BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kala I persalinan ketika telah tercapai
kontraksi uterus dengan frekuensi, intensitas, dan durasi yang cukup untuk
menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang progresif. Kala I persalinan
selesai ketika serviks sudah membuka lengkap (sekitar 10 cm) sehingga
memungkinkan kepala janin lewat. Oleh karena itu, kala I persalinan disebut
stadium pendataran dan dilatasi serviks.
Proses pembukaan serviks sebagai akibai
his dibagi di bagi dalam 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif. Fase
laten berlangsung selama 8 jam dan pembukaan terjadi sangat lambat sampai
mencapai ukuran diameter 3cm. sedangkan fase aktif dibagi dalam 3 fase lagi
yaitu fase akselerasi, fase dilatasi maksimal, dan fase deselerasi.
Fase-fase tersebut dijumpai pada
primigravida. Pada multigravida pun terjadi demikian, akan tetapi fase laten,
fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek. Kala I ini pasti akan
dilalui oleh setiap ibu hamil yang akan mengalami persalinan, sehingga kita
sebagai bidan harus mengetahui perubahan fisiologis yang kemugkinan besar akan
dialami oleh seorang ibu yang akan melahirkan, oleh sebab
itu, penulis membuat makalah dengan judul “Perubahan Fisiologis pada Kala I (Tekanan
Darah, Metabolisme, Suhu, Jantung, Pernafasan, Renal, gastrointestinal,
Hematologis)”.
B. Rumusan Masalah
Apa saja perubahan fisiologi pada kala
I meliputi
tekanan darah, metabolisme, suhu, jantung, pernafasan, renal, gastrointestinal,
dan hematologis ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui perubahan fisiologi
pada kala I meliputi
tekanan darah, metabolisme, suhu, jantung, pernafasan, renal, gastrointestinal,
dan hematologis.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
TEKANAN
DARAH
Tekanan darah meningkat selama
kontraksi uterus dengan kenaikan sistolik rata-rata sebesar 10-20 mmHg dan
kenaikan diastolik rata-rata 5-10 mmHg. Diantara kontraksi-kontraksi uterus,
tekanan darah akan turun seperti sebelum masuk persalinan dan akan naik lagi
bila terjadi kontraksi. Arti penting dan kejadian ini adalah untuk memastikan
tekanan darah yang sesungguhnya, sehingga diperlukan pengukuran diantara
kontraksi. Jika seorang ibu dalam keadaan sangat takut atau kawatir,
pertimbangkan kemungkinan rasa takutnyalah yang menyebabkan kenaikan tekanan
darah. Ada beberapa faktor yang mengubah tekanan darah ibu. Aliran darah yang
menurun pada arteri uterus akibat kontraksi, diarahkan kembali ke pembuluh
darah perifer. Timbul tahanan perifer, tekanan darah meningkat dan frekuensi
denyut nadi melambat. Pada tahap pertama persalinan kontraksi uterus
meningkatkan tekanan sistolik dengan rata-rata 15 ( 10-20) mmHg dan kenaikan
diastolik dengan rata-rata 5-10 mmHg. Oleh karena itu, pemeriksaan tekanan
darah di antara kontraksi memberi data yang lebih akurat. Akan tetapi, baik
tekanan sistolik maupun diastolik akan tetap sedikit meningkat diantara
kontraksi. Wanita yang memang memiliki resiko hipertensi kini resikonya
meningkat untuk mengalami komplikasi, seperti perdarahan otak.
Posisi tidur terlentang selama
bersalin akan menyebabkan penekanan uterus terhadap pembuluh drah besar (Aorta)
yang akan menyebabkan sirkulasi darah baik untuk ibu maupun janin akan
terganggu, ibu dapat terjadi hipotensi dan janin dapat asfiksia.
Untuk memastikan tekanan darah yang
sesungguhnya maka diperlukan pengukuran tekanan darah diluar kontraksi.
B.
METABOLISME
Selama
persalinan, metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan meningkat secara
berangsur disebabkan karena kecemasan, dan aktivitas otot skeletal atau rangka.
Peningkatan ini ditandai dengan adanya peningkatan suhu tubuh, denyut nadi,
kardiak output, pernafasan dan cairan yang hilang.
C.
SUHU
Suhu badan akan sedikit meningkat
selama persalinan, hal ini terjadi karena peningkatan metabolisme. Suhu
mencapai tertinggi selama persalinan dan segera setelah kelahiran. Kenaikan
suhu dianggap normal asal tidak melebihi 0,5°C-1°C suhu badan yang naik sedikit
merupakan keadaan yang wajar, namun bila keadaan ini berlangsung lama, kenaikan
suhu ini mengindikasikan adanya dehidrasi. Parameter lainnya harus dilakukan
antara lain selaput ketuban sudah pecah atau belum, karena hal ini bisa merupakan
tanda infeksi.
D.
JANTUNG
Detak
jantung akan meningkat cepat selama kontraksi berkaitan juga dengan peningkatan
metabolisme. sedangkan antara kontraksi detak jantung mengalami peningkatan
sedikit dibanding sebelum persalinan. Hal ini mencerminkan kenaikan dalam
metabolisme yang terjadi selama persalinan. Denyut jantung yang sedikit naik
merupakan keadaan yang normal, meskipun normal perlu dikontrol secara periode
untuk mengidentifikasi adanya infeksi. Pada setiap kontraksi, 400 ml darah
dikeluarkan dari uterus dan masuk ke dalam sistem vaskuler ibu. Hal ini akan
meningkatkan curah jantung sekitar 10% sampai 15% pada tahap pertama persalinan
dan sekitar 30% sampai 50% pada tahap kedua persalinan. Ibu harus diberitahu
bahwa ia tidak boleh melakukan manuver valsava (menahan napas dan menegakkan
otot abdomen) untuk mendorong selama tahap kedua. Aktivitas ini meningkatkan
tekanan entratoraks, mengurangi aliran balik vena dan meningkatkan tekanan
vena. Curah jantung dan tekanan darah meningkat, sedangkan nadi melambat untuk
sementara. Selama ibu melakukan manuver valsava, janin dapat mengalami
hipoksia. Proses ini pulih kembali saat wanita menarik napas.
E.
PERNAFASAN
Pernafasan terjadi kenaikan sedikit
dibanding dengan sebelum persalinan, kenaikan pernapasan ini dapat disebabkan
karena adanya nyeri, kekuatiran, serta penggunaan tehnik pernapasan yang tidak
benar. Untuk itu diperlukan tindakan untuk mengendalikan pernafasan
(untuk menghindari hiperventilasi) yang ditandai oleh adanya perasaan pusing. Hiperventilasi
yang lama dianggap tidak normal dan bisa menyebabkan alkologis. Sistem
pernafasan juga beradaptasi. Peningkatan aktivitas fisik dan peningkatan
pemakaian oksigen terlihat dari peningkatan frekuensi pernafasan.
Hiperventilasi dapat menyebabkan alkalosis respiratorik (pH meningkat),
hipoksia dan hipokapnea (karbondioksida menurun). Pada tahap kedua persalinan,
jika ibu tidak diberi obat-obatan, maka ia akan mengkonsumsi oksigen hampir dua
kali lipat. Kecemasan juga meningkatkan pemakaian oksigen.
F.
RENAL
Poliuria
sering terjadi selama persalinan, hal ini di sebabkan oleh kardiak output yang
meningkat, serta disebabkan karena filtrasi glomerulus serta aliran plasma ke
renal. Poliuria tidak begitu kelihatan dalam posisi terlentang, yang mempunyai
efek mengurangi aliran urin selama kehamilan. Kandung kencing harus sering dikontrol
(setiap 2 jam) yang bertujuan agar tidak menghambat penurunan bagian rendah
janin & trauma pada kandung kemih serta menghindari retensi urin setelah
melahirkan. Protein dalam urin (+1) selama persalinan merupakan hal yang wajar,
tetepi proteinuri (+2) merupakan hal yang tidak wajar, keadaan ini lebih sering
pada ibu primipara, anemia, persalinan lama atau pada kasus pre-eklamsia. Selama
persalinan wanita dapat mengalami kesulitan untuk berkemih secara spontan
akibat berbagai alasan : edema jaringan akibat tekanan bagian presentasi, rasa
tidak nyaman, sedasi dan rasa malu. Proteinuria +1 dapat dikatakan normal dan
hasil ini merupakan respons rusaknya jaringan otot akibat kerja fisik selama
persalinan. Poliuria sering terjadi selama persalinan, mungkin disebabkan oleh
peningkatan kardiak output, peningkatan filtrasi dalam glomerulus, dan
peningkatan aliran plasma ginjal. Proteinuria yang sedikit dianggap normal
dalam persalinan.
G.
GASTROINTESTINAL
Motilitas dan absorsi lambung
terhadap makanan padat jauh berkurang. Apabila kondisi ini diperburuk oleh
penurunan lebih lanjut sekresi asam lambung selama persalinan, maka saluran
cerna bekerja dengan lambat sehingga waktu pengosongan lambung menjadi lebih
lama. Cairan tidak terpengaruh dan waktu yang dibutuhkan untuk pencernaan
dilambung tetap seperti biasa. Makanan yang diingesti selama periode menjelang
persalinan atau fase prodomal atau fase laten laten persalinan cenderung akan
tetap berada didalam lambung persalinan. Mual dan muntah umum terjadi selama
fase transisi, yang menandai akhir fase pertama persalinan. Mual muntah biasa
terjadi sampai ibu mencapai akhir kala I . Persalinan mempengaruhi sistem
saluran cerna wanita. Bibir dan mulut dapat menjadi kering akibat wanita
bernafas melalui mulut, dehidrasi dan sebagai respons emosi terhadap
persalinan. Selama persalinan, motilitas dan absorbsi saluran cerna menurun dan
waktu pengosongan lambung menjadi lambat. Wanita sering kali merasa mual dan
memuntahkan makanan yang Belum dicerna sebelum bersalin. Mual dan sendawa juga
terjadi sebagai respons refleks terhadap dilatasi serviks lengkap. Ibu dapat
mengalami diare pada awal persalinan. Bidan dapat meraba tinja yang keras atau
tertahan pada rektum. Motilitas lambung dan absorbsi makanan padat secara
substansial berkurang banyak sekali selama persalinan. Selain itu, pengeluaran
getah lambung berkurang menyebabkan aktivitas pencernaan hampir berhenti, dan
pengosongan lambung menjadi sangat lamban. Cairan tidak berpengaruh dan
meninggalkan perut tempo yang biasa. Mual atau muntah biasa terjadi sampai
mencapai akhir kala I.
H.
HEMATOLOGIS
Hematologis akan meningkat 1,2
gr / 100 ml selama persalinan dan kembali ketingkat pra persalinan pada hari
pertama setelah persalinan apabila tidak terjadi kehilangan darah selama
persalinan, waktu koagulasi berkurang akan mendapat tambahan plasma selama
persalinan. Jumlah sel-sel darah putih meningkan secara progressif selama kala
1 persalinan sebesar 5000 s/d 15000 WBC sampai dengan akhir pembukaan lengkap
tidak ada peningkatan lebih lanjut.
Gula
darah menurun setelah persalinan, gula darah menurun drastis pada persalinan
lama dan sulit, kemungkinan akibat peningkatan aktivitas otot uterus dan
rangka.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah kita buat
dapat disimpulkan bahwasanya pada setiap proses persalinan normal akan terjadi
perubahan fisiologis pada persalinan kala I diantaranya tekanan darah, suhu,
denyut jantung, pernafasan, metabolisme, renal, gastrointestinal dan
hematologis.
B.
Saran
Seorang bidan harus
mengetahui perubahan fisiologis pada persalinan kala I yang dialami oleh seorang
ibu yang akan melahirkan.
No comments:
Post a Comment