truth


counters

nama

Monday 29 September 2014

Benjolan pada payudara



Benjolan atau tumor pada payudara bisa ganas (malignan) atau jinak (benigna).  Kondisi keganasan atau malignan pada payudara biasa disebut kanker, sedangkan kondisi non-malignan (benignan) pada payudara bisa kista payudara atau Fibroadenoma, sekitar 90% tumor payudara adalah benigna.
            Sudah lebih dari 30 tahun kanker payudara menjadi suatu penyakit yang paling lazim dan ditakuti oleh para wanita. Insiden kanker payudara terus meningkat, karena tehnologi diagnostik yang lebih canggih. Angka mortalitas yang dikaitkan dengan kanker payudara tidak banyak berubah sejak tahun 1930 sekalipun sudah banyak kemajuan dalam pengobatan. Peningkatan angka kematian kanker payudara pada kaum wanita sangat mencolok sehingga kanker payudara sekarang adalah penyebab utama dan kematian yang dikaitkan dengan kanker pada wanita.
            Setiap tahun lebih dari 250,000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih 175,000 di Amerika Serikat. Masih menurut WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta wanita terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700,000 meninggal karenanya. Belum ada data statistik yang akurat di Indonesia, namun data yang terkumpul dari rumah sakit menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki ranking pertama diantara kanker lainnya pada wanita.
            Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian pada wanita akibat kanker. Setiap tahunnya, di Amerika Serikat 44,000 pasien meninggal karena penyakit ini sedangkan di Eropa lebih dari 165,000. Setelah menjalani perawatan, sekitar 50% pasien mengalami kanker payudara stadium akhir dan hanya bertahan hidup 18 – 30 bulan.
            Dalam Tjahjadi (1996), kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan. Menurut Moningkley (2000), berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang didiagnosis setiap tahunnya, sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang. Di Negara Amerika Serikat, penyakit ini paling sering terjadi pada wanita dewasa. Diperkirakan bahwa di AS, sebanyak 175.000 wanita didiagnosis menderita kanker payudara yang mewakili 32% dari semua kanker yang menyerang wanita. Bahkan, disebutkan dari 150.000 penderita kanker payudara yang berobat ke rumah sakit, 44.000 orang di antaranya meninggal setiap tahunnya (Oemiati, 1999). American Cancer Society dalam Moningkley (2000) memperkirakan bahwa kanker payudara di Amerika akan mencapai 2 juta dan 460.000 di antaranya meninggal antara 1990-2000.
            Menurut Tjindarbumi (2000), di Indonesia sendiri, penyakit kanker payudara merupakan kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher rahim. Sejak 1988 sampai 1992, kanker leher rahim dan kanker payudara tetap menduduki tempat teratas. Dalam Moningkley (2000) dijelaskan bahwa, selain jumlah kasus yang banyak, lebih dari 70% penderita kanker payudara ditemukan pada stadium lanjut. Data dari Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa Case Fatality Rate (CFR) akibat kanker payudara menurut golongan penyebab sakit menunjukkan peningkatan dari tahun 1992-1993, yaitu dari 3,9 menjadi 7,8 (Ambarsari, 1998 dalam www.tempo.co.id).
            Penyebab belum diketahui akan tetapi  ada faktor-faktor diketahui dan dikaitkan kanker payudara. Faktor-faktor ini meliputi umur dan gender, riwayat menstruasi dan reproduksi, kontrasepsi hormon dan oral, diet dan berat badan, dan penyakit payudara benigna. Insiden kanker payudara meningkat sesuai pertambahan umur. Penyakit ini paling sering didiagnosis pada wanita umur lebih dari 50 tahun. Ada beberapa alasan yang dikaitkan dengan umur, kemungkinan adanya perubahan “mutagenik” sesuai dengan pertambahan umur.
            Populasi wanita tua lebih bayak dari pada wanita muda. Kanker payudara semata-mata penyakit wanita. Kanker payudara yang timbul pada anggota keluarga sudah lama diketahui. Kasus pertama yang telah didokumentasikan adalah pada tahun 1866. Sekitar 5-10% dari kasus kanker payudara diturunkan dalam keluarga. Pada tahun 1990, gen pertama yang rawan terhadap kanker payudara yang diwariskan (diturunkan) berhasil diidentifikasi lokasinya yaitu, pada kromosom 17q. Gen diberikan nama BRC I, dan diturunkan melalui pola dominan autosom, artinya bahwa 50% dari anak-anak dari ibu yang karier akan mewarisi mutasi ini. Wanita yang mewarisi BRCA I, resikonya untuk mengalami kanker payudara sekitar 50% sebelum ia mencapai umur 50 tahun dan menjadi 80% ketika ia mencapai umur 65 tahun.
            Berkembangnya kanker payudara yang tidak diturunkan memerlukan proses 2-langkah. Langkah pertama meyangkut suatu perubahan pada struktur sel atau pada fungsi sel, disusul dengan suatu kejadian yang menimbulkan perubahan lain dalam sel yang membuat sel itu menjadi malignan. Pada kanker payudara yang diturunkan, sel yang diwariskan itu sudah mengalami perubahan (langkah 1) dan memerlukan hanya satu kejadian untuk menjadi sel yang malignan.
            Risiko kanker payudara meningkat apabila mentruasi mulai (menarce) pada umur yang muda (11-12 tahun ) dan berlangsung pada umur sekitar 55 tahun. Kemungkinan terjadinya perubahan “metagenik’’ dari fase intermedial ke fase malignan adalah lebih cepat apabila siklus menstruasi berlangsung lebih dari 30 tahun.
            Wanita yang tidak pernah hamil (nuliparitas) atau yang mulahirkan anak pertamanya setelah umur 30 tahun juga beresiko mengalami kanker payudara. Pemberian terapi hormon setelah menopause menjadi perhatian karena meningkatnya insiden kanker payudara yang dikaitkan dengan terapi hormon. Akan tetapi hal ini masih kontroversal.
            Ada beberapa studi yang menunjukkan peningkatan 40% risiko terutama pada wanita tua yang menerima premarin dalam jangka waktu panjang. kombinasi esterogen dan progesteron untuk mengurangi risiko kanker endometrium, tidak mengurangi risiko untuk kanker payudara.
            Konsumsi makanan yang tinggi dengan lemak hewani sudah lama dikaitkan dengan risiko kanker payudara, sekalipun belum bisa dibuktikan. obesitas mempunyai efek perangsang pada perkembangan kanker payudara. estrogen disimpan dalam jaringan adiposa (jaringan lemak). beberapa kanker payudara adalah reseptor estrogen positif (ER+), artinya bahwa estrogen menstimulasi pertumbuhan sel-sel kanker payudara. maka makin banyak estrogen yang mengikat ER+sel-sel kanker. pada wanita post-meno-pouse, androgen dalam jaringan adipose dapat berubah menjadi esterogen dan bisa menstimulasi pertumbuhan sel-sel kanker.
            Penyakit fibrokitik, suatu gangguan yang benigna, juga dianggap sebagai faktor resiko kanker payudara apabila dikaitkan dengan hiperplasia. kecuali bila seorang wanita terbiasa memeriksa payudaranya tiap bulan, lesi yang tumbuh atau perubahan hoperplastik bisa berlangsung tanpa diketahuinya.
            Penyebab kista payudara belum jelas. Perubahan pada mammae mengikuti siklus karena dipengaruhi oleh ketidakseimbangan hormon atau respons yang berlebihan oleh jaringan mammae terhadap hormon ovarium. Rasa tidak nyaman pada mammae (nyeri tekan) timbul sebelum atau pada waktu menstruasi. Penyakit kistik payudara adalah paling lazim pada wanita nulipara umur 40-50 tahun.
            Fibroadenoma atau adenofibroma adalah neoplasma benigna buah dada yang lazim. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita di bawah umur 25 tahun. Fibroadenoma adalah tumor keras, bulat, dapat digerakkan ketika palpasi, tidak sakit, dan encapsulated. Tumor ini bisa multiple dan bilateral (terdapat pada kedua buah dada). Besarnya tumor bisa 1-3 cm.


         Tumor berasal dari kata tumere dalam bahasa latin yang berarti "bengkak". Tumor (bahasa Inggris: tumor, tumour) adalah sebutan untuk neoplasma atau lesi padat yang terbentuk akibat pertumbuhan sel tubuh yang tidak semestinya, Tumor adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan adanya pertumbuhan massa (solid/padat) atau jaringan abnormal dalam tubuh. Massa ini timbul sebagai akibat dari ketidakseimbangan pertumbuhan dan regenerasi sel.
            Benjolan atau tumor pada payudara bisa ganas (malignan) atau jinak (benigna).  Kondisi keganasan atau malignan pada payudara biasa disebut kanker, sedangkan kondisi non-malignan (benignan) pada payudara bisa kista payudara atau Fibroadenoma, sekitar 90% tumor payudara adalah benigna.
            Tumor ganas disebut kanker. Kanker memiliki potensi untuk menyerang dan merusak jaringan yang berdekatan dan menciptakan metastasis. Tumor jinak tidak menyerang jaringan yang berdekatan dan tidak menyebarkan benih (metastasis), tetapi dapat tumbuh secara lokal menjadi besar.
GEJALA
Gejala tumor payudara benignan berupa:
-          Benjolan keras, bulat, dan memiliki tepi yang jelas, pada fibrokistik lembut
-          Terbungkus dalam suatu kapsul (encapsulated)
-          dapat digerakkan ketika palpasi
-          Tidak terdapat lesung/retraksi kulit
-          Jumlah benjolan pada FAM tunggal sedangkan fibrokistik multiple/banyak
-          Nyeri tekan yang bertambah sebelum menstruasi pada fibrokistik dan tidak nyeri tekan pada FAM
Gejala Tumor payudara malignan/kanker payudara yang dialami seseorang yang perlu dikhawatirkan, yaitu sebagai berikut::
-          Terdapat benjolan yang keras di payudara dan tidak memiliki tepi yang jelas
-          Benjolan yang keras itu tidak bergerak dan biasanya pada awal-awalnya tidak terasa sakit
-          Pembesaran kelenjar getah bening dibawah lengan ( ketiak )
-          Apabila benjolan itu kanker, biasanya pada awal-awal hanya terjadi pada salah satu payudara saja
-          Terdapat benjolan-benjolan kecil di payudara dan sekitarnya
-          Bentuk puting berubah (bisa masuk kedalam, atau terasa sakit terus-menerus), putting mengeluarkan cairan tidak normal/ darah
-          Ada perubahan pada kulit payudara diantaranya berkerut dan iritasi, seperti kulit jeruk
-          Ada luka dipayudara yang sulit sembuh
-          Payudara terasa panas, memerah, dan bengkak
-          Terasa sakit / nyeri (hal ini bisa disebabkan bukan sakit karena kanker, namun sebaiknya harus tetap diwaspadai)
-          Terasa sangat gatal didaerah sekitar puting
PENYEBAB
            Sampai saat ini etiologi tumor payudara belum diketahui dengan pasti, namun penyebabnya adalah multifaktorial yang saling mempengaruhi satu sama lain, yaitu:
1.      Genetik
Ini berdasarkan :
a.       Adanya kecendrungan pada keluarga tertentu lebih banyak menderita carcinoma mammae daripada keluarga lain  bila ada riwayat keluarga dengan kanker payudara pada ibu, saudara perempuan ibu, dan saudara perempuan.
b.      Pernah mengalami infeksi, trauma, atau operasi tumor jinak payudara.
2.      Pengaruh Hormon
a.       Usia menarche < 12 tahun, beresiko 1,7-3,4 kali lebih tinggi daripada wanita yang menarche pada usia> 12 tahun.
b.      Usia menopause >55 tahun, beresiko 2,5-5 kali lebih tinggi.
c.       Umur >30 tahun memiliki insiden yang lebih tinggi.
d.      Tidak kawin dan nullipara, resikonya 2-4 kali lebih tinggi dari wanita yang kawin dan punya anak.
e.       Melahirkan anak pertama pada usia> 35tahun, resikonya 2 kali lebih besar.
f.       Terapi hormonal yang lama.
g.      Kontrasepsi oral pada pasien tumor payudara jinak seperti kelainan fibrokistik ganas, meningkatkan resiko hingga 11 kali.
3.  Makanan
a. Terutama makanan yang mengandung banyak lemak.
b. Karsinogen: terdapat lebih dari 2000 karsinogen dalam keseharian kita.
4. Radiasi di Daerah Dada
Riwayat pernah mengalami radiasi di dinding dada karena radiasi dapat menyebabkan mutagen

            Timbulnya kanker payudara dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko. Faktor risiko timbulnya kanker payudara terdiri dari faktor risiko yang tidak dapat diubah (unchangeable) dan dapat diubah (changeable). Faktor risiko yang tidak dapat diubah (unchangeable) yaitu: umur, menarche dini, menopause usia lanjut, riwayat penyakit payudara jinak, dan riwayat keluarga. Faktor risiko dapat diubah (changeable). yaitu: riwayat kehamilan, penggunaan hormon dan kontrasepsi oral, riwayat keterpaparan radiasi, konsumsi rokok, obesitas dan konsumsi lemak tinggi.
a. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Diubah (Unchangeable)
1) Umur
Semakin bertambahnya umur meningkatkan risiko kanker payudara. Wanita paling sering terserang kanker payudara adalah usia di atas 40 tahun. Wanita berumur di bawah 40 tahun juga dapat terserang kanker payudara, namun risikonya lebih rendah dibandingkan wanita di atas 40 tahun. Penelitian Azamris tahun 2006 di RS M. Djamil Padang dengan desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko kelompok usia ≥ 50 tahun terkena kanker payudara 1,35 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok wanita usia < 50 tahun (OR=1,35).
2) Menarche Usia Dini
Risiko terjadinya kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi pertama sebelum umur 12 tahun. Umur menstruasi yang lebih awal berhubungan dengan lamanya paparan hormon estrogen dan progesteron pada wanita yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara.
Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi wanita yang menarche pada umur ≤12 tahun terkena kanker payudara 3,6 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok wanita yang menarche pada umur >12 tahun (OR=3,6).
3) Menopause Usia Lanjut
Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan risiko untuk mengalami kanker payudara. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.
Penelitian Azamris tahun 2006 di RS M. Djamil Padang dengan desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko wanita yang menopause setelah usia 55 tahun terkena kanker payudara 1,86 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok wanita yang menopause sebelum usia 55 tahun (OR=1,86).
4) Riwayat Keluarga
Terdapat peningkatan risiko menderita kanker payudara pada wanita yang keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1 (Breast Cancer 1) dan BRCA 2 (Breast Cancer 2), yaitu suatu gen kerentanan terhadap kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. 10% kanker payudara bersifat familial.
Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi wanita yang memiliki anggota keluarga penderita kanker payudara terkena kanker payudara 3,94 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki anggota keluarga penderita kanker payudara (OR=3,94).
5) Riwayat Penyakit Payudara Jinak
Wanita yang menderita kelainan ploriferatif pada payudara memiliki peningkatan risiko untuk mengalami kanker payudara. Menurut penelitian Brinton (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, wanita yang mempunyai tumor payudara (adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis) mempunyai risiko 2,0 kali lebih tinggi untuk mengalami kanker payudara (RR=2,0). Wanita dengan hiperplasia tipikal mempunyai risiko 4,0 kali lebih besar untuk terkena kanker payudara (RR=4,0). Wanita dengan hiperplasia atipikal mempunyai risiko 5,0 kali lebih besar untuk terkena kanker payudara (RR=5,0)
b. Faktor Risiko yang Dapat Diubah / Dicegah (Changeable)
1) Riwayat Kehamilan
Usia maternal lanjut saat melahirkan anak pertama meningkatkan risiko mengalami kanker payudara. Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, wanita yang kehamilan pertama setelah 35 tahun mempunyai risiko 3,6 kali lebih besar dibandingkan wanita yang kehamilan pertama sebelum 35 tahun untuk terkena kanker payudara (RR=3,6). Wanita yang nullipara atau belum pernah melahirkan mempunyai risiko 4,0 kali lebih besar dibandingkan wanita yang multipara atau sudah lebih dari sekali melahirkan untuk terkena kanker payudara (RR=4,0).
2) Obesitas dan Konsumsi Lemak Tinggi
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Penelitian Norsaadah tahun 2005 di Malaysia dengan desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi wanita yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) ≥ 25 untuk terkena kanker payudara 2,1 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) < 25 (OR=2,1).
Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, laki-laki yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) ≥ 25 mempunyai risiko 1,79 kali lebih besar dibandingkan pria yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) < 25 untuk terkena kanker payudara (RR=1,79).
3) Penggunaan Hormon dan Kontrasepsi Oral
Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk mengalami kanker payudara. Kandungan estrogen dan progesteron pada kontrasepsi oral akan memberikan efek proliferasi berlebih pada kelenjar payudara. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral untuk waktu yang lama mempunyai risiko untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause.
Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi wanita yang menggunakan kontrasepsi oral > 10 tahun untuk terkena kanker payudara 3,10 kali lebih tinggi dibandingkan wanita yang menggunakan kontrasepsi oral ≤ 10 tahun (OR=3,10).
4) Konsumsi Rokok
Wanita yang merokok meningkatkan risiko untuk mengalami kanker payudara daripada wanita yang tidak merokok. Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi wanita yang merokok untuk terkena kanker payudara 2,36 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok (OR=2,36).
Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, laki-laki yang merokok mempunyai risiko 1,26 kali lebih besar dibandingkan laki-laki yang tidak merokok untuk terkena kanker payudara (RR=1,26).
5) Riwayat Keterpaparan Radiasi
Radiasi diduga meningkatkan risiko kejadian kanker payudara. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun meningkatkan risiko kanker payudara.
   Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi wanita yang terpapar radiasi lebih dari 1 jam sehari untuk terkena kanker payudara 3,12 kali lebih tinggi (OR=3,12).
           
            Selain itu juga kanker bisa disebabkan karena kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat karsinogenik (menjadi penyebab kanker) yaitu makanan yang terdapat zat-zat kima tertentu, seperti daging yang mengandung hormon sex buatan, bahan pemanis buatan seperti biang gula dan sakarin, nitrosamines pada bahan-bahan pengawet buatan, zat pewarna yang ada dalam makanan, minuman, kosmetik, maupun obat obatan, zat radioaktif, kebanyakan makan garam, serta makanan yang sudah menjadi tengik.

PENGOBATAN
Serangkaian pengobatan meliputi pembedahan, kemoterapi, terapi hormon, terapi radiasi dan yang terbaru adalah terapi imunologi (antibodi). Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau membatasi perkembangan penyakit serta menghilangkan gejala-gejalanya. Keberagaman jenis terapi ini mengharuskan terapi dilakukan secara individual.
a.   Pembedahan
Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan. Prosedur pembedahan yang dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung pada tahapan penyakit, jenis tumor, umur dan kondisi kesehatan pasien secara umum. Ahli bedah dapat mengangkat tumor (lumpectomy), mengangkat sebagian payudara yang mengandung sel kanker atau pengangkatan seluruh payudara (mastectomy). Untuk meningkatkan harapan hidup, pembedahan biasanya diikuti dengan terapi tambahan seperti radiasi, hormon atau kemoterapi.
b.   Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan.
c.   Terapi Hormon
Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka hormon dan dapat dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium akhir.
d.   Kemoterapi
Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal ataupun tahap lanjut penyakit (tidak dapat lagi dilakukan pembedahan). Obat kemoterapi bisa digunakan secara tunggal atau dikombinasikan. Salah satu diantaranya adalah Capecitabine dari Roche, obat anti kanker oral yang diaktivasi oleh enzim yang ada pada sel kanker, sehingga hanya menyerang sel kanker saja.
e.   Terapi Imunologik
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini, trastuzumab, antibodi yang secara khusus dirancang untuk menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor, bisa menjadi pilihan terapi. Pasien sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan terapi dengan trastuzumab. HER2 adalah protein yang diproduksi oleh gen yang berpotensi menyebabkan kanker. protein ini bertindak sebagai antena yang menerima sinyal pada sel-sel kanker menyebar cepat dan mematikan. Keberadaan HER2 dihubungkan dengan perjalanan penyakit yang semakin memburuk dan waktu pengulangan jauh lebih cepat pada semua tahap perkembangan kanker payudara, sehingga menjadi hal penting bagi pasien yang telah didiagnosis dengan kanker payudara untuk memeriksa status HER2 mereka .
f.   Mengobati Pasien Pada Tahap Akhir Penyakit
Banyak obat anti kanker yang telah diteliti untuk membantu 50% pasien yang mengalami kanker tahap akhir dengan tujuan memperbaiki harapan hidup. Meskipun demikian, hanya sedikit yang terbukti mampu memperpanjang harapan hidup pada pasien, diantaranya adalah kombinasi trastuzumab dengan capecitabine. Fokus terapi pada kanker tahap akhir bersifat paliatif (mengurangi rasa sakit). Dokter berupaya untuk memperpanjang serta memperbaiki kualitas hidup pasien melalui terapi hormon, terapi radiasi dan kemoterapi. Pada pasien kanker payudara dengan HER2- positif, trastuzumab memberikan harapan untuk pengobatan kanker payudara yang dipicu oleh HER2.
PENCEGAHAN
Mengurangi makanan berlemak jenuh dapat menurunkan risiko. Kacang kedelai dan produk kedelai tanpa difermentasi dapat menghambat pertumbuhan tumor. Sayur-sayuran yang kaya vitamin A, seperti wortel, labu siam, ubi jalar, dan sayur-sayuran berdaun hijau tua seperti bayam, kangkung dan sawi hijau, mungkin dapat membantu. Vitamin A mencegah pembentukan mutasi penyebab kanker. Sedangkan buah-buahan dan sayuran yang kaya akan vitamin C menurunkan risiko kanker payudara.
Pencegahan secara alami meliputi :
1. Berolah Raga Secara Teratur.
Penelitian menunjukkan bahwa sejalan dengan meningkatnya aktivitas, maka resiko kanker payudara akan berkurang. Berolah raga akan menurunkan kadar estrogen yang diproduksi tubuh sehingga mengurangi resiko kanker payudara.
2. Kurangi Lemak
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa diet rendah lemak membantu mencegah kanker payudara. Namun penelitian terakhir menyatakan bahwa yang lebih penting adalah jenis lemaknya dan bukan jumlah lemak yang dikonsumsi. Jenis lemak yang memicu kanker payudara adalah lemak jenuh dalam daging, mentega, makanan yang mengandung susu full-cream (whole-milk dairy foods) dan asam lemak dalam margarin, yang bisa meningkatkan kadar estrogen dalam darah. Sedangkan jenis lemak yang membantu mencegah kanker payudara adalah lemak tak-jenuh dalam minyak zaitun dan asam lemak Omega-3 dalam ikan Salmon dan ikan air dingin lainnya.
3. Jangan Memasak Daging Terlalu Matang.
Cara Anda memasak daging akan mempengaruhi resiko kanker payudara. Daging-daging yang dimasak/dipanggang menghasilkan senyawa karsinogenik (amino heterosiklik). Semakin lama dimasak, semakin banyak senyawa ini terbentuk. Amino heterosiklik paling banyak terdapat dalam daging bakar yang lapisan luarnya (kulitnya) gosong dan hitam.
4. Jangan Memasak Daging Terlalu Matang.
Semakin banyak buah dan sayuran yang dimakan, semakin berkurang resiko untuk semua kanker, termasuk kanker payudara. Makanan dari tumbuh-tumbuhan mengandung anti-oksidan yang tinggi, di antaranya vitamin A, C, E dan mineral selenium, yang dapat mencegah kerusakan sel yang bisa menjadi penyebab terjadinya kanker.
National Cancer Institute (NCI) merekomendasikan untuk mengkonsumsi buah dan sayuran paling tidak 5 (lima) kali dalam sehari. Tapi harus dihindari buah dan sayuran yang mengandung banyak lemak, seperti kentang goreng atau pai dengan krim pisang.
5. Konsumsi Suplemen Anti-Oksidan.
Suplemen tidak dapat menggantikan buah dan sayuran, tetapi suatu formula anti-oksidan bisa merupakan tambahan makanan yang dapat mencegah kanker payudara.
6. Konsumsi Makanan Berserat.
Selain berfungsi sebagai anti-oksidan, buah dan sayuran juga mengandung banyak serat. Makanan berserat akan mengikat estrogen dalam saluran pencernaan, sehingga kadarnya dalam darah akan berkurang.
7. Konsumsi Makanan Yang Mengandung Kedelai / Protein.
Makanan-makanan yang berasal dari kedelai banyak mengandung estrogen tumbuhan (fito-estrogen). Seperti halnya ‘Tamoksifen’, senyawa ini mirip dengan estrogen tubuh, tapi lebih lemah. Fito-estrogen terikat pada reseptor sel yang sama dengan estrogen tubuh, mengikatnya keluar dari sel payudara sehingga mengurangi efek pemicu kanker payudara.
Selain menghalangi estrogen tubuh untuk mencapai sel reseptor, makanan berkedelai juga mempercepat pengeluaran estrogen dari tubuh.
8. Konsumsi Kacang-Kacangan.
Selain dalam kedelai, fito-estrogen juga terdapat dalam jenis kacang-kacangan lainnya.
9. Hindari Alkohol.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa semakin banyak mengkonsumsi alkohol, maka resiko kanker payudara semakin bertambah karena alkohol meningkatkan kadar estrogen dalam darah.
10. Kontrol Berat Badan Anda.
Kenaikan berat badan setiap pon setelah usia 18 tahun akan menambah resiko kanker payudara. Ini disebabkan karena sejalan dengan bertambahnya lemak tubuh, maka kadar estrogen sebagai hormon pemicu kanker payudara dalam darahpun akan meningkat.
11. Hindari Xeno-Estrogens.
Xeno-estrogen maksudnya estrogen yang berasal dari luar tubuh. Perempuan mengkonsumsi estrogen dari luar tubuh terutama yang berasal dari residu hormon estrogenik yang terdapat dalam daging dan residu pesitisida estrogenik. Diduga xeno-estrogen bisa meningkatkan kadar estrogen darah sehingga menambah resiko kanker payudara. Cara terbaik untuk menghindari xeno-estrogen adalah dengan mengurangi konsumsi daging, unggas (ayam-itik) dan produk susu (whole-milk dairy product).
12. Jangan Merokok.
13. Berikan ASI Rutin Kepada Anak Anda.
Untuk alasan yang masih belum jelas, menyusui berhubungan dengan berkurangnya resiko kanker payudara sebelum masa menopause.
14. Pertimbangkan Sebelum Melakukan HRT.
Ada beberapa alasan bagus untuk melakukan HRT (Hormone Replacement Therapy / terapi pengganti hormon) sesudah masa menopause, yaitu mengurangi resiko penyakit jantung, osteoporosis dan penyakit Alzheimer’s. Tetapi HRT akan menambah resiko kanker payudara
 

No comments:

Post a Comment