A.
Pengertian
Cervicitis ialah radang dari selaput
lendir canalis cervicalis. Karena epitel selaput lendir cervicalis hanya
terdiri dari satu lapisan sel silindris maka mudah terkena infeksi dibandingkan
dengan selaput lendir vagina (Sarwono, 2008). Pada seorang multipara dalam
keadaan normal canalis cervikalis bebas kuman, pada seorang multipara dengan
ostium uteri eksternum sudah lebih terbuka, batas atas dari daerah bebas kuman
ostium uteri internum.
Walaupun begitu canalis cervicalis
terlindung dari infeksi oleh adanya lendir yang kental yang merupakan barier
terhadap kuman-kuman yang ada didalam vagina. Terjadinya cervisitis dipermudah
oleh adanya robekan serviks, terutama yang menimbulkan ectropion.(Sarwono,
2008)
Servisitis adalah peradangan dari
selaput lendir dari kanalis servikalis. karena epitel selaput lendir kanalis
servikalis hanya terdiri dari satu lapisan sel selindris sehingga lebih mudah
terinfeksi disbanding selaput lendir vagina. (gynekologi . FK UNPAD, 1998 )
Juga merupakan :
1. Infeksi
non spesifik dari serviks
2. Erosi
ringan (permukaan licin), erosi kapiler (permukaan kasar), erosi folikuler
(kistik)
3. Biasanya
terjadi pada serviks bagian posterior
Infeksi ini terjadi pada sebagian
besar wanita yang telah melahirkan. Terdapat perlukaan ringan pada mulut rahim.
Gejala infeksi ini adalah leukorea yang kadang sedikit atau banyak, dapat
terjadi perdarahan (saat hubungan seks). Pengobatan terhadap infeksi ini
dimulai dengan pemeriksaan setelah 42 hari persalinan atau sebelum hubungan
seks dimulai. Pada mulut rahim luka lokal disembuhkan dengan cairan albutil
tingtura, cairan nitrasargenti tingtura, dibakar dengan pisau listrik, termokauter,
mendinginkannya (cryosurgery). Penyembuhan servisitis menahun sangat penting
karena dapat menghindari keganasan dan merupakan pintu masuk infeksi ke alat
kelamin bagian atas.
B.
Etiologi
Servisitis disebabkan oleh
kuman-kuman seperti : trikomonas vaginalis, kandida dan mikoplasma atau
mikroorganisme aerob dan anaerob endogen vagina seperti streptococcus,
enterococus, e.coli, dan stapilococus . Kuman-kuman ini menyebabkan deskuamasi
pada epitel gepeng dan perubahan inflamasi kromik dalam jaringan serviks yang
mengalami trauma.
Dapat juga disebabkan oleh robekan
serviks terutama yang menyebabkan ectropion, alat-alat atau alat kontrasepsi,
tindakan intrauterine seperti dilatasi, dan lain-lain. Servicitis dapat
disebabkan oleh salah satu dari sejumlah infeksi, yang paling umum adalah :
1. Klamidia
dan gonore, klamidia dengan akuntansi untuk sekitar 40% kasus. Gonorroe,
sediaan hapus dari fluor cerviks terutama purulen.
2. Trichomonas
vaginalis dan herpes simpleks adalah penyebab yang kurang umum dari cervicitis.
3. Peran
Mycoplasma genitalium dan vaginosis bakteri dalam menyebabkan servisitis masih
dalam penyelidikan.
4. Sekunder
terhadap kolpitis.
5. Tindakan
intra dilatasi dll.
6. Alat-alat
atau obat kontrasepsi.
7. Robekan
serviks terutama yang menyebabkan ectroption/ extropin
C.
Patofisiologi
Penyakit ini dijumpai pada sebagian
besar wanita yang pernah melahirkan dengan luka-luka kecil atau besra pada
cerviks karena partus atau abortus memudahkan masuknya kuman-kuman kedalam
endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun. Cerviks
uteri adalah penghalang penting bagi masuknya kuman-kuman kedalam genetalia
interna. Dalam hubungan ini pada seorang nulipara dalam keadaan normal canalis
servicalis bebas kuman pada seorang multipara dengan ostium uteri eksternum
sudah lebih terbuka, batas ke atas dari daerah bebas kuman ialah ostium uteri
internum.
Radang pada
services uteri bisa terdapat pada portio uteri eksternum dan pada endoservics
uteri.
D.
Klasifikasi
1. Cervicitis
Akut.
Cervicities
akut dalam pengertian yang lazim ialah infeksi yang diawali di endocerviks dan
ditemukan pada gonorrhoe, dan pada infeksi post-abortum atau post-partum yang
disebabkan oleh Streptoccocus, Stafilococcus, dan lain-lain. Dalam hal ini,
serviks memerah dan bengkak dengan mengeluarkan cairan mukopurulent. Akan
tetapi, gejala-gejala pada serviks biasanya tidak seberapa tampak di tengah
gejala-gejala lain dari infeksi yang bersangkutan.
Pengobatan
dilakukan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut. Penyakitnya dapat sembuh
tanpa bekas atau menjadi cervicitis kronis.Cervicitis akut sering terjadi dan
dicirikan dengan eritema, pembengkakan, sebukan neutrofil, dan ulserasi epitel
fokal. Endocerviks lebih sering terserang dibandingkan ektocerviks.
Cervicitis
akut biasanya merupakan infeksi yang ditularkan secara seksual, umumnya oleh
Gonoccocus, Chlamydia trachomatis, Candida albicans, Trichomonas vaginalis, dan
Herpes simpleks. Agen yang ditularkan secara non-seksual, seperti E. Coli dan
Stafilococcus dapat pula diisolasi dari cerviks yang meradang akut, tetapi
perannya tidak jelas. Cervicitis akut juga terjadi setelah melahirkan dan
pembedahan. Secara klinis, terdapat secret vagina purulen dan rasa nyeri.
Beratnya gejala tidak terkait erat dengan derajat peradangan.
2. Cervicitis
Kronis.
Penyakit
ini dijumpai pada wanita yang pernah melahirkan. Luka-luka kecil atau besar
pada serviks karena partus abortus memudahkan masuknya kuman-kuman ke dalam
endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun.
Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan :
a. Serviks
kelihatan normal; hanya pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan infiltrasi
leukosit dalam stroma endoserviks. Cervicitis ini tidak menimbulkan gejala,
kecuali pengeluaran secret yang agak putih-kuning.
b. Disini
pada portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-merahan
yang tidak dipisahkan secara jelas dari epitel portio disekitarnya, secret yang
ditularkan terdiri atas mucus bercampur nanah.
c. Sobekan
pada serviks uteri disini lebih luas dan mukosa endosekviks lebih kelihatan
dari luar. Mukosa dalam keadaan demikian mudah kena infeksi dari vagina. Karena
radang menahun, serviks bisa menjadi hipertrofis dan mengeras ; secret
mukopurulen bertambah pendek.
Pada
proses penyembuhan, epitel tatah dari bagian vaginal portio uteri dengan
tanda-tanda metaplasia mendesak epitel torak, tumbuh kedalam stroma dibawah
epitel dan menutup saluran kelenjar-kelenjar, sehingga terjadi kista kecil
berisi cairan yang kadang-kadang keruh. Limfosit, sel plasma, dan histiosit
terdapat dalam jumlah sedang didalam serviks semua wanita. Oleh karena itu,
cervisitis kronis sulit ditentukan secara patologis keberadaan kelainan serviks
yang dapat dideteksi seperti granularitas dan penebalan seiring dengan
meningkatnya jumlah sel radang kronis didalam specimen biopsy dianggap penting
untuk memastikan diagnosis cervisitis kronis.
Cervisitis
kronis paling sering terlihat pada ostium eksternal dan canalis endoserviks.
Hal tersebut dapat terkait dengan stenosis fibrosa saluran kelenjar, yang
menyebabkan kista retensi (nabothian). Bila terdapat folikel limfoid pada
pemeriksaan mikroskopik, istilah cervisitis folikular terkadang digunakan.
Secara klinis, cervisitis kronis sering kali merupakan temuan kebetulan. Namun,
cervisitis tersebut dapat menimbulkan secret vaginal, dan beberapa kasus
fibrosis yang terdapat pada canalis endoserviks dapat menyebabkan stenosis,
yang menimbulkan inferilitas.
E.
Gejala Klinis
1. Flour
hebat, biasanya kental atau perullent dan biasanya berbau.
2. Sering
menimbulkan arusio (erythroplaki) pada portio.
3. Pada
pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat melihat flour yang purulent keluar dari kanalis
servikalis. Kalau partio normal tidak ada ectropion, maka harus diingat
kemungkinan gonorrae.
4. Sekunder
dapat terjadi kolpitis dan vilvitis.
5. Pada
servisitis kroniks kadang dapat dilihat bintik putih dalam daerah selaput
lendir yang merah karena infeksi. Bintik-bintik ini disebabkan oleh
ovulanobethi dan akibat retensi kelenjar-kelenjar serviks karena saluran
keluarnya tertutup oleh pengisutan dari luka serviks atau karena peradangan.
6. Gejala-gejala
non spesifik seperti dipareuni.
7. Perdarahan
saat melakukan hubungan seks.
F.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan
dengan speculum.
2. Sediaan
hapus untuk biakan dan tes kepekaan.
3. Pap
smear.
4. Biakan
damedia.
5. Biopsy
G.
Penatalaksanaan
1. Antibiotikan
terutama kalau dapat ditemukan genecoccus dalam secret.
2. Kalau
servisitis tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam A9NO3 10% dan
irigasi.
3. Servisitis
yang tidak mau sembuh dari tindakan
operatif dengan melakukan konisasi, kalau sebabnya ekstropion dapat
dilakukan lastik atau amputasi.
4. Erosion
dapat disembuhkan dengan obat keras seperti, A9NO3 10% atau albothyl yang
menyebabkan nekrose epitel silindris dengan harapan bahwa kemudian dari ganti
dengan epitel gepeng berlapis banyak.
5. Servisitis
kronik pengobatannya lebih baik dilakukan dengan jalan kauterisasi radral
dengan termokauter atau dengan krioterapi.
DAFTAR
PUSTAKA
Padjajaran,Universitas.
2003. Obstetri Patologi Edisi 2. Jakarta : EGC
Sarwono. 2005.
Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo.
Wiknjosastro, H.
2006. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Bagian Obstetri
dan Ginekologi FK UNPAD, 1981. Ginekologi : Bandung
Prawiroharjo
Sarwono, 1999. Ilmu Kandungan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka – Sarwono Prawiroharjo.
Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I, Jakarta
Manuaba Ida
Bagus Gde, Prof, Dr, SpOG, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk pendidikan Bidan, Jakarta EGC
No comments:
Post a Comment