truth


counters

nama

Monday 13 October 2014

ASUHAN PRIMER PADA BAYI USIA 2 HARI-6 MINGGU PERTAMA (Manajemen Pemberian Minum dan Cairan, Mempertahankan Suhu Normal Bayi, dan Kangoroo Mother Care/KMC)



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
      Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003, angka kematian bayi (AKB), khususnya angka kematian bayi baru lahir (neonatal) masih berada pada kisaran 20 per 1.000 kelahiran hidup. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa transisi kehidupannya ke kehidupan diluar uterus berlangsung baik. Bayi baru lahir juga membutuhkan asuhan yang dapat meningkatkan kesempatan untuknya menjalani masa transisi dengan baik. Peran bidan selama bulan pertama kehidupan BBL jelas sangat beragam. Di beberapa tempat bersalin, bidan memiliki sedikit peran formal begitu BBL mennggalkan ruang pelahiran. Di tempat bersalin lain, biasanya pada praktik multidisiplin, bidan akan melanjutkan perawatan ibu dan BBL selama 6 minggu pertama setelah kelahiran. Para bidan itu bekerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya pediatri dan perawatan kesejahteraan neonatus secara bertahap berpindah ke tenaga kesehatan pediatri atau tenaga kesehatan perawatan keluarga.
      Bulan pertama kehidupan bayi merupakan masa transisi dan penyesuaian baik untuk orang tua maupun  bayi, oleh karena itu bidan harus dapat memfasilitasi proses tersebut. Peran bidan pada kehidupan bayi baru lahir 1 bulan pertama dimulai sejak bayi meninggalkan ruang bersalin. Dalam perakteknya, asuhan dilakukan secara multidisipliner, yakni perawat anak, perawat keluarga dan dokter spesialis anak. Bidan bertugas melanjutkan perawatan bagi ibu dan bayi dalam melewati 6 minggu pertama kelahiran. Asuhan primer pada bayi usia 2 hari-6 minggu pertama diantaranya meliputi manajemen pemberian minum dan cairan, mempertahankan suhu normal bayi, dan kangoroo mother care/KMC.Untuk itu kami membuat makalah dengan judul “Asuhan Primer Pada Bayi Usia 2 Hari-6 Minggu Pertama:Manajemen Pemberian Minum dan Cairan, Mempertahankan Suhu Normal Bayi, dan Kangoroo Mother Care/KMC”.

B.     RUMUSAN MASALAH
Dari Uraian latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah manajemen pemberian minum dan cairan pada bayi usia 2 hari-6 minggu?
2.      Bagaimanakah cara mempertahankan suhu normal bayi usia 2 hari-6 minggu?
3.      Apakah yang dimaksud dengan Kangoroo Mother Care/KMC?

C.    TUJUAN
1.      Untuk mengetahui manajemen pemberian minum dan cairan pada bayi usia 2 hari-6 minggu
2.      Untuk mengetahui cara mempertahankan suhu normal bayi usia 2 hari-6 minggu
3.      Untuk mengetahui tentang Kangoroo Mother Care/KMC

D.    MANFAAT
1.      Dapat dijadikan sebagai referensi bacaan asuhan primer pada bayi
2.      Dapat memberikan informasi pada masyarakat seputar asuhan pada bayi
3.      Dapat menambah pengetahuan tentang asuhan pada bayi 6 minggu pertama.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    MANAJEMEN PEMBERIAN MINUM DAN CAIRAN
1.      Pemberian minum
Pastikan bayi diberi minum sesegera mungkin setelah lahir (dalam waktu 30 menit) atau dalam waktu 3 jam setelah masuk Rumah Sakit, kecuali apabila pemberian minum perlu ditunda karena masalah tertentu. Bila bayi memerlukan perawatan di Rumah Sakit, minta ibu untuk mendampinginya di Rumah Sakit bila memungtkinkan. Anjurkan ibu untuk menyusui atau memberi ASI peras, namun dukungan dengan apapun cara yang dipilihnya. Didalam buku panduan ini di asumsikan bahwa ada ibu yang dapat menyusui dan ada juga yang hanya dapat memberi ASI peras.
2.      Pemberian ASI Eksklusif
            Anjurkan pemberian ASI dini dan eksklusif. Bila perlu, jelaskan kepada ibu dan keluarga manfaat pemberian ASI dini dan perkembangan bayi. yaitu sebagai berikut:
1)      ASI mengandung zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.
2)      ASI mudah di cerna dan digunakan secara efisien oleh tubuh bayi.
3)      ASI mencegah bayi terhadap berbagai penyakit infeksi.
4)      Pemberian ASI dapat digunakan sebagai cara Keluarga Berencana (metode amenore laktasi).
5)      Menyusui mendekatkan hubungan ibu dan bayi (bounding).

a.       Petunjuk pemberian ASI eksklusif
1)      Anjurkan ibu untuk menyusui tanpa jadwal siang dan malam (paling kurang 8 kali dalam 24 jam) setiap kali bayi menginginkan.
2)      Bila bayi melepaskan isapannya dari satu payudara berikan payudara lainnya.
3)      Nasehati agar ibu tidak memaksakan bayi untuk menyusu bila bayi tidak mau, tidak melepaskan isapan bayi sebelum bayi selesai menyusu dan tidak memberikan minuman lain selain ASI, atau menggunakan dot atau kempeng.
4)      Anjurkan ibu hanya memberi ASI 4-6 bulan pertama.
5)      Posisi dan perletakan menyusui yang benar.
6)      Susuilah bayi apabila sudah siap mneyusu. Tanda bayi telah siap menyusu antara lain mulut membuka lebar, gerakan mencari putting (rooting reflex), melihat-lihat sekeliling dan bergerak.
7)      Tunjukan kepada ibu cara memegang bayi yang benar sewaktu menyusui
a)      Topang seluruh tubuh bayi, jangan hanya kepala dan leher.
b)      Kepala dan tubuh bayi lurus sehingga bayi menghadap payudara ibu dan hidung bayi dekat puting susu ibu.
Tunjukkan kepada ibu cara melekatkan bayi. Katakan kepada ibu agar :
a.       Menyentuh puting pada bibir bayi.
b.      Tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.
c.       Mulut bayi digerakkan ke arah puting ibu sehingga bibir bawah bayi terletak jauh di belakang putting pada aerola.
8)      Nilai perlekatan bayi pada ibu dan reflek penghisap bayi. Bantu bila ibu membutuhkan, terutama pada ibu muda atau primipara. Tanda perlekatan yang benar adalah :
a)      Dagu bayi menyentuh payudara ibu.
b)      Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah bayi melipat ke luar.
c)      Daerah aerola di atas mulut bayi tampak lebih banyak dari pada di bawah mulut bayi.
d)     Bayi menghisap dengan pelan kadang-kadang berhenti.
9)      Bila bayi dapat minum dengan baik, anjurkan ibu untuk melanjutakn menyusui secara eksklusif.

b.      Dukungan bagi ibu menyusui
1)      Libatkan suami atau anggota keluarga lain untuk berdiskusi ASI, bila memungkinkan.
2)      Bila ibu tidak dapat dirawat bersama bayi, usahakan agar ia dapat menginap di tempat yang adekat agar prises menyusui dapat berlangsung.
3)      Pastikan agar ibu makan dan minum cukup.
4)      Anjurkan agar ibu mgunjungi bayi dan memegang bayi sesering mungkin.
5)      Jelaskan kjepada ibu bajhwa sebagian besar obat-obatan yang perlu di minum ibu tidak akan mengganggu bayi. Namun biala ibu mendapat obat kotrimoksasol atau fansidar, bayi perlu di pantau tanda ikterus.
c.       Perawatan Payudara
1)      Apabila terjadi bendungan pada payudara, perah sedikit ASI sebelum menyusui. Hal ini akan melkunakkan daerah aerola sekitar putting sehingga bayi mudahj di lekatakan.
2)      Apabila ibu tidak dapat menyusui atau memerah ASI (misal ibu memilih untuk tidak memberi ASI karena terkena HIV atau bayi meninggal), ajari ibu cara merawat payudara.
a)      Katakan padanya bahwa payudara akan terasa sakit dan jangan di rangsang.
b)      Kenakan BH yang menyokong payudara tapi jangan di kancingkan terlalu ketat karena akan menambah rasa nyeri.
c)      Boleh mengompres dengan air hangat untuk mengurangi pembengkakan.
d)     Apabila sangat sakit, keluarkan sedikit ASI beberapa kali untuk mengurangi sakit, atau bila perlu, minum obat pengurang rasa sakit.
d.      Memberikan ASI perah menggunakan alternatif cara pemberian minum
1)      Apabila bayi tidak dapat menyusu (misalnya bayi kecil atau sakit atau ibu sakit berat), anjurkan ibu memeras ASI dan berikan dengan salah satu alternatif cara yang lain.
2)      Anjurkan ibu cara memeras ASI bila perlu.
3)      Nilai kemampuan menyusu 2 kali sehari dan anjurkan menyusu langsung apabila bayi menunjukkan tanda siap menyusu.
4)      Cara Pemberian ASI :
a)      Memeras ASI
Ajarkan ibu cara memeras ASI.
(1)   Cuci tangan sampai bersih.
(2)   Perah sedikit ASI dan oleskan padaa putting dan aerol sekitarnya
(3)   Duduk yang enak dan letakkan wadah steril bermulut lebar (misal gelas) dibawah payudara
(4)   Peras ASI
(a)    Topang payudara dengan 4 jari, dan letakkan ibu jari diatas areola pencet areola antara ibu jari dan jari lainnya sambil menekan payudara ke arah dada
(b)   Tempat penampung ASI harus dari bahabn gelas
(c)    Peras ASI untuk payudara paling tidan 4 menit.
(d)   Kemudian pindah kepayudara lain dan peras selama 4 menit
(e)    Lanjutkan memeras secara bergantian selama paling tidak 20-30 menit
b)      Apabila ASI tidak mengalir lancar
(1)   Bantu ibu teknik memeras yang benar
(2)   Kompres payudara dengan aire hangat
(3)   Minta seseorang untuk memijat punggung dan leher ibu agar releks
c)      Apabila ASI peras tidak akan segera diberikan, beri label dan Simpan dalam lemari es dan gunakan dalam waktu 24 jam atau bekukkan ASI peras (bila bisa dijaga tetap membeku pada suhu >20 C) Paling lama 6 bulan :
(1)   Hangatkan ASI peras yang dibekukkan atau didinginkan dengan merendam dalam air hangat (sekitar 40° C)            
(2)   Gunakan ASI pada waktunya jangan disimpan dalam lemari es kembali bila tersisa
(3)   Jangan merebus ASI peras
d)     Anjurkan ibu untuk memeras ASI paling tidak 8 kali dalam 24 jam. setiap kali peras ASI sebanyak mungkin yang dibutuhkan bayi atau lebih
e)      Anjurkan dan beri dukungan ibu untuk segera memulai menyusui sesegera mungkin
f)       Memberikan ASI peras dengan cangkir
(1)   Berikan ASI peras dengan cangkir , atau dengan cangkir dan sendok atau sendok khusus
(2)   Cuci dan rebus semua alat yang diperlukan sebelum digunakan
(3)   Berikan ASI peras sesegera mungkin, bila tidak habis dapat disimpan dalam lemari es
e.       Memeras ASI langsung kemulut bayi
Cara ini dapat digunakan untuk bayti kecil sebagai alternatif pemberian dengan cangkir atau sendok. beri dukungan setiap cara pemberian minum yang dipilih ibu
1)      Pastikan ibu dapat memeras ASI dengan benar
2)      Mintalah ibu :
a)      Memeras payudara sampai beberapa tetes ASI pada puting
b)      Tunggu sampai bayi bangun dan membuka mulut dan matanya atau beri rangsangan lembut agar bangun
c)      Biarkan bayi mencium bau ASI pada putting dan mencoba menghisap
d)     Teteskan beberapa tetes ASI kemulut bayi
e)      Tunggu sampai bayi menelan sebelum meneteskan ASI lagi
3)      Apabila bayi telah kenyang ia akan menutup mulutnya
4)      Ulangi proses ini setiap 1-2 jam apabila berat bayi kurang dari 1500 gr atau setiap 2-3 jam apabila berat bayi 1500 atau lebih
5)      Pastikan bayi mendapat cukup minum dengan menimnbang berat badan setiap hari.
f.       Memberikan ASI peras dengan pipa lambung
Apabila bayi dapat menggunakan cara yang disebut diatas atau memperlukan pipa lambung untuk masalah tertentu masukkan pipa lambung. jangan memberikan cairan melalui pipa lambung pada bayi dengan dehidrasi berat, tidak sadar, kejang atau sakit berat lainnya atau terdapat destesi abdomen. Setiap kali sebelum memberi minum, pastikan pipa lambung terpasang dengan benar
1)      Anjurkan  ibu untuk berpartisipasi pada pemberian minum
2)      Sambungkan pangkal pipa lambung dengan semprit steril (tanpa jarum dan penyedot)
a)       Bila tidak tersedia semprit steril, cuci semprit dengan air panas dan sabun kemudian keringkan serta cuci setiap kali selesai memberikan minum
b)      Alat lain berbentuk corong dapat juga digunakan bila bisa dihubungan secara pas ke pipa lambung
3)      Tuangkan ASI peras yang dibutuhkan kedalam semprit  dengan ujung semprit menhadap ke bawah
4)      Minta ibu memegang semprit setinggi 5-10 cm diatas bayi dan biarkan ASI peras mengalir kebayi sesuai daya tarik bumi,jangan terlalu tinggi karena mengakibatkan aliran terlalu keras
5)      Dengan menggunakan cara ini setiap pemberian minum memakan waktu 5-10 menit, bila aliran terlalu cepat sempriyt dapat diturunkan atau pipa dapat dilihat agar aliran terlambat
6)      Bila pemberian minum selesai lepaskan dan cuci semprit dan tutup ujung pipa lambung
7)      Ganti pipa lambung dan semprit sekali sehari
g.      Memberikan susu formula
1)      Bila ibu tidak dapat menyusui atau memeras ASI, berikan bayi susu formula bila ada
2)      Gunakan cara aseptic dalam menyiapkan susu formula cair maupun yang bubuk (cuci tangan dengan sabun), gunakan peralatan dan wadah yang sudah steril, serta air yang sudah direbus atau disterilk (didihkan dalam 10 menit)
3)      Gunakan susu formula steril yang siap pakai 4 jam, setelah dibuka wadahnya
4)      Cuci tangan dengan air dan sabun
5)      Didihkan air selama 10 menit
6)      Cuci cangkir atau peralatan yang digunakan untuk memberi minum dengan air dan sabun dan bila mungkin bilas dengan air panas
7)      Tentukan jumlah susu bubuk yang diperlukan
8)      Takar susu bubuk dan air yang diperlukan dan dicampur dengan cara mengosok dan berikan pada bayi
9)      Simpan sisanya dalam lemari pendingin maksimal 24 jam. tandai wadahnya dan kapan wadahnya dibuka
10)  Cuci cangir dan peralatan yang digunakan untuk memberi minum tiap kali selesai digunakan
11)  Bila bayi kecil (misal berat lahir kurang dari 2500 gr atau umur kehamilan lebih dari 37 minggu ), gunakan susu formula khusus untuk bayi kecil atau prematur
12)  Apabila tidak ada susu formula gunakan ASI donor yang telah dipasteurisasi
ASI peras dan dari donor hanya boleh diberikan apabila tidak ada alternatif lainnya. karena resiko tinggi infeksi HIV, penggunaan ASI donor dengan positif HIVatau tidak dianjurkan kecuali di pasteurisasi dengan benar
3.      Manajemen cairan
            Cairan IV diberikan agar bayi dipastikan menerima cairan, kalori dan elektrolit yang dibutuhkan. pada bayi memperlukan cairan IV apabila mereka
1)      Sakit berat
2)      Kecil
3)      Dehidrasi
4)      Pemberian minum secara oral kurang diterima (hanya 2-3 atau kurang dari yang dibutuhkan )
5)      Memerlukan obat IV
            Bila bayi kecil (berat lahir <2500 gram atau umur kehamilan <37 minggu), lihat juga petunjuk cara pemberian minum dan cairan IV khusus untuk bayi kecil.

a.       Pemilihan cairan IV
1)      Berikan cairan glukosa 10 % dalam 2 hari pertama
2)      Pada hari ke 3 berikan cairan NaCl dengan glukosa 10 %
a)      Lebih baik gunakan cairan yang sudah tersedia secara komersial (misal G1/4S) bila ada, untuk mengurangi resiko dan salah mencampuri cairan
b)      Bila cairan tersebut tidak tersedia, tambahkan 5 ml per kilo NaCl 0,9 % kedalam cairan glukosa 10 % yang diperlukan pada hari itu
b.      Cara pemberian cairan IV
1)      Gunakan set infus dengan tetesan mikro (1 ml 60 tetes) ini dapat memberikan cairan dengan jumlah yang kecil. bila mengunakan set infus yang biasa (1 ml 20 tetes) dapat menyebabkan kelenbihan cairan
2)      Sebelum memberikan cairan IV periksa
a)      Tanggal kadaluarsa
b)      Apakah penutup botol rusak atau masih utuh
c)      Apakah cairan masih jernih dan tampak partikel-partikel
3)      Masukkan cairan yang dibutuhkan setiap hari yang merupakan kombinasi cairan IV dan per oral  (ingat bahwa hari pertama adalah hari kelahiran bayi )
4)      Kurangi jumlah total cairan yang dibutuhkan dengan jumlah cairan yang diberikan per oral
5)      Hitung ulang jumlah cairan apabila bayi mempunyai masalah (misal bayi yang diletakkan dibawah alat pemancar panas atau mendapat terapi sinar tambahkan jumlah yang dibutuhkan bayi sebanyak 10% karena bayi kehilangan panas banyak)
6)      Ubah cairan yang dibutuhkan kedalam ml atau jam atau tetes menit
Tabel Jumlah cairan yang dibutuhkan bayi (mL/kg)
Hari
1
2
3
4
5
Ke berat
>1500 g
( )
80
100
120
150
< 1500 g
80
100
120
140
150
c.       Pemantauan bayi yang mendapat cairan IV
1)      Periksa dan sesuaikan kecepatan dan jumlah cairan setiap 4 jam’
2)      Periksa tempat pemasangan jalur IV setiap jam, bila ada bengkok atau tampak kemerahan berati cairan keluar dari jaringan subcutan.
Cairan yang mengandung glukose dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan tidak boleh merembes masuk ke jaringan subkuntan
3)      Ganti set infuse dan botol cairan setiap 72 jam walaupun masih terisi cairan (dapat menjadi sumber infeksi)
4)      Periksa kadar glukose setiap 6 jam :
a)      Apabila kadar glukosa < 45 mg/ dalam (2,6 mmol/L) tangani sebagai hipoglemia
b)      Apabila kadar glukose > 103 mg/dalam/L)
                                                              i.            Ganti cairan ke glukose darah 5% bila memungkinkan kadar glukose yang tinggi biasanya berlangsung selama 24 jam.
                                                            ii.            Ukur kadare glukose darah setelah 3 jam
5)      Nilai hidrasi setiap hari :
a)      Apabila ada tanda dehidrasi (lidah dan selaput lendir kering, turgor menurun, mata dan ubun-ubun cekung), naikkan kebutuhan cairan sebanyak 10% pada saat dehhidrasi ditemukan.
b)      Apabila ada tanda kelebihan cairan (peningkatan berat yang berlebihan, edema pada mata, edema pada tubuh bagian bawah) kurangi jumlah kebutuhan cairan hingga separuhnya selama 24 jam 
6)      Catat waktu atau jumlah urin setiap bayi kencing, apabila jumlah urin dalam 24 jam sedikit atau tidak ada, hitung kenaikan berat badan dan berikan cairan sebanyak yang diberikan hari sebelumnya.
7)      Timbang bayi setiap hari apabila terjadi penurunan berat badan >5% tingkatkan cairan 10 mL per kg.
d.      Pemberian Cairan IV bersama dengan pemberian minum
1)      Segera beri minum :
a)      Keadaan bayi membaik.
b)      Bayi tampak siap menyusu.
2)      Bila bayi baru pertama kali menyusu, perhatikan apakah :
a)      Bayi mampu menghisap.
b)      Bayi batuk atau tersedak.
c)      Terjadi regurgitasi atau muntah sewaktu atau setelah minum.
3)      Apakah bayi dapat minum per oral dan tidak ada masalah, teruskan pemberian per oral dan tingkatkan volumenya sambil menurunkan jumlah cairan IV untuk mempertahankan jumlah cairan yang dibutuhkan sesuai berat dan umur.
4)      Catat hal-hal berikut, waktu bayi diberi minum :
a)      Kapan bayi diberi minum.
b)      Jumlah dan jenis susu yang di berikan.
c)      Ada tidaknya kesulitan pemberian minum.
5)      Jumlahkan volume susu yang diberikan setiap hari. Bandingkan dengan jumlah kebutuhan cairan setiap hari dan sesuaikan volume cairan yang diberikan ke bayi.
6)      Apabila bayi mendapatkan ASI peras dengan salah satu alternatif cara pemberian minum dan terjadi distansi abdomen, regurgitasi, muntah serangan apnea atau residu 20% dari jumlah yang dimasukkan ke lambung untuk pemberian berikutnya (bila diberikan melalui pipa lambung), maka :
a)      Hentikan pemberian minum per oral dan tingkatkan jumlah cairan IV sesuai kebutuhan rumatan selama 12 jam.
b)      Nilai kembali bayi setelah 12 jam.
                                                              i.            Apabila keadaan bayi membaik, mulai beri minum sambil diamati.
                                                            ii.             Apabila kedaan bayi tidak membaik, teruskan pemberian cairan IV penuh selama 12 jam berikutnya, kemudian mulai di beri minum dan di amati secara berhari-hari.
                                                          iii.            Apabila jumlah residu lambung meningkat, periksa bayi untuk kemungkinan eterokolitis nekrotikans.
7)      apabila bayi diberi minum dengan pipa lambung, mulai beri minum segera setelah keadaan bayi membaik dan bayi menunjukkan tanda siap untuk menerima minum per oral (tidak ada distansi abdomen, tidak muntah, residu <20%, kesadaran bayi tidak latergis).
a)      Biarkan bayi menyusu atau mendapat minum dengan cara lain.
b)      Bantu ibu agar dapat menyusu secara eksklusif sesegera mungkin.
8)      Hentikan pemberian cairan IV apabila bayi menerima cairan per oral sebanyak 2/3 volume cairan yang dibutuhkan per hari.

B.     MEMPERTAHANKAN SUHU NORMAL BAYI
      Mempertahankan bayi baru lahir yang sakit atau kecil berat lahir <2500g atau umur kehamilan 37 minggu) perlu penambahan kehangatan tubuh normal, bayi dapat terjadi hipotermi dan untuk menghangatkan kembali membutuhkan waktu yang lama. resiko komplikasi dan kematian meningkat secara bermakna bila suhu lingkungan tidak optimal
1.      Prinsip Umum
a.       Bayi harus tetap berpakaian atau setiap saat agar tetap hangat walau dalam keadaan dilakukan tindakan. misal bila pasang jalur infuse intravena, atau selama resusitasi dengan cara:
1)      Memakai pakaian dan mengenakan topi
2)      Bungkus bayi dengan pakaian yang kering dan lembut dan selimuti
3)      Buka bagian tubuh yang diperlukan untuk pemantuan atau tindakan
b.      Rawat bayi kecil diruang hangat (tidak kurang 250C dan bebas dan aliran angin)
c.       Jangan letakkan bayi dengan benda yang dingin (misal dinding dingin atau jendela) walaupun bayi dalam inkubator atau dibawah pemancar panas
d.      Jangan letakkan bayi langsung dipermukaan yang dingin (misal alasi tempat tidur atau meja periksa dengan kain atau selimut hangat sebelum bayi diletakkan)
e.       Pada waktu dipindahkan ketempat lain, jaga bayi tetap hangat hdan gunakan pemancar panas atau kontak kulit dengan perawat
f.       Berikan tambahan kehangatan pada waktu dilakukan tindakan (misal menggunakan pemacar panas)
g.      Ganti popol setiap basah
h.      Bila ada sesuatu yang basah ditempelkan dikulit (misal kain kasa yang basah) usahakan agar bayi tetap hangat
i.        Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin.
2.      Pengukuran Suhu Tubuh
Lakukan pengukuran suhu tubuh sesuai Tabel  B-1 dibawah ini, kecuali ada petunjuk langsung dalam bab yang berkaitan dengan masalah
Tabel Pengukuran suhu tubuh
Keadaan bayi
Bayi sakit
Bayi kecil
Bayi sangat kecil
Bayi keadaan membaik
Frekuensi pengukuran
Tiap jambayi
Tiap 12 jam
Tiap 6 jam
Sekali sehari

3.      Cara Menghangatkan dan Mempertahankan Suhu Tubuh ada 5 yaitu :
a.       Kontak kulit dengan kulit
b.      Kangaroo mother care (KMC)
c.       Pemanar panas
d.      Inkubator
e.       Ruangan yang hangat
Tabel Cara Menghangatkan Bayi
CARA
PETUNJUK PENGGUNAAN
Kontak kulit
-          Untuk semua bayi
-          Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat, menghangatkan hipotermi (32-36,4 0C) apabila cara lain tidak bisa dilakukan
KMC
-          Untuk menstabilkan bayi dengan berat badan <2500g terutama direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan bayi dengan badan <1800 g
-          Tidak untuk bayi yang sedang sakit berat (sepsis, gangguan nafas berat)
-          Tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat yang tidak dapat merawat bayinya.
Pemancar panas
-          Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat badan 1500 g atau lebih
-          Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilkakukan tindakan atau menghangatkan kembali bayi hipotermi
Inkubator
-          Penghangatan berkelanjutan bayi dengan berat 1500 g yang tidak dapat dilakukan KMC
Penghangat ruangan
-          Untuk merawat bayi dengan berat <2500 g yang tidak memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan
-          Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis,gangguan nafas berat)

4.      Kontak Kulit
Bayi dengan kontak kulit, biasnya suhu tubuhnya dipertahankan 36,5-37,50C (suhu aksiler)
a.       Letakkan kulit bayi dengan kulit ibu/orang lain, usahakan bayi dalam keadaan telanjang menempel kulit ibu
b.      Lihat KMC untuk cara pelaksanaannya
c.       Suhu ruangan minimal 250C
d.      Ukur suhu bayi 2 jam setelah dilakukan kontak kulit,bila suhu 36,50C periksa kembali bayi dan tentukan langkah selanjutnya.
5.      Pemancar Panas
Cara menggunakan pemancar panas :
a.       Hangatkan ruanagan (minimal 220C) dimana alat pemancar panas diletakkan
b.      Bersihkan matras dan alas, tutup alas dengan kain bersih sebelum bayi diletakkan di bawah pemancar panas
c.       Nyalakan alat dan atur suhu sesuai petunjuk (biasanya antara 36-370C). bila alat bisa disiapkan sebelum bayi datang, nyalakan alat untuk menghangatkan linen dan matras terlebih dahulu
d.      Sebelum bayi datang atau lahir, sebaiknya selimut dihangatkan dibawah pemancar panas, agar bayi tidak kedinginan karena diletakkan dialas yang dingin
e.       Bayi hendaknya dibungkus atau diberi pakaian kecuali akan dilakukan tindakkan, bayi dibiarkan telanjang atau setengah telanjang
f.       Bila bayi mendapat cairan IV hitung jumlah cairan diberikan (misal beri tambahan cairan sebanyak 10% untuk mengganti cairan yang hilang
g.      Pindahkan bayi ke ibu sesegera mungkin bila tidak ada tindakan atau pengobatan yang diberikan
6.      Inkubator
a.       Keuntungan inkubator
1)      Membantu melakukan pengamatan pada bayi
2)      Bersih dan hangat
3)      Mempertahankan suhu pada tingkat tertentu
4)      Memudahkan penyediaan oksigen
5)      Bayi dapat dalam keadaan telanjang bila diperlukan
b.      Kerugian inkubator
1)      Membutuhkan tenaga terlatih untuk merawat bayi
2)      Membutuhkan tenaga terlatih untuk merawat untuk membersihkan alat
3)      Membutuhkan sumber listrik
4)      Memudahkan bakteri tumbuh
5)      Lebih sulit membersihkan dari pada alat pemancar panas
6)      Resiko kepanasan dan infeksi
c.       Cara menggunakan inkubator:
1)      Bersihkan inkubator dengan desinfektan setiap hari dan bersihkan secara keseluruhan setiap minggu atau setiap akan dipergunakan
2)      Tutup matras dengan kain bersih
3)      Kosongkan air reservoir, dapat tumbuh bakteri yang berbahaya dalam air dan menyerang bayi
4)      Atur suhu sesuai dengan umur dan berat bayi 
5)      Hangatkan inkubator sebelum digunakan
6)      Bila diperlukan melakukan pengamatan seluruh tubuh bayi atau terpi sinar. lepas semua pakaian bayi dan sesegera kembali setelah selesai. tutup inkubator secepat mungkin, jaga lubang selalu tertutup air agar inkubator tetap hangat
7)      Gunakan satu inkubator untuk satu bayi
Tabel suhu inkubator yang direkomendasi menurut berat dan umur bayi
Berat bayi
350C
340C
330C
320C
< 1500 gr
1-10 hari
11 hari-3 minggu
3-5 minggu
> 5 minggu
1500-2000gr

1-10 hari
11 hari- 4 minggu
> 4 minggu
2100-2500gr

1-2 hari
3 hari- 3 minggu
>3 minggu
>2500gr


1-2 hari
>2 hari

      Bila jenis inkubatornya berdinding tunggal, naikkan suhu inkubator 10C setiap perbedaan suhu 70C antara suhu ruang dan inkubator.
a.       Periksa suhu inkubator dengan menggunakan termometer ruang dan ukur suhu aksila bayi tiap jam dalam 8 jam pertama, kemudian tiap 3 jam :
1)      Bila suhu aksila < 36,50C/37,50C, atur suhu inkubator secepatnya
2)      Bila suhu inkubator tidak sesuai dengan suhu yang diatur maka inkubator tidak berfungsi dengan baik. atur suhu inkubator sampai tercapai suhu yang kita kehendaki atau gunakan cara lain untuk menghangatkan bayi.
b.      Bila bayi tetap dingin walaupun suhu inkubator telah diatur, lihat manajaman suhu tubuh abnormal
c.       Pindahkan bayi ke ibu secepat mungkin bila bayi sudah tidak menunjukkan tanda-tanda sakit
d.      Di daerah perifer sering dipakai inkubator lokal, yang dimodifikasi dari inkubator standar tapi cukup memadai untuk membuat bayi hangat, yang penting ada termometer untuk mengetahui suhu dalam inkubator
7.      Ruang Hangat
Ruang hangat sering membuat petugas tidak nyaman, dan mereka akan menurukan suhu ruangan tanpa menambah alat penghangat untuk bayi atau mereka akan meninggalkan ruangan sehingga perhatian pada bayi berkurang. Cara menggunakn ruangan hangat
a.       Pastikan bayi diberi pakaian hangat dan kepala diberi topi
b.      Pastikan suhu ruangan paling rendah 260C
c.       Letakkan bayi dalam boks dalam kamar, jauhkan dari dinding yang dingin dan jendela aliran udara
d.      Ukur suhu tubuh bayi dan ruangan 4x sehari
e.       Pada waktu malam hari, tambahkan sumber panas
Tabel suhu kamar untuk bayi dengan pakaian
BB
Suhu Ruangan
1500-2000gr
28-300C
>2000gr
26-280C

C.    KANGOROO MOTHER CARE (KMC)
      Kangoroo Mother Care/KMC adalah kontak kulit diantara ibu dan bayi secara dini, terus-menerus dan dikombinasi dengan pemberian ASI eksklusif. tujuannya adalah agar bayi kecil tetap hangat. dapat dimulai segera setelah lahir atau setelah bayi stabil. KMC dapat dilalukan dirumah sakit atau dirumah setlah bayi pulang. bayi tetap dapat dirawat dengan KMC meskipun belum bisa menyusu, berikan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif pemberian minum.

1.      Durasi
a.       Dijalankan sampai berat badan bayi 2500 gram atau mendekati 40 minggu, atau sampai kurang nyaman dengan KMC, misalnya :
1.)    Sering bergerak
2.)    Gerakan ekstremitas berlebihan
3.)    Bila akan dilakukan KMC lagi bayi nangis
b.      Bila ibu perlu istirahat, dapat digantikan ayah, saudara atau  petugas kesehatan. Bila tidak ada yang menggantikan, bayi diberi pakaian hangat dan topi, dan diletakkan       di boks bayi dalam ruangan yang hangat
c.       bila bayi sudah kurang nyaman dengan KMC, anjurkan ibu untuk menyapih bayi dari KMC, dan dapat melakukan kontak kulit lagi pada waktu bayi sehabis mandi, waktu malam yang dingin, atau kapan saja dia menginginkan.
2.      Pakaian dan posisi
a.       Berilah bayi pakaian, topi, popok dan kaos kaki yang telah dihangatkan lebih dahulu
b.      Letakkan bayi di dada ibu
1)      Dengan posisi tegak langsung ke sulit ibu, dan lihat apakah kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu
2)      Posisikan bayi dalam “ frog position “ yaitu fleksi pada siku dan tangkai, kepala dan dada bayi terletak di dada ibu dengan kepala agak ekstensi
c.       Tutupi bayi dengan pakaian ibu ditambah selimut yang sudah dihangatkan sebelumnya
1)      Tidak perlu baju khusus bila baju yang dikenakan sudah cukup hangat dan nyaman selama bayi kontak dengan kulit ibu
2)      Pada waktu udara dingin, kamar harus hangat
3)      Bila baju ibu tidak dapat menyokong bayi, dia dapat menggunakan handuk atau kain ( dilipat diagonal, dan fiksasi dengan ikatan atau peniti yang aman dibaju ibu), kain lebar yang elastis, atau kantong yang dibuat sedemikian untuk menjaga tubuh bayi
4)      Dapat pula memakai baju dengan ukuran lebih besar dari badan ibu bayi diletakkan diantara payudara ibu, baju ditangkupkan. kemudian ibu memakai selendang yang dililitkan diperut ibu agar bayi tidak jatuh.
3.      Aktivitas ibu
a.       Ibu dapat bebas bergerak walau berdiri, duduk, jalan, makan dan mengobrol
b.      Pada waktu tidur, KMC dapat dilaksanakan dengan cara posisi ibu setengah duduk ( 15” horizontal ) atau dengan  jalan meletakkan beberapa bantal dibelakang punggung ibu
4.      Nutrisi dan pertumbuhan bayi
a.       Posisi KMC ideal untuk menyusui bayi
b.      Ajari ibu cara menyusui dan pelekatan yang benar
c.       Bila ibu cemas tentang pemberian minum pada bayi, dorong ibu agar mampu melakukannya
d.      Bila ibu tidak dapat menyusui, berilah ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
e.       Pantau dan nilai jumlah ASI yang diberikan setiap hari. bila ibu menyusui catat waktu ibu menyusui bayinya
f.       Timbang berat badan bayi setiap hari dan nilai tingkatannya
5.      Pemantauan
a.       Jelasakan pada ibu mengenai pola pernafasan dan warna bayi normal serta kemungkinan variasinya yang masih dianggap normal. mintalah pada ibu waspada terhadap tanda yang tidak biasanya ditemui atau tidak normal
b.      Jelaskan pula pada KMC penting agar pernafasan bayi baik dan mengurangi resiko terjadinya apnea, dibanding bila bayi diletakkan dalam boks.
c.       Ajari ibu cara ibu menstimulasi bayi ( mengelus dada atau punggung, atau menyentil kaki bayi ) bila bayi tampak biru didaerah lidah, bibir, atau sekitar mulut atu pernafasan berhenti lama.
1)      Tidak perlu melakukan pemantauan suhu selama bayi kontak dengan kulit ibu
2)      Bila suhu normal selama 3 hari berturut-turut, ukur suhu setiap 12 jam selama 2 hari kemudian hentikan pengukuran
3)      Bila suhu abnormal, lihat sub suhu abnormal
6.      Memulangkan bayi
Butuh waktu beberapa hari sampai minggu bayi siap dipulangkan, tergantung berat lahir. Ibu dan bayi dapat dipulangkan apabila bayi :
a.       Tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan dirumah sakit
b.      Berat badan naik > 20g/hari selama 3 hari berturut-turut beri dorongan bahwa ibu dapat merawat bayinya dan dapat melanjutkan KMC dirumah, dan dapat kembali untuk melakukan kunjungan tindak lanjut secara rutin
7.      Kunjungan tindak lanjut
a.       Satu minggu setelah pulang, timbang bayi setiap hari bila memungkinkan dan diskusikan setiap masalah yang ada dengan ibu beri dukungan pada ibu.
b.      Pada minggu ke 2 lakukan kunjungan 2x/minggu sampai bayi berumur 40 minggu konsepsi atau berat bayi 2500gram. timbang bayi dan nasehati ibu untuk menghentikan KMC bila bayi mulai kurang toleran ( lihat diatas )
c.       Bila sudah lepas KMC, lanjutkan kunjungan tindak lanjut tiap bulan sampai bayi berumur beberapa bulan untuk memantau pemberian minum dan tumbuh kembang bayi.



BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Asuhan primer pada bayi usia 2 hari-6 minggu pertama diantaranya meliputi manajemen pemberian minum dan cairan, mempertahankan suhu normal bayi, dan kangoroo mother care/KMC. Asuhan yang diberikan pada bayi 6 minggu pertama harus dilakukan secara benar dan tepat agar bayi merasa nyaman dan tidak terjadi kejadian yang tidak diinginkan yang dapat mengganggu kelangsungan hidup bayi

B.     SARAN
1.      Bagi Mahasiswa kesehatan
Mahasiswa instansi kesehatan harus mengetahui bagaimana asuhan primer pada bayi usia 2 hari-6 minggu pertama, karena masa ini sangat penting bagi kelangsungan hidup bayi.
2.      Bagi Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan harus mendorong ibu untuk memberikan ASI Eksklusif pada bayinya agar kebutuhan cairan bayi dapat terpenuhi dengan baik.

No comments:

Post a Comment