truth


counters

nama

Tuesday 19 August 2014

Tubektomi dan contoh kasusnya


Tubektomi
1.      Yang dapat menggunakan
a.       Usia > 26 tahun
b.      Paritas > 2
c.       Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya
d.      Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius
e.       Pasca persalinan
f.       Pasca keguguran
g.      Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini
2.      Keadaan yang memerlukan kehati-hatian

Keadaan

Anjuran

Masalah-masalah medis yang signifikan (misalnya penyakit jantung atau pembekuan darah, PRP sebelumnya/sekarang, obesitas,diabetes).
Klien dengan masalah medis yang signifikan menghendaki penatalaksanaan lanjutan dan bedah yang khusus. Misalnya, prosedur ini harus dilakukan di RS tipe A atau B atau fasilitas swasta dan bukan disebuah ambulatory facility. Bila memungkinkan, masalah-masalah medis yang signifikan sebaiknya dikontrol sebelum proses pembedahan.
Anak tunggal dan/atau dengan tanpa anak sama sekali
Nasihat yang sangat hati-hati dan membutuhkan waktu tambahan untuk mengambil keputusan yang bijak. Bantulah klien untuk memilih metode yang lain, bila perlu.

3.      Yang tidak dapat menggunakan
a.       Hamil ( sudah terdeteksi atau dicurigai )
b.      Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan ( hingga garis dievaluasi )
c.       Infeksi sistemik atau pelvic yang akut ( hingga masalah itu disembuhkan atau dikontrol )
d.      Tidak boleh menjalani proses pembedahan
e.       Kurang pasti mengenaim keinginannya untuk fertilisasi dimasa depan
f.       Belum memberikan persetujuan tertulis


4.      Penanganan atas komplikasi yang mungkin terjadi
Komplikasi
Penanganan
Infeksi luka
Apabila terlihat infeksi luka, obati dengan antibiotik. Bila terdapat abses, lakukan drainase dan obati seperti yang terindikasi.
Demam pasca operasi (>380)
Obati infeksi berdasarkan yang di temukan.
Luka pada kandung kemih, intestinal (jarang terjadi)
Mengacu ke tingkat asuhan yang tepat. apabila kandung kemih atau usus luka dan di ketahui sewaktu operasi, lakukan reparasi primer. Apabila ditemukan pasca operasi, di rujuk ke rumah sakit yang tepat bila perlu.
Hematoma (sub kutan)
Gunakan packs yang hangat dan lembab di tempat tersebut. amati :
Hal ini biasanya akan berhenti dengan berjalannya waktu tetapi dapat membutuhkan drainase bila ekstensif.
Emboli gas yang di akibatkan oleh laparoskopi (sangat jarang terjadi)
Ajukan ketika asuhan yang tepat dan mulailah resusitasi intensif, termasuk :
Cairan intravena, resusitasi kardio pulmonary, dan tindakan penunjang lainnya.
Rasa sakit pada lokasi pembedahan
Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati berdasarkan apa yang di temukan.
Perdarahan superfisisi (tepi-tepi kulit atau subkutan)
Mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan apa yang di temukan.
Sulistiyaningsih, Sri Hadi dkk(TIM). -------. Standar Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana. Pati: Akbid BUP.
 
3. Sterilisasi
a.       Tubektomi
Profil
·         Sangat efektif dan permanen.
·         Tindak pembedahan yang aman dan sederhana.
·         Tidak ada efek samping.
·         Konseling dan informed consent ( persetujuan tindakan ) mutlak diperlukan.
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas ( kesuburan ) seorang perempuan.
·         Minilaparotomi
·         Laparaskopi
Mekanisme Kerja
Dengan mengoklusi tuba falopii ( mengikat dan memotong atau memasang cincin ), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
Manfaat
Kontrasepsi
·         Sangat efektif ( 0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan )
·         Tidak mempengaruhi proses menyusui ( breastfeeding )
·         Tidak bergantung pada faktor senggama.
·         Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius.
·         Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal.
·         Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
·         Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual ( tidak ada efek pada produksi hormon ovarium )
Nonkontrasepsi
·         Berkurangnya risiko kanker ovarium
Keterbatasan
·         Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini tidak dapat dipulihkan kembali, kecuali dengan operasi rekanalisasi.
·         Klien dapat menyesal di kemudian hari
·         Risiko komplikasi kecil meningkat apabila digunakan anestesi umum
·         Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
·         Dilakukan oleh dokter yang terlatih dibutuhkan dokter spesialis ginekologi atau dokter spesialis bedah untuk proses laparoskopi
·         Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS
Isu-isu klien
·         Klien mempunyai hak untuk berubah pikiran setiap waktu sebelum prosedur ini
·         informed consent harus diperoleh dan standart consent form harus ditandatangani oleh klien sebelum prosedur ini dilakukan, informed consent form dapat ditandatangani oleh seorang saudara atau pihak yang bertanggung jawab atas seorang klien yang kurang paham atau tidak dapat memberikan informed consent, misalnya individu yang tidak kompeten secara kejiwaan.
Yang Dapat Menjalani Tubektomi
·         Usia > 26 tahun
·         Paritas > 3
·         Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya
·         pada kehamilannya akan menimpulkan risiko kesehatan yang serius
·         pasca persalinan
·         pasca keguguran
·         paham dan secara suka rela setuju dengan prosedur ini

Tabel
Keadaan yang memerlukan kehati – hatian
Keadaan

Anjuran

Masalah-masalah medis yang signifikan (misalnya penyakit jantung atau pembekuan darah, PRP sebelumnya atau sekarang, obesitas,diabetes).
Klien dengan masalah medis yang signifikan menghendaki penatalaksa- naan lanjutan dan bedah yang khusus. Misalnya, prosedur ini harus dilaku- kan di RS tipe A atau B atau fasilitas swasta dan bukan disebuah ambulato-ry facility. Bila memungkinkan, masa-lah-masalah medis yang signifikan sebaiknya dikontrol sebelum proses pembedahan.
Anak tunggal dan/atau dengan tanpa anak sama sekali
Nasihat yang sangat hati-hati dan membutuhkan waktu tambahan untuk mengambil keputusan yang bijak. Bantulah klien untuk memilih metode yang lain, bila perlu.

Yang Sebaiknya Tidak Menjalani Tubektomi
·         Hamil sudah terdeteksi atau dicurigai
·         perdarahan vaginal yang bellum terjelaskan hingga harus dievaluasi
·         infeksi sistemik atau pelvik yang akut hingga masalah itu disembuhkan atau dikontrol
·         tidak boleh menjalani proses pembedahan
·         kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan
·         Belum memberikan persetujuan tertulis.
                       
Kapan Dilakukan
·         setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tersebut tidak hamil
·         hari 6 hingga ke 13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi)
·         pasca persalinan
1.      minilap: didalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu.
2.      lasparoskopi: tidak tepat untuk klien pasca persalinan.
·         Pasca keguguran
1.      triwulan pertama : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik (minilap atau lasparoskopi)
2.      Triwulan kedua: dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik (minilap).

TABEL
Penanganan atas Konflikasi yang mungkin terjadi
Komplikasi
Penanganan
Infeksi Luka
Apabila terlihat infeksi luka obati dengan antibiotik. bila terdapat abses, dilakukan drainase dan obati seperti yang teridentifikasi.
Demam pasca oprasi (>380 C)
Obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan.
Luka pada kandung kemih , intestinal (jarang terjadi)
Mengacu ke tingkat asuhan yang tepat. apabila kandung kemih atau usus luka dan diketahui sewaktu operasi, lakukan reparasi primer. Apabila ditemukan pasca operasi, dirujuk kerumah sakit yang tepat bila perlu.
Hematoma (sub cutan)
Gunakan packs yang hangat dan lembab ditempat tersebut. Amati: hal ini biasanya akan berhenti dengan berjalannya waktu tetapi dapat membutuhkan drainase bila ekstensif.
Emboli gas yang diakibatkan oleh laparoskopi (sangat jarang terjadi)
Ajukan ke tingkat asuhan yang tepatdan mulailah resusitasi intensif termasuk : cairan intra vena, resusitasi, kardiopulmonar, dan tindakan penunjang kehidupan lainnya.
Rasa sakit pada lokasi pembedahan
Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati berdasarkan apa yang ditemukan.
Perdarahan superfisial (tepi-tepi kulit atau subkutan)
Mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan yang ditemukan.


Instruksi kepada klien :
·         Jagalah luka operasi tetap kering hingga pembalut dilepaskan. mulai lagi aktivitas normal secara bertahap (sebaiknya dapat kembali ke aktifitas normal dalam waktu 7 hari setelah pembedahan).
·         Hindari hubungan intim hingga merasa nyaman. setelah mulai kembali melakukan hubungan intim, hentikanlah bila ada perasaan kurang nyaman.
·         Hindari mengangkat benda-benda berat dan bekerja keras selama 1 minggu.
·         Kalau sakit, minumlah 1 atau 2 tablet analgesik (atau penghilang rasa sakit) setiap 4 hingga 6 jam.
·         Jadwakanlah sebuah kunjungan pemeriksaan secara rutin antara 7 dan 14 hari setelah pembedahan. (Petugas akan memberi tahu tempat layanan ini akan diberikan).
·         Kembalilah setiap waktu apabila anda menghendaki perhatian tertentu, atau tanda-tanda dan simptom-simptom yang tidak biasa.

Informasi Umum
·         Nyeri bahu selama 12-24 jam setelah laparoskopi relatif lazim dialami karena gas (CO2 atau udara) dibawah diafragma, sekunder terhadap pneumoperitoneum.
·         Tubektomi efektif setelah operasi.
·         Periode menstruasi akan berlanjut seperti biasa. (Apabila mempergunakan metode hormonal sebelum prosedur, jumlah dan durasi haid dapat meningkat setelah pembedahan).
·         Tubektomi tidak memberikan perlindungan atas IMS, termasuk AIDS. Apabila pasangannya berisiko, pasangan tersebut sebaiknya mempergunakan kondom bahkan setelah tubektomi.

Arum, Dyah Noviawati Setya dan Sujiyatini. 2009. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Jogjakarta: Nuha Medika.



Kapan Kontap wanita/ steril dapat dilaksanakan?
·         Setelah melahirkan
·         Setelah keguguran
·         Bersamaan dengan tindakan menggugurkan kandungan
·         Pada saat tindakan operasi besar wanita diantaranya bersamaan dengan operasi melahirkan (Sectio Caesarea) atau bersamaan dengan operasi kandungan
·         Setiap saat dikehendaki

Kapan Tubektomi/MOW dapat dilaksanakan?
Seperti pada NTTOT maka Tubektomi dapat dilaksanakan bersamaan dengan Seksio Sesarea, bersamaan dengan laparotomi penyakit kandungan atau bedah dan khusus minilaparotomi pada postpartum, postabortus, dan bersamaan dengan menstrual regulation atau postcontraceptive regulation.

Manuaba, Ida Bagus Gede.------. Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.


KASUS


Ny. Ali umur 40 tahun G3P2A0, anak ke-2 usia 5 tahun, hendak melahirkan dengan SC atas indikasi CPD. Ny. Ali bekerja sebagai buruh cuci, sedangkan suaminya tidak bekerja. Hasil pemeriksaan TD 110/80 mmHg. N:80x/menit, S: 370, RR : 20x/menit. Untuk penanganan alat kontrasepsi bidan menganjurkan Ny. Ali untuk mengikuti KB MOW/Steril.

SOAL :
1.      Mengapa bidan menganjurkan mengikuti KB MOW dan apa yang menjadi pertimbangan dari anjuran tersebut?

2.      Jika Ny. Ali bersedia menerima anjuran bidan, komplikasi apa saja yang mungkin timbul setelah mengikuti KB MOW dan bagaimana penanganannya?

3.      Kapan waktu yang tepat untuk melaksanakan tindakan MOW pada Ny. Ali. Berikan alasannya!


JAWABAN:

1.      Karena KB MOW/Steril resiko terjadinya kehamilan sangat kecil bahkan mendekati nol. Pertimbangannya sebagai berikut:
a.       Umur
Umur Ny.Ali  sudah 40 tahun, kehamilan di usia >35 tahun sangat berisiko tinggi, sehingga harus dipilih kontrasepsi untuk menghentikan kesuburan.
b.      Paritas
Ny.Ali sudah memiliki 2 orang anak, dan akan melahirkan anak yang ke-3. Multipara memiliki resiko terjadi komplikasi selama hamil dan bersalin lebih tinggi, agar tidak terjadi kehamilan lagi dipilih kontrasepsi untuk menghentikan kesuburan.
c.       Ekonomi
Keluarga Ny.Ali tergolong keluarga menengah ke bawah, apabila jumlah anaknya bertambah lagi akan kesulitan untuk menghidupinya. Untuk itu dipilih metode kontrasepsi untuk menghentikan kesuburan.
d.      Riwayat Obstetri
Adanya indikasi CPD, jika terjadi kehamilan lagi akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius. Untuk itu  dipilih metode kontrasepsi untuk menghentikan kesuburan.

2.      Penanganan atas komplikasi yang mungkin terjadi:
Komplikasi
Penanganan
Infeksi luka
Apabila terlihat infeksi luka, obati dengan antibiotik. Bila terdapat abses, lakukan drainase dan obati seperti yang terindikasi.
Demam pasca operasi (>380)
Obati infeksi berdasarkan yang di temukan.
Luka pada kandung kemih, intestinal (jarang terjadi)
Mengacu ke tingkat asuhan yang tepat. apabila kandung kemih atau usus luka dan di ketahui sewaktu operasi, lakukan reparasi primer. Luka pada kandung kemih, intestinal (jarang terjadi)Apabila ditemukan pasca operasi, di rujuk ke rumah sakit yang tepat bila perlu.
Hematoma (sub kutan)
Gunakan packs yang hangat dan lembab di tempat tersebut. amati :
Hal ini biasanya akan berhenti dengan berjalannya waktu tetapi dapat membutuhkan drainase bila ekstensif.
Emboli gas yang di akibatkan oleh laparoskopi (sangat jarang terjadi)
Ajukan ketika asuhan yang tepat dan mulailah resusitasi intensif, termasuk :
Cairan intravena, resusitasi kardio pulmonary, dan tindakan penunjang lainnya.
Rasa sakit pada lokasi pembedahan
Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati berdasarkan apa yang di temukan.
Perdarahan superfisisi (tepi-tepi kulit atau subkutan)
Mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan apa yang di temukan.

3.      Waktu yang tepat untuk melaksanakan tindakan MOW pada Ny. Ali adalah bersamaan dengan operasi melahirkan atau SC. Alasannya supaya tidak perlu dilakukan operasi bedah lagi dan hospitalisasi hanya sekali, sehingga resiko terjadinya komplikasi berkurang dan biaya lebih irit.


No comments:

Post a Comment