BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap
orangtua memiliki peranan yang besar bagi anak terutama bagi psikologis anak. Selama ini yang diketahui
orangtua pada umumnya adalah peran mereka sebatas membesarkan dan melindungi
anak agar kelak menjadi individu yang mandiri dan kompeten. Namun seperti apa
proses membesarkan anak terutama perkembangan psikologi anak, kerap menjadi tanda tanya.
Maklum, setiap orangtua membawa sejumlah
kualitas-kualitas pribadi dan berbagai kebutuhan yang kompleks dalam peranannya
sebagai orangtua dalam membangun psikologi anak. Sama halnya seperti anak, orangtua juga memiliki
jenis kelamin dan temperamen yang berbeda, sehingga turut memberikan cara-cara
yang berbeda dalam pengasuhan yang secara tidak langsung berpengaruh pada
psikologi anak.
Hal lain yang mempengaruhi psikologi anak,
orangtua turut membawa pengalaman masa lalunya terdahulu saat diasuh oleh
orangtuanya di masa kecil dan sejumlah nilai-nilai budaya yang membentuk apa
yang mereka lakukan saat ini. Selain itu, orangtua juga memiliki pola-pola
kehidupan sosial yang dapat mempengaruhi psikologi anak seperti,
hubungan bersama pasangan, keluarga besar, dan dunia kerja.
Orangtua perlu melakukan sejumlah
penyesuaian agar sejumlah kualitas-kualitas pribadi yang mereka bawa ke dalam
pengasuhan anak, mampu memenuhi sejumlah kebutuhan-kebutuhan psikologi anak. Dengan
berkembangnya psikologi anak, akan terpenuhi berbagai tuntutan
perkembangannya, baik secara fisik dan motorik, kognitif alias kemampuan
berpikir dan kecerdasan, kebutuhan emosi dan sosial, hingga kebutuhan akan
berbagai nilai dan norma. Oleh karena itu, penulis membuat makalah dengan judul
“Masalah-masalah Psikologi pada Anak yang Sering Terjadi dan Kebutuhan
Bimbingan Psikologis”.
B.Rumusan Masalah
1. Apa definisi psikologis ?
2. Apa yang dimaksud masalah psikologis pada anak ?
3. Apa saja masalah psikologis pada anak yang sering terjadi?
4. Bagaimana kebutuhan bimbingan psikologis pada anak ?
C.Tujuan
1.
Untuk
mengetahui definisi psikologi
2.
Untuk
mengetahui apa itu masalah psikologis pada anak
3.
Untuk
mengetahui apa saja masalah psikologis yang sering terjadi pada anak
4.
Untuk
mengetahui apa saja kebutuhan bimbingan psikologis pada anak
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Psikologi
Banyak
ilmuan dan dokter menemukan bahwa teknologi dapat menganalisa keadaan
psikologis dan emosional seseorang. Tanpa kita sadari bahwa sebenarnya reaksi
emosional merupakan reaksi energi terhadap suatu persepsi karena setiap orang
memiliki persepsi psikologis tentang diri dan lingkungannya dimana persepsi ini
menjadi suatu proses mental, membentuk karakteristik impuls suatu proses mental
serta pembentukan karakteristik.
Berikut ini adalah definisi psikologi:
1.
Wundt
Psikologi itu
merupakan ilmu tentang kesadaran manusia
2.
Woodworth dan
Marquis
Psikologi merupakan ilmutentang
aktivitas-aktivitas individu.
3.
Bianca
Psikologi merupakan ilmu tentang tingkah laku.
4.
Morgan
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku
baik pada manusia maupun hewan.
5.
Sartain
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan
bahwa yang di maksud dengan psikologi adalah merupakan suatu ilmu yang
menyelidiki serta mempelajari tentang tingkah laku atau aktivitas-aktivitas di
mana tingkah laku serta aktivitas-aktivitas itu sebagai manifestasi hidup
kejiwaan (motorik, kognitif dan emosional).
B.
Masalah Psikologi pada Anak
Masalah atau gangguan psikologi pada anak
meliputi perubahan emosi, fungsi fisik, perilaku dan kinerja mental.
Permasalahan gangguan psikologis tersebut dapat disebabkan oleh faktor-faktor
seperti gaya pengasuhan, masalah keluarga, kurangnya perhatian, penyakit kronis
atau cedera, dan rasa kehilangan atau perpisahan.
Anak biasanya tidak langsung bereaksi
ketika masalah terjadi, tetapi akan menunjukkan reaksi kemudian hari. Bimbingan
yang tepat dapat membantu anak dapat mempersiapkan diri jika dihadapkan pada
masalah yang sifatnya traumatis pada anak. Orang tua harus dapat memotivasi
anak agar lebih ekspresif menghadapi ketakutan dan kecemasannya.
C.Masalah-masalah
Psikologi pada Anak yang Sering Terjadi
Gangguan psikologis pada anak agak susah
dikenali. Berikut antara lain ciri-ciri yang dapat menjadi pedoman para orang
tua dalam melakukan diagnosis terhadap anak yang mengalami gangguan psikologis
pada fungsi fisik dan kinerja mental.
1. ADHD
( attention deficit hyperactivity disorder)
Menurut
Psikolog Klinis Adriana S Ginanjar, Anak yang mengalami ADHD (attention deficit
hyperactivity disorder), ciri-cirinya antara lain tidak bisa memusatkan
perhatian, impulsif, dan hiperaktif. Anak-anak semacam ini akan mudah bosan dan
cenderung agresif. Bahkan bisa memiliki reaksi berlebihan terhadap frustasi.
2. Autisme
Autisme
adalah gangguan perkembangan yang terjadi pada anak yang mengalami kondisi
menutup diri. Gangguan ini mengakibatkan anak mengalami keterbatasan dari segi
komunikasi, interaksi social, dan perilaku. Gejala anak autis termasuk anak tidak
berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain. Gangguan ini biasanya
terlihat sebelum anak mencapai usia 3 tahun, dan dapat membuat anak-anak
bertindak sangat tidak tepat, seperti membenturkan kepala mereka pada hal-hal.
Pada anak-anak Autistik beberapa cirinya adalah gangguan yang jelas pada
perlaku non verbal seperti tidak bisa berbagi minat dengan orang lain dan suka
menyendiri, terlambat untuk bisa berbicara, dan terikat pada ritual yang tidak
fungsional.
3. Sindrom
Asperger
Anak
yang mengalami Sindrom Asperger, pada umumnya tidak jauh berbeda dengan
penderita autistik. Hanya saja pada anak autistik tidak mengalami keterlambatan
bicara, tetapi cenderung menggunakan bahasa formal. Selain itu anak dengan
Sindrom Asperger juga memiliki prestasi akademik dan kemampuan yang baik pada
bidang tertentu.Syndrome asperger merupakan gangguan kejiwaan pada diri
seseorang yang ditandai dengan rendahnya kemampuan bersosialisasi dan
berkomunikasi.
4. Retardasi
Mental
Pada
anak yang mengalami Retardasi Mental, ciri utamanya adalah memiliki skor yang
rendah pada tes intelegensi formal. Anak tersebut juga memiliki hambatan dalam
menyelesaikan tugas sehari-harinya.
Gangguan psikologisdi dunia saat ini
sangat luas, dan begitu juga jumlah anak-anak yang terkena gangguan tersebut
setiap hari. Ada juga berbagai gejala untuk setiap gangguan. Sangat penting
bagi orangtua untuk mengetahui tentang gangguan psikologis yang dapat
mempengaruhi anak-anak dan gejala untuk mengidentifikasi mereka, sehingga
mereka dapat membantu anak-anak mereka dengan cara yang cepat dan efisien.
Berikut ini adalah masalah psikologi anak berupa perubahan emosi:
a. Gangguan
Kecemasan
Kecemasan
adalah jenis yang paling umum dari gangguan psikologis yang mempengaruhi
anak-anak. Gejala utama dari gangguan kecemasan adalah kekhawatiran yang
berlebihan, ketakutan atau kegelisahan.Ada berbagai jenis gangguan kecemasan,
seperti ketakutan yang tidak beralasan situasi, paling sering disebut sebagai
fobia, gangguan kecemasan umum, yang cenderung membuat anak-anak khawatir
berlebihan tentang hal-hal yang tidak realistis, serangan panik, gangguan
obsesif kompulsif, yang menyebabkan anak-anak mengulangi pola pikiran dan
perilaku, seperti mencuci tangan, dan gangguan stres pasca-trauma, yang
biasanya terjadi pada anak-anak yang mengalami peristiwa traumatis dalam hidup.
Gangguan stres pasca-trauma menyebabkan kilas balik yang menyakitkan dan
menakutkan dari peristiwa traumatik.
b. Depresi
parah
Depresi
adalah gangguan psikologis lain yang sangat umum pada anak-anak. Depresi
mempengaruhi emosi anak, membuat mereka merasa sedih atau tidak berharga.
Mereka mungkin kehilangan motivasi untuk kegiatan yang mereka gunakan untuk
sangat menikmati, dan mungkin memiliki perubahan nafsu makan dan pola tidur.
Mereka mungkin mulai melihat dunia sebagai tempat yang putus asa, dan mereka
tampaknya tidak peduli tentang apa pun. Semua gejala ini penting untuk
menyadari karena ketika mereka menggabungkan, seorang anak dapat
mempertimbangkan bunuh diri dan hidupnya mungkin dalam bahaya.
c. Bipolar
Disorder
Gangguan
bipolar sering terlihat pada gejala perubahan suasana hati berlebihan yang
tampaknya berubah dengan cepat dan pergi dari rendah ke tinggi dengan cepat.
Saat-saat perubahan suasana hati berlebihan kadang-kadang dimoderatori oleh
suasana hati biasa di antara, tapi selama periode suasana hati yang intens,
anak-anak mungkin menunjukkan tanda-tanda seperti berbicara non-stop,
menunjukkan penilaian buruk dan tidak tampak membutuhkan sangat banyak tidur.
Jika tidak diobati tanpa obat, gangguan bipolar dapat menyebabkan depresi
berat.
d. Hiperaktif
Ini
merupakan sebuah gangguan psikologi anak yang cukup sering terjadi. Seorang
anak akan mendapatkan sebuah gangguan perilaku dimana mereka cenderung bergerak
aktif bahkan super aktif di dalam rumah atau di lingkungan permainan bersama
dengan teman-temannya. Anak-anak yang hiperaktif bisa membahayakan
teman-temannya akibat perilaku yang terjadi secara spontan dan tanpa pikir
panjang.
e. Pemurung
dan penyendiri
Ketika
kita telah membahas mengenai anak-anak yang ceria bahkan hiperaktif, ada pula
anak yang berperilaku sebaliknya. Mereka sangat sulit bergaul dan cenderung
merasa malu dengan keadaan mereka sendiri. Anak-anak seperti ini juga tidak
boleh dibiarkan berlarut karena jiwa sosial mereka tidak bisa berkembang jika
selalu dibiarkan.
Selain itu, masalah psikologi pada anak
berupa perilaku dalam kehidupan sehari-hari antara lain sebagai berikut:
1. Anak
suka berbohong
Kemungkinan besar anak berbohong
disebabkan oleh karena orang tua acap kali melarang anak untuk mengatakan atau
menceritakan sesuatu peristiwa atau kejadian yang benar. Sebagai ilusterasi,
"Jagad secara terus terang mengatakan kepada ibunya bahwa ia pernah
mencubit adiknya sampai menangis
meraung-raung." Mendengar pernyataan ini Ibunya langsung mencubit paha
Jagad bahkan menampar pihinya hingga memar memerah.
Suatu ketika Jagad marah pada
adiknya karena mengganggu saat ia sedang belajar, ibunya datang, hati Jagad
masih bergolak menahan rasa marahnya, akan tetapi Jagad mengatakan pada ibunya itu,
bahwa ia sangat menyayangi adiknya. Mendengar penuturan ini ibunya langsung
merangkul Jagad dengan mencium pipinya dan mengusap-usap kepalanya.Dari contoh
ilusterasi di atas dapat kita tarik kesimpulan, bahwa berbicara benar membuat
seorang anak , mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan, merasakan
kesakitan, dicubit dan ditampar oleh ibunya, sedangkan dengan berbohong
mengatakan yang bukan sebenarnya mendapatkan sesuatu yang menyenangkan.
Pengalaman itu mengajarkan kepada anak bahwa ibu lebih menyukai kepada anaknya
yang berbohong. Hal seperti inilah yang acap kali dikeluhkan oleh seorang ibu
karena anak-anaknya sering berbohong. Orang tua terutama seorang ibu sering
kali menyalahkan anak-anaknya yang sering kali berbohong. Padahal secara tak
disadarinya, kelakuan dan sikap anak untuk berbicara bohong itu akibat dari
prilaku dan tindakannya sendiri dalam menyikapi suatu kejadian di dalam keluarga
berkait dengan anak-anaknya. Dan berbicara bohong dari anak-anaknya tersebut
merupakan hasil dari didikkannya sendiri.
Solusi:Berkait dengan masalah
tersebut di atas, jika orang tua menginginkan anak-anaknya bersikap jujur, dan
tidak berbohong, maka seyogyanyalah harus bersedia untuk mendengarkan suatu
kebenaran baik kebenaran itu terasa manis atau pahit, baik ataupun buruk yang
dinyatakan oleh seorang anak. Jangan sampai anak merasa takut untuk
mengungkapkan segala isi hatinya.
2. Anak
suka berkelahi
Berdasarkan studi Gentile dan
Bushman mengatakan, ada enam faktor yang dapat menyebabkan anak menjadi pengganggu
atau bullying terhadap temannya. “Ketika semua faktor-faktor risiko dialami
oleh anak-anak, risiko agresi dan perilaku intimidasi akan tinggi. 1-2 faktor
risiko bukanlah masalah besar bagi anak-anak, tetapi orangtua masih membutuhkan
bantuan untuk mengatasi,” kata Gentile.
Solusi: memberi teguran dan nasihat
yang baik. Ini termasuk metode pendidikan yang sangat baik dan bermanfaat untuk
meluruskan kesalahan anak.
3. Anak
suka mencuri
Kadang-kadang orang tua merasa
terkejut dan bingung sewaktu pertama kali mengetahui anaknya mencuri.Orang tua
lantas mungkin berpikir bahwa ini merupakan hal yang wajar dalam perkembangan
anak.Anggapan ini tentu saja tidak benar.Jadi, sekecil apa pun pencurian yang
dilakukan anak, orang tua harus melarang dan menghentikannya.Boleh dikata hal
ini kerap kali terjadi, terutama dalam keluarga yang memiliki anak berusia
empat sampai tujuh tahun. Pada usia ini anak cenderung untuk mengambil apa yang
bukan haknya.
Sebenarnya, perbuatan mencuri yang
dilakukan anak-anak balita bukanlah tingkah laku yang menyimpang. Tetapi bila
orang tua tidak menanganinya dengan benar, tingkah laku yang tidak berbahaya
itu dapat mengarah menjadi perbuatan yang berakibat lebih jauh.Mencuri di
kalangan anak-anak balita sering terjadi. Ini disebabkan karena mereka belum
mempunyai konsep kemilikan. Anak-anak belum mempunyai batas yang tegas antara
milik sendiri dan milik orang lain. Bila mereka melihat sesuatu yang
disukainya, mereka akan mengam-bilnya. Bagi mereka seolah berlaku prinsip: “Aku
lihat, aku suka, aku mau, aku ambil. Anak kecil belum mengerti bahwa dengan
mengambil benda yang dinginkan tanpa izin si pemilik, ia melanggar hak milik
teman tersebut dan akan merugikan si teman itu.
Pada umumnya, orangtua pasti akan merasa kaget, kecewa, dan malu bila
mengetahui bahwa anak mereka telah mencuri sesuatu milik orang lain. Namun,
janganlah orangtua bertindak tergesa-gesa, langsung marah-marah kepada anak,
apalagi menghukumnya dengan cara yang berlebihan. Sebab, tidak semua anak
mencuri karena niat yang sudah direncanakan.
Solusi dari permasalahan anak yang
suka mencuri antara lain:
a. Mendidiknya
dalam kebenaran.
Bimbinglah
anak dengan ajaran Agama, tingkatkan keimanan dengan mengajak anak melakukan
kegiatan ibadah bersama keluarga dan berilah pengertian dengan penuh kasih
sayang.
b. Memasukkan
konsep nilai yang benar.
Sejak
kecil orang tua sudah harus mendidik perbedaan antara "ini milik
kamu" dan "ini milik saya". Jangan membiarkan anak sembarangan
mengambil barang orang lain. Kalau dalam tas atau di saku ditemukan barang
milik teman, anak harus segera mengembalikannya.
D. Kebutuhan
Bimbingan Psikologi
Pendekatan-pendekatan
digunakan dalam layanan bimbingan untuk memenuhi kebutuhan bimbingan psikolog
pada anak. Menurut Myrick (dalam Muro & Kottman, 1995) ada empat pendekatan
yang dapat dirumuskan sebagai suatu pendekatan dalam bimbingan, yaitu
pendekatan krisis, remedial, preventif dan perkembangan.
1.
Pendekatan kritis
Dalam
pendekatan krisis layanan bimbingan dilakukan bilamana ditemukan adanya suatu
masalah yang krisis yang harus segera ditanggulangi, dan guru atau pembimbing
bertindak membantu anak yang menghadapi masalah tersebut untuk
menyelesaikannya. Teknik yang digunakan dalam pendekatan ini adalah
teknikteknik yang secara “pasti” dapat mengatasi krisis tersebut. Contoh :
seorang anak menangis ketika anak bermain di luar kelas karena tangannya
berdarah dilempar batu oleh teman sebayanya. Guru atau pembimbing yang
menggunakan pendekatan krisis akan meminta anak untuk membicarakan penyelesaian
masalahnya dengan teman yang telah melukainya. Bahkan mungkin guru atau
pembimbing segera memanggil anak yang telah bersalah tersebut untuk menghadap
dan membicarakan penyelesaian masalah yang telah dilakukannya.
2.
Pendekatan Remidial
Dalam
pendekatan remedial, guru atau pembimbing akan memfokuskan bantuannya kepada
upaya penyembuhan atau perbaikan terhadap kelemahan-kelemahan yang ditampakkan
anak. Tujuan bantuan dari pendekatan ini adalah untuk menghindarkan terjadinya
krisis yang mungkin dapat terjadi. Berbagai strategi dapat digunakan untuk
membantu anak, seperti mengajarkan kepada anak keterampilan belajar,
keterampilan bersosial dan sejenisnya yang belum dimiliki anak sebelumnya.
Guru
atau pembimbing yang menggunakan pendekatan remedial untuk contoh kasus di atas,
akan mengambil tindakan mengajarkan anak keterampilan berdamai sehingga anak
dapat memiliki keterampilan untuk mengatasi masalah-masalah hubungan antar
pribadi. Misal guru atau pembimbing meminta anak yang telah melempar temannya
dengan batu untuk meminta maaf atas perbuatannya, dan berjanji untuk tidak
mengulanginya. Mereka diminta untuk bersalaman dan bermain kembali.
3.
Pendekatan Preventif
Pendekatan
preventif merupakan pendekatan yang mencoba mengantisipasi masalah-masalah yang
mungkin akan muncul pada anak dan mencegah terjadinya masalah tersebut.
Masalah-masalah pada anak taman kanak-kanak dapat berupaperkelahian, pencurian,
merusak, menyerang dan sebagainya. Pendekatan preventif didasarkan pemikiran
bahwa jika guru atau pembimbing dapat membantu anak untuk menyadari bahaya dari
berbagai aktivitas itu maka masalah dapat dihindari sebaik-baiknya.
Pendekatan
preventif ini dapat dilakukan dengan cara menyampaikan informasi kepada anak
tentang akibat dari suatu tindakan tertentu. Dalam contoh kasus di atas, guru
yang menggunakan pendekatan preventif akan mengajak anakuntuk mendengarkan
cerita guru atau pembimbing yang memuat pesan untuk menjaga atau mencegah
terjadinya suatu tindakan yang akan merugikan diri sendiri dan orang lain dan
belajar untuk bersikap toleran dan memahami orang lain.
4.
Pendekatan Perkembangan
Dalam
pendekatan perkembangan, kebutuhan akan layanan bimbingan di taman kanak-kanak
muncul dari karakteristik dan permasalahan perkembangan anak didik, baik
permasalahanyang berkenaan dengan perkembangan fisik motorik, kognitif, sosial,
emosi, maupun bahasa.
Pendekatan
perkembangan dalam bimbingan lebih berorientasi pada bagaimanamenciptakan suatu
lingkungan yang kondusif agar anak didik dapat berkembang secara optimal.
Berbagai
teknik dapat digunakan dalam pendekatan ini seperti mengajar, tukar informasi,
bermain peran, melatih, tutorial dan konseling.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah
atau gangguan psikologi pada anak meliputi perubahan emosi, fungsi fisik,
perilaku dan kinerja mental.
Berikut
ini adalah masalah atau gangguan psikologi pada anak pada fungsi fisik dan
kinerja mental:
1. ADHD
( attention deficit hyperactivity disorder)
2. Autisme
3. Sindrom
Asperger
4. Retardasi
Mental
Berikut
ini adalah masalah atau gangguan psikologi pada anak pada perubahan emosi:
1. Gangguan
Kecemasan
2. Depresi
parah
3. Bipolar
Disorder
4. Hiperaktif
5. Pemurung
dan Penyendiri
Berikut ini adalah masalah psikologi anak pada
perilakunya:
1. Anak
suka berbohong
2. Anak
suka berkelahi
3. Anak
suka mencuri
Pendekatan-pendekatan
digunakan dalam layanan bimbingan untuk memenuhi kebutuhan bimbingan psikolog
pada anak. Menurut Myrick (dalam Muro & Kottman, 1995) ada empat pendekatan
yang dapat dirumuskan sebagai suatu pendekatan dalam bimbingan, yaitu pendekatan
krisis, remedial, preventif dan perkembangan.
B. Saran
Sebaiknya
orang tua menetahui masalah-masalah psikologis pada anak yang sering terjadi
agar dapat memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan bimbingan
psikologinya.