truth


counters

nama

Monday 15 June 2015

PROGRAM PEMERINTAH YANG BERKAITAN DENGAN KIA/KB DI WILAYAH KERJA (PWS KIA, Analisis Tindak Lanjut, Pelembagaan PWS KIA, Upaya Pembinaan pada Dukun Bayi)



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan msyarakat yang setinggi tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan peri kemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, manusia usia lanjut (manula), dan keluarga miskin.
Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan beberapa indicator status kesehatan masyarakat. Dewasa ini AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya. Menurut data survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI 228 / 100.000 Kelahiran Hidup, AKB 34 / 1000 Kelahiran Hidup, AKN 19 / 1000 Kelahiran Hidup, AKABA 44 / 1000 Kelahiran Hidup.
Dalam upaya penurunan Angka Kemtian Ibu dan Anak Indonesia, sistim pencatatan dan pelaporan merupakan komponen yang sangat penting. Selain sebagai alat untuk memantau kesehatan ibu daan bayi, bayi baru lahir, bayi dan balita, juga untuk menilai sejuh mana keberhasilan program serta sebagai bahan untuk membuat perencanaan di tahun – tahun berikutnya, dengan melaksanakan berbagai program KIA.
Agar pelaksanaan program KIA, aspek peningkatan mutu pelayanan program KIA tetap diharapkan menjadi kegiatan prioritas di tingkat kabupaten atau kota. Peningkatan mutu program KIA juga dinilai dari besarnya ckupan program di masing – masing wilayah kerja. Untuk itu, besarnya cakupan pelayanan KIA disuatu wilayah kerja perlu dipantau secara terus menerus, agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai kelompok mana dalam wilayah kerja tersebut yang paling rawan.
Selain itu untuk membantu mengurangi angka kematian dan kesakitan ibu dan bayi tersebut serta meningkatkan mutu pelayanan program KIA, Bidan haruslah dapat membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas program lintas sector dan mitra lainnya serta dapat bekerjasama dengan masyarakat, sehingga masyarakat dapat dibina dalam proses tersebut. Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk menulis tentang PWS-KIA.

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apakah yang dimaksud dengan PWS KIA?
2.      Bagaimanakah analisis tindak lanjut dari PWS KIA?
3.      Bagaimanakah pelembagaan dari PWS KIA?
4.      Bagaimanakah upaya pembinaan pada dukun bayi?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui PWS KIA
2.      Untuk mengetahui analisis tindak lanjut dari PWS KIA
3.      Untuk mengetahui pelembagaan dari PWS KIA
4.      Untuk mengetahui upaya pembinaan pada dukun bayi


BAB II
PEMBAHASAN

A.    PWS KIA
Program Kesehatan Ibu dan Anak (IKA) merupakan salah satu program pokok di Puskesmas yang mendapat prioritas tinggi, mengingat kelompok ibu hamil, menyusui, bayi dan anak merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap kesakitan-kematian.  (Departemen Kesehatan, 1992)
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS–KIA) adalah alat manajemen program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah (Puskesmas/kecamatan) secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa yang cakupan pelayanan KIA nya masih rendah. ( Depkes, 1994)
Tujuan umum PWS-KIA yaitu meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di wilayah kerja Puskesmas, melalui pemantauan cakupan pelayanan KIA di tiap desa secara terus-menerus. Tujuan Khusus memantau cakupan pelayanan KIA yang dipilih sebagai indikator, secara teratur (bulanan) dan berkesinambungan (terus-menerus) untuk tiap desa, menilai kesenjangan antara target yang ditetapkan dan pencapaian sebenarnya untuk tiap desa, menentukan urutan desa prioritas yang akan ditangani secara intensif berdasarkan besarnya kesenjangan antara target  dan pencapaia, merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia dan yang dapat digali, membangkitkan peran pamong setempat dalam penggerakan sasaran dan mobilisasi sumber daya.
Dalam penerapan PWS-KIA digunakan batasan operasional dan indikator pemantauan seperti diuraikan berikut ini :
 
1.      Pelayanan Antenatal
Pelayanan Antenatal (ANC) merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional untuk ibu selama masa kehamilannya, yang dilakukan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan. Standar operasional yang ditetapkan untuk ANC adalah “5T”, yakni :
a.       Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
b.      (Ukur) Tekanan darah.
c.       (Pemberian imunisasi) Tetanus Toxoid (TT) lengkap.
d.       (Ukur) Tinggi fundus uteri.
e.        (Pemberian) Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan     
2.      Penjaringan (Deteksi) Dini Kehamilan Berisiko
Kegiatan ini bertujuan untuk menemukan ibu hamil berisiko yang dapat dilakukan oleh kader, dukun bayi, dan tenaga kesehatan.
3.      Kunjungan Ibu Hamil
Maksudnya adalah kontak ibu hamil dengan tenaga profesional untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan.
4.      Kunjungan Baru Ibu Hamil (K1)
Adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan.
5.      Kunjungan Ulang
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang kedua dan seterusnya untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar selama satu periode kehamilan berlangsung.
6.      K4
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang ke empat atau lebih untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar, dengan syarat :
a.       Minimal satu kali kontak pada trimester I
b.      Minimal satu kali kontak pada trimester II
c.       Minimal dua kali kontak pada trimester III


7.      Kunjungan Neonatal (KN)
Adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal dua kali.
KN 1 = kontak neonatal dengan tenaga profesional pada umur 0-7 hari.
KN 2 = kontak neonatal dengan tenaga profesional pada umur 8-28 hari.
8.      Cakupan Akses
Adalah persentase ibu hamil di suatu wilayah, dalam kurun waktu tertentu, yang pernah mendapat pelayanan antenatal sesuai standar. paling sedikit satu kali selama kehamilan.
9.      Cakupan Ibu Hamil (Cakupan K4)
Pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, yaitu minimal satu kali pada  triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua, dan dua kali pada triwulan ketiga.
10.  Sasaran Ibu Hamil
Adalah jumlah semua ibu hamil di wilayah dalam kurun waktu satu tahun.
11.  Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Adalah presentase ibu bersalin di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu,yang ditolong persalinannya oleh tenakes.
12.  Cakupan Penjaringan Ibu Hamil Berisiko oleh Masyarakat
Adalah persentasi ibu hamil beresiko yang ditemukan oleh kader dan dukun bayi, dan kemudian dirujuk ke puskesmas atau tenakes, dalam kurun waktu tertentu.
13.  Cakupan Ibu Hamil Berisiko oleh Tenaga Kesehatan
Adalah persentase ibu hamil beresiko yang ditemukan baik oleh tenakes, maupun oleh kader/ dukun bayi yang tealah dipastikan oleh tenakes, yang kemudian ditindak lanjuti (dipantau secara intensif dan ditangani sesuai kewenangan dan/ atau dirujuk ketingkat pelayanan yang lebih tinggi),dalam kurun waktu tertentu.
14.  Ibu Hamil Berisiko
Adalah ibu hamil yang punya faktor resiko dan resiko tinggi, kecuali ibu hamil normal.

15.  Cakupan Kunjungan Neonatal (KN)
Adalah presentase neonatal yang memperoleh pelayanan kesehatan minimal 2 kali dari tenakes 1 kali pada umur 0-7 hari dan 1 kali pada uimur 8-28 hari.

Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS-KIA meliputi indikator yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program KIA. Ditetapkan 6 indikator PWS-KIA yaitu;
1.      Akses pelayanan antenatal ( cakupan K1 )
Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta,kemampuan program dalam menggerakan masyarakat
RUMUS:
               Jumlah kunjungan baru (K1) ibu hamil  x 100%
Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun

2.      Cakupan ibu hamil ( Cakupan K4 )
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap
RUMUS:
               Jumlah kunjungan  ibu hamil (K4)  x 100%
Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun

3.      Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan, dan ini menggambarkan kemampuan manajemen program KIA dalam pertolongan persalinan secara profesional
RUMUS:
          Jumlah persalinan oleh tenakes          x 100%
Jumlah seluruh sasaran persalinan dalam satu tahun


4.      Deteksi ibu hamil beresiko oleh masyarakat
dengan indikator ini dapat diukur tingkat kemampuan dan peran serta masyarakat dalam melakukan deteksi ibu hamil yang beresiko dalam satu wilayah
RUMUS:
               Jumlah Ibu hamil beresiko yang dirujuk oleh dukun
Bayi /kader ke tenakes                                                x 100%
Jumlah seluruh sasaran ibu hamil dalam satu tahun

5.      Deteksi ibu hamil beresiko oleh tenaga kesehatan
Dengan indikator ini dapat diperkirakan besarnya masalah yang dihadapi oleh program KIA dan harus ditindak lanjuti dengan intervensi secara intensif
RUMUS:
               Jumlah Ibu hamil beresiko yang ditemukan oleh tenakes
dan atau dirujuk oleh dukun bayi dan kader                      x 100%
Jumlah seluruh sasaran ibu hamil dalam satu tahun

6.      Cakupan pelayanan neonatal oleh tenaga kesehatan
dengan indikator ini dapat diketahui jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan neonatal
RUMUS:
Jumlah kunjungan neonatal yang mendapat Pelayanan
kesehatan minimal dua kali oleh tenakes                         x 100%
Jumlah seluruh sasaran bayi dalam satu tahun





PWS-KIA   disajikan dalam bentuk grafik dari tiap indikator yang  dipakai, juga menggambarkan pencapaian tiap desa dalam tiap bulan.
Dengan demikian tiap bulanannya dibuat 6 grafik yaitu:
1.      Grafik cakupan K1
2.      Grafik cakupan K4
3.      Grafik cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
4.      Grafik penjaringan ibu hamil berisiko oleh masyarakat
5.      Grafik penjaringan ibu hamil berisiko oleh tenaga kesehatan
6.      Grafik cakupan neonatal oleh tenaga kesehatan

Langkah-langkah pokok dalam pembuatan grafik PWS-KIA
1.      Pengumpulan data
2.      Pengolahan data
3.      Penggambaran grafik PWS-KIA

Di bawah ini contoh perhitungan / pengelolaan data untuk cakupan K1:
1.      Perhitungan untuk cakupan K1 (Akses)
a.       Pencapaian kumulatif per desa adalah :
Pencapaian cakupan kumulatif bumil baru per desa
(Januari s/d April 2007)                                                .  x 100%
 Sasaran Bumil per desa selama satu tahun

b.      Pencapaian bulan ini per desa
Pencapaian cakupan bumil baru per desa
 April 2007                                                         .  x 100%
 Sasaran Bumil per desa selama satu tahun

c.       Pencapaian Bulan lalu per desa adalah
Pencapaian cakupan bumil baru per desa
                        Selama Bulan Maret 2007                               .  x 100%
                        Sasaran Bumil per desa selama satu tahun
Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat grafik PWS-KIA (dengan menggunakan indikator cakupan K1) sebagai berikut :
1.      Menentukan target rata-rata per bulan untuk menggambarkan skala pada grafik vertical ( sumbu Y). Misalnya : target cakupan ibu hamil baru (cakupan K1) dalam satu tahun ditentukan 90% (garis a), maka sasaran rata-rata setiap bulan:
90%    7,5%
12 bl
Dengan demikian, maka sasaran pencapaian kumulatif sampai dengan Bulan April adalah (4 x 7,5% =) 30 % (garis b)
2.      Hasil perhitungan pencapaian kumulatif cakupan K1 sampai bulan April dimasukkan dalam jalur % kumulatif secara berurutan sesuai peringkat. Pencapaian tertinggi di sebelah kiri dan terendah di sebelah kanan, sedangkan pencapaian untuk Puskesmas dimasukkan ke dalam kolom terakhir.
3.      Nama desa bersangkutan dituliskan dalam lajur desa, sesuai dengan cakupan kumulatif masing-masing desa yang dituliskan pada butir b diatas.
4.      Hasil perhitungan pencapaian bulan ini ( April ) dan bulan lalu ( Maret ) untuk tiap desa dimasukkan kedalam lajur masing-masing
5.      Gambar anak panah dipergunakan untuk mengisi lajur trend. Bila penacapaian cakupan bulan ini lebih besar dari cakupan bulan lalu, maka digambar anak panah yang menunjuk ke atas. Sebaliknya, untuk cakupan bulan ini yang lebih rendah dari cakupan bulan lalu, digambarkan anak panah yang menunjuk ke bawah ; sedangkan untuk cakupan yang tetap atau sama digambarkan dengan tanda (-)





Contoh grafik akses ibu hamil bulan April 2007 Puskesmas Sukamejeng                  
Des 90,0%
Nov 82,5%
Okt 75,0 %
Sep 67,5%
Ags 60,0%
Juli 52,5%
Juni 45%
Mei 37,5%
Apr 30,0%
Mar 22,5%
Feb 15,0%
Jan 7,5 %









Target 30,0%
         





















% kumulatif
55
48
40
22,5
15

40

% bulan ini
14
6
7,5
7,5
6

9

% bulan lalu
10
8
7,5
10
4

7

TREND


  _


Desa
A
B
C
D
E

Pusk


B.     Analisis Tindak Lanjut
Grafik PWS-KIA perlu di analisis dan ditafsirkan, agar dapat diketahui desa mana yang paling memerlukan perhatian dan tindak lanjut yang perlu dilakukan.Contoh: Analisis grafik PWS-KIA
Analisis dari grafik cakupan ibu hamil baru (akses) pada pemantauan bulan April 2007 dapat digambarkan dalam matriks seperti di bawah ini.:
Desa
Cakupan terhadap target
Terhadap cakupan bulan lalu
Status Desa

Di atas
Di bawah
Naik
Turun
Tetap
A
B
C
D
E
+
+
+



+
+
+



+

+

+


+
Baik
Kurang
Baik
Jelek
Cukup

Dari matriks di atas dapat disimpulkan adanya 4 macam status cakupan desa, yaitu :
1.      Status Baik
Adalah desa dengan cakupan diatas target yang ditetapkan untuk bulan April 2007, dan mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang meningkat atau tetap jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa-desa ini adalah Desa A dan C. jika keadaan tersebut berlanjut, maka desa-desa tersebut akan mencapai atau melebihi target tahunan yang ditentukan.
2.      Status Kurang
Adalah desa dengan cakupan diatas target yang ditetapkan untuk bulan April 2007, dan mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang menurun jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa dalam kategori ini adalah Desa  B, yang perlu mendapatkan perhatian karena cakupan bulan ini hanya 6 %. Jika cakupan terus menurun,, maka desa tersebut tidak akan mencapai target tahunan yang ditentukan.
3.      Status Cukup
Adalah desa dengan cakupan dibawah target yang ditetapkan untuk bulan April 2007, dan mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang meningkat jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa dalam kategori ini adalah Desa  E, yang perlu didorong agar cakupan bulanan selanjutnya tidak lebih kecil daripada cakupan bulanan minimal. Jika keadaan tersebut dapat terlaksana, maka desa ini kemungkinan besar akan mencapai target tahunan yang ditentukan.
4.      Status Jelek
Adalah desa dengan cakupan dibawah target yang ditetapkan untuk bulan April 2007, dan mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang menurun jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa dalam kategori ini adalah Desa  D, yang perlu diprioritaskan untuk pembinaan agar cakupan bulanan selanjutnya tidak lebih kedapat ditingkatkan di atas cakupan bulanan minimal agar dapat mengejar kekurangan target sampai bulan April 2007, sehingga dapat pula mencapai target tahunan yang  ditentukan.
5.      Rencana Tindak Lanjut
Bagi kepentingan program, analisis PWS-KIA ditujukan untuk menghasilkan suatu keputusan tindak lanjut teknis dan non-teknis bagi Puskesmas keputusan tersebut harus dijabarkan dalam bentuk rencana operasional jangka pendek untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi.

C.    Pelembagaan PWS KIA
Pelembagaan PWS-KIA adalah pemanfaatan PWS-KIA secara teratur dan terus menerus pada semua siklus pengambilan keputusan untuk memantau penyelanggaran progam KIA, disemua tingkatan administrasi pemerintah,baik yang bersifat teknis sektoral maupun yang bersifat koordinatif, non-teknis dan lintas sektoral. Dalam upaya pelembagaan PWS KIA dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1.      Penunjukkan petugas pengolahan data di tiap tingkatan, untuk menjaga kelancaran pengumpulan data.
a.       Data hasil kegiatan dikumpulkan oleh puskesmas ditabulasikan kemudian dikirimkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota.
b.      Di puskesmas disusun PWS KIA tingkat puskesmas (per desa/kelurahan) dan di dinas kesehatan kabupaten/kota disusun PWS KIA tingkat kabupaten/kota (per puskesmas).
2.      Pemanfaatan pertemuan lintas program.
Penyajian PWS KIA pada pertemuan teknis bulanan ditingkat puskesmas (mini lokakarya) dan kabupaten/kota (pertemuan bulanan dinas kesehatan kabupaten/kota), untuk menginformasikan hasil yang telah dicapai, identifikasi masalah, merencanakan perbaikan serta menyusun rencana operasional periode berikutnya. Pada pertemuan tersebut wilayah yang berhasil diminta untuk mempresentasikan upayanya.
3.      Pemantauan PWS KIA untuk meyakinkan lintas sektoral.
PWS disajikan serta didiskusikan pada pertemuan lintas sektoral ditingkat kecamatan dan kabupaten/kota, untuk mendapatkan dukungan dalam pemecahan masalah dan agar masalah operasional yang dihadapi dapat dipahami bersama, terutama yang berkaitan dengan motivasi dan penggerakan masyarakat sasaran.
4.      Pemanfaatan PWS KIA sebagai bahan Musrenbang desa dan kabupaten/kota
Musrenbang adalah suatu proses perencanaan di tingkat desa dan kabupaten/kota. Bidan di desa dapat memberikan masukan berdasarkan hasil PWS KIA kepada tim musrenbang.

D.    Upaya Pembinaan Dukun bayi
Dalam praktiknya, melakukan pembinaan dukun di masyarakat tidaklah mudah. Masyarakat masih menganggap dukun sebagai tokoh masyarakat yang patut dihormati, memiliki peran penting bagi ibu-ibu di desa. Oleh karena itu, di butuhkan upaya agar bidan dapat melakukan pembinaan dukun. Beberapa upaya yang dapat dilakukan bidan di antaranya adalah sebagai berikut:
1.      Melakukan pendekatan dengan para tokoh masyarakat setempat.
2.      Melakukan pendekatan dengan para dukun.
3.      Memberikan pengertian kepada para dukun tentang pentingnya persalinan yang bersih dan aman.
4.      Memberi pengetahuan kepada dukun tentang komplikasi-komplikasi kehamilan dan bahaya proses persalinan.
5.      Membina kemitraan dengan dukun dengan memegang asas saling menguntungkan.
6.      Menganjurkan dan mengajak dukun merujuk kasus-kasus resiko tinggi kehamilan kepada tenaga kesehatan.

Pelaksana supervisi / bimbingan / pembinaan
1.      Dokter
2.      Bidan
3.      Perawat kesehatan
4.      Petugas imunisasi
5.      Petugas gizi



Tempat pelasanaan pembinaan dukun bayi
1.      Posyandu pada hari buka oleh petugas / pembina posyandu
2.      Perkumpulan dukun bayi dilaksankan di puskesmas.

Waktu pelaksanaan pembinaan dukun bayi
1.      Saat kunjungan supervisi petugas puskesmas di posyandu di desa tempat tinggal dukun.
2.      Pertemuan rutin yang telah disepakat
3.      Waktu-waktu lain saat petugas bertemu dengan dukun bayi
4.      Saat mendampingi dukun bayi waktu menolong persalinan

Berikut adalah klasifikasi materi yang di berikan untuk melakukan pembinaan dukun:
1.      Promosi Bidan Siaga
Salah satu cara untuk melakukan promosi bidan siaga, yaitu dengan melakukan pendekatan dengan dukun bayi yang ada di desa untuk bekerja sama dalam pertolongan persalinan. Bidan dapat memberikan imbalan jasa yang sasuai apabila dukun menyerahkan ibu hamil untuk bersalin ke tempat bidan. Dukun bayi dapat di libatkan dalam perawatan bayi baru lahir. Apabila cara tersebut dapat di lakukan dengan baik, maka dengan kesadaran, dukun akan memberitaukan ibu hamil untuk melakukan persalinan di tenaga kesehatan (bidan). Ibu dan bayi selamat, derajat kesehatan ibu dan bayi di wilayah tersebut semakin meningkat.
2.      Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Rujukan
Dukun perlu mendapatkan peningkatan pengetahuan tentang perawatan pada ibu hamil, sehingga materi tentang pengenalan terhadap ibu hamil yang beresiko tinggi, tanda bahaya kehamilan, persalinan, nifas, dan rujukan merupakan materi yang harus di berikan, agar dukun bayi dapat melakukan deteksi dini kegawatan atau tanda bahaya pada ibu hamil, bersalin, nifas dan segera mendapatkan rujukan cepat dan tepat.

Berikut ini adalah materi-materi dalam pelaksanaan pembinaan dukun:
1.      Pengenalan golongan resiko tinggi
Ibu yang termasuk dalam golongan resiko tinggi adalah ibu dengan umur terlalu muda (kurang 16 tahun) atau terlalu tua (lebih 35 tahun), tinggi badan kurang dari 145 cm, jarak antara kehamilan terlalu dekat (kurang dari 2 tahun) atau terlalu lama (lebih dari 10 tahun), ibu hamil dengan anemia, dan ibu dengan riwayat persalinan buruk (perdarahan, operasi, dan lain-lain).
2.      Pengenalan tanda-tanda bahaya pada kehamilan
Pengenalan tanda-tanda bahaya pada kehamilan meliputi perdarahan pada kehamilan sebelum waktunya; ibu demam tinggi; bengkak pada kaki, tangan dan wajah; sakit kepala atau kejang; keluar air ketuban sebelum waktunya; frekuensi gerakan bayi kurang atau bayi tidak bergerak; serta ibu muntah terus menerus; dan tidak mau makan
3.      Pengenalan tanda-tanda bahaya pada persalinan
Tanda-tanda bahaya pada persalinan, yaitu bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak ibu merasakan mulas, perdarahan melalui jalan lahir, tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir, ibu tidak kuat mengejan atau mengalami kejang, air ketuban keruh dan berbau, plasenta tidak keluar setelah bayi lahir, dan ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat.
4.      Pengenalan tanda-tanda kelainan pada nifas
Tanda-tanda kelainan pada nifas meliputi: perdarahan melalui jalan lahir; keluarnya cairan berbau dari jalan lahir; demam lebih dari dua hari; bengkak pada muka, kaki atau tangan; sakit kepala atau kejang-kejang; payudara bengkak disertai rasa sakit; dan ibu mengalami gangguan jiwa.
5.      Pengenalan Dini Tetanus Neonatorum, BBLR, dan Rujukan
a.       Tetanus neonatorum
Dari 148 ribu kelahiran bayi di indonesia, kurang lebih 9,8% mengalami tetanus neonatorum yang berkaitan pada kematian. Pada tahun 1980 tetanus menjadi penyebab kematian pertama pada bayi usia di bawah satu bulan. Meskipun angka kejadian tetanus neonatorum semakin mengalami penurunan, akan tetapi ancaman masih tetap ada, sehingga perlu diatasi secara serius. Tetanus neonatorum adalah salah satu penyakit yang paling berisiko terhadap kematian bayi baru lahir yang di sebabkan oleh basil clostridium tetani. Tetanus noenatorum menyerang bayi usia di bawah satu bulan, penyakit ini sangat menular dan menyebabkan resiko kematian. Tetanus neonatorum di masyarakat, kebanyakan terjadi karena penggunaan alat pemotong tali pusat yang tidak steril. Gejala tetanus di awali dengan kejang otot rahang (trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut lengan atas dan paha. Dengan diberikan pembekalan materi tetanos noenatorum di harapkan dukun dapat memperhatikan kebersihan alat persalinan, memotivasi ibu untuk melakukan imunisasi, dan melakukan persalinan pada tenaga kesehatan, sehingga dapat menekan angka kejadian tetanus noenatorum.

b.      Tanda-tanda Tetanus Neonatorum :
1)      Bayi baru lahir yang semula bisa menetek dengan baik tiba-tiba tidak bisa menetek.
2)      Mulut mencucu seperti mulut ikan.
3)      Kejang terutama bila terkena rangsang cahaya, suara dan sentuhan.
4)      Kadang-kadang disertai sesak nafas dan wajah bayi membiru.

c.       Penyebab terjadinya Tetanus Neonatorum :
1)      Pemotongan tali pusat pada waktu pemotongan tidak bersih.
2)      Perawatan tali pusat setelah lahir sampai saat puput tidak bersih atau diberi bermacam-macam ramuan.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
PWS-KIA adalah alat manajemen program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah kerja secara terus menerus terutama dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).

B.     Saran
Sebagai seorang bidan sangat ditekankan akan pelayanan yang maksimal karena tuntutan bidan sangatlah berat dan beresiko tinggi terutama pada kesehatan  ibu dan anak. Oleh karena itu seorang bidan wajib menjalankan tugas sesuai standar asuhan kebidanan yang telah ditetapkan sesuai dengan profesi kebidanan.



DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta.
Depkes RI. (2003). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta.
Depkes RI. (2002). Standar Profesi Kebidanan. Jakarta.
Depkes RI. (2002). Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta.
Syahlan, J.H. (1996). Kebidanan Komunitas. Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan.
Meilani, N. dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Fitramaya : Yogyakarta
Hermawan, C. Lukas, dkk.2009. Pedoman PWS-KIA. Depkes RI : Jakarta
Runjati. 2010.  Asuhan Kebidanan Komunitas. EGC : Jakarta
Syafrudin. 2009. Kebidanan Komunitas. EGC : Jakarta
Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Pedoman pemantuan wilayah setempat.1998
Kementrian Kesehatan RI. Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Pedoman pemantuan wilayah setempat.2010
http://kartikasridewibatubara.blogspot.com/2013/01/bidan-komunitas.html
http://ukhtina-mai.blogspot.com/2012/05/pembinaan-dukun-bayi.html





No comments:

Post a Comment