Benjolan atau tumor pada payudara
bisa ganas (malignan) atau jinak (benigna).
Kondisi keganasan atau malignan pada payudara biasa disebut kanker,
sedangkan kondisi non-malignan (benignan) pada payudara bisa kista payudara
atau Fibroadenoma, sekitar 90% tumor payudara adalah benigna.
Sudah
lebih dari 30 tahun kanker payudara menjadi suatu penyakit yang paling lazim
dan ditakuti oleh para wanita. Insiden kanker payudara terus meningkat, karena
tehnologi diagnostik yang lebih canggih. Angka mortalitas yang dikaitkan dengan
kanker payudara tidak banyak berubah sejak tahun 1930 sekalipun sudah banyak
kemajuan dalam pengobatan. Peningkatan angka kematian kanker payudara pada kaum
wanita sangat mencolok sehingga kanker payudara sekarang adalah penyebab utama
dan kematian yang dikaitkan dengan kanker pada wanita.
Setiap
tahun lebih dari 250,000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan
kurang lebih 175,000 di Amerika Serikat. Masih menurut WHO, tahun 2000
diperkirakan 1,2 juta wanita terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari
700,000 meninggal karenanya. Belum ada data statistik yang akurat di Indonesia,
namun data yang terkumpul dari rumah sakit menunjukkan bahwa kanker payudara
menduduki ranking pertama diantara kanker lainnya pada wanita.
Kanker
payudara merupakan penyebab utama kematian pada wanita akibat kanker. Setiap
tahunnya, di Amerika Serikat 44,000 pasien meninggal karena penyakit ini
sedangkan di Eropa lebih dari 165,000. Setelah menjalani perawatan, sekitar 50%
pasien mengalami kanker payudara stadium akhir dan hanya bertahan hidup 18 – 30
bulan.
Dalam
Tjahjadi (1996), kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan
insidens relatif tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan. Menurut Moningkley
(2000), berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa dari 600.000 kasus kanker
payudara baru yang didiagnosis setiap tahunnya, sebanyak 350.000 di antaranya
ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang.
Di Negara Amerika Serikat, penyakit ini paling sering terjadi pada wanita
dewasa. Diperkirakan bahwa di AS, sebanyak 175.000 wanita didiagnosis menderita
kanker payudara yang mewakili 32% dari semua kanker yang menyerang wanita.
Bahkan, disebutkan dari 150.000 penderita kanker payudara yang berobat ke rumah
sakit, 44.000 orang di antaranya meninggal setiap tahunnya (Oemiati, 1999).
American Cancer Society dalam Moningkley (2000) memperkirakan bahwa kanker
payudara di Amerika akan mencapai 2 juta dan 460.000 di antaranya meninggal antara
1990-2000.
Menurut
Tjindarbumi (2000), di Indonesia sendiri, penyakit kanker payudara merupakan
kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher rahim. Sejak 1988 sampai 1992,
kanker leher rahim dan kanker payudara tetap menduduki tempat teratas. Dalam Moningkley
(2000) dijelaskan bahwa, selain jumlah kasus yang banyak, lebih dari 70%
penderita kanker payudara ditemukan pada stadium lanjut. Data dari Direktorat
Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa Case Fatality
Rate (CFR) akibat kanker payudara menurut golongan penyebab sakit menunjukkan
peningkatan dari tahun 1992-1993, yaitu dari 3,9 menjadi 7,8 (Ambarsari, 1998
dalam www.tempo.co.id).
Penyebab
belum diketahui akan tetapi ada faktor-faktor
diketahui dan dikaitkan kanker payudara. Faktor-faktor ini meliputi umur dan
gender, riwayat menstruasi dan reproduksi, kontrasepsi hormon dan oral, diet
dan berat badan, dan penyakit payudara benigna. Insiden kanker payudara
meningkat sesuai pertambahan umur. Penyakit ini paling sering didiagnosis pada
wanita umur lebih dari 50 tahun. Ada beberapa alasan yang dikaitkan dengan
umur, kemungkinan adanya perubahan “mutagenik” sesuai dengan pertambahan umur.
Populasi
wanita tua lebih bayak dari pada wanita muda. Kanker payudara semata-mata penyakit
wanita. Kanker payudara yang timbul pada anggota keluarga sudah lama diketahui.
Kasus pertama yang telah didokumentasikan adalah pada tahun 1866. Sekitar 5-10%
dari kasus kanker payudara diturunkan dalam keluarga. Pada tahun 1990, gen
pertama yang rawan terhadap kanker payudara yang diwariskan (diturunkan)
berhasil diidentifikasi lokasinya yaitu, pada kromosom 17q. Gen diberikan nama
BRC I, dan diturunkan melalui pola dominan autosom, artinya bahwa 50% dari
anak-anak dari ibu yang karier akan mewarisi mutasi ini. Wanita yang mewarisi
BRCA I, resikonya untuk mengalami kanker payudara sekitar 50% sebelum ia
mencapai umur 50 tahun dan menjadi 80% ketika ia mencapai umur 65 tahun.
Berkembangnya
kanker payudara yang tidak diturunkan memerlukan proses 2-langkah. Langkah
pertama meyangkut suatu perubahan pada struktur sel atau pada fungsi sel,
disusul dengan suatu kejadian yang menimbulkan perubahan lain dalam sel yang
membuat sel itu menjadi malignan. Pada kanker payudara yang diturunkan, sel
yang diwariskan itu sudah mengalami perubahan (langkah 1) dan memerlukan hanya
satu kejadian untuk menjadi sel yang malignan.
Risiko
kanker payudara meningkat apabila mentruasi mulai (menarce) pada umur yang muda
(11-12 tahun ) dan berlangsung pada umur sekitar 55 tahun. Kemungkinan
terjadinya perubahan “metagenik’’ dari fase intermedial ke fase malignan adalah
lebih cepat apabila siklus menstruasi berlangsung lebih dari 30 tahun.
Wanita
yang tidak pernah hamil (nuliparitas) atau yang mulahirkan anak pertamanya setelah
umur 30 tahun juga beresiko mengalami kanker payudara. Pemberian terapi hormon
setelah menopause menjadi perhatian karena meningkatnya insiden kanker payudara
yang dikaitkan dengan terapi hormon. Akan tetapi hal ini masih kontroversal.
Ada
beberapa studi yang menunjukkan peningkatan 40% risiko terutama pada wanita tua
yang menerima premarin dalam jangka waktu panjang. kombinasi esterogen dan
progesteron untuk mengurangi risiko kanker endometrium, tidak mengurangi risiko
untuk kanker payudara.
Konsumsi
makanan yang tinggi dengan lemak hewani sudah lama dikaitkan dengan risiko
kanker payudara, sekalipun belum bisa dibuktikan. obesitas mempunyai efek
perangsang pada perkembangan kanker payudara. estrogen disimpan dalam jaringan
adiposa (jaringan lemak). beberapa kanker payudara adalah reseptor estrogen
positif (ER+), artinya bahwa estrogen menstimulasi pertumbuhan sel-sel kanker
payudara. maka makin banyak estrogen yang mengikat ER+sel-sel kanker. pada
wanita post-meno-pouse, androgen dalam jaringan adipose dapat berubah menjadi
esterogen dan bisa menstimulasi pertumbuhan sel-sel kanker.
Penyakit
fibrokitik, suatu gangguan yang benigna, juga dianggap sebagai faktor resiko
kanker payudara apabila dikaitkan dengan hiperplasia. kecuali bila seorang
wanita terbiasa memeriksa payudaranya tiap bulan, lesi yang tumbuh atau
perubahan hoperplastik bisa berlangsung tanpa diketahuinya.
Penyebab
kista payudara belum jelas. Perubahan pada mammae mengikuti siklus karena
dipengaruhi oleh ketidakseimbangan hormon atau respons yang berlebihan oleh
jaringan mammae terhadap hormon ovarium. Rasa tidak nyaman pada mammae (nyeri
tekan) timbul sebelum atau pada waktu menstruasi. Penyakit kistik payudara
adalah paling lazim pada wanita nulipara umur 40-50 tahun.
Fibroadenoma
atau adenofibroma adalah neoplasma benigna buah dada yang lazim. Tumor ini
paling sering ditemukan pada wanita di bawah umur 25 tahun. Fibroadenoma adalah
tumor keras, bulat, dapat digerakkan ketika palpasi, tidak sakit, dan
encapsulated. Tumor ini bisa multiple dan bilateral (terdapat pada kedua buah
dada). Besarnya tumor bisa 1-3 cm.
Tumor berasal dari kata tumere dalam
bahasa latin yang berarti "bengkak". Tumor (bahasa Inggris: tumor,
tumour) adalah sebutan untuk neoplasma atau lesi padat yang terbentuk akibat
pertumbuhan sel tubuh yang tidak semestinya, Tumor adalah istilah umum yang
digunakan untuk menjelaskan adanya pertumbuhan massa (solid/padat) atau
jaringan abnormal dalam tubuh. Massa ini timbul sebagai akibat dari ketidakseimbangan
pertumbuhan dan regenerasi sel.
Benjolan
atau tumor pada payudara bisa ganas (malignan) atau jinak (benigna). Kondisi keganasan atau malignan pada payudara
biasa disebut kanker, sedangkan kondisi non-malignan (benignan) pada payudara
bisa kista payudara atau Fibroadenoma, sekitar 90% tumor payudara adalah
benigna.
Tumor
ganas disebut kanker. Kanker memiliki potensi untuk menyerang dan merusak
jaringan yang berdekatan dan menciptakan metastasis. Tumor jinak tidak menyerang
jaringan yang berdekatan dan tidak menyebarkan benih (metastasis), tetapi dapat
tumbuh secara lokal menjadi besar.
GEJALA
Gejala tumor payudara benignan
berupa:
-
Benjolan keras, bulat, dan memiliki tepi yang jelas, pada
fibrokistik lembut
-
Terbungkus dalam suatu kapsul (encapsulated)
-
dapat digerakkan ketika palpasi
-
Tidak terdapat lesung/retraksi kulit
-
Jumlah benjolan pada FAM tunggal sedangkan fibrokistik
multiple/banyak
-
Nyeri tekan yang bertambah sebelum menstruasi pada
fibrokistik dan tidak nyeri tekan pada FAM
Gejala Tumor payudara malignan/kanker payudara yang
dialami seseorang yang perlu dikhawatirkan, yaitu sebagai berikut::
-
Terdapat benjolan yang keras di payudara
dan tidak memiliki tepi yang jelas
-
Benjolan yang keras itu tidak bergerak
dan biasanya pada awal-awalnya tidak terasa sakit
-
Pembesaran
kelenjar getah bening dibawah lengan ( ketiak )
-
Apabila benjolan itu kanker, biasanya
pada awal-awal hanya terjadi pada salah satu payudara saja
-
Terdapat benjolan-benjolan kecil di
payudara dan sekitarnya
-
Bentuk puting berubah (bisa masuk
kedalam, atau terasa sakit terus-menerus), putting mengeluarkan cairan tidak
normal/ darah
-
Ada perubahan pada kulit payudara
diantaranya berkerut dan iritasi, seperti kulit jeruk
-
Ada luka dipayudara yang sulit sembuh
-
Payudara terasa panas, memerah, dan
bengkak
-
Terasa sakit / nyeri (hal ini bisa
disebabkan bukan sakit karena kanker, namun sebaiknya harus tetap diwaspadai)
-
Terasa sangat gatal didaerah sekitar
puting
PENYEBAB
Sampai
saat ini etiologi tumor payudara belum diketahui dengan pasti, namun
penyebabnya adalah multifaktorial yang saling mempengaruhi satu sama lain,
yaitu:
1.
Genetik
Ini berdasarkan :
a.
Adanya kecendrungan pada keluarga tertentu lebih
banyak menderita carcinoma mammae daripada keluarga lain bila ada riwayat keluarga dengan kanker
payudara pada ibu, saudara perempuan ibu, dan saudara perempuan.
b.
Pernah mengalami infeksi, trauma, atau operasi tumor
jinak payudara.
2.
Pengaruh Hormon
a.
Usia menarche < 12 tahun, beresiko 1,7-3,4 kali
lebih tinggi daripada wanita yang menarche pada usia> 12 tahun.
b.
Usia menopause >55 tahun, beresiko 2,5-5 kali lebih
tinggi.
c.
Umur >30 tahun memiliki insiden yang lebih tinggi.
d.
Tidak kawin dan nullipara, resikonya 2-4 kali lebih
tinggi dari wanita yang kawin dan punya anak.
e.
Melahirkan anak pertama pada usia> 35tahun,
resikonya 2 kali lebih besar.
f.
Terapi hormonal yang lama.
g.
Kontrasepsi oral pada pasien tumor payudara jinak
seperti kelainan fibrokistik ganas, meningkatkan resiko hingga 11 kali.
3. Makanan
a. Terutama makanan yang mengandung banyak lemak.
b. Karsinogen: terdapat lebih dari 2000 karsinogen dalam
keseharian kita.
4. Radiasi di Daerah Dada
Riwayat pernah mengalami radiasi di dinding dada
karena radiasi dapat menyebabkan mutagen
Timbulnya
kanker payudara dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko. Faktor risiko
timbulnya kanker payudara terdiri dari faktor risiko yang tidak dapat diubah
(unchangeable) dan dapat diubah (changeable). Faktor risiko yang tidak dapat
diubah (unchangeable) yaitu: umur, menarche dini, menopause usia lanjut,
riwayat penyakit payudara jinak, dan riwayat keluarga. Faktor risiko dapat
diubah (changeable). yaitu: riwayat kehamilan, penggunaan hormon dan
kontrasepsi oral, riwayat keterpaparan radiasi, konsumsi rokok, obesitas dan
konsumsi lemak tinggi.
a. Faktor Risiko yang Tidak Dapat
Diubah (Unchangeable)
1) Umur
Semakin bertambahnya umur meningkatkan risiko kanker
payudara. Wanita paling sering terserang kanker payudara adalah usia di atas 40
tahun. Wanita berumur di bawah 40 tahun juga dapat terserang kanker payudara,
namun risikonya lebih rendah dibandingkan wanita di atas 40 tahun. Penelitian
Azamris tahun 2006 di RS M. Djamil Padang dengan desain case control
menunjukkan bahwa diperkirakan risiko kelompok usia ≥ 50 tahun terkena kanker
payudara 1,35 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok wanita usia < 50
tahun (OR=1,35).
2) Menarche Usia Dini
Risiko terjadinya kanker payudara meningkat pada
wanita yang mengalami menstruasi pertama sebelum umur 12 tahun. Umur menstruasi
yang lebih awal berhubungan dengan lamanya paparan hormon estrogen dan
progesteron pada wanita yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan
termasuk jaringan payudara.
Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi
Semarang dengan desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi
wanita yang menarche pada umur ≤12 tahun terkena kanker payudara 3,6 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan kelompok wanita yang menarche pada umur >12 tahun
(OR=3,6).
3) Menopause Usia Lanjut
Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan risiko
untuk mengalami kanker payudara. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada
masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh
sebelum terjadinya perubahan klinis.
Penelitian Azamris tahun 2006 di RS M. Djamil Padang
dengan desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko wanita yang
menopause setelah usia 55 tahun terkena kanker payudara 1,86 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok wanita yang menopause sebelum usia 55 tahun
(OR=1,86).
4) Riwayat Keluarga
Terdapat peningkatan risiko menderita kanker payudara
pada wanita yang keluarganya menderita kanker payudara. Pada studi genetik
ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen tertentu. Apabila
terdapat BRCA 1 (Breast Cancer 1) dan BRCA 2 (Breast Cancer 2), yaitu suatu gen
kerentanan terhadap kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara
sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. 10% kanker
payudara bersifat familial.
Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi
Semarang dengan desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi
wanita yang memiliki anggota keluarga penderita kanker payudara terkena kanker
payudara 3,94 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki
anggota keluarga penderita kanker payudara (OR=3,94).
5) Riwayat Penyakit Payudara Jinak
Wanita yang menderita kelainan ploriferatif pada
payudara memiliki peningkatan risiko untuk mengalami kanker payudara. Menurut
penelitian Brinton (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, wanita yang
mempunyai tumor payudara (adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis) mempunyai
risiko 2,0 kali lebih tinggi untuk mengalami kanker payudara (RR=2,0). Wanita
dengan hiperplasia tipikal mempunyai risiko 4,0 kali lebih besar untuk terkena
kanker payudara (RR=4,0). Wanita dengan hiperplasia atipikal mempunyai risiko
5,0 kali lebih besar untuk terkena kanker payudara (RR=5,0)
b. Faktor Risiko yang Dapat Diubah /
Dicegah (Changeable)
1) Riwayat Kehamilan
Usia maternal lanjut saat melahirkan anak pertama
meningkatkan risiko mengalami kanker payudara. Menurut penelitian Briston
(2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort, wanita yang kehamilan pertama
setelah 35 tahun mempunyai risiko 3,6 kali lebih besar dibandingkan wanita yang
kehamilan pertama sebelum 35 tahun untuk terkena kanker payudara (RR=3,6).
Wanita yang nullipara atau belum pernah melahirkan mempunyai risiko 4,0 kali
lebih besar dibandingkan wanita yang multipara atau sudah lebih dari sekali
melahirkan untuk terkena kanker payudara (RR=4,0).
2) Obesitas dan Konsumsi Lemak Tinggi
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan
dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Konsumsi lemak diperkirakan
sebagai suatu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Penelitian Norsaadah
tahun 2005 di Malaysia dengan desain case control menunjukkan bahwa
diperkirakan risiko bagi wanita yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) ≥ 25
untuk terkena kanker payudara 2,1 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita
yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) < 25 (OR=2,1).
Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat
dengan desain cohort, laki-laki yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) ≥ 25
mempunyai risiko 1,79 kali lebih besar dibandingkan pria yang memiliki Indeks
Massa Tubuh (IMT) < 25 untuk terkena kanker payudara (RR=1,79).
3) Penggunaan Hormon dan Kontrasepsi Oral
Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker
payudara. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk
mengalami kanker payudara. Kandungan estrogen dan progesteron pada kontrasepsi
oral akan memberikan efek proliferasi berlebih pada kelenjar payudara. Wanita
yang menggunakan kontrasepsi oral untuk waktu yang lama mempunyai risiko untuk
mengalami kanker payudara sebelum menopause.
Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi
Semarang dengan desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi
wanita yang menggunakan kontrasepsi oral > 10 tahun untuk terkena kanker
payudara 3,10 kali lebih tinggi dibandingkan wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral ≤ 10 tahun (OR=3,10).
4) Konsumsi Rokok
Wanita yang merokok meningkatkan risiko untuk
mengalami kanker payudara daripada wanita yang tidak merokok. Penelitian
Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control
menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi wanita yang merokok untuk terkena
kanker payudara 2,36 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak
merokok (OR=2,36).
Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat
dengan desain cohort, laki-laki yang merokok mempunyai risiko 1,26 kali lebih
besar dibandingkan laki-laki yang tidak merokok untuk terkena kanker payudara
(RR=1,26).
5) Riwayat Keterpaparan Radiasi
Radiasi diduga meningkatkan risiko kejadian kanker
payudara. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum
usia 30 tahun meningkatkan risiko kanker payudara.
Penelitian
Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control
menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi wanita yang terpapar radiasi lebih
dari 1 jam sehari untuk terkena kanker payudara 3,12 kali lebih tinggi
(OR=3,12).
Selain
itu juga kanker bisa disebabkan karena kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung
zat karsinogenik (menjadi penyebab kanker) yaitu makanan yang terdapat zat-zat
kima tertentu, seperti daging yang mengandung hormon sex buatan, bahan pemanis
buatan seperti biang gula dan sakarin, nitrosamines pada bahan-bahan pengawet
buatan, zat pewarna yang ada dalam makanan, minuman, kosmetik, maupun obat
obatan, zat radioaktif, kebanyakan makan garam, serta makanan yang sudah
menjadi tengik.
PENGOBATAN
Serangkaian pengobatan meliputi
pembedahan, kemoterapi, terapi hormon, terapi radiasi dan yang terbaru adalah
terapi imunologi (antibodi). Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan kanker
atau membatasi perkembangan penyakit serta menghilangkan gejala-gejalanya. Keberagaman
jenis terapi ini mengharuskan terapi dilakukan secara individual.
a.
Pembedahan
Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan.
Prosedur pembedahan yang dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung pada
tahapan penyakit, jenis tumor, umur dan kondisi kesehatan pasien secara umum.
Ahli bedah dapat mengangkat tumor (lumpectomy), mengangkat sebagian payudara
yang mengandung sel kanker atau pengangkatan seluruh payudara (mastectomy). Untuk
meningkatkan harapan hidup, pembedahan biasanya diikuti dengan terapi tambahan
seperti radiasi, hormon atau kemoterapi.
b.
Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan
intensitas tinggi untuk membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan.
c.
Terapi Hormon
Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor
yang peka hormon dan dapat dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan
atau pada stadium akhir.
d.
Kemoterapi
Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal ataupun
tahap lanjut penyakit (tidak dapat lagi dilakukan pembedahan). Obat kemoterapi
bisa digunakan secara tunggal atau dikombinasikan. Salah satu diantaranya
adalah Capecitabine dari Roche, obat anti kanker oral yang diaktivasi oleh
enzim yang ada pada sel kanker, sehingga hanya menyerang sel kanker saja.
e.
Terapi Imunologik
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya
protein pemicu pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti
ini, trastuzumab, antibodi yang secara khusus dirancang untuk menyerang HER2
dan menghambat pertumbuhan tumor, bisa menjadi pilihan terapi. Pasien sebaiknya
juga menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan terapi dengan trastuzumab. HER2
adalah protein yang diproduksi oleh gen yang berpotensi menyebabkan kanker.
protein ini bertindak sebagai antena yang menerima sinyal pada sel-sel kanker
menyebar cepat dan mematikan. Keberadaan HER2 dihubungkan dengan perjalanan
penyakit yang semakin memburuk dan waktu pengulangan jauh lebih cepat pada
semua tahap perkembangan kanker payudara, sehingga menjadi hal penting bagi
pasien yang telah didiagnosis dengan kanker payudara untuk memeriksa status
HER2 mereka .
f.
Mengobati Pasien Pada Tahap Akhir Penyakit
Banyak obat anti kanker yang telah diteliti untuk
membantu 50% pasien yang mengalami kanker tahap akhir dengan tujuan memperbaiki
harapan hidup. Meskipun demikian, hanya sedikit yang terbukti mampu
memperpanjang harapan hidup pada pasien, diantaranya adalah kombinasi
trastuzumab dengan capecitabine. Fokus terapi pada kanker tahap akhir bersifat
paliatif (mengurangi rasa sakit). Dokter berupaya untuk memperpanjang serta
memperbaiki kualitas hidup pasien melalui terapi hormon, terapi radiasi dan
kemoterapi. Pada pasien kanker payudara dengan HER2- positif, trastuzumab memberikan
harapan untuk pengobatan kanker payudara yang dipicu oleh HER2.
PENCEGAHAN
Mengurangi makanan berlemak jenuh
dapat menurunkan risiko. Kacang kedelai dan produk kedelai tanpa difermentasi
dapat menghambat pertumbuhan tumor. Sayur-sayuran yang kaya vitamin A, seperti
wortel, labu siam, ubi jalar, dan sayur-sayuran berdaun hijau tua seperti
bayam, kangkung dan sawi hijau, mungkin dapat membantu. Vitamin A mencegah
pembentukan mutasi penyebab kanker. Sedangkan buah-buahan dan sayuran yang kaya
akan vitamin C menurunkan risiko kanker payudara.
Pencegahan secara alami meliputi :
1. Berolah Raga Secara Teratur.
Penelitian menunjukkan bahwa sejalan dengan
meningkatnya aktivitas, maka resiko kanker payudara akan berkurang. Berolah
raga akan menurunkan kadar estrogen yang diproduksi tubuh sehingga mengurangi
resiko kanker payudara.
2. Kurangi Lemak
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa diet rendah
lemak membantu mencegah kanker payudara. Namun penelitian terakhir menyatakan
bahwa yang lebih penting adalah jenis lemaknya dan bukan jumlah lemak yang
dikonsumsi. Jenis lemak yang memicu kanker payudara adalah lemak jenuh dalam
daging, mentega, makanan yang mengandung susu full-cream (whole-milk dairy
foods) dan asam lemak dalam margarin, yang bisa meningkatkan kadar estrogen
dalam darah. Sedangkan jenis lemak yang membantu mencegah kanker payudara
adalah lemak tak-jenuh dalam minyak zaitun dan asam lemak Omega-3 dalam ikan
Salmon dan ikan air dingin lainnya.
3. Jangan Memasak Daging Terlalu
Matang.
Cara Anda memasak daging akan mempengaruhi resiko
kanker payudara. Daging-daging yang dimasak/dipanggang menghasilkan senyawa
karsinogenik (amino heterosiklik). Semakin lama dimasak, semakin banyak senyawa
ini terbentuk. Amino heterosiklik paling banyak terdapat dalam daging bakar
yang lapisan luarnya (kulitnya) gosong dan hitam.
4. Jangan Memasak Daging Terlalu
Matang.
Semakin banyak buah dan sayuran yang dimakan, semakin
berkurang resiko untuk semua kanker, termasuk kanker payudara. Makanan dari
tumbuh-tumbuhan mengandung anti-oksidan yang tinggi, di antaranya vitamin A, C,
E dan mineral selenium, yang dapat mencegah kerusakan sel yang bisa menjadi
penyebab terjadinya kanker.
National Cancer Institute (NCI) merekomendasikan untuk
mengkonsumsi buah dan sayuran paling tidak 5 (lima) kali dalam sehari. Tapi
harus dihindari buah dan sayuran yang mengandung banyak lemak, seperti kentang
goreng atau pai dengan krim pisang.
5. Konsumsi Suplemen Anti-Oksidan.
Suplemen tidak dapat menggantikan buah dan sayuran,
tetapi suatu formula anti-oksidan bisa merupakan tambahan makanan yang dapat
mencegah kanker payudara.
6. Konsumsi Makanan Berserat.
Selain berfungsi sebagai anti-oksidan, buah dan
sayuran juga mengandung banyak serat. Makanan berserat akan mengikat estrogen
dalam saluran pencernaan, sehingga kadarnya dalam darah akan berkurang.
7. Konsumsi Makanan Yang Mengandung
Kedelai / Protein.
Makanan-makanan yang berasal dari kedelai banyak
mengandung estrogen tumbuhan (fito-estrogen). Seperti halnya ‘Tamoksifen’,
senyawa ini mirip dengan estrogen tubuh, tapi lebih lemah. Fito-estrogen
terikat pada reseptor sel yang sama dengan estrogen tubuh, mengikatnya keluar
dari sel payudara sehingga mengurangi efek pemicu kanker payudara.
Selain menghalangi estrogen tubuh untuk mencapai sel
reseptor, makanan berkedelai juga mempercepat pengeluaran estrogen dari tubuh.
8. Konsumsi Kacang-Kacangan.
Selain dalam kedelai, fito-estrogen juga terdapat
dalam jenis kacang-kacangan lainnya.
9. Hindari Alkohol.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa semakin
banyak mengkonsumsi alkohol, maka resiko kanker payudara semakin bertambah
karena alkohol meningkatkan kadar estrogen dalam darah.
10. Kontrol Berat Badan Anda.
Kenaikan berat badan setiap pon setelah usia 18 tahun
akan menambah resiko kanker payudara. Ini disebabkan karena sejalan dengan
bertambahnya lemak tubuh, maka kadar estrogen sebagai hormon pemicu kanker
payudara dalam darahpun akan meningkat.
11. Hindari Xeno-Estrogens.
Xeno-estrogen maksudnya estrogen yang berasal dari
luar tubuh. Perempuan mengkonsumsi estrogen dari luar tubuh terutama yang
berasal dari residu hormon estrogenik yang terdapat dalam daging dan residu
pesitisida estrogenik. Diduga xeno-estrogen bisa meningkatkan kadar estrogen
darah sehingga menambah resiko kanker payudara. Cara terbaik untuk menghindari
xeno-estrogen adalah dengan mengurangi konsumsi daging, unggas (ayam-itik) dan
produk susu (whole-milk dairy product).
12. Jangan Merokok.
13. Berikan ASI Rutin Kepada Anak
Anda.
Untuk alasan yang masih belum jelas, menyusui berhubungan
dengan berkurangnya resiko kanker payudara sebelum masa menopause.
14. Pertimbangkan Sebelum Melakukan
HRT.
Ada beberapa alasan bagus untuk melakukan HRT (Hormone
Replacement Therapy / terapi pengganti hormon) sesudah masa menopause, yaitu
mengurangi resiko penyakit jantung, osteoporosis dan penyakit Alzheimer’s.
Tetapi HRT akan menambah resiko kanker payudara
No comments:
Post a Comment