truth


counters

nama

Saturday 27 September 2014

Indikator mutu pelayanan kebidanan


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
     
      Tenaga kesehatan saat ini dalam pembangunannya bertujuan untuk memberikan layanan kesehatan yang bermutu sebagai suatu layanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan yang dirasakan dan diselenggarakan dengan cara yang baik, tepat waktu tanggap serta mampu memberikan pelayanan kesehatan yang aman.
      Tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan serta fasilitas-fasilitas yang ada didalamnya seperti ketersediaan peralatan, prosedur kerja atau protokol layanan pendukung lainnya yang semoga saja menjadi suatu yang efektif serta efisien untuk menyelenggarakan layanan kesehatan yang bermutu tinggi.
      Mutu pelayanan kebidanan dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian. Dalam praktiknya melakukan penilaian tidaklah mudah, karena mutu dalam pelayanan kebidanan bersifat multidimensional.  Berkaitan dengan kepuasan, terdapat masalah pokok yang ditemukan yaitu kepuasan bersifat subjektif. Tiap orang memiliki tingkat kepuasan yang berbeda. Sekalipun pelayanan kebidanan telah memuaskan klien, tetapi masih banyak ditemukan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar.
      Dalam upaya untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan kebidanan perlu dilakukan suatu penilaian mutu pelayanan kebidanan dengan menggunakan indikator mutu pelayanan kebidanan. Untuk mengetahui secara umum tentang indikator mutu pelayanan kebidanan, kami membuat makalah dengan judul “Indikator Mutu Pelayanan Kebidanan”



B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah definisi indikator?
2.      Apa saja klasifikasi indikator ?
3.      Bagaimanakah karakteristik indikator?
4.      Apa yang dimaksud dengan standar outcome?
5.      Apa yang dimaksud dengan efisiensi dan efektifitas?
6.      Bagaimanakah penilaian mutu pelayanan kebidanan siklus PDCA?
7.      Bagaimanakah cara penilaian mutu pelayanan kebidanan?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui definisi indikator
2.      Untuk mengetahui klasifikasi indikator
3.      Untuk mengetahui karakteristik indikator
4.      Untuk mengetahui standar outcome
5.      Untuk mengetahui efisiensi dan efektifitas
6.      Untuk mengetahui penilaian mutu pelayanan kebidanan siklus PDCA
7.      Untuk mengetahui cara penilaian mutu pelayanan kebidanan

BAB II

PEMBAHASAN
A.    Definisi

Ada beberapa pengertian yang disampaikan oleh para pakar antara lain:
1.         Indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu peristiwa atau kondisi. contoh:berat badan bayi dan umurnya adalah indikator status nutrisi dari bayi tersebut (wilson & sapanuchart,1993).
2.         Indikator adalah variabel yang mengindikasikan atau menunjukkan satu kecenderungan situasi, yang dapat dipergunakan untuk mengukur perubahan (green,1992).
3.         Indikator adalah variable untuk mengukur suatu perubahan baik langsung maupun tidak langsung (who, 1981)

      Ada dua kata penting dalam pengertian tersebut diatas adalah pengukuran dan perubahan. untuk mengukur tingkat hasil suatu kegiatan digunakan ”indikator” sebagai alat atau petunjuk untuk mengukur prestasi suatu pelaksanaan kegiatan. Indikator adalah alat atau petunjuk untuk mengukur prestasi suatu pelaksanaan kegiatan. Indikator adalah tolak ukur yang menunjukkan tercapai tidaknya suatu standar pelayanan kesehatan, dapat diukur dengan menggunakan instrumen atau suatu daftar tilik
Mutu pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak (Amirudin, 2007).
Indikator mutu pelayanan kesehatan terdiri dari beberapa macam. Indikator adalah suatu perangkat yang dapat digunakan dalam pemantauan suatu proses tertentu. Indikator mutu pelayanan kesehatan adalah suatu ukuran penatalaksanaan pasien atau keluaran dari layanan kesehatan. Indikator dibuat untuk memantau bagian kritis dari layanan kesehatan.

B.     Klasifikasi Indikator

      Menurut Amiruddin (2007) dalam melakukan penilaian mutu ada tiga pendekatan  penilaian mutu yaitu Struktur, Proses, dan Outcomes.
      Menurut Donabedian sebagaimana dikutip Mulyadi (2001:1–2), pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan menggunakan tiga variabel:
1.      Input (struktur) yaitu segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi, organisasi, informasi, dan lain-lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan struktur dengan mutu pelayanan kesehatan adalah dalam perencanaan dan penggerakan pelaksanaan pelayanan kesehatan.
2.      Proses, ialah interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen (pasien/masyarakat). Proses ini merupakan variabel penilaian mutu yang penting.
3.      Output/outcome, ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi pada konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dari konsumen tersebut.

      Sistem klasifikasi indicator didasarkan atas kerangka kerja yang logis dimana kontinuum masukan (input) pada akhirnya mengarah pada luaran (outcomes).
      Indikator input (struktur) merujuk pada sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan aktivitas personel, alat/fasilitas, informasi, dana, peraturan/kebijakan. Struktur meliputi sarana fisik perlengkapan dan peralatan, organisasi dan manajemen keuangan, sumber daya manusia lainnya di fasilitas kesehatan. Baik tidaknya struktur sebagai input dapat diukur dari :
   a.       Jumlah, besarnya input
   b.      Mutu struktur atau mutu input
   c.       Besarnya anggaran atau biaya
   d.      Kewajaran

      Indikator
proses adalah memonitor tugas atau kegiatan yang dilaksanakan.
Indikator output mengukur hasil meliputi cakupan, termasuk pengetahuan, sikap, dan perubahan perilaku yang dihasilkan oleh tindakan yang dilakukan. Indikator ini juga disebut indicator effect. Proses merupakan semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga kesehatan (dokter,perawat dan tenaga profesional lainya) dan interaksinya dengan klien. Proses mencakup diagnosa, rencana pengobatan, indikasi pengobatan, indikasi tindakan, prosedur dan penanganan kasus.
Baik tidaknya proses dapat diukur dari:
 a.   Relevan tidaknya proses itu bagi klien
 b.   Fleksibilitas dan efektifitas
 c.   Mutu proses itu sendiri sesuai dengan standar pelyanan yang semestinya
 d.  Kewajaran, tidak kurang dan tidak berlebihan

      Indikator outcome dipergunakan untuk menilai perubahan atau dampak (impact) suatu program, perkembangan jangka panjang termasuk perubahan status kesehatan masyarakat/penduduk. Outcomes adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap klien. dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun negatif. Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan tertentu atau prosedur tertentu. Outcome jangka panjang adalah setatus kesehatan dan kemampuan fungsional klien.
     
      Ilustrasi dari kontinuum indikator dengan contoh kegiatan imunisasi: Input meliputi peralatannya, vaksin dan alat proteksi dan staf yang terlatih, proses adalah kegiatan dalam melakukan aktifitas pemberian imunisasi, output meliputi cakupan pemberian meningkat adalah (output), dan outcome adalah dampaknya sebagai efek output antara lain menurunnya morbiditas dan mortalitas dari upaya pencegahan penyakit melalui immunisasi (outcome)

       Indikator klinis adalah Indikator yg berfokus pada hasil asuhan kepada pasien dan proses serta spesifikasinya. Indikator klinis adalah ukuran kuantitas sebagai pedoman untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas asuhan pasien dan berdampak pada pelayanan. Indikator harus selalu dimonitor agar diketahui jika terjadi penyimpangan, individu juga dapat menilai tingkat prestasinya sendiri (self assesment). Kinerja bidan adalah proses yang dilakukan dan hasil yang dicapai oleh suatu organisasi dalam memberikan jasa atau produk kepada pelanggan. Sekumpulan prinsip-prinsip pedoman untuk kegiatan dimana pekerjaan setiap individu memberikan sumbangan bagi perbaikan pelayanan kesehatan secara keseluruhan. “Bagaimana saya dapat membantu orang lain untuk memahami arti pekerjaan bagi keseluruhan”.
Secara garis besar ada lima kegiatan utama bidan:
a.       Merumuskan tanggungjawab dan tugas yang harus dicapai oleh bidan/perawat dan disepakati oleh atasannya. Rumusan ini mencakup kegiatan yang dituntut untuk memberikan sumbangan berupa hasil kerja.
b.      Menyepakati sasaran kerja dalam bentuk hasil yang harus dicapai dalam kurun waktu tertentu, termasuk penetapan standar  prestasi dan tolak ukurnya.
c.       Melakukan monitoring, koreksi, memfasilitasi serta memberikan kesempatan untuk perbaikan.
d.      Menilai prestasi perawat/bidan tersebut dengan cara membandingkan prestasi aktual dengan standar.

      Indikator inilah yang selalu diterapkan dilapangan, seorang bidan yang mempunyai tanggungjawab dan tugas selalu memperhatikan tindakan yang dilakukannya agar kliennya tidak kecewa dengan pelayanan yang diberikan bidan kepadanya, dan hasilnya juga memuaskan. klien puas dengan pelayanan seorang bidan pun juga senang atas hasil pekerjaannya tersebut.

C.    Karakteristik Indikator

Indikator Memiliki Karakteristik sebagai berikut :
1.      Sahih (Valid) artinya indikator benar-benar dapat dipakai untuk mengukur aspek-aspek yang akan dinilai.
2.      Dapat dipercaya (Reliable), mampu menunjukkan hasil yang sama pada saat yang berulang kali, untuk waktu sekarang maupun yang akan datang.
3.      Peka (Sensitive), cukup peka untuk mengukur sehingga jumlahnya tidak perlu banyak.
4.      Spesifik (Specific), memberikan gambaran perubahan ukuran yang jelas dan tidak tumpang tindih.
5.      Relevan, sesuai dengan aspek kegiatan yang akan diukur dan kritikal contoh: pada unit bedah indikator yang dibuat berhubungan dengan pre-operasi dan post-operasi.

D.    Standar Outcome

Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap klien. Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun negatif. Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan tertentu atau prosedur tertentu. Outcome jangka panjang adalah status kesehatan dan kemampuan fungsional klien. Standar Outcome diukur melalui hasil :
1.      Kepuasan pelanggan
       Dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman klien. Berkaitan dengan kepuasan, terdapat masalah pokok yang ditemukan yaitu kepuasan yang bersifat subjektif. Tiap orang memiliki tingkat kepuasan yang berbeda. sekalipun pelyanan kebidanan telah memuaskan klien, tetapi masih banyak ditemukan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar profesi dan kode etik. untuk mengatasi masalah ini dilakukan pembatasan, yaitu:
a.       Pembatasan pada derajat kepuasan pasien
Pengukuran kepuasan dilakukan tidak secara individual, tetapi yang dipakai adalah kepuasan rata-rata. pelyanan kebidanan bermutu apabila dapat memuaskan rata klien
b.      Pembatasan pada upaya yang dilakukan
Pelayanan kebidanan yang menimbulkan kepuasan harus memenuhi kode etik dan standar pelayanan kebidanan. Mutu pelyanan kebidanan merujuk pada tingkat kesempurnaan yang dapat memuaskan dengan tingkat rata-rata klien serta penyelenggaraanya sesuai dengan kode etik dan standar profesi kebidanan.

2.      Ketepatan pelayanan kesehatan
            Sesuai standar dan etika profesi . Ketetapan sebagai indikator mutu pelayanan kesehatan dimaksudkan adalah keefektifan dalam penanganan kesehatan yaitu:
a.       tepat dalam pelayanan atau penanganannya
b.      tepat waktu pelaksanaan tindakan
c.       tepat dalam pemberian obat serta dosisnya
d.      tepat dalam penggunaan fasilitasnya

3.      Efisiensi pelayanan kesehatan
            Menggunakan input dan proses minimal dengan hasil maksimal. Mutu pelayanan kesehatan dikatakan efisien erat hubunganya dengan:
a.       Dapat dicegahnya yankes yang dibawah standar dan ataupun yang berlebihan
b.      Biaya yang ditambahkan karna harus menangani efek samping atau komplikasi karna yankes dibawah standar akan dapat dihindari
c.       Pemakaian sumber daya yang tidak pada tempatnya yang ditemukan pada pelayanan yang berlebihan

4.      Efektifitas pelayanan kesehatan
            Sesuai kebutuhan klien. Mutu pelayanan kesehatan dikatakan efektif erat hubunganya dengan dapat diatasinya masalah kesehatan secara tepat, karena pelayanan kesehatan yang diselenggarakan telah sesuai dengan kemajuan ilmu dan tehnologi dan ataupun standar yang telah ditetapkan.
           
E.     Efisiensi dan Efektifitas 

1.      Efisiensi
            Efisiensi mutu pelayanan kesehatan merupakan dimensi penting dari mutu karena efisiensi akan mempengaruhi hasil pelayanan kesehatan, apalagi sumber daya pelayanan kesehatan pada umumnya terbatas. Pelayanan yang efisien akan memberikan perhatian yang optimal daripada memaksimalkan pelayanan kepada pasien dan masyarakat. Petugas akan memberikan pelayanan yang terbaik dengan sumber daya yang dimiliki. Pelayanan yang kurang baik karena norma yang tidak efektif atau pelayanan yang salah harus dikurangi atau dihilangkan, dengan cara ini kualitas dapat ditingkatkan sambil menekan biaya. Pelayanan yang kurang baik, disamping menyebabkan risiko yang tidak perlu terjadi dan kurang nyamannya pasien, seringkali mahal dan memakan waktu yang lama untuk memperbaiki. Peningkatan kualitas memerlukan tambahan sumber daya, tetapi dengan menganilis efisiensi, manajer program kesehatan dapat memilih intervensi yang paling cost – effective.
            Efisiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum guna pencapaian hasil yang optimum. Efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang benar telah ditentukan dan berusaha untuk mencari cara-cara yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Efisiensi hanya dapat dievaluasi dengan penilaian-penilaian relatif, membandingkan antara masukan dan keluaran yang diterima. Sebagai contoh untuk menyelesaikan sebuah tugas, cara A membutuhkan waktu 1 jam sedang cara B membutuhkan waktu 2 jam, maka cara A lebih efisien dari cara B. Dengan kata lain tugas tersebut dapat selesai menggunakan cara dengan benar atau efisiensi.
Mutu pelayanan kesehatan dikatakan efisien erat hubunganya dengan:
a.       Dapat dicegahnya pelayanan kesehatan yang dibawah standar dan ataupun yang berlebihan
b.      Biaya yang ditambahkan karna harus menangani efek samping atau komplikasi karna yankes dibawah standar akan dapat dihindari
c.       Pemakaian sumber daya yang tidak pada tempatnya yang ditemukan pada pelayanan yang berlebihan

2.      Efektifitas
            Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Sebagai contoh jika sebuah tugas dapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudah ditentukan, maka cara tersebut adalah benar atau efektif.
a.       Besarnya masalah yang dapat diselesaikan
b.      Pentingnya cara penyelesaian masalah
c.       Sensitifitas cara penyelesaian masalah
            Mutu pelayanan kesehatan dikatakan efektif erat hubunganya dengan dapat diatasinya masalah kesehatan secara tepat, karena pelayanan kesehatan yang diselenggarakan telah sesuai dengan kemajuan ilmu dan tehnologi dan ataupun standar yang telah ditetapkan.
            Efektifitas adalah melakukan tugas yang benar sedangkan efisiensi adalah melakukan tugas dengan benar. Penyelesaian yang efektif belum tentu efisien begitu juga sebaliknya. Yang efektif bisa saja membutuhkan sumber daya yang sangat besar sedangkan yang efisien barangkali memakan waktu yang lama. Sehingga sebisa mungkin efektivitas dan efisiensi bisa mencapai tingkat optimum untuk kedua-duanya.

F.     Penilaian Mutu Pelayanan kebidanan siklus PDCA  
     
      Konsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun 1930 yang disebut dengan “Shewhart cycle“. PDCA, singkatan bahasa Inggris dari "Plan, Do, Check, Act" ("Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti"), adalah suatu proses pemecahan masalah empat langkah interatif yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan ” The Deming Wheel”(Tjitro, 2009)
          Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut dengan siklus Deming. Deming sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus Shewhart, dari nama Walter A. Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas statistis. Siklus PDCA berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau system sehingga mutu pelayanan kesehatan.
          PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja, pelaksanaan kerja, pengawasan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus menerus dan berkesinambungan mutu pelayanan. Siklus PDCA digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk penyelesaian masalah dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Secara sederhana siklus PDCA dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar Siklus PDCA
 

Siklus PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu:
1.      Perencanaan ( Plan )
Tahapan pertama adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan merupakan suatu upaya menjabarkan cara penyelesaian masalah yang ditetapkan ke dalam unsur-unsur rencana yang lengkap serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat dipakai sebagai pedoman dalam melaksanaan cara penyelesaian masalah. Hasil akhir yang dicapai dari perencanaan adalah tersusunnya rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang akan diselenggarakan. Syarat rencana kerja (Plan):
a.       Berorientasi ke masa depan
b.      Fleksibel, logis dan masuk akal
c.       Mengandung uraian semua unsur rencana
Rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang baik mengandung setidak-tidaknya tujuh unsur rencana yaitu:
d.      Judul rencana kerja (topic)
e.       Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi (problem statement)
f.       Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin dicapai (goal, objective, and target)
g.      Kegiatan yang akan dilakukan (activities)
h.      Organisasi dan susunan personalia pelaksana (organization and personnels)
i.        Biaya dan waktu yang diperlukan (budget and time)
j.        Tolak ukur keberhasilan yang dipergunakan (milestone)

2.      Pelaksanaan ( Do )
Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah disusun. Jika pelaksanaan rencana tersebut membutuhkan keterlibatan staf lain di luar anggota tim, perlu terlebih dahulu diselenggarakan orientasi, sehingga staf pelaksana tersebut dapat memahami dengan lengkap rencana yang akan dilaksanakan. Pada tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan pimpinan manajerial. Untuk dapat mencapai kerjasama yang baik, diperlukan keterampilan pokok manajerial, yaitu :
a.       Keterampilan komunikasi (communication) untuk menimbulkan pengertian staf terhadap cara pentelesaian mutu yang akan dilaksanakan.
b.      Keterampilan motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia menyelesaikan cara penyelesaian masalah mutu yang telah direncanakan.
c.       Keterampilan kepemimpinan (leadershif) untuk mengkordinasikan kegiatan cara penyelesaian masalah mutu yang dilaksanakan.
d.      Keterampilan pengarahan (directing) untuk mengarahkan kegiatan yang dilaksanakan.
Dibutuhkan 2 hal yaitu:
a.       Pemahaman rencana kerja
1.      Orientasi
2.      Pelatihan
b.      Kerja sama
1.      Komunikasi
2.      Motivasi
3.      Kepemimpinan
4.      Pengarahan
5.      Supervisi

3.      Pemeriksaan ( Check )
Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil yang dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari pemeriksaan untuk mengetahui :
a.       Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
b.      Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagian mana yang belum berjalan dengan baik.
c.       Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia.
d.      Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan memerlukan perbaikan atau tidak. Terdapat dua cara yang sering dipergunakan untuk dapat memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian masalah, yakni :
1)      Lembaran pemeriksaan (check list)
Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir yang digunakan untuk mencatat secara periodik setiap penyimpangan yang terjadi. Langkah pembuatan lembar pemeriksan adalah:
      Tetapkan jenis penyimpangan yang diamati
      Tetapkan jangka waktu pengamatan
      Lakukan perhitungan penyimpangan
2)      Peta kontrol (control diagram)
Peta kontrol adalahsuatu peta / grafik yang mengambarkan besarnya penyimpangan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Peta kontrok dibuat bedasarkan lembar pemeriksaan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan peta kontrol adalah :
      Tetapkan garis penyimpangan minimum dan maksimum
      Tentukan prosentase penyimpangan
      Buat grafik penyimpangan
      Nilai grafik

4.      Perbaikan ( Action )
Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan rencana kerja. Lakukanlah penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu mempertimbangkan pemilihan dengan cara penyelesaian masalah lain. Untuk selanjutnya rencana kerja yang telah diperbaiki tersebut dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk memantau kemajuan serta hasil yang dicapai. Untuk kemudian tergantung dari kemajuan serta hasil tersebut, laksanakan tindakan yang sesuai.


G.    Cara Penilaian Mutu Pelayanan Kebidanan

1.      OBSERVASI
            Observasi (pengamatan) adalah suatu prosedur yng berencana, yang meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah dan taraf aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Observasi yaitu mengamati pada saat pelayanan. Observasi adalah suatu penyelidikan yg dijalankan secara sistematis dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indra terutama mata terhadap kejadian-kejadian yang langsung (Bimo Walgito, 1987:54)
            Observasi adalah suatu tehnik untuk mengamati secara langsung maupun tidak langsung gejala-gejala yang sedang atau berlangsung baik di dalam (di luar) sekolah (Djumhur, 1985:51).
            Observasi sebagai alat pengumpul data: pengamatan yang memiliki sifat-sifat (depdikbud:1975:50) :
a.       Dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan lebih dulu.
b.      Direncanakan secara sistematis.
c.       Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuannya.
d.      Dapat diperiksa validitas, reliabilitas dan ketelitiannya
e.       Bersifat kuantitatif.

2.      WAWANCARA
            Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengupulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face)
Wawancara dengan diskusi, tanya jawab, cek pemahaman. Kartono (1980: 171), Interview (wawancara) suatu percakapan yg diarahkan pada suatu masalah, ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana 2 orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik.
            Dalam proses interview terdapat 2 pihak dengan kedudukan yg berbeda. pertama berfungsi sebagai penanya, disebut pula sebagai interviewer, lainnya berfungsi sebagai pemberi informasi (Information supplyer), interviewer atau informan.
            Interviewer mengajukan pertanyaan-pertanyaan, meminta keterangan (penjelasan), sambil menilai jawaban-jawabannya. Sekaligus ia mengadakan paraphrase (menyatakan kembali isi jawaban interviewee dgn kata-kata lain), mengingat-ingat & mencatat jawaban-jawaban. Disamping itu dia juga menggali keterangan-keterangan lebih lanjut dan berusaha melakukan “probing” (rangsangan, dorongan).

3.      DOKUMEN
            Dokumen sebuah tulisan yang memuat informasi. Biasanya, dokumen ditulis di kertas dan informasinya ditulis memakai tinta baik memakai tangan atau memakai media elektronik, melihat kelengkapan dokumen rekam medik, register, buku catatan.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Indikator adalah suatu perangkat yang dapat digunakan dalam pemantauan suatu proses tertentu. Indikator mutu pelayanan kesehatan adalah suatu ukuran penatalaksanaan pasien atau keluaran dari layanan kesehatan. Indikator dibuat untuk memantau bagian kritis dari layanan kesehatan. Dalam melakukan penilaian mutu ada tiga indikator mutu yankes yaitu Struktur, Proses, dan Outcomes. Dalam hal ini cara penilaian mutu pelayanan kebidanan yaitu berupa observasi, wawancara serta dokumen. Dalam penilaian melalui siklus PDCA harus berkesinambungan antara satu dan lainnya agar pelayanan mutu berjalan dengan baik.

B.     Saran

Indikator mutu pelayanan kebidanan sangat penting untuk bidan dikarenakan sebagi tolak ukur potensi bidan dalam menangani kehamilan, persalinan dan nifas, pelayanan yang sesuai dengan keinginan klien dan  sesuai dengan standart yang berlaku. Sebagai seorang Bidan sangat ditekankan akan mutu pelayanan yang maksimal. Tuntutan seorang bidan sangatlah berat dan berisiko tinggi terutama pada ibu dan anak. Maka dari itu seorang bidan wajib menjalankan tugas sesuai prosedur yang sudah ditentukan baik itu, penyuluhan dan lainnya sesuai profesi kebidanan.

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin. 2007. Pendekatan Mutu dan Kepuasan Pelanggan dalam Pelayanan Kesehatan.
Depkes RI, 1999. Bidan di Masyarakat. Jakarta (BA-3)
Saifuddin. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.YBPSP: Jakarta
Sultina, Sarita. 2012. Kesehatan Masyarakat. Kendari: Poltekkes Kemenkes Kendari.

No comments:

Post a Comment