truth


counters

nama

Sunday 31 May 2015

korioamnionitis

A.     PENGERTIAN
1.      Korioamnionitis adalah peradangan/ infeksi pada korion dan amnion. Biasanya berkaitan dengan pecahnya ketuban yang telah berlangsung lama dan persalinan lama.(DepKes RI, 2012)
2.      Korioamnionitis tersamar (“Silent”) adalah Korioamnionitis yang disebabkan oleh beragam miikroorganisme.

B.     BATASAN DIAGNOSIS
1.      Ditemukan demam >380C dengan 2 atau lebih diikuti dengan tanda lainnya.
2.      Leukositosis >15.000 sel/mm3
3.      Denyut jantung janin >160 kali/menit
4.      Frekuensi nadi ibu >100 kali/menit
5.      Nyeri tekan fundus saat tidak berkontraksi.
6.      Cairan amnion berbau.

C.     FAKTOR PREDISPOSISI
1.      Persalinan prematur
2.      Persalinan lama
3.      Ketuban pecah lama
4.      Pemeriksaan dalam yang dilakukan berulang-ulang
5.      Adanya bakteri patogen pada traktus genitalia (IMS, BV)
6.      Alkohol
7.      Perokok.

D.     KOMPLIKASI:
1.      Sepsis neonatorum
2.      Distress pernapasan
3.      Perdarahan intraventrikel
4.      Kejang
5.      Leukomalasia
6.      Periventrikel
7.      Palsi cerebral.
8.      Pada ibu, dimasa nifasnya nanti mengalami lokhea yang berbau busuk.

E.      TATALAKSANA
Asuhan kebidanan
1.   Terima pasien sesuai dengan prosedur penerimaan pasien baru.
2.   Pastikan ibu dalam keadaan khorioamnionitis atau tidak,  jika ditemui keadaan ibu dengan temperature badan diatas 38°C cari minimal 2 tanda lain.
3.   Lakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik pada posisi berbaring miring ke kiri agar peredaran darah ke janin lancar.
4.   Segera beri therapy oksigen minimal 3 liter permenit sesui dengan kebutuhan, kondisi ibu dan janin.
5.   Bila perlu, amati dengan CTG pada 1 jam pertama perawatan pasien.
6.   Segera kolaborasikan dengan dokter jaga Spesialis kebidanan yang jaga di saat itu, untk  mendapatkan program therapi:
a.       Antibiotika/ anti mikroba kombinasi:
1)      Ampisilin 2 g IV tiap 6 jam ditambah
2)      Gentamisin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam.
3)      Atau antibiotika lain sesuai anjuran dokter.
b.      Pemberian obat anti piretik, seperti paracetamol 500mg untuk menurunkan peningkatan temperature badan.
c.       Terminasi kehamilan. Nilai serviks untuk menentukan cara persalinan:
1)      Jika serviks matang: lakukan induksi persalinan dengan oksitosin
2)      Jika serviks belum matang:
a)      Matangkan dengan prostaglandin/ Mesoprostol 100 mg per oral.
b)      Infus oksitosin drip 5 i.u dengan tetesan mentenen 16 tetes permenit.
c)      Atau lakukan seksio sesarea jika suhu badan ibu telah turun(< 37°C).
3)      Jika persalinan dilakukan pervaginam, hentikan antibiotika setelah persalinan. Jika persalinan dilakukan dengan seksio sesarea, lanjutkan antibiotika dan tambahkan metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam sampai bebas demam selama 48 jam.
4)      Jika terdapat metritis (demam, cairan vagina berbau), Pmberian antibiotika perlu dilkolaborasikan ulang. Agar mendapat perhatian, antibiotic yang paing tepat.
5)      Jika bayi mengalami sepsis, lakukan pemeriksaan kultur darah dan beri antibiotika yang sesuai selama 7-10 hari.
6)      Tunda terminasi jika pasien masih dalam keadaan demam.
7)      Pulangkan penderita jika kadar leukosit telah menjadi normal.

F.      DASAR HUKUM TATALAKSANA KETUBAN PECAH DINI BAGI BIDAN
Landasan hukum yang dipakai seorang bidan dalam melakukan asuhan kebidanan bersalin dengan ketuban pecah dini, adalah:
1.      KEPMENKES RI No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktek bidan:
a.    Pasal 16 ayat 1 yang berbunyi pelayanan kebidanan kepada ibu, meliputi:
1)   Penyuluhan dan konseling
2)   Pemeriksaan fisik
3)   Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
4)   Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil dengan abortus iminens, hiperemesis gravidarum tingkat 1, preeklamsi ringan, dan anemi ringan
5)   Pertolongan persalinan normal
6)   Pertolongan persalinan abnormal yang mencakup letak sungsang, partus macet, kepala di dasar panggul, ketuban pecah dini (KPD) tanpa infeksi, perdarahan post partum, laserasi jalan lahir, distosia karena inersia uteri primer, post term dan pre term
7)   Pelayanan ibu nifas normal
8)   Pelayanan ibu nifas abnormal mencakup retensio plasenta, renjatan, dan infeksi ringan
9)   Pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang meliputi keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid
b.    Pasal 18, yaitu bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 berwenang untuk:
1)   Memberikan suntikan pada penyulit kehamilan, persalinan dan nifas
2)   Episiotomi
3)   Penjahitan luka episiotomi dan luka jalan lahir sampai tingkat II
4)   Pemberian infus
5)   Pemberian suntikan intramuskular uterotonika, antibiotika dan sedativa.

2.      Peran dan Fungsi serta Kompetensi Bidan dalam KEPMENKES RI No. 900/Menkes/SK/VII/2002.
Kompetensi bidan yang sesuai dengan kasus ini dalam memberikan asuhan kebidanan adalah: peran sebagai pelaksana dalam tugas mandiri pada poin D, bahwa seorang bidan harus mempu memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan melibatkan klien/keluarga, diantaranya:
a.  Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan kebidanan pada klien dalam masa persalinan
b.  Menentukan diagnosa dan kebutuhan asuhan kebidanan dalam masa persalinan
c.  Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan prioritas masalah
d. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun
e.  Mengevaluasi bersama klien asuhan yang telah diberikan
f.   Membuat rencana tindakan pada ibu masa persalinan tersaing dengan prioritas
g.  Membuat asuhan kebidanan

3.      Kepmenkes RI Nomor 369.MENKES/SK/III/2007.Tentang STANDAR PROFESI  BIDAN
Ketrampilan  yang harus dimiliki oleh bidan dalam menjalankan praktek klinik yang berkaitan dengan Asuhan selama persalinan dan kelahiran Ketuban pecah dini merupakan kompetensi ke-3, Ketrampilan Dasar nomer 13 pada poin h. Disana menyebutkan, mengidentifikasi penyimpangan kehamilan normal dan melakukan penanganan yang tepat termasuk merujuk ke fasilitas pelayanan tepat dari : Ketuban pecah sebelum waktunya.

4.      BAB I PERMENKES nomor : 1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
a.    Pasal 9, Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi:
1)   Pelayanan kesehatan ibu;
2)   Pelayanan kesehatan anak; dan
3)   Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

b.    Pasal 10
Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.
Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
1)        Pelayanan konseling pada masa pra hamil.
2)        Pelayanan antenatal pada kehamilan normal.
3)        Pelayanan persalinan normal;
4)        Pelayanan ibu nifas normal;
5)        Pelayanan ibu menyusui; dan
6)        Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.
c.    Pasal 11
Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf  b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah.
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat berwenang untuk:
1) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi Vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0 - 28 hari), dan perawatan tali pusat;
2) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuknya.
3) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan.
4) Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah;
5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah;
6) Pemberian konseling dan penyuluhan;
7) Pemberian surat keterangan kelahiran;
8) Pemberian surat keterangan kematian.

 KEPUSTAKAAN
1.      Depkes RI. (2007) Asuhan Persalinan Bersih dan Aman, Jakarta: Depkes RI.

2.      Depkes RI. (2004) Maternal Neonatal Health, Jakarta: Depkes RI.

3.      Depkes RI. (2006) Pedoman Sistem Rujukan Maternal dan Neonatal, Jakarta:

4.      Depkes RI. (2001). Rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia 2001-2010, Jakarta.

5.      DepKes RI (2002). Program Safe Motherhood di Indonesia, Jakarta.

6.      Depkes RI (2006) Pelatihan Manajemen Kinerja Klinik Perwat dan Bidan. PUSDIKLAT SDM Kesehatan Jakarta.

7.      Hadijono, S (2005) Pedoman Managemen Pelayanan Obstetri NeonatalEmergency Komperehensif 24 jam di Tingkat kabupaten/ Kota, Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RI.

8.      Lab/bag ilmu kebidanan dan penyakit kandungan RSU dr Soetomo Surabaya.Pedoman diagnosis dan terapi Edisi III 2008

9.      Cunningham MD MacDonal PC Gamt NF Hypertensiv disorder in pregnancy. William obstetric 20th Ed 718-723, 1997


10.    Kementerian Kesehatan RI, 2013. Buku Saku, Pelayanan Kesehatan Ib Di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan

No comments:

Post a Comment