BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam beberapa
dasawarsa ini perhatian terhadap janin yang mengalami gangguan pertumbuhan
dalam kandungan sangat meningkat. Hal ini disebabkan masih tingginya angka
kematian parinatal dan neonatal karena msih banyak bayi yang dilahirkan dengan
bengan berat badan lahir yang rendah. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan
mengalami gangguan pertumbuhan baik fisik maupun mental. Selain itu banyak pula
gangguan pada bayi baru lahir yang membahayakan kelangsungan hidupnya
diantaranya adalah asfiksia atau bayi yang tidak dapat langsung bernafas saat
dilahirkan. Ada pula ikterus yang mana penyakit ini menyerang daerah
konjungtiva bayi baru lahir akibat dari penumpikan bilirubin yang berlebihan.
Adapula tetanus
neonatorum ini merupakan penyakit yang membahayakan bayi neonatus karena kuman
ini menyerang susunan sistem saraf pusat yang dikarenakan oleh kuman
clostridium tetani. Kuman ini sangat berbahaya karena tidak akan mati walaupun
telah dikukus selama 4 jam. Kuncinya kebersihan harus selalu dijaga untuk mencegah
terjangkitnya penyakit-penyakit yang menyerang neonatuis ini.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa BBLR dan cara menanggulanginya ?
2.
Apa yang dimaksud dengan Asfiksia
neonatus serta bagaimana cara penanggulannya ?
3.
Apa itu ikterus neonatus dan bagaimana
cara penanggulangannya ?
4.
Apa yang dimaksud dengan tetanus
neonaterum dan bagaimana penaggulangannya ?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui apa itu BBLR dan
bagaimana cara penaggulangannya.
2.
Untuk mengetahui apa itu Asfiksia dan
bagaimana cara penanggulangannya.
3.
Untuk mengetahui apa itu Ikterus dan
bagaimana cara penaggulangannya.
4.
Untuk mengetahui apa itu Tetanus
Neonatus dan bagaimana cara penanggulangannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bayi Baru Lahir Rendah ( BBLR )
Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR )
ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2.500 gram (
sampai dengan 2.499 gram ). Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah
prematur menjadi Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR ). Hal ini dilakukan karena
tidak semua bayi yang berat kurang dari 2.500 gram pada waktu lahir bayi
prematur.
1. Faktor
penyebab BBLR
a.
Faktor ibu
Faktor ibu merupakan hal yang
dominan dalam mempengaruhi kejadian prematur:
1)
Toksemia gravidarum ( pre-eklampsia dan eklampsia)
2)
Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, pendarahan
antepartum dan malnutrisi, anemia sel sabit
3)
kelainan bentuk uterus (misal : uterus bikurnis,
inkompeten serviks)
4)
Tumor (missal: mioma uteri ,eistoma); ibu yang menderita
penyakit antara lain Akut dengan gejala
panas tinggi (misal: tifus abdominalis dan malaria), kronis(misal : TBC,
penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal (glomerulonefritis akut)
5)
trauma pada masa kehamilan antara lain jatuh
6)
kebiasan ibu (ketergantungan obat narkotik,rokok dan
alcohol)
7)
usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun.
8)
bekerja yang terlalu berat.
9)
jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
10) perdarahaan
antepartum.
b.
Factor janin
Beberapa factor janin yang
mempengaruhi kejadian premature antara lain: kehamilan ganda, hidramnion,
ketuban pecah dini, cacat bawaan, kelainan kromosom, infeksi(misal : rubella, sifilis,
toksoplamosis), insufensi plasenta, inkomplatibilitas darah ibu dari janin (factor
resus,golongan darah A,B dan O),insfeksi dalam rahim
c.
Factor lain
Selain factor ibu dan janin, factor
lain adalah factor plasenta : plasenta previa, solusio plasenta factor
lingkungan : radiasi atau zat-zat beracun ; keadaan social ekonomi yang rendah
; kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan dari merokok.
2. Diagnosis
dan gejala klinik
a.
Sebelum bayi lahir
1)
Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus,
partus prematurus, dan lahir mati.
2)
Pembesaran uterus tidak sesuai umur kehamilannya.
3)
Pergerakan janin yang pertama kalinya (quickening)
terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat walaupun kehamilannya sudah
agak lanjut.
4)
Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai
menurut yang seharusnya.
5)
Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau
bisa pula dengan hidramnion.
b.
Setelah bayi lahir
1)
Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin
Tanda bayi ini adalah tengkorak
kepala keras, gerakan bayi terbatas, verniks kaseosa sedikit atau tidak ada,
kulit tipis, kering, berlipat-lipat dan mudah diangkat.
2)
Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu.
3)
Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi
pertumbuhan intrauterin.
4)
Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat
dalam tubuhnya, karena itu sangat peka terhadap gangguan pernapasan, infeksi,
trauma kelahiran, hipotermi dan sebagainya.
3. Penatalaksanaan
bayi berat badan lahir rendah (BBLR)
Yang perlu
diperhatikan adalah pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan, dan siap
sedia dengan tabung oksigen. Pada bayi prematur makin pendek umur kehamilan,
makin sulit dan banyak persoalan yang akan dihadapi, dan makin tinggi angaka
kematian perinatal. Biasanya kematian disebabkan oleh gangguan pernafasan,
infeksi, cacat bawaan, dan trauma pada otak.
a.
Pengaturan suhu lingkungan
Bayi yang dimasukkan dalam inkubator dengan suhu yang
diatur :
Bayi berat badan dibawah 2 kg 350C.
Bayi berat badan 2 kg sampai 2,5 kg 340C.
Suhu inkubator diturunkan 10C setiap minggu sampai bayi
dapat ditempatkan pada suhu lingkungan sekitar 24-270C.
b.
Makanan bagi bayi berat badan lahir rendah.
Umumnya bayi prematur belum sempurna
refleks menghisap dan batuknya, kapasitas lambung masih kecil, dan daya enzim
pencernaan terutama lipase masih kurang. Maka makanan diberikan dengan pipet
sedikit-sedikit namun sering. Sedangkan pada bayi small for date sebaliknya
kelihatan seperti orang kelaparan, rakus minum dan makan. Yang harus diperhatikan
adalah terhadap kemungkinan terjadinya pneumonia aspirasi.
B. Asfiksia Neonatus
Asfiksia neonatorum adalah keadaan
dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir. Asfiksia dapat bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak
dilakukan secara benar, sehingga tindakan perawatan dilakukan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan mengatasi gelaja lanjut yang mungkin
timbul.
1. Penyebab
asfiksia
Beberapa factor yang dapat menimbulkan gawat janin ( Asfiksia )
a.
Gangguan sirkulasi menuju janin, menyebabkan adanya
gangguan aliran pada tali pusat seperti : lilitan tali pusat, simpul tali
pusat, tekanan pada tali pusat, ketuban telah pecah, kehamilan lewat waktu,
pengaruh obat, karena naarkoba saat.
b.
Factor ibu, misalnya gangguan his : tetania uteri
hipertoni, turunnya tekanan darah dapat mendadak : perdarahan pada plasenta
previa dan solusio plasenta
c.
persalinan.Vaso kontriksi arterial : hipertensi pada
kehamilan dan gestosis preeclampsia-eklampsia ; gangguan pertukaran nutrisi/O2
: solusio plasenta.
2. Diagnosa
asfiksia
Asfiksia
yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia/hipoksia janin.
Diagnosis aniksia/hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan
ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian
yaitu:
a.
Denyut jantung janin : frekuensi normal ialah antara
120 dan 160 denyutan semenit. Apabila frekuensi denyutan turun sampai
dibawah 100 permenit di luar his dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal ini
merupakan tanda bahaya
b.
Mekonium dalam air ketuban : adanya mekonium pada
presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan gawat janin,
karena terjadi rangsangan nervus X, sehingga peristaltic usus meningkat dan
sfingter ani terbuka. Adanya kekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala
dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat
dilakukan dengan mudah.
c.
Pemeriksaan PH darah janin : adanya asidosis
menyebabkan turunnya PH. Apabila PH itu turun sampai dibawah 7,2 hal itu di
anggap sebagai tanda bahaya.
3. Penatalaksanaan
bayi asfiksia
a.
Tindakan umum
Bersihkan jalan nafas : kepala bayi
diletakkan lebih rendah agar lendir mudah mengalir, bila perlu digunakan
larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari saluran nafas yang lebih dalam.
Rangsangan reflek pernafasan :
dilakukan setelah 20 detik bayi tidak memperlihatkan bernafas dengan cara
memukul kedua telapak kaki menekan tanda achiles, mempertahankan suhu tubuh.
b.
Tindakan khusus/ asuhan yang diberikan oleh bidan
Pada kasus Asfiksia berat : berikan
O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal. Dapat
dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2. Tekanan O2 yang
diberikan tidak 30 cm H 20. Bila pernafasan spontan tidak timbul lakukan massage
jantung dengan ibu jari yang menekan pertengahan sternum 80-100 x/menit.
Asfiksia sedang/ringan : pasang
relkiek pernafasan ( hisap lendir, rangsang nyeri ) selama 30-60 detik. Bila
gagal lakukan pernafasan kodok ( frog breathing ) 1-2 menit yaitu : kepala bayi
ektensi maksimal beri O2 1-2 1/mnt melalui kateter dalam hidung, buka tutup
mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke atas-bawah secara teratur 20x/mnt.
c.
Pemeriksaan Diagnostik
Untuk menentukan diagnosis bayi yang
mengalami asfiksia antara lain : pemeriksaan darah kadar Asam laktat. Kadar
bilirubin, kadar PaO2, PH. Pemeriksaan fungsi paru,pemeriksaan fungsi
kardiovasculer,gambaran patologi.
C. Ikterus
Ikterus adalah warna kuning pada kulit
konjungtiva, dan mukosa akibat penumpukan bilirubin. Ikterus ada dua yaitu
ikterus fisiologis dan ikterus patologis. Ikterus dikatakan fisiologis apabila ikterus itu timbul
pada hari kedua atau ketiga yang tidak mempunyai dasar patologik, kadar yang membahayakan
atau mempunyai potensi menjadi kern ikterus dan tidak menyebabkan morbiditas.
Sedangkan ikterus patologis adalah
ikterus yang dijumpai 24 jam pertama setelah lahir dengan bilirubin meningkat
lebih dari 5 mg % perhari.
1. Penyebab
ikterus
a.
Produksi bilirubin yang berlebihan
b.
Gangguan dalam proses up take dan konjugasi hepar
c.
Gangguan transportasi
d.
Gangguan dalam sel otak
2. Tanda gejala
Ikterus
a.
Ikterus Fisiologis
1)
Disebabkan karena belum matangnya metabolisme
bilirubin dan transportasi pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan
kenaikan masa bilirubin dari pemecahan sel darah merah. Warna kuning akan
muncul pada hari ke-2 atau ke-3 dan tampak jelas pada hari ke 5-6 menghilang
pada hari ke 10.
2)
Kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan dan tidak
lebih dari 12 mg/dl pada BBLR 10 mg/dl dan akan abnormal pada hari ke 14.
b.
Ikterus Patologis
1)
Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan, serum
bilirubin total lebih dari 12 mg/dl.
2)
Peningkatan kadar bilirubin 5 mg % atau lebih dari 24
jam
3)
Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg % pada bayi
kurang bulan (BBLR) dan 12,5 mg % pada bayi cukup bulan.
4)
Ikterus menetap sesudah bayi umur 10 hari.
3. Penatalaksanaan
dan pencegahan ikterus
Penatalaksanaan
ikterus meliputi :
a.
Pendekatan menentukan kemungkinan penyebab pendekatan
yang dapat memenuhi kebutuhan ialah menggunakan saat timbulnya ikterus
b.
Kadar bilirubin seru berkala : darah tepi lengkap,
golongan darah ibu dan bayi. Uji coombs. Pemeriksaan penyaringan defisiensi
enzim G-6-PD.
Pencegahan
ikterus yaitu :
a.
Pengawasan antenatal yang baik
b.
Pencegahan dan pengobatan hipoksia pada janin dan
neonatus
c.
Pencegahan fenobarbital hipoksia pada ibu 1-2 hari
sebelum partus
d.
Pemberian makanan yang dini
e.
Pencegahan infeksi
D. Tetanus Neonatorum
Adalah penyakit tetanus yang terjadi
pada neonatus (bayi usia 0-1 bulan). Tetanus sendiri merupakan penyakit
toksemia akut yang menyerang susunan saraf pusat yang dikarenakan adanya tetanospasmin dari clostridium tetani. Tetanus juga dikenal dengan nama lockjaw,
karena salah satu gejala penyakit ini adalah mulut yang sukar dibuka (seperti
kunci).
Tetanus disebabkan oleh kuman clostridium tetani. Kuman ini bersifat
anaerob artinya kuman hidup dan berkembang dengan pesat dalam lingkungan yang
kurang atau tidak mengandung oksigen. Kuman ini membentuk spora-spora yang
berbentuk batang dengan matahari dapat hidup berbulan-bulan dan bahkan beberapa
tahun seperti didalam tanah. Sifat lain dari spora ini adalah tahan dalam air
mendidih selama 4 jam tapi mati bila dipanaskan selama 20 menit dalam suhu 1210C
(dengan autoklaf).
1. Penyebab
tetanus neonatorum
Tetanus
disebabkan oleh bakterium gram positif, clostridium tetani. Bakteri ini
berspora, dijumpai pada tinja binatang terutama kuda, juga bisa pada manusia
dan juga pada tanah yang terkontaminasi dengan tinja binatang tersebut. Spora
ini bisa tahan beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Jika ia menginfeksi luka
seseorang atau bersamaan dengan benda daging atau bakteri lain, ia akan
memasuki tubuh penderita tersebut, lalu mengeluarkan toksin yang bernama
tetanospasmin.
Pada negara
berkembang, tetanus sering dijumpai pada neonatus, bakteri ini masuk melalui
tali pusat sewaktu persalinan yang tidak baik dan tidak steril dengan
menggunakan pisau, gunting atau benda-benda lain yang tidak steril untuk
memotong tali pusat, sehingga bakteri tetani yang ada di alat-alat belum steril
itu menghasilkan spora yang akan masuk ke tali pusat bayi dan berkembang
disana. Clostridiumtetani, Kebiasaan menggunakan alat pertolongan persalinan
yang tidak steril, Ibu hamil tidak mendapat imunisasi TT lengkap.merupakan
faktor utama dalam terjadinya tetanus neonatus.
2. Tanda dan
gejala tetanus neonatorum
Masa
inkubasi berkisar antara 3-14 tapi bias berkurang atau lebih. Gejala klinis
infeksi umumnya muncul pada hari ke-3 sampai ke-10, yang ditandai dengan :
a.
Bayi rewel
b.
Trismus
c.
Mulut mencucu seperti ikan
d.
Kejang
e.
Kaku kuduk
f.
Bayi gelisah
g.
Kesukaran menelan akibat spasme otot laring
3. Pengobatan
dan pencegahan
Bila tali
pusat bayi bengkak, merah dan bernanah dengan penyebaran dikulit < 1 cm
sekitar tali pusat :
a.
Cuci tangan lalu kenakan srung tangan bersih
b.
Bersihkan tali pusat dan sekitarnya dengan kassa
bersih yang dicelupkan air hangat
c.
Oleskan tali pusat bayi dan sekitarnya dengan gentian
violet 0,5% atau povidon iodine 2,5%, 4 kali sehari sampai tidak bernanah lagi
d.
Cuci tangan kembali
e.
Bila ditemukan bengkak dan nanah meluas ≥ 1 cm di
kulit sekitar tali pusat atau bernanah dan berbau atau kulit sekitar tali pusat
merah dan keras, diperkirakan suatu infeksi berat maka bayi harus dirujuk ke
pelayanan lebih tinggi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Neonatus adalah
bayi yang memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami kematian atau
menjadi sakit berat dalam masa neonatal. Penyakit asfiksia, ikterus, BBLR dan
tetanus merupakan penyakit yang sangat rawan menyerang neonatus serta mempunyai
dampak yang sangat vital bila tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan
tepat. Maka untuk menghindari penyakit ini ibu harus menjaga keadaan selama
hamil serta harus tetap memperhatikan asupan gizi selama hamil. Petugas
kesehatan harus mendampingi ibu untuk memberi pengarahan pencegahan penyakit
pada neonatus ini sedini mungkin.
B.
Saran
Kita sebagai
petugas kesehatan hendaknya mengarahkan ibu hamil untuk memperhatikan segala
aspek selama kehamilan serta setelah melahirkan, asupan gizi harus selalu
diutamakan, selain ibu juga harus diberi tahu tentang masalah yang mungkin
timbul pada janinnya nanti supaya ibu tahu akan gejala yang mungkin timbul pada
bayinya.
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, Rustam.
1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta :
ECG
|
Hastuti,
Puji, dkk. 2011. Standar Asuhan Neonatus,
Bayi dan Balita. Pati : BUP