BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Menurut
SDKI 2002 - 2003, Pada tahun 2003, kontrasepsi yang banyak digunakan adalah
metode suntikan (49,1 persen), pil (23,3 persen), IUD/spiral (10,9 persen),
implant (7,6 persen), MOW (6,5 persen), kondom (1,6 persen), dan MOP (0,7
persen) (Kusumaningrum, 2009).
Strategi
peningkatan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti IUD,
terlihat kurang berhasil, yang terbukti dengan jumlah peserta KB IUD yang terus
mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data BKKBN Provinsi Jawa
Tengah, jumlah peserta KB IUD terus menurun dari tahun 2004 yakni 552.233
menjadi 529.805 pada tahun 2005, dan 498.366 pada tahun 2006. Dalam
perkembangannya pemakaian IUD memang cenderung mengalami penurunan dari tahun
ke tahun (Imbarwati, 2009).
Alat kontrasepsi sangat berguna sekali dalam program KB namun perlu diketahui bahwa tidak semua alat kontrasepsi cocok dengan kondisi setiap orang. Untuk itu, setiap pribadi harus bisa memilih alat kontrasepsi yang cocok untuk dirinya. Pelayanan kontrasepsi (PK) adalah salah satu jenis pelayanan KB yang tersedia. Sebagian besar akseptor KB memilih dan membayar sendiri berbagai macam metode kontrasepsi yang tersedia.
Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi antara lain faktor pasangan (umur, gaya hidup, jumlah keluarga yang diinginkan, pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu), faktor kesehatan (status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul), faktor metode kontrasepsi (efektivitas, efek samping, biaya), tingkat pendidikan, pengetahuan, kesejahteraan keluarga, agama, dan dukungan dari suami/istri. Faktor-faktor ini nantinya juga akan mempengaruhi keberhasilan program KB. Hal ini dikarenakan setiap metode atau alat kontrasepsi yang dipilih memiliki efektivitas yang berbeda-beda.
Alat kontrasepsi sangat berguna sekali dalam program KB namun perlu diketahui bahwa tidak semua alat kontrasepsi cocok dengan kondisi setiap orang. Untuk itu, setiap pribadi harus bisa memilih alat kontrasepsi yang cocok untuk dirinya. Pelayanan kontrasepsi (PK) adalah salah satu jenis pelayanan KB yang tersedia. Sebagian besar akseptor KB memilih dan membayar sendiri berbagai macam metode kontrasepsi yang tersedia.
Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi antara lain faktor pasangan (umur, gaya hidup, jumlah keluarga yang diinginkan, pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu), faktor kesehatan (status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul), faktor metode kontrasepsi (efektivitas, efek samping, biaya), tingkat pendidikan, pengetahuan, kesejahteraan keluarga, agama, dan dukungan dari suami/istri. Faktor-faktor ini nantinya juga akan mempengaruhi keberhasilan program KB. Hal ini dikarenakan setiap metode atau alat kontrasepsi yang dipilih memiliki efektivitas yang berbeda-beda.
Berdasarkan
data di atas, IUD merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi yang menjadi
alternative pilihan bagi masyarakat yang ingin ber-KB. Oleh karena itu penulis
membuat makalah dengan judul “Akseptor KB IUD dengan Perdarahan Massive
(spotting)”
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa definisi kontrasepsi IUD?
2.
Apa saja jenis-jenis IUD?
3.
Bagaimana cara kerja IUD?
4.
Apa kelebihan dan kelemahan IUD?
5.
Apa efek samping IUD?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui definisi IUD
2.
Untuk mengetahui jenis-jenis IUD
3.
Untuk mengetahui cara kerja IUD
4.
Untuk mengetahui kelebihan dan
kelemahan IUD
5.
Untuk mengetahui efek samping IUD
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
IUD (Intra Uterin Device)
Kontrasepsi adalah alat yang
digunakan untuk menunda, menjarangkan kehamilan, serta menghentikan kesuburan. Kontrasepsi
berasal dari kata “kontra” dan “konsepsi”. Kontra berarti mencegah atau
melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (ovum) yang
matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi adalah
menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara
sel telur dengan sperma tersebut (Mansjoer, 1999).
IUD
(Intra Uterin Device) adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam
rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh
perempuan usia reproduktif (Saefuddin, 2003)
AKDR
atau IUD adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur,
mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukkan ke dalam
rahim melalui vagina dan mempunyai benang (BKKBN,2003)
B.
Jenis
IUD
Jenis IUD
yang dipakai di Indonesia antara lain adalah :
1. Copper-T
1. Copper-T
IUD
berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya
diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek
anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik (Imbarwati, 2009).
2. Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk
memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32
mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya
sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T (Imbarwati, 2009).
3. Multi load
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua
tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas
ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas
permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis
ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini (Imbarwati, 2009).
4. Lippes loop
IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf
spiral atau huruf S bersambung. Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang
rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi,
jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastic
(Imbarwati, 2009).
Spiral bisa bertahan dalam rahim dan menghambat
pembuahan sampai 10 tahun lamanya. Setelah itu harus dikeluarkan dan diganti.
Bahan spiral yang paling umum digunakan adalah plastic atau plastic lkkbercampur
tembaga.
C.
Cara
Kerja IUD
Cara kerja kontrasepsi IUD sebagai
berikut:
1.
Menghambat kemampuan sperma untuk
masuk ke tuba falopii dengan cara menganggu pergerakan sperma untuk mencapai
rongga rahim.
2.
Mempengaruhi fertilisasi sebelum
ovum mencapai kavum uteri
3.
IUD bekerja terutama mencegah sperma
dan ovum bertemu, IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi
perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi (Muhammad, 2008).
D.
Kelebihan
dan Kelemahan IUD
1.
Kelebihan Intra uterine device (IUD)
yaitu:
a.
Sangat efektif mencegah kehamilan.
Sangat efektif,
0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125
- 170 kehamilan)
b.
Pencegahan kehamilan untuk jangka
yang panjang sampai 5-10 tahun
c.
IUD dapat efektif segera setelah
pemasangan.
d.
Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun
atau lebih setelah haid terakhir)
e.
Tidak mempengaruhi kualitas dan
volume ASI
f.
Dapat dipasang segera setelah
melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
g.
Relatif tidak mahal
2.
Kelemahan kontrasepsi IUD yaitu:
a.
Efek samping umum terjadi perubahan
siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar menstruasi, saat haid
lebih sakit.
b.
Komplikasi lain: merasa sakit dan
kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu
haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding
uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar)
c.
Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
d.
Tidak baik digunakan pada perempuan
dengan IMS atau yang sering berganti pasangan
e.
Penyakit radang panggul terjadi
sesudah perempuan dengan IMS memakai IUD, PRP dapat memicu infertilitas
f.
Prosedur medis, termasuk pemeriksaan
pelvik diperlukan dalam pemasangan IUD.
g.
Sedikit nyeri dan perdarahan
(spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD.
h.
Klien tidak dapat melepas IUD oleh
dirinya sendiri. Petugas terlatih yang dapat melepas (Muhammad, 2008).
i.
Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa
diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang segera setelah melahirkan)
E.
Efek
Samping IUD
1.
Spotting
Spotting adalah keluarnya bercak-bercak darah
diluar haid. Spotting akan muncul jika capek dan stress. Perempuan yang aktif
sering mengalami spotting jika menggunakan kontrasepsi IUD.
2.
Perubahan siklus
menstruasi
Setelah pemasangan IUD siklus menstruasi
menjadi lebih pendek. Siklus menstruasi yang muncul lebih cepat dari siklus
normal rata-rata yaitu 28 hari dengan lama haid 3-7 hari, biasanya siklus haid
berubah menjadi 21 hari.
3.
Amenore
Amenore adalah tidak didapatnya tanda haid
selama 3 bulan atau lebih.
Penanganannya yaitu periksa apakah sedang hamil,
apabila tidak, jangan lepas IUD, lakukan konseling dan selidiki penyebab
amenorea apabila diketahui. Apabila hamil, jelaskan dan sarankan untuk melepas
IUD bila talinya terlihat dan kehamilan kurang dari 13 minggu. Apabila benang
tidak terlihat, atau kehamilan lebih dari 13 minggu, IUD jangan dilepas.
Apabila klien sedang hamil dan ingin mempertahankan kehamilannya tanpa melepas
IUD jelaskan ada resiko kemungkinan terjadinya kegagalan kehamilan dan infeksi
serta perkembangan kehamilan harus lebih diamati dan diperhatikan.
4.
Dismenore
Dismenore adalah munculnya rasa nyeri saat
menstruasi.
5.
Menorrhagea
Menorrhagea adalah perdarahan berat secara
eksesif selama masa haid atau haid yang lebih banyak.
6.
Fluor albus
Penggunaan IUD akan memicu rekurensi
vaginosis bacterial yaitu keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang
disebabkan bertambahnya pertumbuhan flora vagina bakteri anaerob menggantikan
Lactobacillus yang mempunyai konsentrasi tinggi sebagai flora normal vagina.
7.
Benang yang hilang
Penanganannya yaitu pastikan adanya kehamilan atau
tidak. Tanyakan apakah IUD terlepas. Apabila tidak hamil dan IUD tidak
terlepas, berikan kondom, periksa talinya di dalam saluran endoservik dan kavum
uteri (apabila memungkinkan adanya peralatan dan tenaga terlatih) setelah masa
haid briutnya. Apabila tidak ditemukan rujk ke dokter, lakukan x-ray atau
pemeriksaan ultrasound. Apabila tidak hamil dan IUD yang hilang tidak
ditemukan, pasanglah IUD baru atau bantulah klien menentukan metode lain.
F.
Jenis Perdarahan
Perdarahan dibagi menjadi dua yaitu
perdarahan yang fisiologis dan perdarahan yang patofisiologis.
1.
Perdarahan yang
fisiologis
Perdarahan yang fisiologis adalah
perdarahan yang disebabkan adanya perlukaan pada dinding uterus setelah
pemasangan IUD. IUD ini berbahan dasar padat, maka pada saat dinding
rahim bersentuhan dengan IUD bisa saja terjadi perlukaan. Hal inilah yang dapat
mengakibatkan keluarnya bercak darah (spotting) diluar masa haid. Demikian pula
ketika masa haid, darah yang keluar menjadi lebih banyak karena ketika haid,
terjadi peluruhan dinding rahim. Proses ini menimbulkan perlukaan di daerah
rahim, sehingga apabila IUD mengenai daerah tersebut, maka akan menambah volume
darah yang keluar pada masa haid. IUD merupakan benda
asing didalam rahim sehingga rahim perlu beradaptasi dengan kondisi ini. Masa
adaptasi ini berlangsung selama tiga bulan pertama dengan ditandai dengan
timbulnya bercak darah (spotting) dan perubahan siklus haid yang lebih lama dan
lebih banyak.
Penanganan dari perdarahan yang
fisiologis ini adalah dengan memberikan KIE kepada ibu bahwa perdarahan yang
seperti ini merupakan hal yang wajar atau normal yang dialami oleh akseptor KB
IUD dan perdarahan ini tidak berbahaya serta tidak memerlukan pengobatan. Tapi
jika ada keluhan berupa nyeri berikan obat asam mefenamat 3 x 250-500 mg
perhari selama 3-5 hari. atau antalgin 3x 500 mg perhari selama 3-5 hari, atau
parasetamol 3x 500 mg per hari, Ibuprofen (800mg, 3 x sehari selama seminggu).
Jika ibu mengalami anemia maka beri tablet Fe (1 tablet setiap hari selama 1
sampai 3 bulan) atau beri pasien preparat besi (ferrosus
sulfat 200 mg: sekali sehari selama 5-7 hari).
2.
Perdarahan yang
patofisiologis
Perdarahan yang patofisiologis adalah
perdarahan dengan jumlah banyak disertai stosel (bekuan darah). Perdarahan ini
disebabkan adanya IMS (Infeksi Menular Seksual).
Perdarahan ini dapat ditangani dengan cara
sebagai berikut:
1.
Memastikan dan menegaskan adanya
infeksi pelvik dan kehamilan ektopik. Apabila tidak ada kelainan patologis,
perdarahan berkelanjutan serta perdarahan hebat, lakukan konseling dan
pemantauan. Beri ibuprofen (800mg, 3x sehari selama 1 minggu) untuk mengurangi
perdarahan dan berikan tablet besi( 1 tablet setiap hari selama 1 sampai 3
bulan).
2.
Memberikan konseling
pada ibu untuk mengganti IUD dengan metode kontrasepsi yang lain.
BAB III
CONTOH DAN ANALISIS KASUS
A.
Contoh Kasus
Seseorang dipasang IUD, selama satu
bulan setelah pemasangan terjadi pendarahan massive (sedikit tapi terus).
Apakah itu normal ataukah tidak? jelaskan!
B.
Analisis
Kasus
Dari kasus diatas dapat diasumsikan
bahwa perdarahan massive (sedikit tapi terus menerus) atau spotting yang
terjadi selama satu bulan setelah pemasangan IUD merupakan hal yang normal.
Perdarahan tersebut termasuk perdarahan yang fisiologis. Perdarahan tersebut
terjadi karena adanya perlukaan pada dinding uterus setelah pemasangan IUD. IUD itu
berbahan dasar padat, maka pada saat dinding rahim bersentuhan dengan IUD bisa
saja terjadi perlukaan. Hal inilah yang dapat mengakibatkan keluarnya bercak
darah (spotting) diluar masa haid. IUD merupakan benda
asing didalam rahim sehingga rahim perlu beradaptasi dengan kondisi ini. Masa
adaptasi ini berlangsung selama tiga bulan pertama dengan ditandai dengan
timbulnya bercak darah (spotting) dan perubahan siklus haid yang lebih lama dan
lebih banyak.
Penanganan dari kasus akseptor KB
IUD dengan perdarahan massive (spotting) ini adalah sebagai berikut
1. Memberikan
konseling dan KIE bahwa perdarahan massive (spotting) yang dialaminya tersebut
merupakan hal yang normal yang dialami oleh akseptor KB IUD.
2. Menginformasikan
bahwa perdarahan ringan sering dijumpai, tetapi hal ini bukanlah masalah yang
serius dan biasanya tidak memerlukan pengobatan.
3. Bila
perdarahan massive atau spotting terus berlanjut dan klien tidak dapat menerima
perdarahan yang terjadi, KB IUD jangan dilanjutkan lagi dan lakukan pencabutan
IUD.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
AKDR
atau IUD adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur,
mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukkan ke dalam
rahim melalui vagina dan mempunyai benang (BKKBN,2003). Jenis IUD antara lain
copper T, copper 7, Multi load, Lippes loop, dan Spiral. Salah satu efek
samping atau akibat dari IUD adalah spotting yaitu keluarnya
bercak-bercak darah.
Perdarahan
massive (Spotting) setelah pemasangan IUD merupakan hal yang normal dialami
oleh akseptor KB IUD. Perdarahan tersebut terjadi karena
adanya perlukaan pada dinding uterus setelah pemasangan IUD. IUD itu
berbahan dasar padat, maka pada saat dinding rahim bersentuhan dengan IUD bisa
saja terjadi perlukaan. Hal inilah yang dapat mengakibatkan keluarnya bercak
darah (spotting) diluar masa haid.
B.
Saran
1.
Untuk Pasien : Bila ingin
menghentikan pemakaian kontrasepsi IUD sebaiknya kunjungi pekerja kesehatan
yang memasangnya dan jangan mencoba mencopotnya sendiri di rumah.
2.
Untuk Petugas Kesehatan : Diharapkan
agar memberikan Pelayanan IUD lebih kompeten agar tidak terjadi
komplikasi-komplikasi yang merugikan bagi pasien.
DAFTAR
PUSTAKA
BKKBN. 2003. Kamus Istilah Kependudukan, KB dan Keluarga Sejahtera.
Jakarta : BKKBN.
Hartanto
Hanafi. 2003. Keluarga Berencana dan
Kontrasepsi. Jakarta: CV Mulia Sari
Prawirohardjo Sarwono. 2010. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Prawirohardjo,
Sarwono. 2003. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: YBP-SP
Saefuddin,
Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
No comments:
Post a Comment