Tubektomi
1. Yang
dapat menggunakan
a. Usia > 26 tahun
b. Paritas > 2
c. Yakin
telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya
d. Pada
kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius
e. Pasca
persalinan
f. Pasca
keguguran
g. Paham
dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini
2.
Keadaan yang memerlukan kehati-hatian
Keadaan
|
Anjuran
|
Masalah-masalah
medis yang signifikan (misalnya penyakit jantung atau pembekuan darah, PRP
sebelumnya/sekarang, obesitas,diabetes).
|
Klien dengan
masalah medis yang signifikan menghendaki penatalaksanaan lanjutan dan bedah
yang khusus. Misalnya, prosedur ini harus dilakukan di RS tipe A atau B atau
fasilitas swasta dan bukan disebuah ambulatory facility. Bila memungkinkan,
masalah-masalah medis yang signifikan sebaiknya dikontrol sebelum proses
pembedahan.
|
Anak tunggal
dan/atau dengan tanpa anak sama sekali
|
Nasihat yang
sangat hati-hati dan membutuhkan waktu tambahan untuk mengambil keputusan
yang bijak. Bantulah klien untuk memilih metode yang lain, bila perlu.
|
3.
Yang tidak dapat menggunakan
a. Hamil
( sudah terdeteksi atau dicurigai )
b. Perdarahan
vaginal yang belum terjelaskan ( hingga garis dievaluasi )
c. Infeksi
sistemik atau pelvic yang akut ( hingga masalah itu disembuhkan atau dikontrol
)
d. Tidak
boleh menjalani proses pembedahan
e. Kurang
pasti mengenaim keinginannya untuk fertilisasi dimasa depan
f. Belum
memberikan persetujuan tertulis
4.
Penanganan atas komplikasi yang mungkin
terjadi
Komplikasi
|
Penanganan
|
Infeksi luka
|
Apabila
terlihat infeksi luka, obati dengan antibiotik. Bila terdapat abses, lakukan
drainase dan obati seperti yang terindikasi.
|
Demam pasca
operasi (>380)
|
Obati infeksi
berdasarkan yang di temukan.
|
Luka pada
kandung kemih, intestinal (jarang terjadi)
|
Mengacu ke
tingkat asuhan yang tepat. apabila kandung kemih atau usus luka dan di
ketahui sewaktu operasi, lakukan reparasi primer. Apabila ditemukan pasca
operasi, di rujuk ke rumah sakit yang tepat bila perlu.
|
Hematoma (sub
kutan)
|
Gunakan packs
yang hangat dan lembab di tempat tersebut. amati :
Hal ini
biasanya akan berhenti dengan berjalannya waktu tetapi dapat membutuhkan
drainase bila ekstensif.
|
Emboli gas
yang di akibatkan oleh laparoskopi (sangat jarang terjadi)
|
Ajukan ketika
asuhan yang tepat dan mulailah resusitasi intensif, termasuk :
Cairan
intravena, resusitasi kardio pulmonary, dan tindakan penunjang lainnya.
|
Rasa sakit
pada lokasi pembedahan
|
Pastikan
adanya infeksi atau abses dan obati berdasarkan apa yang di temukan.
|
Perdarahan
superfisisi (tepi-tepi kulit atau subkutan)
|
Mengontrol perdarahan
dan obati berdasarkan apa yang di temukan.
|
Sulistiyaningsih,
Sri Hadi dkk(TIM). -------. Standar
Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana. Pati: Akbid BUP.
3. Sterilisasi
a. Tubektomi
Profil
·
Sangat efektif dan permanen.
·
Tindak pembedahan yang aman dan sederhana.
·
Tidak ada efek samping.
·
Konseling dan informed consent ( persetujuan tindakan ) mutlak diperlukan.
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk
menghentikan fertilitas ( kesuburan ) seorang perempuan.
·
Minilaparotomi
·
Laparaskopi
Mekanisme
Kerja
Dengan mengoklusi tuba falopii ( mengikat dan
memotong atau memasang cincin ), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan
ovum.
Manfaat
Kontrasepsi
·
Sangat efektif ( 0,5 kehamilan per 100
perempuan selama tahun pertama penggunaan )
·
Tidak mempengaruhi proses menyusui ( breastfeeding
)
·
Tidak bergantung pada faktor senggama.
·
Baik bagi klien apabila kehamilan akan
menjadi risiko kesehatan yang serius.
·
Pembedahan sederhana, dapat dilakukan
dengan anestesi lokal.
·
Tidak ada efek samping dalam jangka
panjang.
·
Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual
( tidak ada efek pada produksi hormon ovarium )
Nonkontrasepsi
·
Berkurangnya risiko kanker ovarium
Keterbatasan
·
Harus dipertimbangkan sifat permanen
metode kontrasepsi ini tidak dapat dipulihkan kembali, kecuali dengan operasi
rekanalisasi.
·
Klien dapat menyesal di kemudian hari
·
Risiko komplikasi kecil meningkat
apabila digunakan anestesi umum
·
Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka
pendek setelah tindakan
·
Dilakukan oleh dokter yang terlatih
dibutuhkan dokter spesialis ginekologi atau dokter spesialis bedah untuk proses
laparoskopi
·
Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk
HBV dan HIV/AIDS
Isu-isu
klien
·
Klien mempunyai hak untuk berubah
pikiran setiap waktu sebelum prosedur ini
·
informed
consent harus diperoleh dan standart consent form harus ditandatangani oleh klien
sebelum prosedur ini dilakukan, informed
consent form dapat ditandatangani oleh seorang saudara atau pihak yang
bertanggung jawab atas seorang klien yang kurang paham atau tidak dapat
memberikan informed consent, misalnya
individu yang tidak kompeten secara kejiwaan.
Yang
Dapat Menjalani Tubektomi
·
Usia > 26 tahun
·
Paritas > 3
·
Yakin telah mempunyai besar keluarga
yang sesuai dengan kehendaknya
·
pada kehamilannya akan menimpulkan
risiko kesehatan yang serius
·
pasca persalinan
·
pasca keguguran
·
paham dan secara suka rela setuju dengan
prosedur ini
Tabel
Keadaan yang memerlukan
kehati – hatian
Keadaan
|
Anjuran
|
Masalah-masalah
medis yang signifikan (misalnya penyakit jantung atau pembekuan darah, PRP
sebelumnya atau sekarang, obesitas,diabetes).
|
Klien dengan
masalah medis yang signifikan menghendaki penatalaksa- naan lanjutan dan
bedah yang khusus. Misalnya, prosedur ini harus dilaku- kan di RS tipe A atau
B atau fasilitas swasta dan bukan disebuah ambulato-ry facility. Bila
memungkinkan, masa-lah-masalah medis yang signifikan sebaiknya dikontrol
sebelum proses pembedahan.
|
Anak tunggal
dan/atau dengan tanpa anak sama sekali
|
Nasihat yang
sangat hati-hati dan membutuhkan waktu tambahan untuk mengambil keputusan
yang bijak. Bantulah klien untuk memilih metode yang lain, bila perlu.
|
Yang Sebaiknya Tidak
Menjalani Tubektomi
·
Hamil sudah terdeteksi atau dicurigai
·
perdarahan vaginal yang bellum
terjelaskan hingga harus dievaluasi
·
infeksi sistemik atau pelvik yang akut
hingga masalah itu disembuhkan atau dikontrol
·
tidak boleh menjalani proses pembedahan
·
kurang pasti mengenai keinginannya untuk
fertilitas di masa depan
·
Belum memberikan persetujuan tertulis.
Kapan Dilakukan
·
setiap waktu selama siklus menstruasi
apabila diyakini secara rasional klien tersebut tidak hamil
·
hari 6 hingga ke 13 dari siklus
menstruasi (fase proliferasi)
·
pasca persalinan
1. minilap:
didalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu.
2. lasparoskopi:
tidak tepat untuk klien pasca persalinan.
·
Pasca keguguran
1. triwulan
pertama : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik (minilap
atau lasparoskopi)
2. Triwulan
kedua: dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik (minilap).
TABEL
Penanganan
atas Konflikasi yang mungkin terjadi
Komplikasi
|
Penanganan
|
Infeksi Luka
|
Apabila
terlihat infeksi luka obati dengan antibiotik. bila terdapat abses, dilakukan
drainase dan obati seperti yang teridentifikasi.
|
Demam pasca
oprasi (>380 C)
|
Obati infeksi
berdasarkan apa yang ditemukan.
|
Luka pada
kandung kemih , intestinal (jarang terjadi)
|
Mengacu ke
tingkat asuhan yang tepat. apabila kandung kemih atau usus luka dan diketahui
sewaktu operasi, lakukan reparasi primer. Apabila ditemukan pasca operasi,
dirujuk kerumah sakit yang tepat bila perlu.
|
Hematoma (sub
cutan)
|
Gunakan packs
yang hangat dan lembab ditempat tersebut. Amati: hal ini biasanya akan
berhenti dengan berjalannya waktu tetapi dapat membutuhkan drainase bila
ekstensif.
|
Emboli gas
yang diakibatkan oleh laparoskopi (sangat jarang terjadi)
|
Ajukan ke
tingkat asuhan yang tepatdan mulailah resusitasi intensif termasuk : cairan
intra vena, resusitasi, kardiopulmonar, dan tindakan penunjang kehidupan
lainnya.
|
Rasa sakit
pada lokasi pembedahan
|
Pastikan adanya
infeksi atau abses dan obati berdasarkan apa yang ditemukan.
|
Perdarahan
superfisial (tepi-tepi kulit atau subkutan)
|
Mengontrol
perdarahan dan obati berdasarkan yang ditemukan.
|
Instruksi
kepada klien :
·
Jagalah luka operasi tetap kering hingga
pembalut dilepaskan. mulai lagi aktivitas normal secara bertahap (sebaiknya
dapat kembali ke aktifitas normal dalam waktu 7 hari setelah pembedahan).
·
Hindari hubungan intim hingga merasa
nyaman. setelah mulai kembali melakukan hubungan intim, hentikanlah bila ada
perasaan kurang nyaman.
·
Hindari mengangkat benda-benda berat dan
bekerja keras selama 1 minggu.
·
Kalau sakit, minumlah 1 atau 2 tablet
analgesik (atau penghilang rasa sakit) setiap 4 hingga 6 jam.
·
Jadwakanlah sebuah kunjungan pemeriksaan
secara rutin antara 7 dan 14 hari setelah pembedahan. (Petugas akan memberi
tahu tempat layanan ini akan diberikan).
·
Kembalilah setiap waktu apabila anda
menghendaki perhatian tertentu, atau tanda-tanda dan simptom-simptom yang tidak
biasa.
Informasi
Umum
·
Nyeri bahu selama 12-24 jam setelah
laparoskopi relatif lazim dialami karena gas (CO2 atau udara) dibawah
diafragma, sekunder terhadap pneumoperitoneum.
·
Tubektomi efektif setelah operasi.
·
Periode menstruasi akan berlanjut
seperti biasa. (Apabila mempergunakan metode hormonal sebelum prosedur, jumlah
dan durasi haid dapat meningkat setelah pembedahan).
·
Tubektomi tidak memberikan perlindungan
atas IMS, termasuk AIDS. Apabila pasangannya berisiko, pasangan tersebut
sebaiknya mempergunakan kondom bahkan setelah tubektomi.
Arum, Dyah
Noviawati Setya dan Sujiyatini. 2009. Panduan
Lengkap Pelayanan KB Terkini. Jogjakarta: Nuha Medika.
Kapan Kontap wanita/ steril
dapat dilaksanakan?
·
Setelah melahirkan
·
Setelah keguguran
·
Bersamaan dengan tindakan menggugurkan
kandungan
·
Pada
saat tindakan operasi besar wanita diantaranya bersamaan dengan operasi
melahirkan (Sectio Caesarea) atau bersamaan dengan operasi kandungan
·
Setiap saat dikehendaki
Kapan Tubektomi/MOW
dapat dilaksanakan?
Seperti pada NTTOT maka
Tubektomi dapat dilaksanakan bersamaan
dengan Seksio Sesarea, bersamaan dengan laparotomi penyakit kandungan atau
bedah dan khusus minilaparotomi pada postpartum, postabortus, dan bersamaan dengan
menstrual regulation atau postcontraceptive regulation.
Manuaba,
Ida Bagus Gede.------. Ilmu kebidanan,
Penyakit Kandungan dan KB untuk pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
KASUS
Ny. Ali umur 40 tahun
G3P2A0, anak ke-2 usia 5 tahun, hendak melahirkan dengan SC atas indikasi CPD.
Ny. Ali bekerja sebagai buruh cuci, sedangkan suaminya tidak bekerja. Hasil
pemeriksaan TD 110/80 mmHg. N:80x/menit, S: 370, RR : 20x/menit.
Untuk penanganan alat kontrasepsi bidan menganjurkan Ny. Ali untuk mengikuti KB
MOW/Steril.
SOAL
:
1. Mengapa
bidan menganjurkan mengikuti KB MOW dan apa yang menjadi pertimbangan dari
anjuran tersebut?
2. Jika
Ny. Ali bersedia menerima anjuran bidan, komplikasi apa saja yang mungkin
timbul setelah mengikuti KB MOW dan bagaimana penanganannya?
3. Kapan
waktu yang tepat untuk melaksanakan tindakan MOW pada Ny. Ali. Berikan
alasannya!
JAWABAN:
1. Karena
KB MOW/Steril resiko terjadinya kehamilan sangat kecil bahkan mendekati nol.
Pertimbangannya sebagai berikut:
a. Umur
Umur Ny.Ali sudah 40 tahun, kehamilan di usia >35
tahun sangat berisiko tinggi, sehingga harus dipilih kontrasepsi untuk
menghentikan kesuburan.
b. Paritas
Ny.Ali sudah memiliki 2
orang anak, dan akan melahirkan anak yang ke-3. Multipara memiliki resiko
terjadi komplikasi selama hamil dan bersalin lebih tinggi, agar tidak terjadi
kehamilan lagi dipilih kontrasepsi untuk menghentikan kesuburan.
c. Ekonomi
Keluarga Ny.Ali
tergolong keluarga menengah ke bawah, apabila jumlah anaknya bertambah lagi
akan kesulitan untuk menghidupinya. Untuk itu dipilih metode kontrasepsi untuk
menghentikan kesuburan.
d. Riwayat
Obstetri
Adanya indikasi CPD, jika
terjadi kehamilan lagi akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius. Untuk itu
dipilih metode kontrasepsi untuk
menghentikan kesuburan.
2. Penanganan
atas komplikasi yang mungkin terjadi:
Komplikasi
|
Penanganan
|
Infeksi
luka
|
Apabila
terlihat infeksi luka, obati dengan antibiotik. Bila terdapat abses, lakukan
drainase dan obati seperti yang terindikasi.
|
Demam pasca
operasi (>380)
|
Obati infeksi
berdasarkan yang di temukan.
|
Luka pada
kandung kemih, intestinal (jarang terjadi)
|
Mengacu ke
tingkat asuhan yang tepat. apabila kandung kemih atau usus luka dan di
ketahui sewaktu operasi, lakukan reparasi primer. Luka pada kandung kemih,
intestinal (jarang terjadi)Apabila ditemukan pasca operasi, di rujuk ke rumah
sakit yang tepat bila perlu.
|
Hematoma (sub
kutan)
|
Gunakan packs
yang hangat dan lembab di tempat tersebut. amati :
Hal ini
biasanya akan berhenti dengan berjalannya waktu tetapi dapat membutuhkan
drainase bila ekstensif.
|
Emboli gas
yang di akibatkan oleh laparoskopi (sangat jarang terjadi)
|
Ajukan ketika
asuhan yang tepat dan mulailah resusitasi intensif, termasuk :
Cairan
intravena, resusitasi kardio pulmonary, dan tindakan penunjang lainnya.
|
Rasa sakit
pada lokasi pembedahan
|
Pastikan
adanya infeksi atau abses dan obati berdasarkan apa yang di temukan.
|
Perdarahan
superfisisi (tepi-tepi kulit atau subkutan)
|
Mengontrol
perdarahan dan obati berdasarkan apa yang di temukan.
|
3. Waktu
yang tepat untuk melaksanakan tindakan MOW pada Ny. Ali adalah bersamaan dengan
operasi melahirkan atau SC. Alasannya supaya tidak perlu dilakukan operasi
bedah lagi dan hospitalisasi hanya sekali, sehingga resiko terjadinya
komplikasi berkurang dan biaya lebih irit.
No comments:
Post a Comment