BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketuban
pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan.
Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi
proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau
kurang waktu (Cunningham, Mc. Donald, gant, 2002).
Insidensi
ketuban pecah dini lebih kurang 10% dari semua kehamilan. Pada 60-80% kasus KPD
terjadi pada akhir masa kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensiya bervariasi
6-19%. Sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan.
Hampir semua KPD pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan
akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah.(dr.Novan Sp.OG)
Normalnya
selaput ketuban pecah pada akhir kala 1 atau awal kala 2 persalinan. Bisa juga
belum pecah sampai saat mengejan, sehingga perlu dipecahkan(amniotomi). Namun
dalam kehamilan kadang kala terjadi pecah ketuban sebelum waktunya atau yang
sering disebut dengan ketuban pecah dini. Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya
membrane ketuban sebelum persalinan berlangsung. Dalam keadaan normal 8-10%
perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini. (Manuaba, 2002)
Tanda terjadinya
ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina. Aroma air ketuban berbau amis
dan tidak seperti bau amoniak, cairan ini tidak akan berhenti atau kering
karena terus diproduksi sampai kelahiran.
Penanganannya Jika
usia kehamilan lebih dari atau sama dengan 36 minggu biasanya dilakukan induksi
persalinan dengan oksitosin bila tidak ada kontraindikasi. Pada penderita KPD kehamilan kurang
bulan harus menunggu dan mengurangi aktivitas agar tercapainya pematangan paru,
jika selama menunggu tersebut muncul tanda-tanda infeksi, maka segera dilakukan
induksi persalinan tanpa memandang umur kehamilan.
Ketuban
pecah dini berhubungan dengan penyebab kejadian prematuritas dengan insidensi
30-40%. Neonatologis dan ahli obstetri harus bekerja sebagai tim untuk
memastikan perawatan yang optimal untuk ibu dan janin. Sekitar 85% morbiditas
dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas. Ketuban pecah dini
merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran
prematur dan terjadinya infeksi sampai sepsis yang meningkatkan morbiditas dan
mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu (Sarwono, 2008).
Premature
Rupture of Membranes (PROM) atau Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya
ketuban atau kantung ketuban sebelum persalinan dimulai. Ketuban pecah dini
yang terjadi pada kehamilan kurang bulan merupakan masalah yang besar dibidang
obstetrik, karena dapat menimbulkan kontribusi yang besar terhadap morbiditas
dan mortilitas perinatal dan maternal. Jika PROM terjadi sebelum 37 minggu
kehamilan, itu disebut sebagai Preterm Premature Rupture of Membranes (PPROM)
atau pecahnya ketuban terlalu dini.
Dari uraian
diatas, penulis tertarik untuk menulis tentang asuhan kebidanan kepada ibu
hamil dengan Ketuban Pecah Dini karena Ketuban pecah dini merupakan masalah
penting dalam obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan
terjadinya infeksi sampai sepsis yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas
perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa itu ketuban pecah dini (KPD) dan
penyebabnya?
2.
Apa komplikasi dari ketuban pecah
dini (KPD)?
3.
Bagaimanakah asuhan kebidanan pada
ibu hamil dengan Ketuban Pecah Dini (KPD)?
C. Tujuan
1.
Tujuan Umum
a.
Untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Kebidanan IIa di
RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
2.
Tujuan khusus
a.
Mahasiswa mampu mengetahui apa itu ketuban pecah dini (KPD) dan penyebabnya serta komplikasi dari
ketuban pecah dini (KPD)?
b.
Mahasiswa mampu mengkaji dan mengumpulkan data akurat
dari berbagai sumber yang berhubungan dengan kondisi pasien.
c.
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu
hamil dengan ketuban pecah dini (KPD)
D. Manfaat
1. Manfaat
untuk institusi
Memenuhi tugas Praktik Klinik Kebidanan
IIa di RSUD dr. Loekmono Hadi Kudus
2. Manfaat
untuk tenaga kesehatan
Dapat dijadikan referensi pembuatan
makalah asuhan kebidanan kehamilan dengan ketuban pecah dini
3. Manfaat
untuk masyarakat
Memberi pengetahuan terhadap
masyarakat tentang Ketuban pecah dini
BAB II
TINJAUAN
TEORI
A.
Definisi
Ketuban Pecah Dini
Ketuban
Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses persalinan
yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu
(Cunningham, Mc. Donald, gant, 2002).
Ketuban
pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan atau
dimulainya tanda inpartu.
Ketuban
pecah dini didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan.
Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. Ketuban pecah dini dibedakan menurut umur kehamilan ada dua bagian : (Harry oxorn,2010)
KPD saat preterm
(KPDP) adalah ketuban pecah pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
Ketuban
pecah dini memanjang merupakan ketuban pecah dini selama
lebih dari 24 jam yang berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya infeksi
intra amnion.
Menurut waktu terjadinya dibedakan menjadi dua (2001)
1.
Periode
laten, atau yang bisebut “ kejadin Ketuban Pecah Dini” adalah Waktu sejak pecah ketuban
sampai terjadi kontraksi rahim.
2.
Early
ruptura of membran adalah ketuban pecah pada fase laten persalinan.
Premature
Rupture of Membranes (PROM) atau Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya
ketuban atau kantung ketuban sebelum persalinan dimulai. Ketuban pecah dini
yang terjadi pada kehamilan kurang bulan merupakan masalah yang besar dibidang
obstetrik, karena dapat menimbulkan kontribusi yang besar terhadap morbiditas
dan mortilitas perinatal dan maternal. Jika PROM terjadi sebelum 37 minggu kehamilan,
itu disebut sebagai Preterm Premature Rupture of Membranes (PPROM) atau
pecahnya ketuban terlalu dini.
Normalnya
selaput ketuban pecah pada akhir kala 1 atau awal kala 2 persalinan. Bisa juga
belum pecah sampai saat mengejan, sehingga perlu dipecahkan(amniotomi). Namun dalam
kehamilan kadang kala terjadi pecah ketuban sebelum waktunya atau yang sering
disebut dengan ketuban pecah dini. Ada bermacam-macam
batasan/teori/definisi tentang Premature Rupture of Membranes (PROM) sebagai
berikut:
1.
Ada teori yang menghitung berapa jam
sebelum inpartu, misalnya 2/4/6 jam sebelum inpartu.
2.
Ada juga yang mengatakan dalam ukuran
pembukaan servik atau leher rahim pasa kala 1, misalnya ketuban yang pecah
sebelum pembukaan servik 3cm/ 5cm dan sebagainya.
3.
Prinsipnya adalah ketuban yang pecah”
sebelum waktunya”.
B.
Fisiologi
Air Ketuban
Air
ketuban berwarna putih kekeruhan, berbau khas amis, dan berasa manis, reaksinya
agak alkalis atau netral, berat jenis 1,008. Komposisinya terdiri atas 98% air.
Sisanya albumin, urea, asam urik, kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo,
verniks kaseosa dan garam anorganik. Kadar protein kira-kira 2,6% perliter
terutama sebagai albumin.
Normalnya
volume cairan ketuban pada usia kehamilan usia 10-20 minggu, sekitar 50-250 ml.
Ketika memasuki minggu 30-40, jumlahnya mencapai 500-1500 ml.
Adapun
fungsi air ketuban adalah sebagai berikut:
1. Melindungi
janin terhadap trauma dari luar
2. Memungkinkan
janin bergerak dengan bebas
3. Melindungi
suhu tubuh janin
4. Meratakan
tekanan di dalam uterus pada partus, sehingga serviks membuka
5. Membersihkan
jalan lahir
Normalnya
selaput ketuban pecah pada akhir kala 1 atau awal kala 2 persalinan. Bisa juga
belum pecah sampai saat mengejan, sehingga perlu dipecahkan(amniotomi).
C.
Penyebab
Ketuban Pecah Dini
Hingga
saat ini ketuban pecah dini belum diketahui penyebabnya. Namun, biasanya
terjadi karena infeksi pada rahim, perawatan yang salah sebelum melahirkan,
penyakit menular seksual, perdarah vagina, riwayat kehamilan premature atau
kebiasaan yang tidak sehat seperti merokok atau minum alkohol. Selain itu,
ketuban pecah dini kemungkinan disebabkan oleh karena kurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intrauterine.
Berkurangnya
kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina
dan servic. Akan tetapi ada beberapa keadaan yang berhubungan dengan KPD ini,
diantaranya adalah :
1. Trauma
: amniosintesis, saat pelvic dan hubungan seksual.
2. Pelvic
yang inkompetensia, analis selvicalis yang tidak sanggup terus menutup,
melainkan perlahan – lahan membuka.
3. Peningkatan
tekanan intrauterus pada kehamilan kembar atau polihidramion.
4. Infeksi
vagina, servic atau korioamnionitis serta bakteri vagina.
5. Keadaan
abnormal dari fetus seperti malpresentasi.
1. Penyebab
Utama
Ada juga yang
berpendapat bahwa etiologi dari KPD adalah sebagai berikut
a. Servik
inkompeten
b. Tekanan
intra uteri yang meninggi
1) Kehamilan
kembar
2) Polihidramnion
(cairan ketuban berlebih)
3) Trauma
c. Kelainan
letak
d. Pengaruh
dari luar yang melemahkan selaput ketuban, infeksi
e. Faktor
lain
1) Pendular
abdomen
2) Faktor
keturunan
Diantaranya disebabkan serum ion Cu
rendah,Vitamin C rendah,dan kelainan genetika.
3) Faktor
golongan darah
Akibat
golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan
bawaan termasuk kelemahan jarinngan kulit ketuban.
4)
Sefalopelvik disproporsi.
2. Faktor
Predisposisi
Beberapa ahli juga
berpendapat bahwa faktor
predisposisi dari KPD adalah sebagai berikut:
a.
Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi yang
berhubungan dengan rendahnya kualitas perawatan antenatal.
b. Multigravida
c. Merokok
Cadmium yang terhirup melalui asap
rokok,masuk kedalam cairan amnion dan akan bekerja pada sel epitel amnion untuk
menginduksi pembetukan metalotionein dalam jumlah besar. Akibatnya terjadi
defisiensi Cu² yang membatasi aktifitas lisil oksidase dan akhirnya menghambat
kemampuan sel mesenkim untuk membentuk kolagen.17
d. Perdarahan
antepartum.(solusio plasenta,plasenta previa)
e. Riwayat
KPD sebelumnya.
D.
INSIDENS
Insidensi ketuban pecah dini lebih kurang 10% dari semua kehamilan. Pada kehamilan
aterm insidensiya bervariasi 6-19%. Sedangkan pada kehamilan preterm
insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua KPD pada kehamilan preterm
akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah
selaput ketuban pecah. Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal
disebabkan oleh prematuritas. Insidiens/kejadian ketuban pecah
dini atau persalinan preterm sebagai berikut:
1. Kehamilan
multipel: kembar 2 (50%), kembar 3 (90%).
2. Riwayat
persalinan preterm sebelumnya: resiko 2-4 kali.
3. Tindakan
senggama: tidak berpengauh pada resiko, kecuali vulva higiene buruk,
predisposisi terhadap infeksi.
4. Perdarahan
pervaginam: trimester pertama (resiko 2x), trimesterkedua/ketiga(20x).
5. Bakteriuria:
resiko 2 kali (prefalenssi 7%).
6. PH
vagina diatas 4.5: resiko 32% (Fs 16%)
7. Servik
tipis atau kurang dari 39mm: resiko 25%(Fs 7%).
8. Flora
vagina abnormal: resiko 2-3 kali
9. Fibronectin
>50ng/ml: resiko 83% (Vs.19%)
10. Kadar
CRH (Corticotropin Releasing Hormone) Maternal tinggi misalnya pada stress
psikologis , dsb, dapat menjadi stimulasi persalinan preterm.
E.
PATOFISIOLOGI
Normal selaput ketuban
pecah pada akhir kala I atau awal kala II persalinan. Bisa juga belum pecah
sampai saat mengedan, sehingga kadang perlu dipecahkan (amniotomi). Jika bagian presentasi
janin tidak masuk dengan tepat,bagian cairan dari hindwater akan masuk kedalam
forewaterdan menyebabkan membrane menonjol pada servik. Kadang-kadang membran
ini tidak ruptur sekalipun sudah berada pada kala dua dan terlihat pada vulva
seperti kantong yang menonjol melindungi kepala janin pada saat lahir,hal ini disebut dengan “Caul”.
Membran
yang menonjol cenderung akan mengalami rupture dini, dan jika forewater teraba
setelah robekan cairan amniotic diduga bahwa hindwater telah rupture. penularan
infeksi ada dua yaitu High virulensi : Bacteroides, dan Low virulensi :
Lactobacillus.
Kolagen
terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast, jaringa retikuler korion dan
trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh system
aktifitas dan inhibisi interleukin -1 (iL-1) dan prostaglandin.Jika
ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan
prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi
kolagen pada selaput korion/ amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah
pecah spontan. Setelah membrane pecah, bidan harus memastikan apakah tali pusat
tidak prolaps dengan mendengarkan
jantung janin melalui satu kontraksi.
Masa
fisiologis optimal bagi membran untuk mengalami ruptur spontan adalah pada
akhir kala satu persalinan setelah servix berdilatasi penuh dan tidak ada lagi
yang menopang kantong Forewater.
Mekanisme
terjadinya ketuban pecah dini dimulai dengan terjadi pembukaan prematur
serviks. Ketuban yang terkait dengan pembukaan mengalami devaskularisasi,
nekrosis, dan dapat diikuti pecah spontan. Jaringan ikat yang menyangga
ketuban, makin berkurang. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan
infeksi yang mengeluarkan enzim proteolitik, kolagenase (Manuaba,2009).
Membran
tersebut kadang kala sudah ruptur beberapa hari sebelum persalinan dimulai atau selama kala satu.Jika
terdapat bagian presentasi yang tidak baik letaknya didalam servik dan forwater
tidak terpisah secara efektif,membran ini akan ruptur secara dini (KPD). Namun,
pada umumnya tidak ada alasan yang menyebabkan terjadinya hal tersebut.
F.
Tanda
dan Gejala Ketuban Pecah Dini
Tanda
terjadinya adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak
seperti bau amoniak, cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus
diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila duduk atau berdiri, kepala janin yang
sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk
sementara.
Beberapa
gejala klinik yang ditimbulkan karena ketuban pecah dini sebagai berikut:
1. Ketuban
pecah tiba-tiba
2. Cairan
tampak di introitus
3. Tidak
ada his dalam satu jam
Demam,
bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
Pada pemeriksaan didapat :
1.
Pengeluaran cairan yang berisi lanugo
dan servik caseosa, mekonium atau berbau busuk bila sudah terinfeksi.
2.
Inspekulo
Dengan cara melihat dan
memperhatikan apakah memang air ketuban keluar dari servik atau apakah ada
bagian yang sudah pecah.
3.
Menggunakan kertas lakmus warna merah
muda, bila berubah menjadi biru berarti itu air ketuban, bila kertas lakmus
biru berubah menjadi merah berarti itu urin.
4.
Pemeriksaan PH.
Jika pada pemeriksaan PH fornik posterior pada Prematur Rouptur Of
Memebrane PH adalah basa (air ketuban) Pemeriksaan hispatologi air ketuban
Aborzation dan sitologi air ketuban
Diagnosis
ketuban pecah dini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan inspekulo.
1. Anamnesis
Didapatkan
penderita merasa keluar cairan yang banyak secara tiba-tiba.
2. Pemeriksaan inspekulo
a. Lakukan satu kali pemeriksaan
inspekulo dengan spekulum steril untuk melihat adanya cairan yang keluar dari
serviks atau menggenang di forniks posterior. Jika tidak ada, gerakkan sedikit
bagian terbawah janin, atau minta ibu untuk mengedan/batuk.
b. Pemeriksaan
dalam sebaiknya tidak dilakukan kecuali akan dilakukan penanganan aktif
(melahirkan bayi) karena dapat mengurangi latensi dan meningkatkan kemungkinan
infeksi. Terutama pada
kehamilan yang belum cukup bulan.
c. Pastikan
bahwa cairan
tersebut adalah cairan amnion dengan memperhatikan:
1) Bau
cairan ketuban yang khas.
2) Tes
Nitrazin: lihat apakah kertas lakmus berubah dari merah menjadi biru. Harap
diingat bahwa darah, semen, dan infeksi dapat menyebabkan hasil positif palsu
3) Gambaran
pakis yang terlihat di mikroskop ketika mengamati sekret servikovaginal yang
mengering
d. Tidak
ada tanda-tanda in partu
Setelah menentukan diagnosis
ketuban pecah dini, perhatikan tanda-tanda korioamnionitis.
G.
Pemeriksaan
Penunjang
1.
Pemeriksaan
dalam
Didapat
cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai
pemeriksaan dalam vagina dengan tocher perlu dipertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan
yang belum dalam persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam. Karena pada
waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim
dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat
menjadi patogen. Pemeriksaan dalam vagina hanya diulakaukan kalau KPD yang
sudah dalam persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan pemeriksaan
ini dibatasi sedikit mungkin.
2. Pemeriksaan laboraturium
Cairan
yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH nya.
Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine atau
sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas nitrazin tidak
berubah warna, tetap kuning.
a. Tes Lakmus (tes Nitrazin)
Jika krtas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan
adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5, darah dan infeksi vagina
dapat mengahsilakan tes yang positif palsu.
b. Mikroskopik (tes pakis), dengan
meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan
mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
3. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan
ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang
sedikit. Namun sering terjadi kesalahn pada penderita oligohidromnion. Walaupun pendekatan diagnosis KPD
cukup banyak macam dan caranya, namun pada umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis
dengan anamnesa dan pemeriksaan sedehana. Ultrasonografi dapat
mengindentifikasikan kehamilan ganda, anormaly janin atau melokalisasi kantong
cairan amnion pada amniosintesis.
4.
Amniosintesis
Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk
evaluasi kematangan paru janin.
5.
Pemantauan janin
Kesejahteraan janin dipantau dengan cara pemeriksaan
auskultasi setiap 30 menit sekali. Jika keadaan janin mengalami fetal distres,
pemantauan janin menggunakan CTG.
6.
Protein C-reaktif
Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan
peringatan korioamnionitis.
H.
Penanganan
Ketuban Pecah Dini
Penanganan
ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi pada
komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan. Dilema sering
terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera bersikap aktif terutama pada
kehamilan yang cukup bulan atau harus menunggu sampai proses persalinan
sehingga masa tunggu akan memanjang, yang berikutnya akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya infeksi.
Sikap
konservatif ini sebaiknya dilakukan pada KPD kehamilan kurang bulan dengan
harapan tercapainya pematangan paru dan berat badan janin yang cukup.
Penanganan
yang dapat dilakukan pada kondisi ketuban pecah dini adalah sebagai berikut:
1. Penanganan
konservatif
a. Rawat
dirumah sakit .
b. Berikan
antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tak tahan ampicilin)
dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
c. Jika
umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau
sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d. Jika
usia kehamilan 32-27 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa
negatif, beri deksametason, observasi
tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37
minggu.
e. Jika
usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan
tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.
f. Jika
usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan induksi.
g. Nilai
tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, dan tanda-tanda infeksi intrauterine).
h. Pada
usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu kematangan paru
janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap
minggu.
Dosis betametason 12 mg
sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak
4 kali.
2. Penanganan
Aktif
a. Kehamilan
> 37 minggu, induksi oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat pula
diberikan misoprostol 50 ug intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
b. Bila
ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi. Dan persalinan
diakhiri :
-
Bila skor pelvic < 5, lakukan
pematangan servik, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan
dengan seksio sesarea.
-
Bila skor pelvic > 5, induksi
persalinan, partus pervaginam.
TATALAKSANA
DI RUMAH SAKIT
1. Tatalaksana Umum pada kasus KPD di Rumah Sakit :
a.
Konfirmasikan umur kehamilan. Jika ada dg USG.
b. Melakukan
inspekulo, untuk memastikan dan menilai cairan yg keluar (jumlah, bau, dan warna) dan bedakan dengan urine.
c. Jika ibu
mengeluh perdarahan pada akhir kehamilan (>22mg) jangan lak. Px dalam secara
digital.
d. Tentukan
tanda-tanda inpartu.
e. Tentukan ada
tidaknya infeksi
f. Pantau
Temperatur suhu tubuh.
Lakukan
pemeriksaan Auskultasi denyut jantung janin untuk mengesampingkan adanya tanda
takikardia janin atau tanda lain memburuknya
kondisi janin yang berkaitan dengan infeksi. Bila perlu pemantauan dilakukan dengan
penggunaan kardiotokografi. Ketuban
pecah dini dapat menyebabkan peningkatan insiden deselerasi variable pada
kardiotokografi(CTG) yang dapat menyebabkan peningkatan angka seksio caesaria. Artificial rupture of membrane
AFRM pada ibu yang kemajuan persalinan nya lambat atau mengalami abnormalitas
pada CTG.
g. Pertahankan kondisi dingin pada perut dan bagian
belakang perut ibu, agar apabila terjadi peningkatan suhu tubuh, bayi dalam
kandungan tidak semakin memburuk denyut jantungnya karena suhu didaerah perut
yang panas.
Jika
bayi dalam posisi presentasi bokong, maka pertahakan selaput ketuban tetap
dalam keadaan utuh. Terutama pada keadaan fase awal.
2.
Tatalaksana
Khusus Di
RS rujukan, lakukan tatalaksana sesuai dengan usia kehamilan:
a. Jika usia kehamilan lebih dari atau sama dengan >34
minggu:
Lakukan induksi persalinan dengan
oksitosin bila tidak ada kontraindikasi.
Indikasi
melakukan Induksi persalinan pada ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :
1) Pertimbangan
waktu dan berat janin dalam rahim. Pertimbangan waktu apakah 6, 12, atau 24 jam.
Berat janin sebaiknya lebih dari 2000 gram.
2)
Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat
lebih dari 38°c, dengan pengukuran per rektal. Terdapat tanda infeksi
melalui hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan kultur air ketuban.
b. Pada kehamilan Pre Term
Non
Intervensi/Konservatif/Menunggu terjadinya persalinan
spontan.
Tujuan
dari pengelolaan konservatif dengan pemberian kortikosteroid pada pnderita KPD
kehamilan kurang bulan adalah agar tercapainya pematangan paru, jika selama
menunggu atau melakukan pengelolaan konservatif tersebut muncul tanda-tanda
infeksi, maka segera dilakukan induksi persalinan tanpa memandang umur
kehamilan.
Asuhan
yang diperlukan selama proses perawatan adalah
a. Baringkan pasien dalam posisi
trendelenberg
b. Tidak perlu dilakukan pemeriksaan
dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan diusahakan bisa mencapai
37 minggu.
c. Terapi medis
1) Therapi konservatif
Pemberian
obat-obatan utero nelaksen atau tocolitic agent
diberikan dengan tujuan menunda proses persalinan. (1,15,12)
2) Aktif/ dengan intervensi
a) Jika usia kehamilan 24-33 minggu:
(1) Bila
terdapat amnionitis, abrupsio plasenta, dan kematian janin, lakukan persalinan
segera.
(2) Berikan
deksametason 6 mg IM tiap 12 jam selama 48 jam atau betametason 12 mg IM tiap
24 jam selama 48 jam.
(3) Lakukan
pemeriksaan serial untuk menilai kondisi ibu dan janin.
(4) Bayi
dilahirkan di usia kehamilan 34 minggu, atau di usia kehamilan 32-33 minggu,
bila dapat dilakukan pemeriksaan kematangan paru dan hasil menunjukkan bahwa
paru sudah matang (komunikasikan dan sesuaikan dengan fasilitas perawatan bayi
preterm).
b) Jika usia kehamilan <24 minggu:
(1) Pertimbangan
terminasi kehamilan dilakukan dengan melihat risiko ibu dan janin.
(2) Lakukan
konseling pada pasien. Terminasi kehamilan mungkin menjadi pilihan.
(3) Jika
terjadi infeksi (korioamnionitis), lakukan tatalaksana korioamnionitis.
3. Kewenangan
Bidan dalam menangani Ketuban Pecah Dini
a. Menganjurkan
ibu untuk tirah baring dan mengurangi aktivitas
b. Memantau
kesejahteraan janin dengan DJJ
c. Memantau
kemajuan persalinan/ pembukaan
d. Memberikan
obat antibiotik atas saran dokter SPOG
e. Melakukan
induksi persalinan atas instruksi dari dokter SPOG
f. Membantu
persalinan dengan ketuban pecah dini
g. Melakukan
Resusitasi pada bayi Asfiksia
I.
Pencegahan
Ketuban Pecah Dini
Pencegahan KPD diutamakan untuk menghindari
faktor risikonya, dapat
dilakukan dengan :
Pemeriksaan kehamilan yang rutin lakukan pemeriksaan paling sedikit 3
kali dalam satu kehamilan. Pemeriksaan 16 minggu, 28 minggu, dan 32 minggu.
Dengan pemeriksaan yang baik, tumbuh kembang janin dalam rahim dapat
terdeteksi. Begitu pun banyak sedikitnya air ketuban dapat dideteksi.
2.
Kebiasaan hidup sehat
Yang di
maksud dengan pola hidup sehat adalah hal yang biasa dilakukan seseorang setiap
harinya, seperti:
a.
Mengonsumsi
makanan yang sehat
b.
Minum cukup
c.
Olahraga
teratur
d.
Tidak merokok.
e.
Membiasakan diri membersihkan daerah kemaluan dengan
benar, yakni dari depan ke belakang, jangan sekali-kali melakukan dengan
gerakan sebaliknya. Lakukan
setiap merasa tidak nyaman didaerah ini. Terutama
setelah berkemih atau buang air besar. Usahakan
daerah vagina selalu bersih, untuk menghindari infeksi.
3.
Memeriksakan diri ke dokter bila ada sesuatu yang
tidak normal di aderah kemaluan, misalnya keputihan yang berbau atau berwarna
tidak seperti biasanya.
4.
Jika telah dinyatakan ketuban telah pecah dan
kehamilan dapat dipertahankan, maka untuk sementara waktu, hindari dan berhenti
melakukan hubungan seksual bila ada indikasi yang menyebabkan ketuban pecah dini,
seperti mulut rahim yang lemah.
5.
Mengonsumsi 100 mg vitamin C secara teratur saat usia
kehamilan lebih dari 20 minggu.
6.
Atur
istirahat yang cukup.
Istirahatlah sesuai anjuran dokter. Jangan merasa diri
wanita super dengan melakukan semua kegiatan. Ingatlah, setiap kehamilan selalu
berbeda. Jika Anda melihat teman lain tetap “perkasa” saat hamil, Anda tidak
harus menjadi demikian.
Bila cairan
ketuban merembes, gunakanlah pembalut yang dapat menyerap air ketuban. Pada
minggu-minggu terakhir kehamilan sebaiknya gunakan pembalut tipis pada celana
dalam agar membuat Anda merasa bersih dan segar. Sebab, pada umumnya
pengeluaran cairan dari vagina akan lebih banyak. Penggunaan pembalut ini pun
berguna untuk memudahkan Anda membedakan cairan ketuban dengan cairan lain dari
bau serta warnanya.
Untuk
mencegah kejadian ketuban pecah dini, salah satunya dengan mengkonsumsi vitamin
C selama kehamilan. Beberapa penelitian menyatakan bahwa mengkonsumsi vitamin C
selama kehamilan penting untuk pemeliharaan membran chorioamniotic. Kekurangan
asam askorbat selama kehamilan ternyata merupakan faktor risiko pecahnya
ketuban yang terlalu dini (PROM). Dan konsumsi harian suplementasi dengan
vitamin C 100 mg setelah umur kehamilan 20 minggu ternyata efektif mengurangi
kejadian PROM.
Dari
hasil penelitian National Institute of Perinatology di Meksiko City, pada 120
wanita hamil yang secara acak diberikan 100 mg vitamin C, pada saat kehamilan
memasuki usia 20 minggu.
Vitamin
C diketahui berperan penting dalam mempertahankan keutuhan membran (lapisan)
yang menyelimuti janin dan cairan ketuban. Walaupun penelitian sebelumnya telah
menghubungkan kadar yang rendah dari vitamin C pada ibu dengan meningkatnya
resiko terjadinya pecahnya membran secara dini atau yang disebut dengan ketuban
pecah dini (“Premature Rupture of Membranes”,PROM), tapi penelitian itu tidak
menjelaskan tentang penggunaan suplemen vitamin C dalam menurunkan resiko
terjadinya KPD.
Untuk
itu, penelitian dimeksiko ini dilakukan. Dari hasil pemberian suplemen vitamin
C yang dimulai pada saat usia kehamilan 20 minggu, menunjukkan peningkatan dari
kadar vitamin C dalam darah dibanding dengan kelompok kontrol (tidak diberikan
suplemen vitamin C).
Dan
peningkatan ini berhubungan juga dengan menurunkan resiko untuk mengalami KPD
pada 14 dari 577 kehamilan (25%), sedang pada kelompok ibu yang diberikan
vitamin C, terjadi penurunan KPD, yaitu hanya terjadi pada 4 dari 52 kehamilan
(8%).
Pada
kasus seluruh kelahiran prematur, 40% lebih disebabkan karena KPD. Mungkin
dengan memberikan suplemen vitamin C dapat membantu para ibu mencegah
terjadinya ketuban pecah dini, sehingga kehamilan dapat dipertahankan hingga
tiba masa persalinan.
J.
Komplikasi
Ketuban Pecah Dini
Beberapa
komplikasi atau bahaya jika terjadi ketuban pecah dini adalah sebagai berikut:
a. Komplikasi
pada ibu
1. Infeksi
Infeksi
mungkin adalah resiko yang paling umum dari PROM. Ironisnya,komplikasi ini
adalah yang paling mungkin disebabkan oleh lingkungan di dokter dan rumah
sakit. Hal ini terlalu seringnya pemeriksaan dalam yang dilakukan oleh bidan
dan dokter. Jadi sebaiknya pada kasusu PROM usahakan batasi pemeriksaan bagian
dalam.
Infeksi
bakteri didalam uterus terjadi antara jaringan ibu dan membran janin (yaitu di
dalam rongga koriodesidua) , didalam membran bayi (amnion dan karion), di dalam
plasenta, di dalam cairan amnion, atau di dalam tali pusat atau janin. Infeksi
tersebut dapat berupa:
a)
Infeksi membran fetus seperti dicacat oleh temuan histologis atau kultur,
disebut korioamnionitis.
b) Infeksi tali pusat
disebut funisitis
c) Infeksi cairan
amnion disebut amnionitis
2. Karioamnionitis
Komplikasi
ibu hamil paling memprihatinkan dengan PROM adalah chorioamnionitis atau radang selaput janin. Sindrom ini ditandai
dengan demam ibu, vagina yang berbau busuk, detak jantung janin cepat, dan
leukositosis ibu.
Insiden
chorioamnionitis pada populasi umum adalah 0,5%, tetapi 26 – 28% pada wanita
dengan periode laten (waktu antara PROM dan sakit kelahiran) dari 24 jam atau
lebih. Korioamnionitis mungkin alasan bahwa beberapa dokter memberi batas
maksimal 24 jam. Walaupun vili plasenta mungkin terlibat dalam infeksi
intrauterin yang berasal dari darah seperti malaria, infeksi bakteri di dalam
plasenta (vilitis)jarang terjadi.
3. Emboli air ketuban
Keluarnya
cairan ketuban /amnion menembus dinding uterus atau tempat plasenta kedalam
sirkulasi maternal, yang
memicu terjadinya syock anafilaktik yang mengancam jiwa ibu. Tubuh berespon dalam dua fase. Fase awal adalah salah satu vaso spasme paru yang menyebabkan
hipoksia, oedema
paru dan kolaps cardio vascular. Fase kedua adalah terjadinya gagal
ventrikel kiri, yang disertai perdarahan dan gangguan koaglasi dan lebih lanjut lagi, perdarahan yang tidak
dapat dikendalikan. Hal ini
penyebab utama tingginya angka kematian ibu dan kesakitan ibu.
Resiko masuknya cairan amnion berkaitan dengan
terpajannya sirkulasi maternal terhadap cairan amnion walaupun hanya
sedikit.Masuknya cairan amnion dalam sirkulasi maternal
dapat bersifat laten,dan terjadi akibat robekan pada selaput ketuban. Kemungkinan masuknya cairan amnion
kedalam sirkulasi dibawah tekanan juga dapat terjadi, meskipun aktifitas uterus
hipertonik yang terlihat dalam beberapa kasus merupakan akibat dari hipoksia
uterus yang terjadi pada fase pertama, bukan sebagai precursor kondisi tersebut. Hipertonus uterus terjadi sebagai
respon terhadap kolaps
kardiovaskular dan mencegah
masuknya cairan amnion kedalam sirkulasi maternal.
Barier antara sirkulasi maternal dan kantong amnion dapat rusak jika
terjadi abruption plasenta, saat
dasar plasenta mengalami kerusakan.
Emboli
dapat terjadi saat persalinan spontan,
saat
operasi section caesaria dan tidak dapat dicegah dengan section caesaria.
Embolisme merupakan kondisi yang sulit diprediksi dan sulit untuk dicegah.
b. Komplikasi
bagi bayi / janin
1. Prolaps
tali pusat
Salah
satu bahaya nyata yang terkait dengan PROM adalah prolaps tali pusat. Ketika
kantung ketuban seorang ibu hamil tiba – tiba pecah , ada bahaya nyata dimana
tali pusat menumbung barberangan dengan keluarnya air ketuban.
Namun,
dokter tidak menyadari kejadian sepertik ini sangat tidak mungkin jika wanita
hanya memiliki kebocoran bukan serta merta pecah. Oleh karen itu , sebaiknya
bedrest supaya mengurangi resiko dilakukan bedah cesar. Prolaps tali pusat
merupakan komplikasi serius, yang mengancam jiwa bayi. Namun, kejadian prolaps
sangat langka. Kejadian ini sering didapat terutama pada bayi-bayi prematur. Jika ketuban
pecah dan keluar sejumlah cairan, plasenta dan tali pusat akan tertekan diantara
dinding uterus dan janin selama kontraksi dan suplai O2 ke janin akan
berkurang.
Tali
pusat yang teraba keluar atau berada disamping dan melewati bagian terendah
janin di dalam jalan lahir, tali pusat dapat prolaps ke dalam vagina atau
bahkan di luar vagina setelah ketuban pecah.
2. Trauma
pada waktu lahir
3. Infeksi
Penyebab
kematian janin yang lahir dari ibu dengan ketuban pecah dini yang paling utama
adalah infeksi. Semakin lama periode laten, semakin lama kala satu persalinan
dan semakin besar insiden infeksi. Insiden naik secara bermakna setelah periode
laten melebihi 48 jam. Janin dapat terinfeksi meskipun tidak terlihat
tanda-tanda infeksi pada ibu. Tempat yang paling sering mengalami infeksi
adalah traktus respiratorius..
Kebanyakan pneumonia yang terjadi dalam 2 minggu
pertama kehidupan berasal dari dalam rahim.
4.
Mal presentasi
Keadaan ini sering dijumpai ,khususnya presentasi
bokong.
5. Mortalitas
perinatal
Angka kejadian
mortalitas keseluruhan adalah 5% ; pada bayi prematur sekitar 30%. Semakin lama
periode laten, semakin tinggi mortalitasnya. Malpresentasi juga meningkatkan
mortalitas dan infeksi intra uterin memperburuk prognosis.
6. Lahir
premature
Dalam kasus PROM , komplikasi yang sangat nyata adalah
persalinan premature. Dan hal yang di khawatirkan pada kasus peralinan
premature adalah sindrom gangguan pernafasan.
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh
persalinan, periode laten tergantung
umur kehamilan, pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah
ketuban pecah.pada kehamilan antara 28 – 34 minggu 50% persalianan dalam 24
jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalianan terjadi dalam 1 minggu.
Sekitar 20% bayi-bayi yang dilahirkan setelah setelah ketuban pecah dini
mempunyai berat kurang dari 2500 gram.
7. Oligohidramnion
Adalah suatu keadaan
dimana air ketuban kurang dari normal , yaitu kurang dari 500cc.
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru – paru, sehingga
pada saat lahir paru – paru tidak berfungsi seperti pada mestinya. Resiko pada
janin berupa hipoplasia paru dan deformitas kompresi tungkai yang kerap
dikaitkan dengan periode oligohidramnion yang memmanjang akibat pecah ketuban.
K.
DASAR
HUKUM TATALAKSANA ASUHAN
KETUBAN PECAH DINI BAGI BIDAN
Landasan
hukum yang dipakai seorang bidan dalam melakukan asuhan kebidanan bersalin
dengan ketuban pecah dini, adalah:
1.
KEPMENKES RI No. 900/Menkes/SK/VII/2002
tentang registrasi dan praktek bidan:
a.
Pasal 16 ayat 1 yang berbunyi pelayanan
kebidanan kepada ibu, meliputi:
1)
Penyuluhan dan konseling
2) Pemeriksaan
fisik
3) Pelayanan
antenatal pada kehamilan normal
4) Pertolongan
pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil dengan abortus iminens,
hiperemesis gravidarum tingkat 1, preeklamsi ringan, dan anemi ringan
5) Pertolongan
persalinan normal
6) Pertolongan
persalinan abnormal yang mencakup letak sungsang, partus macet, kepala di dasar
panggul, ketuban pecah dini (KPD) tanpa infeksi, perdarahan post partum,
laserasi jalan lahir, distosia karena inersia uteri primer, post term dan pre
term
7) Pelayanan
ibu nifas normal
8) Pelayanan
ibu nifas abnormal mencakup retensio plasenta, renjatan, dan infeksi ringan
9) Pelayanan
dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang meliputi keputihan, perdarahan
tidak teratur dan penundaan haid
b. Pasal
18, yaitu bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 16
berwenang untuk:
1) Memberikan
suntikan pada penyulit kehamilan, persalinan dan nifas
2) Episiotomi
3) Penjahitan
luka episiotomi dan luka jalan lahir sampai tingkat II
4) Pemberian
infus
5) Pemberian
suntikan intramuskular uterotonika, antibiotika dan sedativa.
2. Peran
dan Fungsi serta Kompetensi Bidan dalam KEPMENKES RI No. 900/Menkes/SK/VII/2002.
Kompetensi
bidan yang sesuai dengan kasus ini dalam memberikan asuhan kebidanan adalah:
peran sebagai pelaksana dalam tugas mandiri pada poin D, bahwa seorang bidan
harus mempu memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan
dengan melibatkan klien/keluarga, diantaranya:
a. Mengkaji
kebutuhan asuhan kebidanan kebidanan pada klien dalam masa persalinan
b. Menentukan
diagnosa dan kebutuhan asuhan kebidanan dalam masa persalinan
c. Menyusun
rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan prioritas masalah
d. Melaksanakan
asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun
e. Mengevaluasi
bersama klien asuhan yang telah diberikan
f. Membuat
rencana tindakan pada ibu masa persalinan tersaing dengan prioritas
g. Membuat
asuhan kebidanan
3. Kepmenkes RI Nomor 369.MENKES/SK/III/2007.Tentang STANDAR
PROFESI BIDAN
Ketrampilan
yang harus dimiliki oleh bidan dalam menjalankan praktek klinik yang
berkaitan dengan Asuhan selama persalinan dan kelahiran Ketuban pecah dini merupakan kompetensi ke-3, Ketrampilan Dasar nomer 13 pada poin h. Disana menyebutkan, mengidentifikasi
penyimpangan kehamilan normal dan melakukan penanganan yang tepat termasuk
merujuk ke fasilitas pelayanan tepat dari : Ketuban pecah sebelum waktunya.
4.
BAB
I
PERMENKES nomor : 1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Izin Dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan.
a.
Pasal 9, Bidan dalam
menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi:
1)
Pelayanan
kesehatan ibu;
2)
Pelayanan
kesehatan anak; dan
3)
Pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
b.
Pasal 10
Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 huruf a diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa
nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.
Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
1)
Pelayanan
konseling pada masa pra hamil.
2)
Pelayanan
antenatal pada kehamilan normal.
3)
Pelayanan
persalinan normal;
4)
Pelayanan
ibu nifas normal;
5)
Pelayanan
ibu menyusui; dan
6)
Pelayanan konseling
pada masa antara dua kehamilan.
c.
Pasal 11
Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak
balita, dan anak pra sekolah.
Bidan dalam
memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat berwenang
untuk:
1)
Melakukan
asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi,
inisiasi menyusu dini, injeksi Vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa
neonatal (0 - 28 hari), dan perawatan tali pusat;
2)
Penanganan
hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuknya.
3)
Penanganan
kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan.
4)
Pemberian
imunisasi rutin sesuai program pemerintah;
5)
Pemantauan
tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah;
6)
Pemberian
konseling dan penyuluhan
7)
Pemberian
surat keterangan kelahiran
8)
Pemberian
surat keterangan kematian.
BAB III
TINJAUAN
KASUS
ASUHAN
KEBIDANAN PADA Ny.U UMUR 33 TAHUN G1P0A0 HAMIL 40 MINGGU 1 HARI DENGAN KPD 3
HARI
DI
RUANG PONEK INSTALASI GAWAT DARURAT
RUMAH
SAKIT ----------------
A. PENGKAJIAN
1. Data Subjektif
Identitas/
Biodata
Nomor
RM :
Nama
Ibu : Ny.
U Nama Suami
:Tn. S
Umur : 33 tahun :32 tahun
Pendidikan : SLTP :SLTP
Pekerjaan/
Penghasilan : IRT :Buruh harian lepas
Suku/
Bangsa : Jawa/
Indonesia
:Jawa/Indonesia
Agama
: Islam :Islam
Alamat : Ngemplak 2/2, Undaan, Kudus
Anamnesa
pada tanggal 5 Mei 2015 pukul 12.30 WIB
Jenis Anamnesa: Auto anamnesa
a. Keluhan
Utama:
Ibu
mengatakan sedang hamil 9
bulan, dan dari jalan lahir keluar cairan berwarna keruh dan berbau amis sejak 3 hari yang lalu, ibu mengatakan tidak merasakan kenceng-kenceng,
tidak ada lendir darah dari jalan lahir.
b. Riwayat
menstruasi :
1) Menarche
: 12 tahun Siklus : 28 hari
2) Lama : 7 hari Jumlah : 3x
ganti pembalut/hari
3) Warna
: merah
segar Keluhan : disminor
c. Riwayat
Perkawinan :
1) Umur
waktu nikah : 32 tahun
2) Lama
: 1 tahun
3) Perkawinan
ke : satu
4) Jumlah
anak : belum punya anak
d. Riwayat
Kesehatan :
1) Riwayat
kesehatan sekarang :
Ibu mengaku saat ini hamil 9 bulan dan belum pernah
keguguran. Ibu mengatakan dari jalan lahir keluar cairan berwarna
keruh dan berbau amis sejak
3 hari yang lalu, ibu
mengatakan tidak merasakan kenceng-kenceng, tidak ada lendir darah dari jalan
lahir. Datang ke rumah sakit dirujuk puskesmas karena KPD lebih dari 1 hari. Ibu
mengatakan tidak sedang menderita penyakit jantung berdebar-debar, keringat dingin
di malam hari (jantung), kepala pusing, tekanan darah tinggi
(hipertensi), sesak nafas (asma), makan banyak, sering kencing (DM),
batuk lebih dari 3 minggu (TBC).
2) Riwayat
kesehatan yang lalu :
Ibu mengatakan tidak pernah menderita
penyakit jantung
berdebar-debar, keringat dingin dimalam hari ( jantung ), kepala pusing, tekanan darah tinggi
(hipertensi), sesak nafas (asma), makan banyak, sering kencing (DM),
batuk lebih dari 3 minggu (TBC).
3) Riwayat
kesehatan keluarga :
Ibu mengatakan di dalam keluarganya
tidak ada yang menderita penyakit jantung berdebar-debar, keringat dingin dimalam hari (jantung), kepala pusing,, sesak nafas (asma), makan
banyak, sering kencing (DM), batuk lebih dari 3 minggu (TBC),
tidak ada riwayat kembar dan gangguan jiwa. serta ibu mengatakan bahwa ayahnya
menderita tekanan darah
tinggi (hipertensi)
e. Riwayat
Kehamilan Sekarang :
1) HPHT : 31-07-2014
2) HPL : 08-05-2015
3) Haid
bulan sebelumnya : juni lamanya : 7 hari
4) Siklus : 28 hari
5) ANC : teratur, frekuensi 13 kali di bidan
6) Imunisasi
TT : 2 kali, di Bidan. Jarak 4 minggu.
7) Keluhan
selama hamil :
TRIMESTER I
|
TRIMESTER II
|
TRIMESTER III
|
Mual,muntah
|
Tidak
ada keluhan
|
terasa pegel di punggung
|
8) Rencana persalinan : di bidan
9) Obat
yang di rekomendasikan oleh tenaga kesehatan : tablet Fe 60 mg 1x1, SF 2x1,
kalk 2x1, vit.C
10)
Obat
/ jamu yang pernah di konsumsi:
Ibu
tidak mengkonsumsi obat-obatan selain dari tenaga kesehatan
11) Pergerakan
janin pertama kali: 16 minggu frekuensinya: 10 kali dalam 12 jam
12) Pergerakan
janin terakhir : 5 menit yang
lalu
f. Riwayat
Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu : Ibu mengaku ini kehamilan
pertamanya
g.
Riwayat ginekologi:
Ibu
tidak pernah mengalami kista atau mioma
h. Riwayat
KB : ibu belum pernah KB
i.
Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari :
Kebutuhan
|
Sebelum hamil
|
Selama hamil
|
Keluhan
|
Nutrisi
:
§ Makan
§ Minum
|
3 kali sehari, menu: nasi, sayur,
lauk dengan porsi sedang
7 gelas / hari air putih
|
3 kali sehari, menu: nasi,sayur,
lauk. Dengan porsi sedang. Terakhir makan roti setengah beberapa menit yang
lalu.
8
gelas
air putih / hari dan
Susu 1gelas/ hari. Terakhir minum teh hangat
beberapa menit yang lalu
|
Tidak ada
|
Eliminasi
:
§ BAK
§ BAB
|
3 kali/ hari warna kuning jernih,
bau khas
1 kali / hari, konsistensi lembek,
warna kuning, bau khas
|
4 kali/ hari, warna kuning
jernih, bau khas. Sudah Kencing di toilet pasien
1kali/ hari,
konsistensi lembek, warna kuning, bau khas. belum BAB sejak kemarin
|
Tidak
ada
|
Istirahat
|
6-8
jam/ hari
|
6-8
jam/ hari,
sejak kemarin kurang istirahat
|
Tidak
ada
|
Aktifitas
|
mengerjakan
pekerjaan rumah tangga (masak, mencuci baju, menyapu, mengepel)
|
mengerjakan
pekerjaan rumah tangga (masak, mencuci baju, menyapu, mengepel)
|
cepat
merasakan lelah
|
Personal
Hygiene
|
Mandi 2
kali/ hari
Gosok gigi 2
kali/ hari
Ganti baju 2 kali/ hari
|
Mandi 2
kali/ hari
Gosok gigi 2
kali/ hari
Ganti baju 2 kali/ hari
|
Tidak ada
|
Rekreasi
|
Tidak pernah
|
Tidak pernah
|
Tidak ada
|
Pola
seksual
|
4 kali/ minggu
|
1kali/ minggu.
sejak usia kehamilan 8 bulan tidak berhubungan lagi.
|
Tidak ada
|
j.
Data Psikologis:
Ibu
merasa senang dengan kehamilannya karena suami sangat perhatian dengan janin
yang ada di perut, selalu mencium dan mengajak bicar saat berangkat kerja.
k.
Pengambilan keputusan dalam keluarga:
Dalam pengambilan keputusan dalam keluarga secara
musyawarah tapi yang paling dominan suami, pemecahan masalah
diselesaikan secara kekeluargaan.
l.
Data
sosial budaya:
1)
Hewan
peliharaan: ibu tidak mempunyai hewan peliharaan
2)
Lingkungan : Bersih,
nyaman, bebas dari polusi udara, lantai keramik
3)
Hubungan
suami dengan keluarga : Harmonis
4)
Adat
istiadat: 7 bulanan (mitoni)
m.
Data spiritual: Ibu rajin beribadah
(sholat 5 waktu dan berdo’a untuk kemudahan proses kehamilan, persalinan dan
nifasnya).
n.
Pengetahuan ibu :
1)
Tentang kehamilan : Ibu sudah tahu dan
paham tanda-tanda bahaya trimester 3, ibu mendapat pengetahuan ini dari
puskesmas
2)
Tentang Nutrisi ibu hamil: Ibu
mengatakan ibu hamil harus banyak makan buah dan minum susu agar sehat
3)
Tentang perawatan payudara: Ibu belum
diberikan informasi tentang perawatan payudara
4)
Tentang senam hamil: Ibu sudah pernah
senam hamil 1x di puskesmas.
5)
Persiapan persalinan : Ibu mengatakan
sudah diberi informasi tentang P4K, dan sudah mempersiapkan biaya dan peralatan
bayi
2. Data Objektif
a.
Pemeriksaan umum
1)
Keadaan Umum : Baik
2)
Kesadaran : Composmentis
3)
Status emosional : stabil
4)
Tanda vital
a) Tensi : 120/80 mmHg
b) Nadi :
80 kali/ menit
c) RR : 24 kali/ menit
d) Suhu :
36,2ºC
5)
Lingkar lengan atas: 23 cm
6)
Tinggi
Badan : 150 cm
7)
Berat
Badan sebelum hamil: 45 kg, IMT: 45/(1,5)2 = 20
8)
Berat
Badan sekarang: 56 kg, IMT: 56/(1,5)2 =
24,8
9)
Status present :
a)
Kepala
(1)
Rambut :
Bersih, tidak rontok, warna hitam, tidak
berketombe.
(2) Muka :
Tidak pucat, tidak oedema
(3) Mata : Conjungtiva merah muda (tidak anemis) sklera
putih (tidak ikterik)
(4) Hidung
:
Bersih,tidak ada secret,tidak ada polip
(5) Telinga :
Bersih, tidak ada
serumen
(6) Mulut : Bibir lembab,
tidak pecah-pecah, tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi.
b)
Leher :
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, kelenjar gondok(tiroid), dan tidak
ada pembesaran vena jugularis.
c)
Dada :
Simetris, tidak ada
retraksi dinding dada.
d)
Aksila
: tidak ada benjolan
e)
Mammae:
Tidak ada
benjolan,
tidak ada nyeri tekan saat di palpasi
f)
Tulang punggung : tidak ada lordosis,
kifosis , dan skeliosis
g)
Abdomen : Tidak ada bekas
luka operasi, tidak ada pembesaran hepar
h)
Genetali : tidak oedem, tidak varises, tidak ada
kondiloma.
i)
Anus :
tidak tampak hemorhoid.
j)
Ekstremitas
(1)
Atas
: tidak ada gangguan/ kelainan
bentuk.
(2)
Bawah : tidak ada kelainan
bentuk, tidak ada oedema, tidak ada varises.
k)
Kulit
(1) Observasi
: warna sawo matang dan tidak ada parut
bekas luka
(2) Palpasi
: turgor kulit normal
b.
Pemeriksaan Obstetri:
1) Wajah/ muka: tidak ada cloasma gravidarum.
2)
Mammae : puting menonjol, terjadi hiperpigmentasi pada areola, ASI belum
keluar.
3)
Abdomen : membesar sesuai umur kehamilan, ada linea nigra, tidak
ada strie gravidarum.
4)
Leopold I : Perut ibu bagian atas teraba bulat, lunak, tidak melenting
(bokong). Tinggi fundus uteri pertengahan pusat dan prosessus xipoideus
5)
Leopold II : Perut ibu bagian kiri teraba tahanan keras memanjang seperti
papan (punggung), perut ibu bagian kanan teraba bagian kecil janin
6)
Leopold III : Bagian terbawah janin teraba bulat, keras(kepala)
7)
Leopold IV : Divergen(sudah masuk PAP)
8)
TBJ (TFU: 31 cm) :
(31-11) x 155 = 3100 gram
9)
Denyut Jantung Janin: Frekuensi 142 x/menit
:
irama : teratur, keras
:Punctum maximum:dua jari bawah pusat sebelah kiri
10) Pemeriksaan panggul luar : tidak dilakukan
11) Perkusi (reflek patela ) : (kanan/kiri) (+/+)
12) Periksa dalam (Jika ada indikasi) : Vulva
tidak teraba benjolan, tidak ada sekat vagina, porsio lunak, pembukaan
0-1 cm, selaput
ketuban sudah robek, caput
tidak ada, moulage tidak ada, Point of
directions belum terdeteksi, effacement 10%, kepala turun di HI+.
2. Pemeriksaan
Penunjang/ laboratorium
a. Protein
urine: tidak ada alasan untuk melakukan
b. Urin
reduksi: tidak ada alasan untuk
melakukan
c. Pemeriksaan
darah:
a) Hemoglobin
: 11,5 gr/dL
b) Eritrosit:
: 4,70 Jt/uL
c) Hematokrit:
L 34,1 %
d) Trombosit:
106 10^3/uL
e) Leukosit:
H 12,3%
f) Neutrofil:
H 80,1 %
g) Limfosit:
L 12,6 %
h) Monosit:
4,9 %
i)
Eosinofil: L 0,5%
j)
Basofil: 0,2 %
k) Waktu
Perdarahan: 2 menit 30 detik
l)
Waktu pembekuan: 4 menit 30 detik
m) Seroimunologi:
l)
HBSAG: Non reaktif
m) HIV:
Non reaktif
d. Golongan
Darah: A Rh +
e. Gula
Darah Sewaktu: 100 mg/dL
f. Terapi:
mendapatkan tablet Fe 60 mg 1x1, calk 2x1, SF 2x1, dan vitamin C
B. INTERPRETASI DATA
Diagnosa kebidanan:
Ny.U Umur 33 Tahun G1P0A0 Hamil 40 Minggu 1 hari dengan KPD 3 Hari
Janin Tunggal Hidup Intra Uterin Preskep keadaan baik
Data Dasar:
Data Subjektif:
1. Ibu
mengatakan berumur 33 tahun
2. Ibu
mengatakan ini kehamilan yang pertama
3. Ibu mengatakan
tidak pernah keguguran
4. Ibu mengatakan
HPHT tanggal 31 Juli 2014 dan HPL 8 Mei 2015
5. Ibu
mengatakan keluar cairan berwarna keruh, dan berbau anyir/amis sejak 3 hari
yang lalu, ibu mengatakan tidak merasakan kenceng-kenceng, tidak
ada lendir darah dari jalan lahir.
Data Objektif:
3. KU: baik
4. Kesadaran:
Composmentis
5. TTV: TD:
120/80mmHg, N: 80x/menit, R: 24x/menit,
S: 36,2oC
6. Berat Badan: 48 kg, Tinggi Badan: 150 cm,
LILA : 23 cm
7. Palpasi
abdomen:
Leopold I : Perut ibu bagian atas teraba bulat, lunak,
tidak melenting (bokong). Tinggi fundus uteri pertengahan pusat dan prosessus xifoideus
Leopold II : Perut ibu bagian kiri teraba tahanan keras
memanjang seperti papan (punggung), perut ibu bagian kanan teraba bagian kecil-kecil janin
Leopold III : Bagian terbawah janin teraba bulat,
keras(kepala)
Leopold IV : Divergen(sudah masuk PAP)
8. TBJ(TFU: 31 cm) :
(31-11) x 155 = 3100 gram
9. DJJ: 142 x/menit
10. Perkusi
(reflek patela ) : (kanan/kiri) (+/+)
11. Periksa
dalam ( Jika ada indikasi ): Vulva
tidak teraba benjolan, tidak ada sekat vagina, porsio lunak, pembukaan 0-1 cm,
selaput ketuban sudah robek, caput tidak ada, moulage tidak ada, Point of directions belum terdeteksi, effacement 10%, kepala turun
di HI+.
12. Hasil
pemeriksaan penunjang: HB: 11,5 gr%, GDS:
100 mg/dL, Golongan Darah: A Rh +
C. IDENTIFIKASI DAN
ANTISIPASI DIAGNOSA POTENSIAL
Pada Ibu:
Infeksi maternal dan infeksi
intrapartum
Pada janin:
Fetal Distres, Asfiksia dan Kematian
janin
D. ANTISIPASI TINDAKAN
SEGERA
Mandiri
Observasi kondisi
ibu
Pantau
kesejahteraan janin: DJJ dan gerakan janin
Kolaborasi
Kolaborasi dengan
dokter spesialis obstetrik dan ginekologi untuk pemberian antibiotik, melakukan
pemeriksaan USG dan kardiotokografi serta terminasi kehamilan
E. PERENCANAAN
Tanggal :
05-05-2015 Jam 12.40 WIB
2.
Lakukan Pemeriksaan fisik dan TTV
3.
Beritahu ibu tentang kondisinya dan
keadaan janinnya serta hasil pemeriksaan
4.
Anjurkan ibu untuk rawat inap
5.
Pasang Infus transfusi set dengan
jarum ukuran 16 atau 18 G
6.
Anjurkan ibu untuk tirah
baring
7.
Lakukan pemantauan kesejahteraan
janin
8.
Observasi kondisi ibu dan kaji
tanda-tanda infeksi
9.
Kolaborasi dengan dokter spesialis
obstetric dan ginekologi untuk pemberian antibiotik, USG, dan Kardiotokografi
10.
Jika tidak ada kemajuan pembukaan
atau ada tanda-tanda infeksi/gawat janin, konsultasi dengan dokter obstetric
dan ginekologi untuk terminasi kehamilan dengan induksi, SC bila induksi gagal
11.
Berikan KIE Personal Hygiene
F. PELAKSANAAN
Tanggal:
05-05-2015
Hari,
Tanggal/ Jam
|
Pelaksanaan
|
Evaluasi
|
Selasa,
5 Mei 2015
Jam 12.15 WIB
Jam 12.25 WIB
Jam 12.30 WIB
Jam 12.35 WIB
Jam 12.37 WIB
Jam 12.40 WIB
Jam 12.42 WIB
Jam 12.46 WIB
Jam 12.48 WIB
Jam 12.50 WIB
Jam 12.52 WIB
Jam 12.55 WIB
Jam 13.00 WIB
|
1.
Melakukan pemeriksaan fisik dan TTV
2.
Melakukan pemeriksaan Leopold
3.
Melakukan
pemantauan kesejahteraan janin:
a.
Melakukan pengukuran Taksiran Berat Janin
b.
Melakukan pemeriksaan Denyut Jantung Janin dan mengkaji gerakan janin
4.
Melakukan pemeriksaan reflek patella
5.
Beritahu
ibu tentang kondisinya dan keadaan janinnya serta hasil pemeriksaan
6.
Anjurkan
ibu untuk rawat inap
7.
Pasang
Infus transfusi set dengan jarum ukuran 16 atau 18 G
8.
Melakukan pemeriksaan HB, GDS dan golongan
darah
9.
Anjurkan
ibu untuk tirah baring, dengan posisi miring ke kiri
10. Observasi kondisi ibu dan kaji tanda-tanda infeksi
12.
Kolaborasi dengan dokter
spesialis obstetric dan ginekologi untuk pemberian antibiotik, USG, dan
Kardiotokografi
13.
Berikan KIE Personal Hygiene
14.
Jika tidak ada kemajuan
pembukaan atau ada tanda-tanda infeksi/gawat janin, konsultasi dengan dokter obstetric
dan ginekologi untuk terminasi kehamilan dengan induksi, SC bila induksi
gagal
|
DS: -
DO:
a.
Keadaan Umum : Baik
b.
Kesadaran: Composmentis
c.
Status emosional: stabil
d.
Tanda vital
1) Tensi : 120/80 mmHg
2) Nadi :
80 kali/ menit
3) RR : 24 kali/ menit
4) Suhu :
36,2ºC
e. Fisik: dalam batas normal
DS:-
DO: Palpasi abdomen:
1.
Leopold I : Perut ibu bagian atas teraba bulat, lunak, tidak melenting
(bokong). Tinggi fundus uteri pertengahan pusat dan prosessus xifoideus
2.
Leopold II : Perut ibu bagian kiri teraba tahanan keras memanjang
seperti papan (punggung), perut ibu bagian kanan teraba bagian kecil janin
3.
Leopold III: Bagian terbawah
janin teraba bulat, keras(kepala)
4.
Leopold IV: Divergen (sudah masuk
PAP)
DS:-
DO:
TBJ(TFU: 31 cm) :
(31-11) x 155 = 3100 gram
DJJ: 142 x/menit, irama teratur, keras
Pergerakan
janin pertama kali: 16 minggu
frekuensinya: 10 kali dalam 12 jam. Pergerakan janin terakhir : 5
menit yang lalu
DS:-
DO: Perkusi (reflek patela ) : (kanan/kiri) (+/+)
DS:-
DO:Ibu memperhatikan dengan baik
ketika dijelaskan tentang kondisinya
DS:-
DO: Ibu bersedia dirawat inap,
suaminya sudah mengurus pendaftaran rawat inap
DS:-
DO: Infus terpasang pada tangan kanan
ibu
DS:-
DO: HB: 11,5 gr%, GDS: 100 mg/dL, Golongan Darah: A Rh +
DS:
DO: Ibu tidur miring ke kiri
DS: -
DO: Suhu < 380C (S:36,20C),
cairan pervaginam amis, tidak berbau busuk
DS:-
DO: telah masuk antibiotik: Ceftriaxone
(advis dokter jaga)
DS:-
DO: Ibu memperhatikan dengan baik
ketika diberi informasi tentang personal Hygiene dan ibu mengangguk ketika
dianjurkan untuk menjaga kebersihan daerah genetalianya
DS: Ibu bersedia dipindah ke VK
DO:-
|
G. EVALUASI
Tanggal :
05-05-2015
Hari, Tgl
Jam
|
Evaluasi
|
|||
S
|
O
|
A
|
P
|
|
Selasa, 5 Mei 2015
13.00 WIB
|
1. Ibu
mengetahui hasil pemeriksaan fisik
2. Ibu
mengerti tentang keadaannya, janinnya dan hasil pemeriksaan
3. Ibu
memperhatikan dengan baik ketika dijelaskan tentang kondisinya
4. Ibu
mengetahui hasil pemantauan kesejahteraan janin.
5. Ibu
bersedia dirawat inap
|
-
Keadaan Umum : Baik
-
Kesadaran: Composmentis
-
Status emosional: stabil
-
Tanda vital
1) Tensi : 120/80 mmHg
2) Nadi : 80 kali/
menit
3) RR : 24 kali/ menit
4) Suhu : 36,2ºC
-
Fisik: dalam batas normal
-
Palpasi abdomen:
1)
Leopold I : Perut ibu bagian atas teraba bulat, lunak, tidak
melenting (bokong). Tinggi fundus uteri pertengahan pusat dan px
2)
Leopold II : Perut ibu bagian kiri teraba tahanan keras memanjang
seperti papan (punggung), perut ibu bagian kanan teraba bagian kecil janin
3)
Leopold III: Bagian terbawah
janin teraba bulat, keras(kepala)
4)
Leopold IV: Divergen (sudah masuk
PAP)
-
Perkusi (reflek patela ) : (kanan/kiri)
(+/+)
-
TBJ(TFU: 31 cm) : (31-11) x 155
= 3100 gram
-
DJJ: 142 x/menit
-
Pergerakan janin pertama kali:
16 minggu frekuensinya: 10 kali dalam 12 jam. Pergerakan janin
terakhir : 5 menit yang lalu
-
HB: 11,5 gr%
-
GDS: 100
-
Golongan Darah: A Rh +
-
telah masuk antibiotik: Ceftriaxone (advis dokter jaga)
-
Ibu memperhatikan dengan baik ketika diberi informasi tentang personal
Hygiene dan ibu mengangguk ketika dianjurkan untuk menjaga kebersihan daerah
genetalianya
-
Ibu memperhatikan dengan baik ketika dijelaskan tentang kondisinya
-
Ibu bersedia dirawat inap, suaminya sudah mengurus pendaftaran rawat
inap
-
Infus terpasang pada tangan kanan ibu
-
Ibu tidur miring ke kiri
|
Ny.U Umur 33 Tahun G1P0A0 Hamil 40 Minggu 1 hari inpartu kala I fase
laten dengan KPD 3 hari
|
Pantau kemajuan kala I dan kaji
tanda-tanda infeksi serta gawat janin
|
BAB V
PEMBAHASAN
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya
selaput ketuban sebelum terjadi proses persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan
cukup waktu atau kurang waktu (Cunningham, Mc. Donald, gant, 2002).
Ketuban
pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan penyulit
kelahiran prematur dan terjadinya infeksi sampai sepsis yang meningkatkan
morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu. Normalnya selaput ketuban pecah pada akhir kala 1 atau
awal kala 2 persalinan. Bisa juga belum pecah sampai saat mengejan, sehingga
perlu dipecahkan(amniotomi).
Berdasarkan kasus, Ny.U Umur 33 Tahun G1P0A0 Hamil 40
Minggu 1 hari dengan KPD 3 Hari, Ibu mengatakan hari pertama haid terakhirnya
tanggal 31 Juli 2014, Pergerakan janin pertama kali pada usia kehamilan 16 minggu, janin bergerak 10 kali dalam 12 jam, pergerakan janin terakhir 5 menit
yang lalu, ibu sudah mendapatkan imunisasi tetanus toksoid sebanyak 2x di
bidan, jarak antara TT1 dengan TT2 4 minggu. Ibu mengatakan keluar cairan
berwarna keruh dan amis sejak 3 hari yang lalu. Pada pemeriksaan dalam didapati
selaput ketuban sudah robek, pembukaan 0-1 cm. Komplikasi yang
dapat terjadi pada Pada Ibu
Infeksi maternal
dan infeksi intrapartum, Pada janin Fetal Distres, Asfiksia dan Kematian janin.
Penanganan yang dapat dilakukan pada pasien KPD adalah
1.
Memasang infus transfusi set,
dengan jarum ukuran 16 atau 18 G, Ringer laktat 500 cc 20 tpm
2.
Menganjurkan ibu untuk tirah
baring, agar air ketuban yang keluar tidak bertambah banyak
3.
Melakukan pemantauan kesejahteraan
janin dengan DJJ dan gerakan janin, agar jika terjadi gawat janin bisa segera
dideteksi
4.
Melakukan observasi kondisi ibu dan
mengkaji tanda-tanda infeksi, seperti
suhu > 380 C, cairan pervaginam berbau busuk, dll
5.
Melakukan Kolaborasi dengan dokter
spesialis obstetric dan ginekologi untuk pemberian antibiotik, USG, dan
Kardiotokografi. Melakukan test sensitivitas sebelum memberikan suntikan
antibiotika, pemberian antibiotik untuk mencegah masuknya kuman dan virus
penyebab infeksi. USG dan Kardiotokografi untuk memantau keadaan janin dalam kandungan.
6.
Jika tidak ada kemajuan pembukaan
atau ada tanda-tanda infeksi/gawat janin, konsultasi dengan dokter obstetric
dan ginekologi untuk terminasi kehamilan dengan induksi, SC bila induksi gagal.
Melakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui kemajuan pembukaan dan jangan
terlalu sering, serta perhatikan prinsip aseptik agar tidak terjadi infeksi.
Jika ada tanda-tanda infeksi seperti suhu > 380 C, cairan
pervaginam berbau busuk, dll, atau ada gawat janin, DJJ lemah, gerakan janin
berkurang, janin harus segera dilahirkan, terminasi kehamilan dengan induksi, jika induksi gagal, lakukan
SC.
7.
Memberikan KIE Personal Hygiene,
supaya ibu menjaga kebersihan diri terutama daerah genetalia, agar tidak
terjadi infeksi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Premature
Rupture of Membranes (PROM) atau Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya
ketuban atau kantung ketuban sebelum persalinan dimulai.
Beberapa
gejala klinik yang ditimbulkan karena ketuban pecah dini sebagai berikut:
1.
Ketuban pecah tiba-tiba
2.
Cairan tampak di introitus
3.
Tidak ada his dalam satu jam
Beberapa
komplikasi atau bahaya jika terjadi ketuban pecah dini adalah
1. Komplikasi pada ibu
meliputi infeksi, korioamionitis.
2.
Komplikasi pada janin meliputi prolaps tali pusat, trauma pada waktu lahir,
lahir prematur, oligohidramnion.
B.
Saran
Istirahatlah
sesuai anjuran dokter. Jangan merasa diri wanita super dengan melakukan semua
kegiatan. Ingatlah, setiap kehamilan selalu berbeda. Jika Anda melihat teman
lain tetap “perkasa” saat hamil, Anda tidak harus menjadi demikian. Dan bila cairan
ketuban merembes, gunakanlah pembalut yang dapat menyerap air ketuban. Pada
minggu-minggu terakhir kehamilan sebaiknya gunakan pembalut tipis pada celana
dalam agar membuat Anda merasa bersih dan segar. Serta usahakan
daerah vagina selalu bersih, untuk menghindari infeksi.
DAFTAR
PUSTAKA
Lalage, Zerlina. 2013. Menghadapi Kehamilan Berisiko Tinggi. Klaten: Abata Press.
Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP.
Depkes RI. (2007) Asuhan Persalinan
Bersih dan Aman, Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI. (2004) Maternal Neonatal
Health, Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI. (2006) Pedoman Sistem Rujukan
Maternal dan Neonatal, Jakarta.
Depkes RI. (2001). Rencana Strategi Nasional Making
Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia 2001-2010, Jakarta.
DepKes RI (2002). Program Safe
Motherhood di Indonesia, Jakarta.
Depkes RI (2006) Pelatihan Manajemen Kinerja Klinik
Perwat dan Bidan. PUSDIKLAT SDM Kesehatan Jakarta.
Hadijono. 2005.
Pedoman Managemen
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
Komperehensif 24 jam di Tingkat kabupaten/ Kota,
Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RI.
----------------------------------------------------------------------------------------------------
admin suka ngacak2 format asuhan!!! huwaa...nggak koxx...admin cuma cri format asuhan yang paling sesuai untuk olah kasus...klo kasusny cocokny pake varney y varney ja...tpi klo asuhannya harus kolaborasi y pake modifikasi ana-varney. sekarang yang palings sesuai untuk kasus ini modifikasi varney-soap, y pake ini deh...sebenarnya sih mnurut admin format asuhan paling simple dan wajid dimengerti tuh SOAP,klo di lapangan y pake SOAP ja... tapi klo buat tugas2 pake modifikasi ja, biar bisa olah kemampuan milih asuhan buat kasus.... oh y...thanks to dek rina akbid muslimat...mksih atas bantuannya y...
No comments:
Post a Comment