truth


counters

nama

Monday 12 January 2015

kateter


BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    KATETER
1.      Definisi
Kateter adalah alat yang berbentuk pipa yang terbuat dari karet, plastik, metal woven slik dan silikon yang fungsi dari alat kateter tersebut ialah memasukkan atau mengeluarkan cairan. Kandung kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk menyimpan atau menampung airseni yang berubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh sepasang ureter dari sepasang ginjal. Pemasangan kateter adalah pemasukkan selang yang terbuat dari plastik atau karet  melalui uretra menuju kandung kemih (vesika urinaria). Kateterisasi urin atau kateterisasi saluran kencing adalah dimasukkannya kateter melalui uretra ke dalam kandung kencing untuk membuang urin. Kateter memungkinkan mengalirkan urine yang berkelanjutan pada klien yang tidak mampu mengontrol perkemihan atau klien yang mengalami obstruksi. Kateterisasi merupakan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan eliminasi, sebagai pengambilan bahan pemeriksaan. Pelaksanaan kateterisasi terbagi menjadi dua tipe: tipe intermiten (straight kateter) tipe indwelling ( foley kateter ). Kateter juga menjadi alat untuk mengkaji haluaran urine per jam pada klien yang status hemodinamiknya tidak stabil. Klien yang terpasang dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan risiko Urinaria Tractus Infection (UTI) atau Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan trauma pada uretra, maka kateterisasi dianjurkan untuk sementara.
2.      Tujuan
a.       Menghilangkan ketidaknyamanan karena distensi kandung kemih.
b.      Mendapatkan urine untuk specimen
c.       Pengkajian residu urine
d.      Penatalaksanaan pasien yg di rawat karena trauma medula spinalis, gangguan neuro muscular, atau inkompeten kandung kemih, serta pascaoperasi besar.
e.       Mengatasi obstruksi aliran urine
f.       Mengatasi retensi perkemihan
g.      Untuk mengosongkan seluruh isi kandung kencing sebelum pembedahan
h.      Untuk mengosongkan seluruh isi kandung kencing setelah pembedahan
i.        Untuk mengosongkan seluruh isi kandung kencing sebelum bersalin
3.      Indikasi dan kontraindikasi
a. Indikasi
1)      Kateter sementara
a)      Mengurangi ketidaknyamanan pada distensi vesika urinaria.
b)      Pengambilan urine residu setelah pengosongan urinaria.
2)      Kateter tetap jangka pendek
a)      Obstruksi saluran kemih (pembesaran kelenjar prostat)
b)      Pembedahan untuk memperbaiki organ perkemihan.
c)      Untuk memantau output urine
3)      Kateter tetap jangka panjang
a)      Retensi urine pada penyembuhan penyakit ISK/UTI
b)      Skin rash, ulcer dan luka yang iritatif apabila kontak dengan urine.
c)      Klien dengan penyakit terminal
b.      Kontraindikasi
Hematoris (keluarnya darah dari urine)
4.      Jenis, Macam dan Ukuran kateter
a.       Jenis
1)      Kateter menetap
a)      Keteter retensi/kateter foley        
b)      Ditinggalkan di dalam tubuh
c)      Disambungkan dengan penampung
d)     Terdapat 2 atau 3 lumen (salah satunya untuk mengembangkan balon)
e)      Drainase terjadi karena gaya berat
2)      Kateter Sementara
a)      Setelah urin keluar kateter dicabut
b)      Memiliki satu lumen untuk keluarnya urin
b.      Macam
1)      Kateter plastik : digunakan sementara karena mudah rusak dan tidak fleksibel
2)      Kateter latex atau karet : digunakan untuk penggunaan atau pemakaian dalam jangka waktu sedang (kurang dari 3 minggu).
3)      Kateter silicon murni atau teflon :  untuk menggunakan dalam jangka waktu lama 2-3 bulan karena bahan lebih lentur  pada meathur uretra
4)      Kateter PVC : sangat mahal untuk penggunaan 4-5 minggu, bahannya lembut tidak panas dan nyaman bagi uretra.
5)      Kateter logam : digunakan untuk pemakaian sementara, biasanya pada pengosongan kandung kemih pada ibu yang melahirkan.
c.       Ukuran
1)      Anak : 8- 10 french (Fr)
2)      Wanita : 14-16 Fr
3)      Laki-laki : 16-18 Fr
5.      Pemasangan Kateter Sementara
a.       Definisi
Memasang kateter melalui uretra dan ke dalam kandung kemih
b.      Tujuan
1)      Mendapatkan spesimen urin steril
2)      Mengosongkan kandung kemih
c.       Persiapan
1)      Bak instrumen steril berisi : kateter sesui ukuran, pinset anatomis 1 buah, sarung tangan 1 pasang
2)      Kapas DTT dalam tempatnya
3)      Vaselin dalam tempatnya
4)      Bengkok 3 buah
5)      Perlak bokong dan alasnya
6)      Botol steril untuk tempat urine bila di perlukan
7)      Selimut mandi
8)      Sampiran
d.      Prosedur
1)      Memberitahu dan menjelaskan kepada klien
2)      Mendekatkan alat-alat
3)      Memasang sampiran
4)      Mencuci tangan
5)      Menanggalkan pakaian bagian bawah
6)      Memasang slimut mandi, perlak dan pengalas bokong
7)      Menyiapkan posisi klien dorsal recumbent
8)      Meletakkan 2 bengkok diantara tungkai pasien
9)      Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
10)   Lakukan vulva higyene
11)  Mengambil kateter lalu ujungnya diberi vaselin 3-7 cm
12)   Membuka labia mayora dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri sampai terlihat meatus uretra sedangkan tangan kanan memasukan ujung kateter perlahan-lahan ke dalam uretra sampai urine keluar, sambil pasien dianjurkan untuk menarik nafas panjang.
13)  Menampung urin ke dalam bengkok atau botol steril bila diperlukan untuk pemeriksaan. bila urin sudah keluar semua, anjurkan klien untuk menarik nafas panjang, kateter dicabut pelan-pelan dimasukkan ke dalam bengkok yang berisi larutan klorin.
14)  Melepas sarung tangan dan masukkan ke dalam bengkok bersama dengan kateter dan pinset
15)  Memasang pakaian bawah, mengambil perlak dan pengalas
16)  Menarik selimut dan mengambil slimut mandi
17)  Membereskan alat
18)  Mencuci tangan
6.      Pemasangan Kateter Menetap
a.       Definisi
Memasukan selang  karet melalui uretra dan ke dalam kandung kemih yang dipasang menetap dalam jangka waktu tertentu.
b.      Tujuan
1)      Mendapatkan spesimen urin steril untuk memeriksa
2)      Aliran air kemih lancar
3)      Urin tidak tertimbun
4)      Tidak terjadi iritasi
5)      Tidak terjadi penyempitan pada uretra
c.       Persiapan
1)      Bak instrumen steril berisi : kateter sesuai ukuran, pinset anatomis 1 buah, sarung tangan 1 pasang
2)      Kapas DTT dalam tempatnya
3)      Vaselin dalam tempatnya
4)      Bengkok 3 buah
5)      Perlak bokong dan alasnya
6)      Plester
7)      Gunting plester
8)      Aquadest spuit 5-10 ml
9)      Urin bag
10)  Botol steril untuk tempat urine bila diperlukan
11)  Selimut mandi
12)  Sampiran

d.      Prosedur
1)      Memberitahu dan menjelaskan pada klien
2)      Mendekatkan alat-alat
3)      Memasang sampiran
4)      Mencuci tangan
5)      Menanggalkan pakaian bagian bawah
6)      Memasang selimut mandi,perlak dan pengalas bokong
7)      Menyiapkan posisi klien dorsal recumbent
8)      Meletakkan bengkok antara tungkai pasien
9)      Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
10)  Lakukan vulva hygiene
11)  Mengambil kateter kemudian ujungnya diberi vaselin 3-7 cm
12)  Memasukkan kateter perlahan-lahan ke dalam uretra
13)  Menampung urine ke dalam bengkok atau botol steril bila diperlukan untuk pemeriksaan
14)  Bila urin sudah keluar semua,masukkan aquades 10-15 cc (sesuai ukuran ukuran kateter) dihubungkan dengan pipa penyambung pada urine bag
15)  Fiksasi kateter dengan menggunakan plester pada paha klien
16)  Mengikat urin bag pada sisi tempat tidur
17)  Melepaskan sarung tangan dan masukkan ke dalam bengkok bersama dengan kateter dan pinset
18)  Memasang pakaian bawah, mengambil perlak dan pengalas
19)  Menarik selimut dan mengambil selimut mandi
20)  Membereskan alat
21)  Mencuci tangan





B.     VESIKA URINARIA DAN URETRA
1.      VESIKA URINARIA
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak dibelakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius.
Bagian vesika urinaria terdiri dari :
a.       Fundus, yaitu bagian yang menghadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari rektumoleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.
b.       Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
c.        Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbikalis.
            Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu,peritonium (lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa ( lapisan bagian dalam ).
            Proses miksi  ( Rangsangan Berkemih ). Distensi kandung kemih, oleh air kemih dan merangsang stress reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
            Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut-serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf-saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh.
            Bila terjadi kerusakan pada saraf-saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin( kencing keluar terus-menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).
            Persyarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari sistem persyarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna.
            Peritonium melapisi kandung kemih sampai kira-kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.

2.      URETRA
            Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki-laki uretra berjalan berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagian penis panjangnya ± 20 cm. Lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan submukosa.
            Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubis berjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3-4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika Muskularis (sebelar luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena-vena, dan lapisan mukosa ( lapisan sebelah dalam). Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.





C.    AIR KEMIH (URINE)
1.      Sifat-sifat air kemih
a.       Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan serta faktor lainnya.
b.      Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
c.       Warna kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.
d.      Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak.
e.       Berat jenis 1.015-1.020
f.       Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet ( sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).
2.      Komposisi air kemih
a.       Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air
b.      Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan kreatinin.
c.       Elektrolit, natrium,kalsium,NH3,bikarbonat,fosfat dan sulfat
d.      Pigmen (bilirubin,urobilin)
e.       Toksin
f.       Hormon
3.      Mekanisme Pembentukan Urine
Dari sekitar 1200 ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120-125 ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinya dapat terbentuk 150-180 L,filtrat. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai kemi, dan sebagian diserap kembali.
4.      Tahap-tahap Pembentukan Urine
a.       Proses filtrasi
Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairang yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air,sodium,klorida,sulfat,bikarbonat dll,diteruskan ke seluruh ginjal.
b.      Proses reabsorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium,klorida,fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikenal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.
c.       Augmentasi (pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya.
Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu dibawa ke ureter. Dari ureter, urine dialirkan melalui vesika urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan urine sementara. ketika kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.
5.      Mikturisi
Peristiwa penggabungan urine yang mengalir melalui ureter ke dalam kandung kemih. keinginan untuk buang air kecil disebabkan penambahan penekanan didalam kandung kemih dimana sebelumnya telah ada 170-230 ml urine.Mikturisi merupakan gerak refleks yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat-pusat persyarafan yang lebih tinggi dari manusia, gerakannya oleh kontraksi otot abdominal yang menekan kandung kemih membantu mengosongkannya.
6.      Ciri-ciri urine normal
Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan,baunya tajam,reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.









No comments:

Post a Comment