truth


counters

nama

Sunday 31 May 2015

Akeb Kehamilan: Abortus Incomplete



A.    PENGERTIAN
1.      Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. WHO IMPAC menetapkan batas usia kehamilan kurang dari 22 minggu, namun beberapa acuan terbaru menetapkan batas usia kehamilan kurang dari 20 mingguatau berat janin kurang dari 500 gram.
2.      Abortus Inkompletus adalah Keguguran tidak lengkap. Hasil konsepsi sudah tidak dapat dipertahankan dan sudah terdapat pengeluaran sebagian hasil konsepsi/buah kehamilan

B.     DIAGNOSIS dan BATASAN
Diagnosis abortus bervariasi tergantung macam abortusnya. Macam abortus dapat ditentukan dari tanda dan gejala serta hasil pemeriksaan penunjang lainnya, seperti hasil gambaran ultrasonografi dan beberapa hasil pemeriksaan laboratorium.
Dari tanda dan gejala akan dapat menentukan gambaran dan membant menegakkan diagnose. Berikut batasan tanda dann gejala Abortus Incomplit:
1.      Kehamilan yang tidak dapat dipertahankan dapat dievakuasi/dikeluarkan dengan segera demi mencapai peningkatan kesehatan ibu.
2.      Telah diketahui hamil dari hasil plano test positif hamil, dengan masa kehamilan kurang dari 22 minggu.
3.      Terdapat keluhan perdarahan dari jalan lahir yang berasal dari dalam rahim dengan jumlah perdarahan sedang sampai dengan banyak.
4.      Pasien mengalami nyeri perut dengan intensitas sedang sampai berat.
5.      Pembesaran rahim sesuai umur kehamilan.
6.      Dengan pemeriksaan dalam, teraba mulut rahim telah terbuka.
7.      Ibu mengungkapkan bahwa telah keluar sebagian jaringan dari jalan lahir (Ekspulsi sebagian jaringan konsepsi).

C.     FAKTOR PREDISPOSISI
1.      Faktor dari janin (fetal), berupa kelainan genetik (kromosom)
2.      Faktor dari ibu (maternal): infeksi, kelainan hormonal seperti hipotiroidisme, diabetes mellitus, malnutrisi, penggunaan obat-obatan, merokok, konsumsi alkohol, faktor immunologis dan defek anatomis seperti uterus didelfis,inkompetensia serviks (penipisan dan pembukaan serviks sebelum waktu in partu, umumnya pada trimester kedua) dan sinekhiae uteri karena sindrom Asherman.
3.      Faktor dari ayah (paternal): kelainan sperma.


D.    PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan umum pada abortus, sama dan disesuaikan dengan keadaan yang ditemui .
1.      Tatalaksana umum
a.       Sebelum melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik, mintakan persetujuan tindakan umum perawatan yang ditanda tangani oleh pasien, suami (sebagai saksi) dan bidan jaga (sebagai saksi).
b.      Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu)
c.       Lakukan anamnesa sesuai format status gynekologi.
d.      Lakukan pemeriksaan fisik (Pemeriksaan fisik umum dilakukan secara menyeluruh (Head to too)
e.       Lakukan pemeriksaan kebidanan, berupa:
1)      Inspeksi vulva
Perdarahan pervaginam ada/ tidak  jaringan hasil konsepsi, tercium/tidak bau busuk darivulva
2)      Inspekulo, perdarahan dari cavum uteri, ostium uteri terbuka/ sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
3)      Pemeriksaan dalam vagina
Raba porsio/mulut rahim masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dari dalam cavum uteri, tidak nyeri saat porsio di goyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum douglashi tidak menonjol dan tidak nyeri.
f.       Lakukan pemeriksaan penunjang
Berupa pemeriksaan ultrasonografi untuk melihat ukuran uterus dan keadaan kehamilan, pemeriksaan laboratorium analyzer darah rutin, pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion, dan plano test kehamilan (positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus).
g.      Lakukan analisa data yang terkumpul dan lakukan kolaborasi dengan dokter spesialis obstetric dan gynegologi yang jaga pada hari disaat pasien datang mencari pertolongan.
h.      Pasang infus sebagai sebagai persiapan pemberian obat melalui pembuluh darah vena bila diperlukan dan therapi cairan sesuai kondisi pasien.
i.        Ambil contoh darah untuk pemeriksaan analyzer darah spesifik.
j.        Bila mungkin diperlukan, lakukan stabilisasi keadaan umum dengan pembebasan jalan nafas, pemberian oksigenasi (O2 2 – 4 liter per menit)
k.      Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik <90 mmHg).
1)      Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok (lihat bab tatalaksanan syok).
2)      Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat.
l.        Beri dukungan emosional(moril) dan konseling kontrasepsi pasca keguguran/ancaman keguguran.

2.      Penatalaksanaan khusus abortus inkomplit:  
a.       Lakukan konseling untuk menjelaskan kemungkinan risiko, rencana tindak lanjut pengeluaran hasil konsepsi yang gugur(evakuasi) dan rasa tidak nyaman selama tindakan evakuasi. Lanjutkan dengan penjelasan unuk informed concent tindakan evakuasi hasil konsepsi yang ditanda tangani oleh pasien dan suami pada blanko persetujuan tindakan. Apabila keluarga dan pasien menolak/ tidak menyetujui, maka pasien dan keluarga wajib mengisi blanko penolakan tindakan yang ditanda tangani.
b.      Kolaborasikan dengan dokter Sp.OG untuk mendapatkan tindakan khusus sesuai umur kehamilan.
1)      Pada usia kehamilan kurang dari 16 minggu:
a)      Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan usia kehamilan kurang dari 16 minggu: Gunakan jari atau forsep cincin (penster)/ cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang mencuat dari serviks.
b)      Jika perdarahan berhenti, beri misoprostol 400 mcg per oral.
2)      JIka Perdarahan Berat  Dan Usia Kehamilan Kurang Dari 16 Minggu
a)  Lakukan evakuasi isi uterus dengan tindakan kuret tajam (lihat lampiran). Jika tersedia Aspirasi vakum manual (AVM), maka gunakanlah AVM. Karena metode yang dianjurkan adalah AVM.
b)  Jika evakuasi tidak dapat segera
c)   Jika dilakukan, berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu)
3)      Pada usia kehamilan lebih dari 16 minggu:
a)      Berikan infus 20 IU oksitosin dalam 500 ml  NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu pengeluaran hasil konsepsi. Berikan sampai dengan terjadi ekspulsi hasil konsepsi.
b)      Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).
c)      Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
(1)   Transfusi darah bila Hb kurang dari 8 gr/dl.
(2)   Pemberian terapi obat-obatan per oral setelah tindakan kuretage. Berupa : Obat antibiotika tablet dan obat anti analgetik selama 3 hari, Roboransia disesuaikan dengan kondisi pasien dan Vitamin.
c.       Lakukan evaluasi tanda vital pasca tindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
d.      Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen, dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin setelah 24 jam. BIla hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang.
e.       Waspadalah bila tidak ditemukan adanya jaringan hasil konsepsi pada sampel kuretase! Lakukan evaluasi ulang atau lakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk memeriksa kemungkinan adanya kehamilan ektopik


3.      Penatalaksanaan pasca keguguran
a.   Berikan saran(konseling) sebelum pasien pulang, untuk istirahat yang cukup agar mengurangi kelelahan fisik dan psikologis setelah curettage.
b.   Komunikasikan dengan pasangan mengenai rencana selanjutnya. Jangan tenggelam dalam kesedihan dan menyalahkan keadaan.
c.   Rencanakan kehamilan, setidaknya menunggu selesai satu siklus haid. Karena kesuburan akan kembali segera 2 hingga 4 minggu.
d.   Persiapkan kesehatan reproduksi sebelum berencana untuk kehamilan berikutnya.
e.   Minta saran dokter jika ingin hamil kembali.
f.    Perhatikan asupan gizi
g.   Olahraga secara teratur.
h.  Waspadai demam setelah kuret. Apabila ibu demam menggigil, sakit sekitar peut, kram atau sakit punggung, perdarahan berlebihan atau terdapatpengeluaran cairan dari

E.     KEPUSTAKAAN
1.      Aborsi Pro dan Kontra di Kalangan Petugas Kesehatan. Jogjakarta: Pusat Penelitian Kependudukan UGM

2.      Pengguguran yang Tidak Aman di Indonesia, SDKI 1997. Jurnal Epidemiologi Indonesia. Volume 5 Edisi I-2001. hal. 14-19.

3.      Utomo, Budi et al.Incidence and Social-Psychological Aspects of Abortion in Indonesia: A Community-Based Survey in 10 Major Cities and 6 Districts, Year 2000. Jakarta: Center for Health Research University of Indonesia, 2001.

4.      World Health Organization. Unsafe Abortion: Global and Regional Estimates of Incidence of and Mortality due to Unsafe Abortion with a Listing of Available Country Data. Third Edition. Geneva: Division of Reproductive Health (Technical Support) WHO, 1998.



No comments:

Post a Comment