BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pubertas adalah perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi
perubahan tubuh dan hormonal yang terutama terjadi selama masa remaja. Proses
organis yang paling penting pada masa ini adalah kematangan seksual. Pada saat
pertumbuhan ini mengalami suatu krisis yaitu kehilangan keseimbangan jasmani
dan rohani. Terkadang hormon dan fungsi-fungsi motorik juga terganggu, akan
terlihat gejala-gejala tingkah laku seperti, canggung, kaku-kikuk. Di samping
itu, mulai mengerti tentang gengsi, penampilan, dan daya tarik seksual. Karena
kebingungan mereka ditambah labilnya emosi akibat pengaruh perkembangan
seksualitasnya, sukar diselami perasaannya. Kadang mereka bersikap kasar,
kadang lembut. Kadang suka melamun, di lain waktu dia begitu ceria.
Kematangan seksual sekalipun bersifat biologis namun menentukan sekali
sikap, yaitu faktor psikis anak terhadap diri sendiri dan konstitusi tubuhnya.
Anak gadis mulai menaruh minat besar terhadap keadaan dirinya, misalnya dengan
bersolek. Hal ini dilakukan untuk memupuk harga diri dan eksistensi dirinya
selaku wanita. Untuk mengetahui psikologi anak gadis pada masa pubertas, maka
penulis mengambil judul “ADAPTASI PSIKOLOGI PADA ANAK GADIS MASA PUBERTAS
SEBELUM MINAS”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di
atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
A. Apa yang
dimaksud dengan Pubertas ?
B. Bagaimana Adaptasi
Fisiologi Anak Gadis Usia Pubertas ?
C. Bagaimana Fenomena
Psikologi Anak Gadis Usia Pubertas (Adaptasi kognitif,
Adaptasi emosi, Adaptasi sosial, Adaptasi moral)?
D. Bagaimanakah
Akibat Perubahan
pada Masa Pubertas (Day Dreaming, Rasa
Malu Berlebihan, Antagonisme Seks, Antagonisme Sosial, Emosionalitas, Kurang
Percaya Diri, Sikap Tidak Senang, Merasa Bosan, Keinginan Untuk Menyendiri,
Keseganan Untuk Berkerja) ?
C. Tujuan
Tujuan dari
pembuatan makalah yang berjudul “ADAPTASI
PSIKOLOGI PADA ANAK GADIS MASA PUBERTAS SEBELUM MINAS” yaitu:
A. Untuk Mengetahui
Definisi
Pubertas
B. Untuk Mengetahui
Adaptasi Fisiologi Anak Gadis Usia Pubertas
C. Untuk
Mengetahui Fenomena Psikologi Anak Gadis Usia Pubertas (Adaptasi
kognitif, Adaptasi emosi, Adaptasi sosial, Adaptasi moral)
D. Untuk Mengetahui
Akibat Perubahan
pada Masa Pubertas (Day Dreaming, Rasa
Malu Berlebihan, Antagonisme Seks, Antagonisme Sosial, Emosionalitas, Kurang
Percaya Diri, Sikap Tidak Senang, Merasa Bosan, Keinginan Untuk Menyendiri,
Keseganan Untuk Berkerja)
BAB
II
ANAK
GADIS PADA MASA PUBERTAS
A. Definisi Pubertas
Dalam bukunya Hurlock (2004)
pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak berubah
dari mahluk aseksual menjadi mahluk seksual.
Menurut Narendra (2002) pubertas
merupakan suatu bagian yang penting dari masa remaja dimana yang lebih ditekankan
yaitu proses biologis yang pada akhirnya mengarah kepada kemampuan
bereproduksi. Definisi masa pubertas adalah masa transisi antara masa anak dan
dewasa, dimana terjadi suatu percepatan pertumbuhan (growth spurt), timbul
ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan psikologis
yang mencolok.
B. Adaptasi Fisiologi Anak Gadis Usia
Pubertas
1. Adaptasi
ukuran tubuh
Perubahan
ukuran tubuh dalam tinggi dan berat badan. Di antara anak-anak perempuan,
rata-rata peningkatan pertahun dalam tahun sebelum haid adalah 3 inci, tetapi
peningkatan itu bisa juga terjadi dari 5 sampai 6 inci, 2 tahun sebelum haid
peningkatan rata-rata adalah 2,5 inci. Jadi peningkatan keseluruhan selama 2
tahun sebelum haid adalah 5,5 inci, setelah haid tingkat pertumbuhan menurun
sampai kira-kira 1 inci setahun dan berhenti sekitar 18 tahun. Penambahan berat
badan berupa lemak, tulang dan jaringan otot . Penambahan berat badan paling
banyak terjadi pada pubertas perempuan sesaat sebelum dan sesudah haid.
2. Adaptasi
pada proporsi tubuh
Perubahan
proporsi tubuh, daerah-daerah tubuh tertentu yang tadinya terlampau kecil
sekarang menjadi terlampau besar. Badan yang kurus dan panjang mulai melebar di
bagian pinggul, bahu, dan ukuran pinggang berkembang, tungkai kaki lebih panjang
dari pada badan dan keadaan ini bertahan sampai sekitar usia 15 tahun. Lengan
dalam pertumbuhannya mendahului pertumbuhan pesat badan, sehingga tampaknya
terlalu panjang, pertumbuhan lengan dipengaruhi oleh usia kematangan.
3. Adaptasi
pada perkembangan ciri-ciri seks primer
Semua organ reproduksi wanita tumbuh
selama masa puber, meskipun dalam tingkat kecepatan yang berbeda. Berat uterus
anak usia sebelas atau dua belas tahun berkisar 5,3 gram, pada usia enam belas
rata-rata beratnya 43 gram, tuba fallopi, telur-telur, dan vagina juga tumbuh
pesat pada saat ini (Hurlock, 2004).
Ovarium membesar pada tahun sebelum
menarche, dimana berat rata-ratanya masing-masing endometrium berkembang,
serviks dan korpus uteri membesar, dan kelenjar serviks mulai mensekresikan
cairan menyerupai susu (Pardede, 2002).
Sebagai tanda kematangan organ reproduksi
pada perempuan adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian
pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara
berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap dua puluh delapan hari (Widyastuti,
2009).
4. Adaptasi
pada perkembangan ciri-ciri seks sekunder
Menurut Hurlock (2004) ciri-ciri
seks sekunder pada perempuan yaitu :
(1) Tumbuhnya payudara
Payudara berkembang, putting susu membesar
dan menonjol, dan dengan berkembangannya kelenjar susu, payudara menjadi lebih
besar dan lebih bulat.
(2) Tumbuhnya rambut kemaluan
Rambut kemaluan timbul setelah
pinggul dan payudara berkembang. Rambut kemaluan mula-mula lurus dan terang
warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak
keriting.
(3) Tumbuhnya rambut wajah dan ketiak
Bulu wajah dan ketiak mulai tampak
setelah haid. Bulu ketiak mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian lebih
subur, kasar, gelap dan agak keriting.
(4) Perubahan suara
Suara menjadi lebih penuh dan lebih
semakin merdu. Suara serak dan suara yang pecah jarang terjadi pada perempuan.
(5) Perubahan kondisi kulit
Kulit menjadi lebih kasar, lebih
tebal, agak pucat dan lubang pori-pori bertambah besar.
(6) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat
Kelenjar lemak dan kelenjar
keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan
jerawat. Kelenjar keringat diketiak mengeluarkan banyak keringat dan baunya
menusuk sebelum dan selama masa haid.
(7) Meningkatnya lebar dan kedalaman pinggul
Pinggul menjadi bertambah lebar dan
bulat sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah
kulit.
(8) Perkembangan otot
Otot semakin besar dan semakin
kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga
memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai kaki.
Tanda pertama dari pubertas yang
dapat diandalkan pada anak perempuan adalah tumbuhnya payudara. Putting
membesar dan menonjol, areola (daerah sekeliling putting yang berwarna lebih
gelap) membesar dan payudara awalnya berbentuk kerucut dan kemudian membulat
(papalia, 2009).
c) Hormon Reproduksi
Alat kandungan pada saat lahir
belum berkembang, setelah pancaindra menerima rangsangan yang diteruskan ke
pusat dan diolah oleh hipothalamus, melalui system portal mengeluarkan hormon
gonadotropik perangsang folikel dan luteinizing hormone yang merangsang indung
telur, kelenjar indung telur memproduksi hormon estrogen dan progesteron.
Hormon perangsang folikel (FSH), merangsang folikel primordial yang dalam
perjalanannya mengeluarkan hormon estrogen untuk pertumbuhan tanda seks
sekunder (pertumbuhan rambut, pembesaran payudara, penimbunan jaringan lemak,
sesuai dengan pola wanita yaitu di bokong dan payudara), pertumbuhan rambut
meliputi rambut kemaluan yang berbentuk segitiga serta rambut pada ketiak. Pada
permulaan hanya hormon estrogen saja yang dominan dan perdarahan (menstruasi)
yang terjadi untuk pertama kali (menarche). Dominannya estrogen pada permulaan
menstruasi sangat penting karena menyebabkan tejadinya pertumbuhan dan
perkembangan tanda seks sekunder (Manuaba, 2009).
C. Fenomena Psikologi Anak Gadis Usia
Pubertas
1. Adaptasi
kognitif
Mengacu
pada tahap-tahap perkembangan kognitif dari piaget (dalam shelly, 2003) tahap
perkembangan kognitif pubertas ialah tahap oprasional yang abstrak dan formal.
Ciri-ciri tahap perkembangan kognitif tahap oprasional ialah
a. Ditandai
dengan kemampuan untuk mengolah informasi secara benar dan fleksibel sehingga
tidak lagi terbatas ruang, waktu dan tempat
b. Memiliki
penalaran hiptesis deduktif yaitu
kemampuan untuk mengembangkan dan menguji hipotesis dengan melakukan eksperimen
sebagai alat pembuktiannya.
c. Dapat
menggunakan penyandi atau penyimbolan informasi
d. Ditandai
dengan kemampuan dalam mengintegrasikan apa yang telah mereka pelajari dengan
tantangan-tantangan dimasa yang akan datang
e. Mampu
membuat rencana-rencana dimasa yang akan datang
f. Pikirannya
cenderung fleksible dan memiliki implikasi emosional
g. Belajar
untuk mencintai kebebasan berfikir dan membenci sikap ekploitasi pada pola
pikir, terutama yang berkaitan erat
dengan doktrin-doktrin pragmatis
2. Adaptasi
emosi
Memahami emosi akan membantu seseorang
untuk dapat memandu mereka dalam situasi sosial dan berbicara tentang perasaan
dirinya atau orang lain. Pemahaman emosi memungkinkan seseorang untuk lebih
mampu mengontrol diri dan cara-cara menunjukan perasaan sehingga dia menjadi
peka atas perasaan orang lain (garner dkk,1996)
Dengan memahami emosi seseorang berarti memahami proses
kognitif yang mengarah pada suatu tindakan (papalya, 2008). Bentuk-bentuk
perkembangan dan pertumbuhan emosi masa pubertas merupakan perpanjangan dari
perkembangan dan pertumbuhan emosi periode perkembangan sebelumnya, seperti
kesadaran akan rasa malu, rasa bersalah, takut, sedih, gembira, benci, marah
dan sebagainya.
3. Adaptasi
sosial
Perkembangan
sosial pubertas sangat berkaitan dengan sejauh mana kuantitas dan kualitas
inter personalnya kepada orang tua, saudara kandung, teman sebaya, dilingkungan
sekolah dan orang-orang yang ada dilingkungan sekitarnya. Kuantitas hubungan
interpersonal tidak menjamin kualitas personal, tetapi lebih mengarah pada
kepopulerannya semata. Yang terpenting bagi pubertas ialah sejauh mana hubungan
sosial yang dibangunnya memberikan rasa kebahagiaan seperti harga diri, sikap
penerimaan dan pengakuan identitasnya.
Bagi
pubertas yang hidup dengan pola disiplin keluarga yang konsisten kemungkinan
besar dia akan memiliki kualitas hubungan sosial yang lebih fleksible, terbuka,
responsif, peka dan simpati ketimbang dengan mereka yang hidup dengan pola
disiplin yang otoriter dan tanpa disiplin. Mereka cenderung menjadi orang yang
kaku, pemberontak, mengalami konflik, stres, depresi dan berprilaku agresif.
Semula
hubungan sosial dimasa kanak-kanak tertuju pada semua orang. kini dimasa
pubertas terjadi perubhan. Seorang pubertas tidak lagi mengedepankan kuantitas,
tetapi kualitas sehingga dia sangat selektif
dalam memilih teman. Kini teman-temannya tidak lagi sebatas pada teman
sepermainan, tetapi mengarah kepada hubungan yang lebih akrab (sahabat). Bahkan
teman akrabnya dianggap lebih baik dan berkualitas dalam menuntukan peran sosialnya
ketimbang orang tua. Kondisi ini sering membuat para orang tua menilai anak
pubertasnya tidak lagi patuh.
Suasana
rumah tangga yang tidak bahagia, penuh pertengkaran, korban perceraian (broken
home), tanpa disiplin, atau sikap anggota keluarga yang tidak peduli, tidak
mencerminkan kasih, akan memberikan kesempatan luas bagi anak pubertas untuk
membentuk perilaku yang tidak berkarakter dan menjadi orang yang tidak bahagia.
Hal ini akan sangat mempengaruhi hubungan sosialnya dengan orang-orang diluar
rumah. Apa yang pernah terjadi dalam hubungan sosial anak pubertas dirumah akan
terbawa keluar rumah.
Seperti
yang dikatakan Gunarsa (2007) bahwa interaksi antara orang tua dengan anak
harus dibangun sejak dini dalam rumah tangga. Pembentukan hubungan sosial yang
harmonis sangat berperan dalam pembentukan hubungan sosial anak dimasa yang
akan datang, lingkungannya dan justru keluargalah yang seharusnya menjadi pilar
utama dalam pembentukan karakter sosial anak.
4. Adaptasi
moral
Mengacu
pada teori tahap-tahap perkembangan moralitas dari kohlberg, tahap perkembangan
moral pubertas ialah tahap moralitas konvensional, yakni level kedua dari
penalaran moral yang di tandai dengan kemampuan seseorang untuk
menginternalisasikan standar-standar figur otoritas. Kemampuan tersebut membuat
mereka makin peduli tentang hidup menjadi baik, memuaskan dan membantu orang
lain, dapat menilai niat baik dan mengembangkan ide-ide yang berkaitan dengan
nilai-nilai kebaikan, bisa menilai tindakan berdasarkan dibalik motif orang
berbuat baik dan bisa mempertahankan tatanan sosial.
Pada
periode pubertas, kata hati nurani mereka semakin luas dan berkembang. Lambat
laun anak mulai merasakan nilai-nilai hubungan spiritual dengan tuhan.
pengertiannya tentang agama tidak lagi berdasarkan penerimaan doktrin,
melainkan mengarah pada hal-hal konkrit yang berorientasikan fakta-fakta dan
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Usaha
menyerahkan diri kepada tuhan dianggap sebagai salah satu keinginan pubertas
untuk menyenangkan dan rasa bakti kepada tuhan. Konsep tentang dosa semakin
berkembang dan segala bentuk tingkah laku yang salah merupakan bentuk dosa dan
pemberontakan kepada tuhan (shelly,2003).
D. Akibat Perubahan pada Masa Pubertas
1.
Day dreaming
Istilah mimpi basah, atau datang bulan, sama-sama
menandakan kematangan seorang remaja. Mimpi basah akan terjadi pada laki-laki
berusia 9-14 tahun, umumnya terjadi secara periodik berkisar sekitar 2-3 minggu
sekali.mimpi basah merupakan pengeluaran cairan sperma yang terjadi secara
alamia. Sperma ini di produksi oleh testis,yang merupakn sala satu organ
reproduksi laki-laki, ketika alat reproduksi ini mulai berfungsi maka testisnya
mulai berproduksi.
Mimpi basah kita pakai untuk mengambarkan
pengalaman para laki-laki yang menginjak dewasa. Karena sperma baru muncul
dalam kehidupan seorang anak laki2 saat ia menginjakmasa pubernya. Saat itu
otak mulai mengaktifkan fungsi seksual, organ-organ reproduksi mulai aktif.
Salah satunya testis dimana ia memproduksi sel sperma sebanyak kira-kira sejuta
sampai 3 juta tiap harinya. Mimpi basah merupakan mekanisme alami untuk
menguras timbunan sperma dari dalam tubuh jika tidak di keluarkan melalui
mimpi, maka akan terjadi penyerapan kembali sperma oleh tubuh. Ini merupakan
tanda akil balik dari seorang anak laki-laki remaja dan harus bersyukur apabila
seorang anak laki-laki mengalami mimpi basah, karena itu menandakan anak
laki-laki tersebut organ reproduksinya berfungsi,dan dia termasuk anak
laki-laki yang normal.
2.
Rasa malu berlebihan
Setiap manusia haruslah memiliki rasa malu,
karena rasa malu merupakan salah satu control dalam kehidupan seseorang, tetapi
apabila rasa malu itu berlebihan dan tidak masuk akal maka itu akan menjadi
masalah. Karena rasa malu berlebihan akan menghambat kehidupan social seseorang
yang sekaligus bisa berdampak terhadap kemajuan dan kesuksesan dalam hidup dan
kehidupan seseorang. Rasa malu juga merupakan kombinasi dari kegugupan social
dan pengkondisian social, rasa malu dan rendah diri memiliki keterkaitan dan
apabila di telusuri banyak orang yang merasa malu yang disebabkan karena dia
merasa rendah diri, rasa malu juga dapat di gambarkan semacam perasaan tidak
nyaman, sementara orang yang menderita rendah diri apabila orang tersebut
kurang berharga di banding dengan orang lain. Di bawah ini beberapa cara
menghilangkan rasa malu berlebihan:
1.
Kenalilah rasa malu itu,apa yang membuat
kamu merasa malu,apakah keadaan fisik,atau hal-hal yang bersifat psikologis.
2.
Berhentilah menyalakan orang lain untuk
menutupi rasa malu.sadarilah bahwa rasa malu itu bersumber dari dalam diri
sendiri bukan dari luar,namun jangan pernah menyalahkan diri sendiri.
3.
Ketika sedang mengalami rasa
malu,amatilah reaksi tubuh kamu,apakah kamu merasa tidak nyaman,gelisah,serba
salah,tangan gemetar,atau reaksi fisik lainya.telusurilah apa yang menyebabkan
perasaan negative itu muncul.
4.
Kenalilah kelemahan kamu,apa yang
membuat kamu merasa malu,karena semua orang memiliki kelemahan,tidak ada orang
yang sempurna namun sebisa mungkin kita mencoba memperbaiki kelemahan tersebut.
5.
Kenal dan kembangkan terus kelebihan dan
keistimewaan kamu,karena seseorang selain memiliki kelemahan pasti memiliki
kelebihan,dan kelebihan itu merupan modal untuk percaya diri.
6.
Apabila kamu merasa perasaan malu itu
benar-benar di luar control maka berkonsultasilah dengan seorang yang
berpengalaman dan kamu percayai.langkah terahir adalah jumpai psikolog untuk
meminta solusi permasalahan.
7.
Lawan rasa malu dengan berusaha bersikap
lebih santai,karana rasa malu berlebihan akan membuat kita kelihatan kaku dan
konyol.
8.
Tampilkan sisi terbaik,toljolkan
kelebihan yang di miliki.
9.
Jangan takut akan penolakan dan
cacian,jika di awal mental kita sudah jatuh,maka dapat di pastikan penampilan
tidak akan maksimal.
10.
Pelajari situasi,jangan sampai rasa
malu,justru membuat kita terjebak dalam situasi,harus belajar untuk tetap
tenang,dan pelajari apa yang sedang terjadi
3.
Antagonisme Sex
Antagonisme sex dapat di artikan sebagai
suatu perasaan tidak senang atau menentang suatu yang berhubungan dengan sex,
yang diaplikasikan dalam sikap dan prilaku. Seorang yang mengalami hambatan
sexual, tidak dapat merasakan ataupun membedakan, antara gender yang ada pada
dirinya.
Faktor-Faktor
terjadinya antagonisme sex :
1.
Meskipun dia seorang laki-laki atau
perempuan tidak normal yang sering kita sebut dengan gay atau lesbi, maka dia
tidak akan menikmati fantasi seksual yang normal, dan dia akan gagal menikmati
fantasi sexual pada dirinya.
2.
Memiliki hambatan nafsu sex dengan lawan
jenis
3.
Trauma perkosaan, atau melihat kejadian
penyiksaan yang berhubungan dengan sex.
4.
Mendengar cerita-cerita tentang sex yang
tidak jelas, dan yang ada hanya informasi yang salah tentang sex (ketidaktahuan
tentang info sex).
5.
Hubungan keluarga dan lingkungan yang
buruk, dimana beberapa orang tua mengajarkan anak gadisnya untuk mempercayai
sex adalah sesuatu yang buruk, kegiatan yang memalukan, dimana seseorang
berbuat sekehendak hatinya, sex tidak pernah dibicarakan terbuka dalam keluarga.
6.
Kesehatan yang buruk, mengalami penyakit
fisik dan mental, namun ini kemungkinannya sangat kecil.
4.
Antagonisme Sosial
Pada usia remaja 14-15 tahun sampai 17-18 tahun,
percepatan pertumbuhan fisik sangat menonjol dan kematangan fungsi layaknya
orang dewasa akan timbul. Gejolak emosional sebagai penyertaan perkembangan
fisik sering terjadi begitu ekstrim sehingga menyulitkan remaja sendiri maupun
lingkungannya. Konflik dengan orang tua, teman sebaya, umumnya akan berkembang
yang sering ditandai oleh satu sisi kebutuhan untuk mandiri, sedangkan di sisi
lain ketergantungan baik moril maupun materiil masih sangat besar terutama pada
orang tua. Dan pada kenyataannya remaja merasa belum yakin akan kebutuhan otonomi
sehingga remaja sering dihadapkan pada situasi frustrasi.
5.
Emosionalitas
Menurut English and English emosi adalah “
A complex feeling state accompanied by characteristic motor and glandular
activities “, yaitu suatu keadaan perasaan yang kompleks yang disertai
karakteristik kegiatan kelenjar dan motoris. Menurut Crow & Crow (1958)
pengertian emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam
diri individu tentang keadaan mental dan fisik yang berwujud suatu tingkah laku
yang tampak. Emosi merupakan setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai
warna afektif baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas.
Masa remaja dikenal dengan masa storm and
stress dimana terjadi pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik
yang pesat dan pertumbuhan secara psikis yang bervariasi, diantaranya terdapat
fase pubertas yang merupakan fase yang sangat singkat dan terkadang menjadi
masalah tersendiri bagi remaja dalam menghadapinya. Fase pubertas ini berkisar
dari usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 16 tahun (Hurlock, 1992) dan setiap
individu memiliki variasi tersendiri. Masa pubertas sendiri berada tumpang
tindih antara masa anak dan masa remaja, sehingga kesulitan pada masa tersebut
dapat menyebabkan remaja mengalami kesulitan menghadapi fase-fase perkembangan
selanjutnya. Pada fase itu remaja mengalami perubahan dalam sistem kerja hormon
dalam tubuhnya dan hal ini memberi dampak baik pada bentuk fisik (terutama
organ-organ seksual) dan psikis terutama emosi.
Pergolakan emosi yang terjadi pada remaja
tidak terlepas dari bermacam pengaruh, seperti lingkungan tempat tinggal,
keluarga, sekolah dan teman-teman sebaya serta aktivitas-aktivitas yang
dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Masa remaja yang identik dengan
lingkungan sosial tempat berinteraksi, membuat mereka dituntut untuk dapat
menyesuaikan diri secara efektif. Bila aktivitas-aktivitas yang dijalani di
sekolah (pada umumnya masa remaja lebih banyak menghabiskan waktunya di
sekolah) tidak memadai untuk memenuhi tuntutan gejolak energinya, maka remaja
seringkali meluapkan kelebihan energinya ke arah yang tidak positif, misalnya
tawuran. Hal ini menunjukkan betapa besar gejolak emosi yang ada dalam diri
remaja bila berinteraksi dalam lingkungannya.
Mengingat bahwa masa remaja merupakan masa
yang paling banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan teman-teman sebaya dan dalam
rangka menghindari hal-hal negatif yang
dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain, remaja hendaknya memahami dan
memiliki apa yang disebut kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional ini terlihat
dalam hal-hal seperti bagaimana remaja mampu untuk memberi kesan yang baik
tentang dirinya, mampu mengungkapkan dengan baik emosinya sendiri, berusaha
menyetarakan diri dengan lingkungan, dapat mengendalikan perasaan dan mampu
mengungkapkan reaksi emosi sesuai dengan waktu dan kondisi yang ada sehingga
interaksi dengan orang lain dapat terjalin dengan lancar dan efektif. Biehler
(1972) membagi ciri-ciri emosional remaja menjadi dua rentang usia, yaitu usia
12-15 tahun dan usia 15-18 tahun.
Ciri-ciri emosional
usia 12-15 tahun
1.
Cenderung banyak murung dan tidak dapat
diterka
2.
Bertingkah laku kasar untuk menutupi
kekurangan dalam hal rasa percaya diri
3.
Kemarahan biasa terjadi
4.
Cenderung tidak toleran terhadap orang
lain dan ingin selalu menang sendiri.
5.
Mulai mengamati orang tua dan guru-guru
mereka secara objektif
Ciri-ciri
emosional remaja usia 15-18 tahun
1.
“Pemberontakan” remaja merupakan
ekspresi dari perubahan yang universal dari masa kanak-kanak menuju dewasa
2.
Banyak remaja mengalami konflik dengan
orang tua mereka
3.
Sering kali melamun, memikirkan masa
depan mereka
Masa
remaja merupakan puncak emosiononalitas, perkembangan emosi tinggi. Pertumbuhan
fisik terutama organ-organ seksual mempengaruhi berkembanganya emosi. Mencapai
kematangan emosional merupakan tugas perkembangan yang cukup sulit bagi remaja.
Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional di
lingkungannya, terutama teman sebaya dan kelompok teman sebayanya. Apabila
lingkungan tersebut cukup kondusif, dalam arti kondisinya diwarnai hubungan
yang harmonis, saling mempercayai, dan penuh tanggung jawab maka remaja
cenderung dapat mencapai kematangan emosionalnya. Sebaliknya apabila remaja
kurang dipersiapkan untuk memahami peran-perannya dan mendapatkan perhatian
yang tidak sesuai, baik kurang atau lebih dari orang tua maupun teman sebaya
mereka cenderung mengalami kecemasan, perasaan tertekan dan ketidaknyamanan
emosional.
Oleh
karena itu diperlukan startegi-strategi untuk mendukung perkembangan emosional
remaja agar dapat berkembang dengan optimal dan terarah pada emosi-emosi yang
positif. Berikut beberapa cara untuk orang tua mendukung perkembangan
sosio-emosional remaja:
1.
Memahami kepentingan masing-masing dan
adanya pola kelekatan
Stereotip
bahwa remaja tidak memerlukan kelekatan sebagaimana pada masa kanak-kanak
adalah salah. Remaja memerlukan orang tuanya sebagai panutan dan juga pendukung
anak, terutama di saat anak merasa tertekan. Orang tua juga perlu menghargai
motivasi anak untuk menjadi remaja yang mandiri. Bagaimanapun seorang remaja
harus tetap diawasi walaupun tidak sesering ketika ia masih kecil. Biarlah
seorang remaja itu mendapatkan kebebasan untuk menunjukkan tanggung jawabnya.
2.
Hindari adanya konflik antar orang tua
dengan remaja yang berlarut-larut dan Gunakan kemampuan komunikasi untuk
berkomunikasi yang baik dengan anak.
Perkembangan
sosio-emosional remaja akan menguntungkan ketika tingkat adanya konflik dengan
keluarag rendah. Tetaplah berkomunikasi dengannya, jadilah pendengar yang aktif
dan menunjukkan rasa kepedulian.
3.
Pahami arti penting dari teman sebaya,
organisasi dan pengajar mereka.
Seorang
remaja butuh untuk bersosialisasi dengan cara bergaul dengan teman sebayanya
dan ikut aktif dalam suatu organisasi untuk mengembangkan kecerdasan emosional
mereka. Peran pengajar dalam hal ini juga turut mendukung.
4.
Bantu remaja untuk lebih memahami
perbedaan dan nilai konflik.
Seorang
remaja memerlukan dukungan untuk mempunyai pendapat yang berbeda. Mereka juga
harus didukung untuk lebih banyak belajar tentang orang lain yang berbeda latar
belakangnya dan memahami adanya individual differences antar individu dan
kelompok. Seorang remaja juga perlu untuk lebih memahami lagi tentang bagaimana
sebuah konflik itu terjadi dalam antar kelompok.
5.
Membiarkan remaja mengeksplorasi dirinya
untuk mencari identitasnya
Karena
masa remaja adalah masa untuk mencari identitas, maka diharapkan orang tua
dapat membantu dengan menunjukkan kepeduliannya.
Selain
itu menurut Adams & Gullota (1983) ada 5 aturan dalam menghadapi dan
membantu remaja yaitu:
a.
Trustwotrhiness (kepercayaan) di mana
kita harus saling percaya kepada siapapun remaja yang kta hadapi.
b.
Genuineness yaitu maksud murni yang
tidak pura-pura
c.
Emphaty yaitu kemampuan untuk ikut merasakan
apa yang dirasakan remaja
d.
Honesty yaitu menampilkan kejujuran dan
kepercayaan ketika menghadapi remaja.
6.
Kurang percaya diri
Kurang percaya diri atau rendah diri adalah perasaan menganggap
terlalu rendah pada diri sendiri, orang yang rendah diri berarti menganggap
diri sendiri tidak mempunyai kemampuan berarti. Ciri kurang percaya diri adalah
sebagai berikut:
1. Selalu
menyendiri dan menarik diri dari pergaulan (bersifat introfert)
2. Selalu
ragu dalam bertindak
3. Tidak
dapat bersaing positif,seperti persaingan kepandaian,dan kegiatan lainnya.
Secara psikologi kurang percaya diri di sebabkan oleh banyak
hal, beberapa diantaranya yaitu:
1. Overprotected
anak yang selalu di kekang, kurang di berikebebasan untuk mengaktualisasi
diri,merasa independen atau menerima keputusan sikapnya sendiri.mereka merasa
takut untuk berbuat salah akibatnya banyak hal yang membuat mereka ragu untuk
melakukan sesuatu bahkan membuat si remaja menjadi tidak mau untuk
melakukannya.
2. Terlalu
dibiarkan. tampaknya akan membuat anak melakukan banyak hal dan menjadikannya
PD. Namun hal ini bisa sebaliknya jika kebebasan yang di dapatkan tampa arah
dan bimbingan mereka akan merasa dirinya tidak di butuhkan,bahkan seperti di
buang begitu saja oleh keluarganya,sehinga mereka merasa kosong dan tidak
memiliki hub emosional yang baik
3. Perfeksionis.
Kita adalah manusia yang juga memiliki kelemahan,menuntuk kesempurnaan untuk
seorang anak tanpa di barengi pengertian,anak akan menjadi takut untuk berbuat
dan takut untuk tidak sempurna.
4. Sering
di kritik dan di kecewakan.kritik merupakn hal yang wajar,akan tetapi harus ada
solusi dan alasan,demikian pula dengan di kecewakan,berilah alasan dan
sebab-sebab kenapa harus di kritik,kita juga harus memberikan pujian sebagai
sisi positif penyeimbang.
5. Mencontohi
lingkungannya.arahkan mereka,agar jika mencari panutan sebaliknya fahami dulu
sikap2 orang yang akan di panut.jangan menerima mentah-mentah.
6. Percaya
dengan ketidak mampuan.dengan terlihat tegang dan putus asa kemudian mengatakan
“Aku tidak sangup”Aku tidak bisa”.dan kalimat-kalimat penolakan lainya,karena
takut gagal kemudian di marahi dan di kucilkan.ahirnya lama kelamaan mereka
benar2 merasa tidak mampu.
Hal-Hal Yang Perlu
Dilakukan Terhadap Orang yang Kurang Percaya Diri :
1. Memberi
pengertian. Komunikasi adalah kuncinya,ajak mereka berfikir rasional,kenapa
harus melakukan tugas ini,mengapa harus bersikap seperti ini,kenapa harus
meruba penampilan.dll
2. Beri
pujian. Beri pujian sangat penting untuk memotivasi mereka.pujian dan kritik
harus proposinal(memiliki kadar yg sama).ingt bahwa remaja belum matang dan
perlu bimbingan.
3. Beri
contoh. Tunjukan kepada mereka orang2 yang sukses,dan berhasil karna mereka
PD,walaupun kadang2 secara fisik mereka tidak cantik,tapi bisa juga pintar dan
memiliki kelebihan.
Hal-Hal Yang Perlu
Dilakukan Untuk Mengatasi Kurang Percaya Diri:
1. Menciptakan
definisi diri positif
2. Membuat
kesimpulan yang positif tentang diri sendiri,belajar melihat bagian2 positif
dalam diri,menghentikan opini negative dalan diri
3. Memperjuangkan
keinginan yang positif
4. Mengatasi
masalah secara positif
5. Memiliki
model teladan yang positif
7.
Sikap tidak senang
Sikap tidak tenang adalah suatu keadaan
ketidakseimbangan emosi, yang manifestasinya kepada tingkah laku, yaitu
gelisah, banyak tingkah, mudah berubah-ubah. Kebiasaan remaja ketika mengalami
hal ini adalah tidak bisa duduk atau berdiri dengan tenang dalam waktu yang
lama, hal ini di sebabkan oleh tidak adanya kontrol emosi, sehingga fisikpun
merasakan agresifitas mentalnya. Sejatinya, masa remaja adalah masa
yang sangat rawan untuk seorang anak. Secara emosional ia masih labil,
sehingga ia sangat membutuhkan dukungan dan arahan dari orangtuanya. Banyak
anak remaja yang akhirnya terjerumus ke dalam pergaulan bebas, narkoba dan
ikut-ikutan sebuah geng motor karena kurang bimbingan dan arahan dari
orangtuanya. Dalam kondisi kurang bimbingan orangtua, seorang remaja boleh jadi
akan merasa hidupnya hampa dan tidak puas, ia merasa tidak
diperhatikan/dipedulikan dan juga tidak didengar. Di lain pihak, mungkin sikap
orangtua tidak banyak berbicara atau terlibat dengan remaja karena mereka
menganggap anaknya sudah dewasa dan mandiri sehingga mereka membiarkan atau
melepaskan anak begitu saja bergaul dalam lingkungan yang tidak jelas.
8.
Merasa bosan
Merasa bosan adalah perasaan jenuh atau
mengalami hal-hal yang sama berulang ulang. Anak pada saat memasuki pubertas
akan merasa jenuh dengan rutinitas yang dijalaninya sehari-hari terus menerus
dengan kegiatan yang sama. Hal ini disebabkan perubahan fisik dan psikis yang
semakin hari semakin berkembang sehingga perubahan fisik yang tidak seimbang
mempengaruhi psikis anak tersebut. Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai
dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal masa remaja,
semua perkembagan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya
membentuk sikap, nilai dan minat baru.
9.
Keinginan untuk menyendiri
Anak pada masa perkembanganya terkadang
membutuhkan space (tempat) untuk menyendiri, tidak berteman dan mengasingkan
diri dari kelompoknya ketika dia bermasalah dengan dirinya sendiri atau
bermasalah dengan teman sebayanya. Anak pada masa pubertas cenderung
mengasingkan diri mana kala merasa ada hal yang kurang cocok dengan dirinya
atau (minder). Masa remaja merupakan masa dimana dianggap sebagai masa topan
badai dan stress (Storm and Stress). Karena mereka mereka telah memiliki
keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri, kalau terarah dengan baik maka
ia akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggung jawab, tetapi
kalau tidak terbimbing maka bisa menjadi seorang yang tak memiliki masa depan
dengan baik.
10.
Keseganan untuk bekerja
Keseganan untuk bekerja adalah tidak mau, tidak
sudi, atau rasa malas untuk melakukan suatu pekerjaan. Ketika masa peralihan
dari masa kanak-kanak menuju masa remaja, dimana pada masa remaja sudah mulai
diberi tanggung jawab untuk bekerja maka situasi seperti ini akan menjadi
masalah, karena sebelumnya tidak terbiasa dengan pekerjaan serius.
Kepada
orang tua diharapkan agar dapat:
1. Berkomunikasi
untuk mengarahkan remaja bahwa mereka sudah mulai belajar diberi tanggung
jawab.
2. Memberikan
kesempatan kepada remaja untuk aktualisasi diri
3. Memberikan
kesempatan kepada remaja untuk bertanggung jawab dengan apa yang di lakukan
4. Konsisten
dengan menerapkan disiplin
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pubertas adalah periode dalam rentang
perkembangan ketika anak-anak berubah dari mahluk aseksual menjadi mahluk seksual. Selain itu, pada masa ini juga
cenderung lebih berani mengutarakan keinginan hatinya, lebih berani
mengemukakan pendapatnya, bahkan akan mempertahankan pendapatnya sekuat
mungkin. Hal ini yang sering ditanggapi oleh orang tua sebagai pembangkangan.
Remaja tidak ingin diperlakukan sebagai anak kecil lagi.
B. SARAN
No comments:
Post a Comment