truth


counters

nama

Tuesday 25 February 2014

makalah anak gadis masa pubertas (ADAPTASI PSIKOLOGI PADA ANAK GADIS MASA PUBERTAS SEBELUM MINAS by yana)



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pubertas adalah perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal yang terutama terjadi selama masa remaja. Proses organis yang paling penting pada masa ini adalah kematangan seksual. Pada saat pertumbuhan ini mengalami suatu krisis yaitu kehilangan keseimbangan jasmani dan rohani. Terkadang hormon dan fungsi-fungsi motorik juga terganggu, akan terlihat gejala-gejala tingkah laku seperti, canggung, kaku-kikuk. Di samping itu, mulai mengerti tentang gengsi, penampilan, dan daya tarik seksual. Karena kebingungan mereka ditambah labilnya emosi akibat pengaruh perkembangan seksualitasnya, sukar diselami perasaannya. Kadang mereka bersikap kasar, kadang lembut. Kadang suka melamun, di lain waktu dia begitu ceria.
Kematangan seksual sekalipun bersifat biologis namun menentukan sekali sikap, yaitu faktor psikis anak terhadap diri sendiri dan konstitusi tubuhnya. Anak gadis mulai menaruh minat besar terhadap keadaan dirinya, misalnya dengan bersolek. Hal ini dilakukan untuk memupuk harga diri dan eksistensi dirinya selaku wanita. Untuk mengetahui psikologi anak gadis pada masa pubertas, maka penulis mengambil judul “ADAPTASI PSIKOLOGI PADA ANAK GADIS MASA PUBERTAS SEBELUM MINAS”.






B.    Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

A.    Apa yang dimaksud dengan Pubertas ?
B.     Bagaimana Adaptasi Fisiologi Anak Gadis Usia Pubertas ?
C.     Bagaimana Fenomena Psikologi Anak Gadis Usia Pubertas (Adaptasi kognitif, Adaptasi emosi, Adaptasi sosial, Adaptasi moral)?
D.    Bagaimanakah Akibat Perubahan  pada Masa Pubertas (Day Dreaming, Rasa Malu Berlebihan, Antagonisme Seks, Antagonisme Sosial, Emosionalitas, Kurang Percaya Diri, Sikap Tidak Senang, Merasa Bosan, Keinginan Untuk Menyendiri, Keseganan Untuk Berkerja) ?

C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah yang berjudul “ADAPTASI PSIKOLOGI PADA ANAK GADIS MASA PUBERTAS SEBELUM MINAS yaitu:
A.    Untuk Mengetahui Definisi Pubertas
B.     Untuk Mengetahui Adaptasi Fisiologi Anak Gadis Usia Pubertas
C.     Untuk Mengetahui Fenomena Psikologi Anak Gadis Usia Pubertas (Adaptasi kognitif, Adaptasi emosi, Adaptasi sosial, Adaptasi moral)
D.    Untuk Mengetahui Akibat Perubahan  pada Masa Pubertas (Day Dreaming, Rasa Malu Berlebihan, Antagonisme Seks, Antagonisme Sosial, Emosionalitas, Kurang Percaya Diri, Sikap Tidak Senang, Merasa Bosan, Keinginan Untuk Menyendiri, Keseganan Untuk Berkerja)

BAB II
ANAK GADIS PADA MASA PUBERTAS

A.  Definisi Pubertas

            Dalam bukunya Hurlock (2004) pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak berubah dari mahluk aseksual menjadi mahluk seksual.
            Menurut Narendra (2002) pubertas merupakan suatu bagian yang penting dari masa remaja dimana yang lebih ditekankan yaitu proses biologis yang pada akhirnya mengarah kepada kemampuan bereproduksi. Definisi masa pubertas adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi suatu percepatan pertumbuhan (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan psikologis yang mencolok.

B.  Adaptasi Fisiologi Anak Gadis Usia Pubertas

1.     Adaptasi ukuran tubuh
      Perubahan ukuran tubuh dalam tinggi dan berat badan. Di antara anak-anak perempuan, rata-rata peningkatan pertahun dalam tahun sebelum haid adalah 3 inci, tetapi peningkatan itu bisa juga terjadi dari 5 sampai 6 inci, 2 tahun sebelum haid peningkatan rata-rata adalah 2,5 inci. Jadi peningkatan keseluruhan selama 2 tahun sebelum haid adalah 5,5 inci, setelah haid tingkat pertumbuhan menurun sampai kira-kira 1 inci setahun dan berhenti sekitar 18 tahun. Penambahan berat badan berupa lemak, tulang dan jaringan otot . Penambahan berat badan paling banyak terjadi pada pubertas perempuan sesaat sebelum dan sesudah haid.

2.     Adaptasi pada proporsi tubuh
      Perubahan proporsi tubuh, daerah-daerah tubuh tertentu yang tadinya terlampau kecil sekarang menjadi terlampau besar. Badan yang kurus dan panjang mulai melebar di bagian pinggul, bahu, dan ukuran pinggang berkembang, tungkai kaki lebih panjang dari pada badan dan keadaan ini bertahan sampai sekitar usia 15 tahun. Lengan dalam pertumbuhannya mendahului pertumbuhan pesat badan, sehingga tampaknya terlalu panjang, pertumbuhan lengan dipengaruhi oleh usia kematangan.

3.     Adaptasi pada perkembangan ciri-ciri seks primer
      Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber, meskipun dalam tingkat kecepatan yang berbeda. Berat uterus anak usia sebelas atau dua belas tahun berkisar 5,3 gram, pada usia enam belas rata-rata beratnya 43 gram, tuba fallopi, telur-telur, dan vagina juga tumbuh pesat pada saat ini (Hurlock, 2004).
      Ovarium membesar pada tahun sebelum menarche, dimana berat rata-ratanya masing-masing endometrium berkembang, serviks dan korpus uteri membesar, dan kelenjar serviks mulai mensekresikan cairan menyerupai susu (Pardede, 2002).
      Sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada perempuan adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap dua puluh delapan hari (Widyastuti, 2009).

4.     Adaptasi pada perkembangan ciri-ciri seks sekunder
Menurut Hurlock (2004) ciri-ciri seks sekunder pada perempuan yaitu :
(1)   Tumbuhnya payudara
Payudara berkembang, putting susu membesar dan menonjol, dan dengan berkembangannya kelenjar susu, payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.
(2)   Tumbuhnya rambut kemaluan
Rambut kemaluan timbul setelah pinggul dan payudara berkembang. Rambut kemaluan mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting.
(3)   Tumbuhnya rambut wajah dan ketiak
Bulu wajah dan ketiak mulai tampak setelah haid. Bulu ketiak mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian lebih subur, kasar, gelap dan agak keriting.
(4)   Perubahan suara
Suara menjadi lebih penuh dan lebih semakin merdu. Suara serak dan suara yang pecah jarang terjadi pada perempuan.
(5)   Perubahan kondisi kulit
Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan lubang pori-pori bertambah besar.
(6)   Kelenjar lemak dan kelenjar keringat
Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat diketiak mengeluarkan banyak keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid.
(7)   Meningkatnya lebar dan kedalaman pinggul
Pinggul menjadi bertambah lebar dan bulat sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit.
(8)   Perkembangan otot
Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai kaki.
Tanda pertama dari pubertas yang dapat diandalkan pada anak perempuan adalah tumbuhnya payudara. Putting membesar dan menonjol, areola (daerah sekeliling putting yang berwarna lebih gelap) membesar dan payudara awalnya berbentuk kerucut dan kemudian membulat (papalia, 2009).
c)     Hormon Reproduksi
Alat kandungan pada saat lahir belum berkembang, setelah pancaindra menerima rangsangan yang diteruskan ke pusat dan diolah oleh hipothalamus, melalui system portal mengeluarkan hormon gonadotropik perangsang folikel dan luteinizing hormone yang merangsang indung telur, kelenjar indung telur memproduksi hormon estrogen dan progesteron. Hormon perangsang folikel (FSH), merangsang folikel primordial yang dalam perjalanannya mengeluarkan hormon estrogen untuk pertumbuhan tanda seks sekunder (pertumbuhan rambut, pembesaran payudara, penimbunan jaringan lemak, sesuai dengan pola wanita yaitu di bokong dan payudara), pertumbuhan rambut meliputi rambut kemaluan yang berbentuk segitiga serta rambut pada ketiak. Pada permulaan hanya hormon estrogen saja yang dominan dan perdarahan (menstruasi) yang terjadi untuk pertama kali (menarche). Dominannya estrogen pada permulaan menstruasi sangat penting karena menyebabkan tejadinya pertumbuhan dan perkembangan tanda seks sekunder (Manuaba, 2009).

C.  Fenomena Psikologi Anak Gadis Usia Pubertas

1.     Adaptasi kognitif
      Mengacu pada tahap-tahap perkembangan kognitif dari piaget (dalam shelly, 2003) tahap perkembangan kognitif pubertas ialah tahap oprasional yang abstrak dan formal. Ciri-ciri tahap perkembangan kognitif tahap oprasional ialah
a.       Ditandai dengan kemampuan untuk mengolah informasi secara benar dan fleksibel sehingga tidak lagi terbatas ruang, waktu dan tempat
b.      Memiliki penalaran hiptesis deduktif  yaitu kemampuan untuk mengembangkan dan menguji hipotesis dengan melakukan eksperimen sebagai alat pembuktiannya.
c.       Dapat menggunakan penyandi atau penyimbolan informasi
d.      Ditandai dengan kemampuan dalam mengintegrasikan apa yang telah mereka pelajari dengan tantangan-tantangan dimasa yang akan datang
e.       Mampu membuat rencana-rencana dimasa yang akan datang
f.       Pikirannya cenderung fleksible dan memiliki implikasi emosional
g.      Belajar untuk mencintai kebebasan berfikir dan membenci sikap ekploitasi pada pola pikir,  terutama yang berkaitan erat dengan doktrin-doktrin pragmatis

2.     Adaptasi emosi
     Memahami emosi akan membantu seseorang untuk dapat memandu mereka dalam situasi sosial dan berbicara tentang perasaan dirinya atau orang lain. Pemahaman emosi memungkinkan seseorang untuk lebih mampu mengontrol diri dan cara-cara menunjukan perasaan sehingga dia menjadi peka atas perasaan orang lain (garner dkk,1996)
      Dengan memahami emosi seseorang berarti memahami proses kognitif yang mengarah pada suatu tindakan (papalya, 2008). Bentuk-bentuk perkembangan dan pertumbuhan emosi masa pubertas merupakan perpanjangan dari perkembangan dan pertumbuhan emosi periode perkembangan sebelumnya, seperti kesadaran akan rasa malu, rasa bersalah, takut, sedih, gembira, benci, marah dan sebagainya.
                                    
3.     Adaptasi sosial
      Perkembangan sosial pubertas sangat berkaitan dengan sejauh mana kuantitas dan kualitas inter personalnya kepada orang tua, saudara kandung, teman sebaya, dilingkungan sekolah dan orang-orang yang ada dilingkungan sekitarnya. Kuantitas hubungan interpersonal tidak menjamin kualitas personal, tetapi lebih mengarah pada kepopulerannya semata. Yang terpenting bagi pubertas ialah sejauh mana hubungan sosial yang dibangunnya memberikan rasa kebahagiaan seperti harga diri, sikap penerimaan dan pengakuan identitasnya.
      Bagi pubertas yang hidup dengan pola disiplin keluarga yang konsisten kemungkinan besar dia akan memiliki kualitas hubungan sosial yang lebih fleksible, terbuka, responsif, peka dan simpati ketimbang dengan mereka yang hidup dengan pola disiplin yang otoriter dan tanpa disiplin. Mereka cenderung menjadi orang yang kaku, pemberontak, mengalami konflik, stres, depresi dan berprilaku agresif.
      Semula hubungan sosial dimasa kanak-kanak tertuju pada semua orang. kini dimasa pubertas terjadi perubhan. Seorang pubertas tidak lagi mengedepankan kuantitas, tetapi kualitas sehingga dia sangat selektif  dalam memilih teman. Kini teman-temannya tidak lagi sebatas pada teman sepermainan, tetapi mengarah kepada hubungan yang lebih akrab (sahabat). Bahkan teman akrabnya dianggap lebih baik dan berkualitas dalam menuntukan peran sosialnya ketimbang orang tua. Kondisi ini sering membuat para orang tua menilai anak pubertasnya tidak lagi patuh.
      Suasana rumah tangga yang tidak bahagia, penuh pertengkaran, korban perceraian (broken home), tanpa disiplin, atau sikap anggota keluarga yang tidak peduli, tidak mencerminkan kasih, akan memberikan kesempatan luas bagi anak pubertas untuk membentuk perilaku yang tidak berkarakter dan menjadi orang yang tidak bahagia. Hal ini akan sangat mempengaruhi hubungan sosialnya dengan orang-orang diluar rumah. Apa yang pernah terjadi dalam hubungan sosial anak pubertas dirumah akan terbawa keluar rumah.
      Seperti yang dikatakan Gunarsa (2007) bahwa interaksi antara orang tua dengan anak harus dibangun sejak dini dalam rumah tangga. Pembentukan hubungan sosial yang harmonis sangat berperan dalam pembentukan hubungan sosial anak dimasa yang akan datang, lingkungannya dan justru keluargalah yang seharusnya menjadi pilar utama dalam pembentukan karakter sosial anak.

4.     Adaptasi moral
      Mengacu pada teori tahap-tahap perkembangan moralitas dari kohlberg, tahap perkembangan moral pubertas ialah tahap moralitas konvensional, yakni level kedua dari penalaran moral yang di tandai dengan kemampuan seseorang untuk menginternalisasikan standar-standar figur otoritas. Kemampuan tersebut membuat mereka makin peduli tentang hidup menjadi baik, memuaskan dan membantu orang lain, dapat menilai niat baik dan mengembangkan ide-ide yang berkaitan dengan nilai-nilai kebaikan, bisa menilai tindakan berdasarkan dibalik motif orang berbuat baik dan bisa mempertahankan tatanan sosial.
      Pada periode pubertas, kata hati nurani mereka semakin luas dan berkembang. Lambat laun anak mulai merasakan nilai-nilai hubungan spiritual dengan tuhan. pengertiannya tentang agama tidak lagi berdasarkan penerimaan doktrin, melainkan mengarah pada hal-hal konkrit yang berorientasikan fakta-fakta dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
      Usaha menyerahkan diri kepada tuhan dianggap sebagai salah satu keinginan pubertas untuk menyenangkan dan rasa bakti kepada tuhan. Konsep tentang dosa semakin berkembang dan segala bentuk tingkah laku yang salah merupakan bentuk dosa dan pemberontakan kepada tuhan (shelly,2003).

D.  Akibat Perubahan  pada Masa Pubertas
1.       Day dreaming
     Istilah mimpi basah, atau datang bulan, sama-sama menandakan kematangan seorang remaja. Mimpi basah akan terjadi pada laki-laki berusia 9-14 tahun, umumnya terjadi secara periodik berkisar sekitar 2-3 minggu sekali.mimpi basah merupakan pengeluaran cairan sperma yang terjadi secara alamia. Sperma ini di produksi oleh testis,yang merupakn sala satu organ reproduksi laki-laki, ketika alat reproduksi ini mulai berfungsi maka testisnya mulai berproduksi.
     Mimpi basah kita pakai untuk mengambarkan pengalaman para laki-laki yang menginjak dewasa. Karena sperma baru muncul dalam kehidupan seorang anak laki2 saat ia menginjakmasa pubernya. Saat itu otak mulai mengaktifkan fungsi seksual, organ-organ reproduksi mulai aktif. Salah satunya testis dimana ia memproduksi sel sperma sebanyak kira-kira sejuta sampai 3 juta tiap harinya. Mimpi basah merupakan mekanisme alami untuk menguras timbunan sperma dari dalam tubuh jika tidak di keluarkan melalui mimpi, maka akan terjadi penyerapan kembali sperma oleh tubuh. Ini merupakan tanda akil balik dari seorang anak laki-laki remaja dan harus bersyukur apabila seorang anak laki-laki mengalami mimpi basah, karena itu menandakan anak laki-laki tersebut organ reproduksinya berfungsi,dan dia termasuk anak laki-laki yang normal.
2.       Rasa malu berlebihan
     Setiap manusia haruslah memiliki rasa malu, karena rasa malu merupakan salah satu control dalam kehidupan seseorang, tetapi apabila rasa malu itu berlebihan dan tidak masuk akal maka itu akan menjadi masalah. Karena rasa malu berlebihan akan menghambat kehidupan social seseorang yang sekaligus bisa berdampak terhadap kemajuan dan kesuksesan dalam hidup dan kehidupan seseorang. Rasa malu juga merupakan kombinasi dari kegugupan social dan pengkondisian social, rasa malu dan rendah diri memiliki keterkaitan dan apabila di telusuri banyak orang yang merasa malu yang disebabkan karena dia merasa rendah diri, rasa malu juga dapat di gambarkan semacam perasaan tidak nyaman, sementara orang yang menderita rendah diri apabila orang tersebut kurang berharga di banding dengan orang lain. Di bawah ini beberapa cara menghilangkan rasa malu berlebihan:
1.      Kenalilah rasa malu itu,apa yang membuat kamu merasa malu,apakah keadaan fisik,atau hal-hal yang bersifat psikologis.
2.      Berhentilah menyalakan orang lain untuk menutupi rasa malu.sadarilah bahwa rasa malu itu bersumber dari dalam diri sendiri bukan dari luar,namun jangan pernah menyalahkan diri sendiri.
3.      Ketika sedang mengalami rasa malu,amatilah reaksi tubuh kamu,apakah kamu merasa tidak nyaman,gelisah,serba salah,tangan gemetar,atau reaksi fisik lainya.telusurilah apa yang menyebabkan perasaan negative itu muncul.
4.      Kenalilah kelemahan kamu,apa yang membuat kamu merasa malu,karena semua orang memiliki kelemahan,tidak ada orang yang sempurna namun sebisa mungkin kita mencoba memperbaiki kelemahan tersebut.
5.      Kenal dan kembangkan terus kelebihan dan keistimewaan kamu,karena seseorang selain memiliki kelemahan pasti memiliki kelebihan,dan kelebihan itu merupan modal untuk percaya diri.
6.      Apabila kamu merasa perasaan malu itu benar-benar di luar control maka berkonsultasilah dengan seorang yang berpengalaman dan kamu percayai.langkah terahir adalah jumpai psikolog untuk meminta solusi permasalahan.
7.      Lawan rasa malu dengan berusaha bersikap lebih santai,karana rasa malu berlebihan akan membuat kita kelihatan kaku dan konyol.
8.      Tampilkan sisi terbaik,toljolkan kelebihan yang di miliki.
9.      Jangan takut akan penolakan dan cacian,jika di awal mental kita sudah jatuh,maka dapat di pastikan penampilan tidak akan maksimal.
10.  Pelajari situasi,jangan sampai rasa malu,justru membuat kita terjebak dalam situasi,harus belajar untuk tetap tenang,dan pelajari apa yang sedang terjadi

3.       Antagonisme Sex
     Antagonisme sex dapat di artikan sebagai suatu perasaan tidak senang atau menentang suatu yang berhubungan dengan sex, yang diaplikasikan dalam sikap dan prilaku. Seorang yang mengalami hambatan sexual, tidak dapat merasakan ataupun membedakan, antara gender yang ada pada dirinya.
Faktor-Faktor terjadinya antagonisme sex :
1.      Meskipun dia seorang laki-laki atau perempuan tidak normal yang sering kita sebut dengan gay atau lesbi, maka dia tidak akan menikmati fantasi seksual yang normal, dan dia akan gagal menikmati fantasi sexual pada dirinya.
2.      Memiliki hambatan nafsu sex dengan lawan jenis
3.      Trauma perkosaan, atau melihat kejadian penyiksaan yang berhubungan dengan sex.
4.      Mendengar cerita-cerita tentang sex yang tidak jelas, dan yang ada hanya informasi yang salah tentang sex (ketidaktahuan tentang info sex).
5.      Hubungan keluarga dan lingkungan yang buruk, dimana beberapa orang tua mengajarkan anak gadisnya untuk mempercayai sex adalah sesuatu yang buruk, kegiatan yang memalukan, dimana seseorang berbuat sekehendak hatinya, sex tidak pernah dibicarakan terbuka dalam keluarga.
6.      Kesehatan yang buruk, mengalami penyakit fisik dan mental, namun ini kemungkinannya sangat kecil.

4.       Antagonisme Sosial
     Pada usia remaja 14-15 tahun sampai 17-18 tahun, percepatan pertumbuhan fisik sangat menonjol dan kematangan fungsi layaknya orang dewasa akan timbul. Gejolak emosional sebagai penyertaan perkembangan fisik sering terjadi begitu ekstrim sehingga menyulitkan remaja sendiri maupun lingkungannya. Konflik dengan orang tua, teman sebaya, umumnya akan berkembang yang sering ditandai oleh satu sisi kebutuhan untuk mandiri, sedangkan di sisi lain ketergantungan baik moril maupun materiil masih sangat besar terutama pada orang tua. Dan pada kenyataannya remaja merasa belum yakin akan kebutuhan otonomi sehingga remaja sering dihadapkan pada situasi frustrasi.

5.       Emosionalitas
     Menurut English and English emosi adalah “ A complex feeling state accompanied by characteristic motor and glandular activities “, yaitu suatu keadaan perasaan yang kompleks yang disertai karakteristik kegiatan kelenjar dan motoris. Menurut Crow & Crow (1958) pengertian emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik yang berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Emosi merupakan setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas.
     Masa remaja dikenal dengan masa storm and stress dimana terjadi pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan secara psikis yang bervariasi, diantaranya terdapat fase pubertas yang merupakan fase yang sangat singkat dan terkadang menjadi masalah tersendiri bagi remaja dalam menghadapinya. Fase pubertas ini berkisar dari usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 16 tahun (Hurlock, 1992) dan setiap individu memiliki variasi tersendiri. Masa pubertas sendiri berada tumpang tindih antara masa anak dan masa remaja, sehingga kesulitan pada masa tersebut dapat menyebabkan remaja mengalami kesulitan menghadapi fase-fase perkembangan selanjutnya. Pada fase itu remaja mengalami perubahan dalam sistem kerja hormon dalam tubuhnya dan hal ini memberi dampak baik pada bentuk fisik (terutama organ-organ seksual) dan psikis terutama emosi.    
     Pergolakan emosi yang terjadi pada remaja tidak terlepas dari bermacam pengaruh, seperti lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah dan teman-teman sebaya serta aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Masa remaja yang identik dengan lingkungan sosial tempat berinteraksi, membuat mereka dituntut untuk dapat menyesuaikan diri secara efektif. Bila aktivitas-aktivitas yang dijalani di sekolah (pada umumnya masa remaja lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah) tidak memadai untuk memenuhi tuntutan gejolak energinya, maka remaja seringkali meluapkan kelebihan energinya ke arah yang tidak positif, misalnya tawuran. Hal ini menunjukkan betapa besar gejolak emosi yang ada dalam diri remaja bila berinteraksi dalam lingkungannya.
     Mengingat bahwa masa remaja merupakan masa yang paling banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan teman-teman sebaya dan dalam rangka menghindari hal-hal negatif  yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain, remaja hendaknya memahami dan memiliki apa yang disebut kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional ini terlihat dalam hal-hal seperti bagaimana remaja mampu untuk memberi kesan yang baik tentang dirinya, mampu mengungkapkan dengan baik emosinya sendiri, berusaha menyetarakan diri dengan lingkungan, dapat mengendalikan perasaan dan mampu mengungkapkan reaksi emosi sesuai dengan waktu dan kondisi yang ada sehingga interaksi dengan orang lain dapat terjalin dengan lancar dan efektif. Biehler (1972) membagi ciri-ciri emosional remaja menjadi dua rentang usia, yaitu usia 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun.
Ciri-ciri emosional usia 12-15 tahun
1.      Cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka
2.      Bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri
3.      Kemarahan biasa terjadi
4.      Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan ingin selalu menang sendiri.
5.      Mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara objektif

Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun
1.      “Pemberontakan” remaja merupakan ekspresi dari perubahan yang universal dari masa kanak-kanak menuju dewasa
2.      Banyak remaja mengalami konflik dengan orang tua mereka
3.      Sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka

     Masa remaja merupakan puncak emosiononalitas, perkembangan emosi tinggi. Pertumbuhan fisik terutama organ-organ seksual mempengaruhi berkembanganya emosi. Mencapai kematangan emosional merupakan tugas perkembangan yang cukup sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional di lingkungannya, terutama teman sebaya dan kelompok teman sebayanya. Apabila lingkungan tersebut cukup kondusif, dalam arti kondisinya diwarnai hubungan yang harmonis, saling mempercayai, dan penuh tanggung jawab maka remaja cenderung dapat mencapai kematangan emosionalnya. Sebaliknya apabila remaja kurang dipersiapkan untuk memahami peran-perannya dan mendapatkan perhatian yang tidak sesuai, baik kurang atau lebih dari orang tua maupun teman sebaya mereka cenderung mengalami kecemasan, perasaan tertekan dan ketidaknyamanan emosional.
     Oleh karena itu diperlukan startegi-strategi untuk mendukung perkembangan emosional remaja agar dapat berkembang dengan optimal dan terarah pada emosi-emosi yang positif. Berikut beberapa cara untuk orang tua mendukung perkembangan sosio-emosional remaja:
1.      Memahami kepentingan masing-masing dan adanya pola kelekatan
           Stereotip bahwa remaja tidak memerlukan kelekatan sebagaimana pada masa kanak-kanak adalah salah. Remaja memerlukan orang tuanya sebagai panutan dan juga pendukung anak, terutama di saat anak merasa tertekan. Orang tua juga perlu menghargai motivasi anak untuk menjadi remaja yang mandiri. Bagaimanapun seorang remaja harus tetap diawasi walaupun tidak sesering ketika ia masih kecil. Biarlah seorang remaja itu mendapatkan kebebasan untuk menunjukkan tanggung jawabnya.
2.      Hindari adanya konflik antar orang tua dengan remaja yang berlarut-larut dan Gunakan kemampuan komunikasi untuk berkomunikasi yang baik dengan anak.
           Perkembangan sosio-emosional remaja akan menguntungkan ketika tingkat adanya konflik dengan keluarag rendah. Tetaplah berkomunikasi dengannya, jadilah pendengar yang aktif dan menunjukkan rasa kepedulian.
3.      Pahami arti penting dari teman sebaya, organisasi dan pengajar mereka.
           Seorang remaja butuh untuk bersosialisasi dengan cara bergaul dengan teman sebayanya dan ikut aktif dalam suatu organisasi untuk mengembangkan kecerdasan emosional mereka. Peran pengajar dalam hal ini juga turut mendukung.
4.      Bantu remaja untuk lebih memahami perbedaan dan nilai konflik.
           Seorang remaja memerlukan dukungan untuk mempunyai pendapat yang berbeda. Mereka juga harus didukung untuk lebih banyak belajar tentang orang lain yang berbeda latar belakangnya dan memahami adanya individual differences antar individu dan kelompok. Seorang remaja juga perlu untuk lebih memahami lagi tentang bagaimana sebuah konflik itu terjadi dalam antar kelompok.
5.      Membiarkan remaja mengeksplorasi dirinya untuk mencari identitasnya
           Karena masa remaja adalah masa untuk mencari identitas, maka diharapkan orang tua dapat membantu dengan menunjukkan kepeduliannya.

     Selain itu menurut Adams & Gullota (1983) ada 5 aturan dalam menghadapi dan membantu remaja yaitu:
a.       Trustwotrhiness (kepercayaan) di mana kita harus saling percaya kepada siapapun remaja yang kta hadapi.
b.      Genuineness yaitu maksud murni yang tidak pura-pura
c.       Emphaty yaitu kemampuan untuk ikut merasakan apa yang dirasakan remaja
d.      Honesty yaitu menampilkan kejujuran dan kepercayaan ketika menghadapi remaja.

6.       Kurang percaya diri
     Kurang percaya diri atau rendah diri adalah perasaan menganggap terlalu rendah pada diri sendiri, orang yang rendah diri berarti menganggap diri sendiri tidak mempunyai kemampuan berarti. Ciri kurang percaya diri adalah sebagai berikut:
1.      Selalu menyendiri dan menarik diri dari pergaulan (bersifat introfert)
2.      Selalu ragu dalam bertindak
3.      Tidak dapat bersaing positif,seperti persaingan kepandaian,dan kegiatan lainnya.

     Secara psikologi kurang percaya diri di sebabkan oleh banyak hal, beberapa diantaranya yaitu:
1.      Overprotected anak yang selalu di kekang, kurang di berikebebasan untuk mengaktualisasi diri,merasa independen atau menerima keputusan sikapnya sendiri.mereka merasa takut untuk berbuat salah akibatnya banyak hal yang membuat mereka ragu untuk melakukan sesuatu bahkan membuat si remaja menjadi tidak mau untuk melakukannya.
2.      Terlalu dibiarkan. tampaknya akan membuat anak melakukan banyak hal dan menjadikannya PD. Namun hal ini bisa sebaliknya jika kebebasan yang di dapatkan tampa arah dan bimbingan mereka akan merasa dirinya tidak di butuhkan,bahkan seperti di buang begitu saja oleh keluarganya,sehinga mereka merasa kosong dan tidak memiliki hub emosional yang baik
3.      Perfeksionis. Kita adalah manusia yang juga memiliki kelemahan,menuntuk kesempurnaan untuk seorang anak tanpa di barengi pengertian,anak akan menjadi takut untuk berbuat dan takut untuk tidak sempurna.
4.      Sering di kritik dan di kecewakan.kritik merupakn hal yang wajar,akan tetapi harus ada solusi dan alasan,demikian pula dengan di kecewakan,berilah alasan dan sebab-sebab kenapa harus di kritik,kita juga harus memberikan pujian sebagai sisi positif penyeimbang.
5.      Mencontohi lingkungannya.arahkan mereka,agar jika mencari panutan sebaliknya fahami dulu sikap2 orang yang akan di panut.jangan menerima mentah-mentah.
6.      Percaya dengan ketidak mampuan.dengan terlihat tegang dan putus asa kemudian mengatakan “Aku tidak sangup”Aku tidak bisa”.dan kalimat-kalimat penolakan lainya,karena takut gagal kemudian di marahi dan di kucilkan.ahirnya lama kelamaan mereka benar2 merasa tidak mampu.

Hal-Hal Yang Perlu Dilakukan Terhadap Orang yang Kurang Percaya Diri :
1.      Memberi pengertian. Komunikasi adalah kuncinya,ajak mereka berfikir rasional,kenapa harus melakukan tugas ini,mengapa harus bersikap seperti ini,kenapa harus meruba penampilan.dll
2.      Beri pujian. Beri pujian sangat penting untuk memotivasi mereka.pujian dan kritik harus proposinal(memiliki kadar yg sama).ingt bahwa remaja belum matang dan perlu bimbingan.
3.      Beri contoh. Tunjukan kepada mereka orang2 yang sukses,dan berhasil karna mereka PD,walaupun kadang2 secara fisik mereka tidak cantik,tapi bisa juga pintar dan memiliki kelebihan.

Hal-Hal Yang Perlu Dilakukan Untuk Mengatasi Kurang Percaya Diri:
1.      Menciptakan definisi diri positif
2.      Membuat kesimpulan yang positif tentang diri sendiri,belajar melihat bagian2 positif dalam diri,menghentikan opini negative dalan diri
3.      Memperjuangkan keinginan yang positif
4.      Mengatasi masalah secara positif
5.      Memiliki model teladan yang positif

7.       Sikap tidak senang
     Sikap tidak tenang adalah suatu keadaan ketidakseimbangan emosi, yang manifestasinya kepada tingkah laku, yaitu gelisah, banyak tingkah, mudah berubah-ubah. Kebiasaan remaja ketika mengalami hal ini adalah tidak bisa duduk atau berdiri dengan tenang dalam waktu yang lama, hal ini di sebabkan oleh tidak adanya kontrol emosi, sehingga fisikpun merasakan agresifitas mentalnya. Sejatinya, masa remaja adalah masa yang sangat rawan untuk seorang anak.  Secara emosional ia masih labil, sehingga ia sangat membutuhkan dukungan dan arahan dari orangtuanya. Banyak anak remaja yang akhirnya terjerumus ke dalam pergaulan bebas, narkoba dan ikut-ikutan sebuah geng motor karena kurang bimbingan dan arahan dari orangtuanya. Dalam kondisi kurang bimbingan orangtua, seorang remaja boleh jadi akan merasa hidupnya hampa dan tidak puas, ia merasa tidak diperhatikan/dipedulikan dan juga tidak didengar. Di lain pihak, mungkin sikap orangtua tidak banyak berbicara atau terlibat dengan remaja karena mereka menganggap anaknya sudah dewasa dan mandiri sehingga mereka membiarkan atau melepaskan anak begitu saja bergaul dalam lingkungan yang tidak jelas.

8.       Merasa bosan
     Merasa bosan adalah perasaan jenuh atau mengalami hal-hal yang sama berulang ulang. Anak pada saat memasuki pubertas akan merasa jenuh dengan rutinitas yang dijalaninya sehari-hari terus menerus dengan kegiatan yang sama. Hal ini disebabkan perubahan fisik dan psikis yang semakin hari semakin berkembang sehingga perubahan fisik yang tidak seimbang mempengaruhi psikis anak tersebut. Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal masa remaja, semua perkembagan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.

9.       Keinginan untuk menyendiri
     Anak pada masa perkembanganya terkadang membutuhkan space (tempat) untuk menyendiri, tidak berteman dan mengasingkan diri dari kelompoknya ketika dia bermasalah dengan dirinya sendiri atau bermasalah dengan teman sebayanya. Anak pada masa pubertas cenderung mengasingkan diri mana kala merasa ada hal yang kurang cocok dengan dirinya atau (minder). Masa remaja merupakan masa dimana dianggap sebagai masa topan badai dan stress (Storm and Stress). Karena mereka mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri, kalau terarah dengan baik maka ia akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggung jawab, tetapi kalau tidak terbimbing maka bisa menjadi seorang yang tak memiliki masa depan dengan baik.

10.  Keseganan untuk bekerja
     Keseganan untuk bekerja adalah tidak mau, tidak sudi, atau rasa malas untuk melakukan suatu pekerjaan. Ketika masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa remaja, dimana pada masa remaja sudah mulai diberi tanggung jawab untuk bekerja maka situasi seperti ini akan menjadi masalah, karena sebelumnya tidak terbiasa dengan pekerjaan serius.
Kepada orang tua diharapkan agar dapat:
1.      Berkomunikasi untuk mengarahkan remaja bahwa mereka sudah mulai belajar diberi tanggung jawab.
2.      Memberikan kesempatan kepada remaja untuk aktualisasi diri
3.      Memberikan kesempatan kepada remaja untuk bertanggung jawab dengan apa yang di lakukan
4.      Konsisten dengan menerapkan disiplin


 
BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN

     Pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak berubah dari mahluk aseksual menjadi mahluk seksual.   Selain itu, pada masa ini juga cenderung lebih berani mengutarakan keinginan hatinya, lebih berani mengemukakan pendapatnya, bahkan akan mempertahankan pendapatnya sekuat mungkin. Hal ini yang sering ditanggapi oleh orang tua sebagai pembangkangan. Remaja tidak ingin diperlakukan sebagai anak kecil lagi.

B.    SARAN

                        Sebaiknya orang tua mengawasi anaknya pada masa pubertas, karena pada masa ini anak sangat rentan terhadap berbagai pengaruh dari luar yang dapat merubah perilaku anak ke arah menyimpang.

No comments:

Post a Comment