.      Beri kabar kepada rekan anda segera setelah kunjungan selesai

Kesehatan ibu merupakan komponen yang sangat penting dalam kesehatan reproduksi karena seluruh komponen yang lain sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Apabila ibu sehat maka akan menghasilkan bayi yang sehat yang akan menjadi generasi kuat. Ibu yang sehat juga menciptakan keluarga sehat dan bahagia.
Kebijakan nasional dalam kunjungan masa nifas minimal 4 (empat) kali untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah yang terjadi. Menurut Bahiyatun (2009:3) adalah sebagai berikut:
1.      Kunjungan I (dalam 6-8 jam post partum) dengan tujuan:
a.       Mencegah perdarahan karena atonia uteri.
      Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (saifuddin 2002: 122). Salah satu penyebab kematian tersebut adalah perdarahan, oleh karenanya upaya pencegahan perdarahan karena atonia uteri wajib dilakukan dengan cara melakukan massase pada uterus yang akan merangsang produksi hormon oksitosin sehingga akan memperbaiki kontraksi uterus dan dapat mencegah perdarahan karena atonia uteri.
      Stimulasi dengan pijatan lembut (massase) dibagian fundus rahim menyebabkan perdarahan vagina meningkat untuk sementara yang terlihat sebagai bekuan darah yang di dorong keluar (Bobak dkk 2005).
b.      Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan rujuk bila tetap berlanjut.
      Perdarahan pada masa nifas dapat disebabkan oleh atonia uteri. Bila uterus tetap lunak walaupun telah di massase dan bekuan darah telah keluar maka petugas kesehatan harus tetap bersama pasien dan memberi pertolongan seperti cairan intravena dan obat-obat oksitosik.
c.       Berikan konseling pada ibu dan atau keluarga tentang cara mencgah perdarahan karena atonia uteri.
      Pemahaman tentang penyebab dan bahaya atonia uteri serta tujuan massase dapat membuat ibu bersedia bekerjasama. Mengajarkannya membuat ibu mampu mempertahankan kendali dan mengurangi rasa cemas.
      Distensi kandung kemih juga dapat menyebabkan perdarahan sehingga perlu di cegah. Kandung kemih penuh akan mendorong uterus keatas umbilikus dan ke salah satu sisi abdomen sehingga mencegah uterus berkontraksi secara normal (Bobak dkk 2005).
d.      Pemberian ASI awal, satu jam setelah IMD berhasil dilakukan.
      Reflek isap bayi paling kuat pada jam-jam pertama. Setelah itu bayi mengantuk. Bila bayi lahir tidak bermasalah maka sesegera mungkin (dalam waktu 30 menit) setelah lahir bayi diberikan kepada ibunya untuk merangsang payudara akan mempercepat timbulnya reflek prolaktin dan mempercepat produksi ASI (Suradi dkk 2004).
e.       Melakukan hubungan antara ibu (dan keluarga) dengan BBL
Tindakan yang diberikan:
1)      IMD: kulit bayi bersentuhan langsug dengan kulit ibu yang akan menumbuhkan ikatan batin ibu dengan bayi sekaligus membantu mempertahankan suhu tubuh bayi.
2)      Anjurkan klien untuk menggendong, menyentuh dan memeriksa bayi. Kontak fisik yang dekat segera setelah kelahiran memudahkan proses ikatan dan menggunakan kesempatan penerimaan bayi selam periode awal reaktivitas, yang bertepatan dengan masa meningkatkan kesadaran (“kegembiraan”) ibu pada jam pertama post partum (Doenges dan Moorhouse 2001).
3)      Anjurkan ayah untuk menyentuh dan menggendong bayi dan membantu dalam perawatan bayi. Hal ini berarti membantu memfasilitasi ikatan atau kedek atan antara ayah dan bayi, secara umum ayah menyatakan perasaan ikatan khusus pada bayi (Doenges dan Moorhouse 2001)
4)      Observasi dan catat interaksi bayi – keluarga, perhatikan perilaku yang menunjukkan ikatan dan kedekatan dalam budaya khusus. Misal kontak mata dengan mata, posisi menghadap wajah bayi, nada berbicara, cara menggendong di hubungkan dengan budaya tertentu (Doenges dan Moorhouse 2001)
5)      Catat pengungkapan/ perilaku yang menunjukkan kekecewaan atau kurang minat/ kedekatan. Datangnya anggota baru (bayi) sekalipun sudah diinginkan dan diantisipasi, dapat menciptakan periode disekuilibrium sementara sehingga memerlukan penggabungan bayi dalam keluarga (Doenges dan Moorhouse 2001)
f.       Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
      Bayi baru lahir sangat rawan untuk mengalami hipotermi, oleh karena itu harus diupayakan agar terhindar dari hal-hal yang menyebabkan hipotermi baik evaporasi, konduksi, radiasi maupun konveksi.
g.      Mendampingi ibu dan bayi sampai 2(dua) jam postpartum atau sampai keadaan stabil
      Masa-masa ini adalah masa rawan terjadinya komplikasi masa nifas yaitu adanya perdarahan. Oleh karenanya, ibu harus didampingi sambil dilakukan pemantauan.

2.      Kunjungan II (2-6 hari postpartum)dengan tuuan :
a.       Memastikan involusio uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,fundus dibawah umbilikus,tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b.      Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi.
c.       Memastikan bahwa ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
d.      Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak menunjukkan tanda-tanda penyulit
e.       Memberikan onseling pada ibu menganai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari (Bahiyatun. 2009: 4) serta tentang posyandu dan imunisasi (Pusdiknakes- WHO-JHPIEGO 2003)
3.      Kunjungan III (2 minggu post partum), dengan tujuan sama seperti kunjungan II.
4.      Kunjungan IV (6 minggu post partum) dengan tujuan :
a.       Mengkaji tentang kemungkinan penyulit pada ibu atau bayinya
b.      Memberikan konseling untuk KB secara dini
Ada istilah lain dalam kunjungn nifas: yaitu KF1 (6-48 jam), KF2 (3-7 hari), KF3 (8-28 hari), dan KF4 (28-42 hari).
F.     Manajemen Asuhan pada Ibu Post Partum di Rumah
1.      Definisi
            Manajemen asuhan kebidanan adalah pendekatan dan kerangka berfikir yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengumpulan data, diagnose kebidanan. Perencanaan , pelaksaan dan evaluasi. Asuhan ibu postpartum adalah asuhan yang diberikan kepada ibu segera setelah kelahiran, sampai 6 minggu setelah kelahiran.
2.      Tujuan
            Adapun tujuannya yaitu untuk memberikan asuhan yang adekuat dan terstandar pada ibu segera setelah melahirkan dengan memperhatikan riwayat selama kehamilan dalam persalinan dan keadaan segera setelah melahirkan agar terlaksananya asuhan segera/ rutin pada ibu post partum termasuk melakukan pengkajian, membuat diagnosa, mengidentifikasi masalah dan kebutuhan ibu, mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial, tindakansegera serta merencanakan asuhan.
3.      Manajemen ibu postpartum antara lain :
a.       Pengkajian/ Pengumpulan data
Didasarkan pada data subjektif daan juga Objektif.
1)      Melakukan pengkajian dgn mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan ibu.
2)      Melakukan pemeriksaan awal post partum.
3)      Meninjau catatan/ record pasien, seperti :
a)      Catatan perkembangan antepartum dan intra partum
b)      Berapa lama (jam/ hari) pasien post partum
c)      Keadaan suhu, nadi, respirasi dan Tekanan Darah postpartum
d)     Pemeriksaan laboratorium & laporan pemeriksaan tambahan
e)      Catatan obat-obat
f)       Catatan bidan/ perawat
4)      Menanyakan riwayat kesehatan & keluhan ibu,seperti :
a)      Mobilisasi
b)      BAK dan BAB
c)      Keadaan Nafsu makan
d)     Ketidaknyamana/ rasa sakit
e)      Kekhawatiran
f)       Makanan bayi
g)      Reaksi pada bayi
5)      Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi :
a)      Tekanan Darah, Suhu, nadi
b)      Kepala, wajah, mulut dan Tenggorokan, jika diperlukan
c)      Payudara & putting susu
d)     Auskultasi paru-paru, jika diperlukan
6)      Abdomen yang di lihat adalah kandung kencing, keadaan uterus (perkembangannya)
7)      Lochea yang dilihat adalah warna, jumlah dan bau
8)      Perineum : edema, inflamasi, hematoma, pus, bekas luka episiotomi/robek, jahitan, memar,hemorrhoid (wasir/ambeien).
9)      Ekstremitas : varises, betis apakah lemah dan panas,edema, reflek.

b.      Menginterpretasikan Data.
Melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah adalah diagnosa berdasarkan interpretasi yangg benar atas data yg telah dikumpulkan. Diagnosa, masalah dan kebutuhan ibu postpartum tergantung dari hasil pengkajian terhadap ibu.

c.       Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi berdasarkan masalah atau diagnosa yang sudah diidentifikasidan merencanakan antisipasi tindakan.
Contoh :
Diagnosa                     : Bendungan Payudara
Masalah potensial        : Mastitis
Antisipasi Tindakan    : kompres hangat payudara
d.      Menetapkan Tindakan Seger
Mengidentifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi pasien.
Contoh :
1)      Ibu kejang, segera lakukan tindakan segera untuk mengatasi kejangdan segera berkolaborasi merujuk ibu untuk perawatan selanjutnya.
2)      Ibu tiba-tiba mengalami perdarahan, lakukan tindakan segera sesuai dengan keadaan pasien, misalnya : bila kontraksi uterus kurang baik segera berikan uterotonika. Bila teridentifikasi adanya tanda2 sisa plasenta, segera kolaborasi dgn dokter utk tindakan curettage.
e.       Membuat Rencana Asuhan
Yaitu dengan Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan dari langkah sebelumnya.
Contoh :
1)      Manajemen asuhan awal postpartum :
a)      Kontak dini dan sesering mungkin dengan bayi.
b)      Mobilisasi/istirahat baring di tempat tidur
c)      Gizi/ diet
d)     Perawatan perineum

2)      Asuhan lanjutan :
a)      Tambahan vit atau zat besi atau keduanya jika diperlukan
b)      Perawatan payudara
c)      Pemeriksaan lab terhadap komplikasi jika diperlukan
d)     Rencana KB
e)      Mengubah Kebiasaan rutin yang tidak bermanfaat bahkan membahayakan
f.       Implementasi Asuhan :
Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman daripada rencana asuhan tadi.
g.      Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif atau merencanakan kembali asuhan yang belum terlaksana jika masih ada.
     
Menurut Bahiyatun (2009), manajemen kebidanan terbagi atas :
a.       Manajemen nyeri dan ketidaknyamanan
Pada masa nifas banyak terjadi, walaupun tanpa komplikasi saat melahirkan.
b.      After pain atau kram perut
Disebabkan oleh adanya serangkaian kontraksi dan relaksasi yang terus-menerus pada uterus, lebih banyak terjadi pada wanita dengan paritas yang banyak (multipara) dan wanita menyusui.
c.       Pembengkakan payudara
Terjadi karena adanya gangguan antara akumulasi air susu dan meningkatnya vaskularitas dan kongesti
d.      Manajemen konstipasi
Sebagian besar wanita akan defekasi dalam waktu tiga hari pertama setelah persalinan kemudian akan kembali kekebiasaan semula

e.       Manajemen hemoroid
Jika pasien tidak menderita hemoroid akan hilang dalam beberapa minggu, selama kehamilan sebagian wanita mengalami perdarahan yang keluar dari anus.
f.       Manajemen Diuresis dan Diaforesis
Selama kehamilan, terjadi penyimpanan cairan tambahan untuk membantu meningkatkan pertumbuhan bayi.
g.      Manajemen infeksi
1)      Infeksi genital
Disebabkan karena adanya luka pada area pelepasan plasenta, laserasi pada saluran genital.
2)      Infeksi saluran kemih
Dapat terjadi karena kurang menjaga kebersihan.
3)      Infeksi saluran pernapasan atas
h.      Manajemen cemas
Peran bidan
1)      Bidan dapat memperhatikan dan memberi ucapan selamat atas kehadiran bayinya.
2)      Bidan dapat memberikan informasi dan konseling mengenai kebutuhan ini.
3)      Bidan dapat mendukung pendidikan kesehatan.

4.      Post partum group
Di dalam melaksanakan asuhan pada ibu post partum di komunitas salah satunya adalah dalam bentuk kelompok. Ibu post partum dikelompokkan dengan mempertimbangkan jarak antara satu orang ibu post partum dengan ibu post partum lainnya. Kegiatan dapat dilaksanakan di salah satu rumah ibu post partum/ posyandu danpolindes. Kegiatannya dapat berupa penyuluhan dan konseling.tentang :


a.       Kebersihan diri
1)      Menganjurkan kebersihan seluruh tubuh.
2)      Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikanbahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
3)      Menyarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
4)      Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
5)      Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
b.      Istirahat
1)      Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
2)      Menyarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kagiatan rumah tangga biasa secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
3)      Menjelaskan kepada ibu bahwa kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai hal : 
a)      Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.
b)      Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
c)      Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri


c.       Gizi
6)      Nasi 200 gram (1 piring sedang)
7)      Lauk 1 potong sedang
8)      Tahu/tempe 1 potong sedang
9)      Sayuran 1 mangkuk sedang
10)  Buah1 potong sedang
11)  Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
12)  Makanan dengan diet berimbang: protein, mineral, vitamin yang cukup
13)  Minum sedikitnya 3 liter per hari (8 gelas sehari)
14)  Meminum pil zat besi selama 40 hari pasca persalinan
15)  Minum kapsul vitamin A
d.      Menyusui
1)      Nasi 200 gram (1 piring sedang)
2)      Lauk 1 potong sedang
3)      Tahu/tempe 1 potong sedang
4)      Sayuran 1 mangkuk sedang
5)      Buah1 potong sedang
6)      Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
7)      Makanan dengan diet berimbang: protein, mineral, vitamin yang cukup
8)      Minum sedikitnya 3 liter per hari (8 gelas sehari)
9)      Meminum pil zat besi selama 40 hari pasca persalinan
10)  Minum kapsul vitamin A
e.       Lochea
Pembagian lochea antara lain:
1)      Lochea rubra (1-3 hari postpartum) : warna merah segar dan berisi gumpalan darah, sisa selaput ketuban, sisa vernik, lanugo.
2)      Lochea sanguolenta (3-7 hari postpartum) : berwarna merah kekuningan, berisi darah dan vernik kaseosa.
3)      Lochea serosa (7-14 hari postpartum) : Berwarna kekuning-kuningan, berisi serum
4)      Lochea alba ( 14-40 hari post partum) : berwarna putih.
f.       Involusi uterus
      Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi placenta. Pada involusi uteri, jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil sehingga akhir kala nifas besarnya seperti semula dengan berat 30 gram.
g.      Senggama
Secara fisik untuk memulai hubungan suami istri, begitu darah merah berhenti, ibu dapat memasukkan satu atau dua jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Memulai hubungan suami istri tergantung pada pasangannya.
h.      Keluarga berencana
Pembicaran awal tentang kembalinya masa subur dan melanjutkan hubungan seksual setelah selesai masa nifas, kebutuhan akan pengendalian kehamilan dan penjelasan mengenai metode kontrasepsi seperti Metode Amenorea Laktasi selama 6 bulan post partum.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Asuhan ibu postpartum adalah suatu bentuk manajemen kesehatan yang dilakukan pada ibu nifas dimasyarakat. Pemberian asuhan secara menyeluruh, tidak hanya kepada ibu nifas, akan tetapi pemberian asuhan melibatkan seluruh keluarga dan anggota masyarakat disekitarnya.
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa krisis baik ibu maupun bayinya. Oleh karena itu perlu dilakukan kunjungan pada ibu nifas sesuai jadwal yaitu :
a.       Kunjungan pertama : 6-8 jam post partum
b.      Kunjungan kedua : 6 hari post partum
c.       Kunjungan ketiga : 2 minggu post partum
d.      Kunjungan keempat : 6 minggu post partum
 Dimana dalam kunjungan tersebut dilakukan asuhan mengenai : Kersihan Diri, istirahat, latihan, gizi, perawatan payudara, hubungan perkawinan, serta Keluarga Berencana (KB).
Dalam memberikan asuhan tersebut maka ibu post partum dikumpulkan dalam satu komunitas yang disebut Post partum group dan ibu diberi pengetahuan dan penyuluhan mengenai asuhan pada masa nifas.

B.     Saran
Kunjungan masa nifas harus dilakukan sesuai jadwal dengan tujuan agar ibu mendapat asuhan sesuai yang dibutuhkan pada masa nifas. Ibu post partum diberi penyuluhan mengenai apa yang harus ibu lakukan pada masa nifas tersebut.



DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri : obstetri fisiologi dan obstetri patologi. Jakarta: EGC.
Runjati. 2010. Asuhan Kebdanan Komunitas. Jakarta: EGC.
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta : ANDI
Syafrudin dan Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC
Yulifah, Rita dan Yuswanto,Tri.2009.Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.





No comments:

Post a Comment