truth


counters

nama

Thursday 2 April 2015

servisitis

A.    Pengertian
            Cervicitis ialah radang dari selaput lendir canalis cervicalis. Karena epitel selaput lendir cervicalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka mudah terkena infeksi dibandingkan dengan selaput lendir vagina (Sarwono, 2008). Pada seorang multipara dalam keadaan normal canalis cervikalis bebas kuman, pada seorang multipara dengan ostium uteri eksternum sudah lebih terbuka, batas atas dari daerah bebas kuman ostium uteri internum.
            Walaupun begitu canalis cervicalis terlindung dari infeksi oleh adanya lendir yang kental yang merupakan barier terhadap kuman-kuman yang ada didalam vagina. Terjadinya cervisitis dipermudah oleh adanya robekan serviks, terutama yang menimbulkan ectropion.(Sarwono, 2008)
            Servisitis adalah peradangan dari selaput lendir dari kanalis servikalis. karena epitel selaput lendir kanalis servikalis hanya terdiri dari satu lapisan sel selindris sehingga lebih mudah terinfeksi disbanding selaput lendir vagina. (gynekologi . FK UNPAD, 1998 )
Juga merupakan :
1.      Infeksi non spesifik dari serviks
2.      Erosi ringan (permukaan licin), erosi kapiler (permukaan kasar), erosi folikuler (kistik)
3.      Biasanya terjadi pada serviks bagian posterior
            Infeksi ini terjadi pada sebagian besar wanita yang telah melahirkan. Terdapat perlukaan ringan pada mulut rahim. Gejala infeksi ini adalah leukorea yang kadang sedikit atau banyak, dapat terjadi perdarahan (saat hubungan seks). Pengobatan terhadap infeksi ini dimulai dengan pemeriksaan setelah 42 hari persalinan atau sebelum hubungan seks dimulai. Pada mulut rahim luka lokal disembuhkan dengan cairan albutil tingtura, cairan nitrasargenti tingtura, dibakar dengan pisau listrik, termokauter, mendinginkannya (cryosurgery). Penyembuhan servisitis menahun sangat penting karena dapat menghindari keganasan dan merupakan pintu masuk infeksi ke alat kelamin bagian atas.


B.     Etiologi
            Servisitis disebabkan oleh kuman-kuman seperti : trikomonas vaginalis, kandida dan mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan anaerob endogen vagina seperti streptococcus, enterococus, e.coli, dan stapilococus . Kuman-kuman ini menyebabkan deskuamasi pada epitel gepeng dan perubahan inflamasi kromik dalam jaringan serviks yang mengalami trauma.
            Dapat juga disebabkan oleh robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion, alat-alat atau alat kontrasepsi, tindakan intrauterine seperti dilatasi, dan lain-lain. Servicitis dapat disebabkan oleh salah satu dari sejumlah infeksi, yang paling umum adalah :
1.      Klamidia dan gonore, klamidia dengan akuntansi untuk sekitar 40% kasus. Gonorroe, sediaan hapus dari fluor cerviks terutama purulen.
2.      Trichomonas vaginalis dan herpes simpleks adalah penyebab yang kurang umum dari cervicitis.
3.      Peran Mycoplasma genitalium dan vaginosis bakteri dalam menyebabkan servisitis masih dalam penyelidikan.  
4.      Sekunder terhadap kolpitis.
5.      Tindakan intra dilatasi dll.
6.      Alat-alat atau obat kontrasepsi.
7.      Robekan serviks terutama yang menyebabkan ectroption/ extropin

C.     Patofisiologi
            Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah melahirkan dengan luka-luka kecil atau besra pada cerviks karena partus atau abortus memudahkan masuknya kuman-kuman kedalam endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun. Cerviks uteri adalah penghalang penting bagi masuknya kuman-kuman kedalam genetalia interna. Dalam hubungan ini pada seorang nulipara dalam keadaan normal canalis servicalis bebas kuman pada seorang multipara dengan ostium uteri eksternum sudah lebih terbuka, batas ke atas dari daerah bebas kuman ialah ostium uteri internum.
Radang pada services uteri bisa terdapat pada portio uteri eksternum dan pada endoservics uteri.

D.    Klasifikasi
1.      Cervicitis Akut.
      Cervicities akut dalam pengertian yang lazim ialah infeksi yang diawali di endocerviks dan ditemukan pada gonorrhoe, dan pada infeksi post-abortum atau post-partum yang disebabkan oleh Streptoccocus, Stafilococcus, dan lain-lain. Dalam hal ini, serviks memerah dan bengkak dengan mengeluarkan cairan mukopurulent. Akan tetapi, gejala-gejala pada serviks biasanya tidak seberapa tampak di tengah gejala-gejala lain dari infeksi yang bersangkutan.     
      Pengobatan dilakukan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut. Penyakitnya dapat sembuh tanpa bekas atau menjadi cervicitis kronis.Cervicitis akut sering terjadi dan dicirikan dengan eritema, pembengkakan, sebukan neutrofil, dan ulserasi epitel fokal. Endocerviks lebih sering terserang dibandingkan ektocerviks.
      Cervicitis akut biasanya merupakan infeksi yang ditularkan secara seksual, umumnya oleh Gonoccocus, Chlamydia trachomatis, Candida albicans, Trichomonas vaginalis, dan Herpes simpleks. Agen yang ditularkan secara non-seksual, seperti E. Coli dan Stafilococcus dapat pula diisolasi dari cerviks yang meradang akut, tetapi perannya tidak jelas. Cervicitis akut juga terjadi setelah melahirkan dan pembedahan. Secara klinis, terdapat secret vagina purulen dan rasa nyeri. Beratnya gejala tidak terkait erat dengan derajat peradangan.
2.      Cervicitis Kronis.
      Penyakit ini dijumpai pada wanita yang pernah melahirkan. Luka-luka kecil atau besar pada serviks karena partus abortus memudahkan masuknya kuman-kuman ke dalam endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun. Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan :     
a.       Serviks kelihatan normal; hanya pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan infiltrasi leukosit dalam stroma endoserviks. Cervicitis ini tidak menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran secret yang agak putih-kuning.        
b.      Disini pada portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-merahan yang tidak dipisahkan secara jelas dari epitel portio disekitarnya, secret yang ditularkan terdiri atas mucus bercampur nanah.         
c.       Sobekan pada serviks uteri disini lebih luas dan mukosa endosekviks lebih kelihatan dari luar. Mukosa dalam keadaan demikian mudah kena infeksi dari vagina. Karena radang menahun, serviks bisa menjadi hipertrofis dan mengeras ; secret mukopurulen bertambah pendek.
      Pada proses penyembuhan, epitel tatah dari bagian vaginal portio uteri dengan tanda-tanda metaplasia mendesak epitel torak, tumbuh kedalam stroma dibawah epitel dan menutup saluran kelenjar-kelenjar, sehingga terjadi kista kecil berisi cairan yang kadang-kadang keruh. Limfosit, sel plasma, dan histiosit terdapat dalam jumlah sedang didalam serviks semua wanita. Oleh karena itu, cervisitis kronis sulit ditentukan secara patologis keberadaan kelainan serviks yang dapat dideteksi seperti granularitas dan penebalan seiring dengan meningkatnya jumlah sel radang kronis didalam specimen biopsy dianggap penting untuk memastikan diagnosis cervisitis kronis.
      Cervisitis kronis paling sering terlihat pada ostium eksternal dan canalis endoserviks. Hal tersebut dapat terkait dengan stenosis fibrosa saluran kelenjar, yang menyebabkan kista retensi (nabothian). Bila terdapat folikel limfoid pada pemeriksaan mikroskopik, istilah cervisitis folikular terkadang digunakan. Secara klinis, cervisitis kronis sering kali merupakan temuan kebetulan. Namun, cervisitis tersebut dapat menimbulkan secret vaginal, dan beberapa kasus fibrosis yang terdapat pada canalis endoserviks dapat menyebabkan stenosis, yang menimbulkan inferilitas.

E.     Gejala Klinis
1.      Flour hebat, biasanya kental atau perullent dan biasanya berbau.
2.      Sering menimbulkan arusio (erythroplaki) pada portio.
3.      Pada pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat melihat flour    yang purulent keluar dari kanalis servikalis. Kalau partio normal tidak ada ectropion, maka harus diingat kemungkinan gonorrae.
4.      Sekunder dapat terjadi kolpitis dan vilvitis.
5.      Pada servisitis kroniks kadang dapat dilihat bintik putih dalam daerah selaput lendir yang merah karena infeksi. Bintik-bintik ini disebabkan oleh ovulanobethi dan akibat retensi kelenjar-kelenjar serviks karena saluran keluarnya tertutup oleh pengisutan dari luka serviks atau karena peradangan.
6.      Gejala-gejala non spesifik seperti dipareuni.
7.      Perdarahan saat melakukan hubungan seks.

F.      Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan dengan speculum.
2.      Sediaan hapus untuk biakan dan tes kepekaan.
3.      Pap smear.
4.      Biakan damedia.
5.      Biopsy

G.    Penatalaksanaan
1.      Antibiotikan terutama kalau dapat ditemukan genecoccus dalam secret.
2.      Kalau servisitis tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam A9NO3 10% dan irigasi.
3.      Servisitis yang tidak mau sembuh dari tindakan  operatif dengan melakukan konisasi, kalau sebabnya ekstropion dapat dilakukan lastik atau amputasi.
4.      Erosion dapat disembuhkan dengan obat keras seperti, A9NO3 10% atau albothyl yang menyebabkan nekrose epitel silindris dengan harapan bahwa kemudian dari ganti dengan epitel gepeng berlapis banyak.
5.      Servisitis kronik pengobatannya lebih baik dilakukan dengan jalan kauterisasi radral dengan termokauter atau dengan krioterapi.



DAFTAR PUSTAKA

Padjajaran,Universitas. 2003. Obstetri Patologi Edisi 2. Jakarta : EGC
Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo.
Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono             Prawirohardjo
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD, 1981. Ginekologi : Bandung
Prawiroharjo Sarwono, 1999. Ilmu Kandungan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka – Sarwono Prawiroharjo.
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, 2000. Kapita Selekta Kedokteran      Jilid I, Jakarta

Manuaba Ida Bagus Gde, Prof, Dr, SpOG, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk pendidikan Bidan, Jakarta EGC




No comments:

Post a Comment