truth


counters

nama

Tuesday 25 February 2014

makalah aspek sosial budaya yang berkaitan dengan BBL dan anak praskolah



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosiobudaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lainnya, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Aspek adalah sesuatu yang mendasar atau mengikat. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu Buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi dan akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Sosial atau socius yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Sehingga sosial mengandung makna bahwa setiap anggotanya memiliki kepentingan dan perhatian yang sama dalam mencapai tujuan bersama.
Aspek sosial budaya merupakan sesuatu yang mendasar berkaitan dengan akal dan pemikiran manusia dalam kehidupan sosial. Karena aspek sosial budaya inilah, berkembang yang namanya mitos dan fakta yang ada dalam kehidupan masyarakat. Aspek sosial budaya ini berkaitan dengan bayi baru lahir dana anak prasekolah yang mana pada zaman dahulu banyak mitos dan budaya dalam menanggapi hal ini. Oleh karena itu, kami akan membahas hal tersebut dalam makalah ini. 
B.    Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

A.    Apa saja aspek sosial budaya yang berkaitan dengan bayi baru lahir dan anak prasekolah?
C.     Bagaimana solusi pendekatan melalui Agama?
D.    Bagaimana solusi pendekatan melalui kesenian tradisional?
E.     Bagaimana solusi pendekatan melalui paguyuban?
F.      Bagaimana solusi pendekatan melalui pesantren?

C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah yang berjudul “Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Bayi Baru Lahir  dan Anak Prasekolah yaitu:
A.    Mengetahui sosial budaya yang berkaitan dengan bayi baru lahir dan anak prasekolah
B.     Mengetahui solusi pendekatan melalui agama
C.     Mengetahui solusi pendekatan melalui kesenian tradisional
D.    Mengetahui solusi pendekatan melalui paguyuban
E.     Mengetahui solusi pendekatan melalui pesantren


 
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Aspek Sosial Budaya Bayi Baru Lahir dan Anak Prasekolah
     
      Aspek sosial budaya merupakan sesuatu yang mendasar berkaitan dengan akal dan pemikiran manusia dalam kehidupan sosial. Karena aspek sosial budaya inilah, berkembang yang namanya mitos dan fakta yang ada dalam kehidupan masyarakat. Kebudayaan pada bayi baru lahir  dan anak prasekolah ini menyebabkan banyaknya mitos mengenai bayi baru lahir dan anak prasekolah.
      Mitos-mitos yang lahir dimasyarakat ini kebenarannya kadang tidak masuk akal dan bahkan dapat berbahaya bagi ibu dan bayi. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang merawat bayi baru lahir. Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dari kehamilan yang normal. Mitos dan fakta yang berkembang sekitar perawatan bayi baru lahir, yaitu sebagai berikut:
1.   Mitos: Bayi baru lahir perlu dipijat setiap hari
Fakta: Pemijatan hanya berguna jika dilakukan dengan benar dan tepat. Sebaiknya yang melakukan pijat adalah ibu si bayi sendiri. Tentu saja setelah mempelajari teknik memijat bayi dengan baik. Perlu diperhatikan kondisi si kecil, apakah ia sedang dalam keadaan nyaman dan sehat untuk dipijat. Selain itu perlu juga diperhatikan bahan-bahan atau minyak yang digunakan untuk memijat dapat membuat bayi alergi.

2.   Mitos: membedong bayi dapat memperkuat kaki atau membuat struktur kaki bayi menjadi lurus
Yang sebenarnya adalah sentuhan kulit ke kulit membuat bayi baru lahir, terutama bayi premature, lebih baik perkembangannya. Walaupun begitu, tidak diperlukan untuk memijatnya setiap hari. Yang perlu dilakukan adalah perbanyak sentuhan dan berkomunikasi dengan si kecil agar ia merasa nyaman dan aman.

3.   Mitos: makanan dan minuman yang manis membuat gigi berlubang
Fakta: Bahwa gigi menjadi berlubang diakibatkan tiga hal, yaitu kuman, suasana asam dan keduanya berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama. Bila makanan yang mengandung gula menetap pada sela gigi, kuman akan mengubahnya menjadi asam. Kondisi asam disertai bakteri yang juga menjadi aktif pada suasana asam, adalah penyebab utama dari gigi berlubang. Diawali dengan kerusakan pada lapisan email gigi, jika dibiarkan lama kelamaan gigi menjadi berlubang. Hal-hal yang dapat menyebabkan gigi berlubang antara lain adalah kebiasaan mengemut atau minum susu dengan botol sampai tertidur. Makanan manis tidak secara langsung menyebabkan gigi berlubang, tapi memudahkan pertumbuhan kuman penyebab kerusakan gigi jika tidak rajin membersihkan gigi dan mulut.

4.   Mitos: Jika anak rewel saat diberi ASI artinya ASI sedikit dan harus diganti susu botol
Fakta: ASI diproduksi sesuai dengan hisapan si bayi, jadi banyak sedikitnya ASI ditentukan oleh bayi sendiri. Bayi yang banyak minum ASI akan membuat produksi ASI meningkat. Jadi, sebenarnya tidak ada istilah ASI sedikit.Bahwa kondisi tertentu mungkin dapat mengurangi produksi ASI, seperti jika ibu menyusui mengkonsumsi obat-obatan tertentu, stress atau tidak tenang saat menyusui, sedang sakit dan sebagainya. Di sisi lain, bayi mungkin merasa tidak nyaman saat menyusu karena posisi yang kurang nyaman, puting susu yang cenderung masuk ke dalam, ASI yang memancar terlalu kencang atau ia sedang tidak lapar, sedang tidak enak badan dan sebagainya..

5.   Mitos: Air susu ibu (ASI) sebagai makanan yang komplit sampai usia si kecil satu tahun
Fakta: ASI sangat baik untuk pertumbuhan bayi sampai sia berusia 6 bulan. Namun semakin bertambahnya usia bayi, ASI tidaklah mengandung cukup kalori dan kurang mengenyangkan seiring dengan makin aktifnya si kecil. Ada beberapa zat tambahan yang dibutuhkan anak, misalnya zat besi dan vitamin C yang banyak didapat dari sumber makanan. Jadi, anak tetap memerlukan makanan tambahan untuk kebutuhan gizinya juga untuk menghindari resiko anemia.

1.      Mitos: Baby Walker membantu anak berlatih berjalan
Fakta: Justru sebaliknya, baby walker dapat menghambat perkembangan motorik anak. Anak tanpa baby walker dapat lebih bebas bergerak, berguling, duduk dan berdiri serta bermain di lantai yang merupakan dasar untuk belajar berjalan. Penelitian pada saudara kembar menunjukan kembar yang menggunakan baby walker mengalami gangguan motorik berjalan ketimbang saudaranya. Baby walker tidak lagi disarankan karena menjadi penyebab utama kecelakaan pada bayi usia 5-15 bulan.

2.      Mitos: Gurita mencegah perut buncit
Faktanya pemakaian gurita pada bayi—terutama bayi perempuan, sama sekali tidak ada hubungannya dengan upaya pencegahan agar perut anak Anda tidak melar ketika ia dewasa. Ketika dilahirkan, semua bayi memang memiliki perut yang ukurannya lebih besar daripada dada. Seiring pertambahan usia, perut bayi akan kelihatan mengecil dengan sendirinya. Pemakaian gurita malah sebaiknya dihindari karena membuat bayi Anda susah bernapas. Pasalnya, pada awal kehidupan, bayi bernapas dengan menggunakan pernapasan perut sebelum ia belajar menggunakan pernapasan dada. Pemakaian gurita yang menekan perut bisa membatasi jumlah udara yang dihirupnya. Mitos ini tak benar, karena organ dalam tubuh malah akan kekurangan ruangan. Dinding perut bayi masih lemas, volume organ-organ tubuhnya pun tak sesuai dengan rongga dada dan rongga perut yang ada karena sampai 5 bulan dalam kandungan, organ-organ ini terus tumbuh sementara tempatnya sangat terbatas. Jika bayi menggunakan gurita maka ruangan untuk pertumbuhan organ-organ ini akan terhambat. Kalau mau tetap memakaikan gurita, boleh saja. Asal ikatan bagian atas dilonggarkan sehingga jantung dan paru-paru bias berkembang. Bila gurita digunakan agar tali pusar bayi tidak bodong, sebaiknya pakaikan hanya disekitar pusar dan ikatannya longgar. Jangan sampai dada dan perut tercekik sehingga jantung tidak bias berkembang dengan baik karena gurita yang terlalu kencang.

3.      Mitos: Pusar ditempel uang logam supaya tidak bodong
Faktanya pusar menonjol atau sering diistilahkan bodong pada bayi adalah kondisi yang wajar. Sebab, otot dinding perut pada bayi masih lemah sehingga bisa mempengaruhi bentuk pusar. Seiring bertambah kuatnya dinding perut, bentuk pusar juga akan mengalami perubahan. Pusar bayi bisa menonjol akibat terlalu banyak menangis atau ‘ngulet’. Kondisi ini sering dialami bayi yang alergi susu sapi atau formula. Atau, pada bayi ASI yang sensitif serta memiliki bakat alergi terhadap makanan yang dikonsumsi ibunya. Misal, makanan laut, cokelat, telur, kacang tanah, serta produk makanan yang mengandung susu.

4.      Mitos: Bedong agar kaki bayi tidak bengkok
Fakta: Tidak ada hubungan antara membedong dengan kekuatan kaki atau struktur kaki bayi. Justru bayi akan lebih mudah bergerak untuk melatih kaki dan tangannya, jika bedong dilakukan dengan longgar. Biarkan kaki dan tangan bayi bebas bergerak. Membedong anak sekuat mungkin tidak ada hubungannya sama sekali untuk meluruskan kaki bayi. Semua kaki bayi memang bengkok pada awalnya. Hal ini berkaitan dengan posisi bayi yang meringkuk di dalam rahim. Nanti, dengan semakin kuatnya tulang anak dan kian besarnya keinginan untuk bisa berjalan, kaki anak akan lempeng sendiri. Perkembangan fisiologis kaki memang seperti itu.

10. Mitos: Bawang yang dicampur minyak dikenal bias menurunkan panas
Faktanya secara ilmiah benar, karena bawang adalah tumbuhan yang mengeluarkan minyak yang mudah menguap dan menyerap panas.

11. Mitos: Upacara tedak siti (menginjak tanah) saat bayi 6-7 bulan
Faktanya secara ilmiah pun ternyata salah, karena pas dengan usia reflek menapak bayi. Di permukaan badan terdapat putik saraf yang bias menjadi sensor tekanan. Saraf ini tumbuh saat bayi 6-7 bulan, bersamaan dengan tumbuhnya struktur otak untuk keseimbangan dan alat-alat keseimbangan untuk posisi berdiri. Tak heran jika di usia ini bayi sudah mulai belajar menapak.

12. Mitos: Hidung ditarik agar mancung
Faktanya ini jelas salah, karena tidak ada hubungannya menarik pucuk hidung dengan mancung atau tidaknya hidung. Mancung atai tidaknya hidung seseorang ditentukan oleh bentuk tulang hidung yang sifatnya bawaan.

13.  Mitos: Bayi usia seminggu diberi makan pisang dicampur nasi agar tidak kelaparan
Faktanya hal ini salah, karena pasalnya usus bayi diusia ini belum punya enzim yang mampu mencerna karbohidrat dan serat-serat tumbuhan yang begitu tinggi. Akibatnya bayi jadi sembelit, karena makanan padat pertama adalah di usia 4 bulan, yakni bubur susu dan 6 bulan makanan padat kedua yaitu bubur tim.

14. Tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari
Mungkin yang tepat adalah jangan pergi ke tempat yang penuh orang (crowded). Banyak orang berarti banyak kuman penyakit. Kalau kepadatan pada suatu ruangan tinggi, maka penyakit pun tinggi. Misalnya ke mal atau membawa bayi ke perhelatan. Ingat kekebalan bayi masih sangat rentan saat usianya dibawah 40 hari. Jadi, dibawah setahun sebaiknya jangan dibawa ke mal, kecuali memang sangat penting dan hanya sebentar.

15. Menggunting bulu mata agar lentik
Memotong bulu mata bisa mengurangi fungsinya untuk melindungi mata dari benda-benda asing. Panjang pendeknya bulu mata sudah menjadi bawaan dari bayi itu sendiri.




16. Beri setetes kopi agar bayi tidak step (kejang)
Pemberian kopi pada bayi jelas berbahaya karena mengandung kafein yang akan memacu denyut jantungnya bekerja lebih cepat. Lagi pula bayi itu minumnya susu bukan kopi.

17. Jangan memeras kencang-kencang saat mencuci baju bayi, bayi akan gelisah tidurnya.
Kalo di pikir secara logika jelas tidak masuk akal, mungkin bayi gelisah saat tidur karena dia pipis, pub, gerah, atau ada faktor lain, jadi bukan karena saat memeras pakaiannya, mungkin lebih masuk akal kalau jangan memeras terlalu keras karena akan merusak pakaian si bayi yang kalau sudah koyak atau lepas jahitannya akan membuat gelisah sang ayah karena harus membelikan pakaian yang baru lagi.

18. Jangan menyusui bayi jika bunda sedang sakit
Tadinya saya percaya karena penalaran saya bayi akan tertular sakit si ibu, ternyata saya salah karena setelah saya konsultasi ke dokter ternyata malah sebaliknya, saat ibu sedang sakit tubuh si ibu akan menghasilkan sistem kekebalan tubuh yang lebih banyak dan akan ikut ke dalam asi yang jika di minum si bayi akan meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya. Yang tidak boleh adalah menyusui bayi saat sakit tanpa ada pelindung untuk anda, contohnya pakailah masker penutup mulut dan hidung saat anda flu karena akan memularkan penyakit, jadi bukan karena ASI nya.

19. Asupan lain ketika ASI belum keluar
Masyarakat Kerinci di Sumatera Barat , pada usia 1 bulan bayi sudah diberi bubur tepung, bubur nasi, pisang , dan lain-lain. Dan ada juga kebiasaan memberikan roti,nasi yang sudah dilumatkan ataupun madu, dan teh manis kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar.

20.  Kolostrum dianggap sebagai susu yang sudah rusak
Masyarakat tradisional menganggap kolostrum sebagai susu yang sudah rusak dan tak baik diberikan pada bayi karena warnanya yang kekuning-kuningan. Selain itu, ada yang menganggap kolostrum dapat menyebabkan diare, muntah , dan masuk angin pada bayi.


Aspek tumbuh kembang pada anak prasekolah dewasa ini adalah salah satu aspek yang diperhatikan secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut merupakan aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, baik secara fisik maupun psikososial. Namun, sebagian orang tua belum memahami hal ini, terutama orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang relatif rendah. Mereka menganggap bahwa selama anak tidak sakit, berarti anak tidak mengalami masalah kesehatan termasuk pertumbuhan dan perkembangannya. Sering kali para orang tua mempunyai pemahaman bahwa pertumbuhan dan perkembangan mempunyai pengertian yang sama ( Nursalam, 2005).
Berikut ini merupakan mitos yang berkembang berkaitan dengan tumbuh kembang anak prasekolah.

1.      Setiap anak yang mengalami diare, demam dan rewel  biasanya oleh orang tua sering mengaitkannya dengan perubahan tumbuh kembang anak tersebut. Contohnya : Tumbuhnya gigi, mulai belajar berjalan, mulai belajar berbicara

2.      Biasanya kepercayaan masyarakat terhadap anak, jika anak yang mengalami tumbuh gigi terlebih dahulu maka kemungkinan untuk berjalannya lambat, begitu pula sebaliknya jika anak berjalan terlebih dahulu maka kemungkinan untuk tumbuh gigi terlambat.

3.      Jika anak mengalami step atau demam tinggi biasanya orang tua yang masih kental dengan adat dan budayanya sering menyikapi hal tersebut dengan mengibaskan sapu ijuk dimuka anak tersebut.

4.      Jika menjelang maghrib anak kecil tidak diperbolehkan untuk keluar dari rumah dan biasanya orang tua menakut-nakutinya agar anak tersebut tetap berada didalam rumah. Hal ini, bertujuan agar anak tidak terkena angin malam yang menyebabkan anak tersebut sakit.

5.      Jika rambut anak anda basah maka anak anda akan masuk angin.
Seorang Pakar Kesehatan Jims Scars mengatakan dari riset yang pernah dilakukannya di Inggris dimana setengah kelompok anak dibiarkan berada dalam ruangan hangat sedangkan sisanya berada di lorong dengan kondisi basah kuyup. Setelah beberapa jam, kelompok yang berada di lorong tadi tidak mengalami flu. Kedinginan belum tentu mempengaruhi sistem kekebalan tubuh secara langsung.

6.      Anak perlu makan ketika kedinginan dan meminum banyak air ketika demam. Hal yang seharusnya dilakukan adalah menjaga keseimbangan komposisi cairan tubuh. Jika seseorang banyak cairan maka akan mudah terserang penyakit begitupun sebaliknya. Meskipun demikian anak tidak perlu mengonsumsi minuman elektrolit bila tidak mengalami dehidrasi ataupun diare.

7.      Anak akan kehilangan 75% panas melalui kepala
Mitos ini berkembang karena keharusan bahwa kepala bayi yang baru lahir ditutupi ketika cuaca dingin ataupun panas. Hal tersebut dibenarkan karena kepala bayi memiliki presentasi lebih besar daripada bagian tubuh yang lainnya. Tetapi saat beranjak dewasa, keluarnya panas melalui kepala hanya 10%, sisanya keluar melalui kaki, lengan, dan tangan.

8.      Mitos tentang vitamin sangat perlu diketahui agar tidak salah langkah.
a.       Anak kurus karena kurang vitamin
Orang sering berpikir, anak yang gemuk dan lincah pastilah sehat, padahal belum tentu benar. Anak gemuk belum tentu cukup vitamin. Pasalnya, tubuh yang besar relatif butuh makanan lebih banyak. "Bisa jadi, anak yang gemuk tersebut kurang darah alias mengidap anemia." Biasanya pada saat lahir, anak tersebut mendapat cadangan makanan (baik zat besi maupun vitamin) yang cukup dari ibunya. Namun seiring pesatnya pertumbuhan, ia ternyata relatif kekurangan vitamin pembentukan darah. Untuk itu harus mendapat tambahan asam folat, zat besi, dan vitamin C. Sebaliknya, anak yang kurus juga belum tentu kekurangan vitamin. Pemikiran bahwa anak gemuk itu sehat dan anak kurus tidak sehat, tidak berlaku lagi sekarang. "Patokannya sekarang adalah tumbuh dan kembang. Untuk mengetahui apakah anak kita cukup ideal, bisa menggunakan alat ukur grafik berat, tinggi dan umur yang saling dibandingkan," lanjut Ghazali. Selain itu, faktor genetik pun bisa mempengaruhi anak menjadi kurus, gemuk, pendek, tinggi, dan lainnya.

b.      Nafsu makan hilang, cekok saja dengan vitamin
Sering kita lihat orang tua yang sembarangan mencekokkan vitamin pada anaknya yang sulit makan. "Mencekokkan vitamin dianggap bisa mengembalikan nafsu makan anak. Padahal, hilangnya nafsu makan anak disebabkan banyak hal, seperti karena sakit tenggorokan, sariawan, gigi tumbuh, gigi copot, anak flu, atau terkena TBC," ujar Ghazali. Pemberian vitamin yang berlebihan justru bisa membuat anak kehilangan nafsu makan. Terutama jika anak kehilangan vitamin C alias asam askorbat. Asam jika dimakan berlebih akan menyebabkan perut perih. Apalagi jika anak makan tidak teratur, bisa saja terjadi luka di lambung. Tetapi pada anak kecil hal ini jarang terjadi. Penyakit mag biasanya diderita orang dewasa. Untuk itu sebaiknya mengkonsumsi vitamin sesuai dosis wajarnya 50 mg. Jangan termakan iklan yang menyebutkan bahwa menelan vitamin dosis tinggi (sampai 1.000 mg) bisa membantu stamina tetap kuat dan tidak sakit-sakitan.

c.       Vitamin membuat anak lebih cerdas
Vitamin memang bisa membuat anak cerdas, namun tetapi prosesnya tentu saja tidak langsung. Cerdas itu terjadi karena anak mengalami perkembangan. Misalnya cepat bicara, berjalan, bermain, dan lainnya.



BAB III
SOLUSI

A.    Pendekatan melalui Agama

Dari permasalahan aspek sosial budaya yang berkaitan dengan bayi baru lahir dan anak prasekolah, kita dapat memberikan solusi pendekatan melalui agama. Agama memberikan petunjuk/pedoman pada umat manusia dalam menjalani hidup meliputi seluruh aspek kehidupan. Selain itu juga agama dapat membantu umat manusia dalam memecahkan berbagai masalah hidup yang sedang dihadapi. Melalui pendekatan agama, bidan dapat mengadakan pengajian bersama masyarakat yang kemudian diselingi dengan memberikan informasi mengenai cara merawat bayi baru lahir dan anak prasekolah yang benar. Serta mengklarifikasi tentang mitos yang berkembang di masyarakat seputar bayi baru lahir dan anak prasekolah.

B.    Pendekatan melalui Kesenian Tradisional

Dari permasalahan aspek sosial budaya berkaitan dengan bayi baru lahir dan anak prasekolah, kita dapat memberikan solusi dengan pendekatan melalui Kesenian Tradisional. Pendekatan sosial budaya yang dilakukan oleh bidan melalui kesenian tradisonal menyatakan bahwa peran bidan bukan hanya dalam pelayanan kesehatan saja, tetapi bidan juga dapat menjadi seorang bidan pengelola. Misalnya seorang bidan praktik selain sebagai tenaga kesehatan, bidan juga dapat membuka hubungan kerja sama dengan suatu sanggar tari, lewat yayasan tersebut ia dapat menyampaikan pesan atau melakukan penyuluhan kesehatan. Dalam perannya sebagai peneliti dimana bidan ikut meneliti tentang kebudayaan apa yang ada pada suatu daerah tempat penelitiannya tersebut. Melalui pendekatan Kesenian tradisional: bidan dan ahli kesehatan lainnya dapat ikut dalam kesenian tradisional misalnya kesenian wayang orang yang di dalamnya menampilkan pesan-pesan tentang hal yang mitos dan yang nyata agar masyarakat awam tidak salah persepsi dan tidak mempercayai hal-hal yang belum ada kebenarannya. Dan juga memberikan penyuluhan tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir, agar para ibu dan masyarakat di lingkungannya dapat mengerti benar.



C.    Pendekatan melalui Paguyuban

Dari permasalahan aspek sosial budaya yang berkaitan dengan bayi baru lahir dan anak prasekolah, kita dapat memberikan solusi dengan pendekatan melalui paguyuban. Paguyuban atau Gemeinschaft adalah suatu kelompok atau masyarakat yang diantara para warganya di warnai dengan hubungan-hubungan sosial yang penuh rasa kekeluargaan, bersifat batiniah dan kekal,serta jauh dari pamrih-pamrih ekonomi.
Dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan diperlukan pendekatan-pendekatan khususnya paguyuban. Untuk itu kita sebagai tenaga kesehatan khususnya calon bidan agar mengetahui dan mampu melaksanakan berbagai upaya untuk meningkatkan peran aktif masyarakat agar masyarakat sadar pentingnya kesehatan, misalnya saja dengan mengadakan kegiatan posyandu di puskesmas-puskesmas.
Melalui pendekatan Paguyuban: bidan dapat masuk kedalam kelompok masyarakat untuk bersosialisasi dan mencari tahu apa masalah yang sedang dialami masyarakat yang berhubungan dengan bayi baru lahir dan anak prasekolah, serta harus meluruskan mitos yang berkembang di masyarakat ini dengan cara yang baik agar tidak merusak hubungan sosial yang sudah ada di dalamnya.

D.    Pendekatan melalui Pesantren

Dari permasalahan aspek sosial budaya yang berkaitan dengan bayi baru lahir dan anak prasekolah, kita dapat memberikan solusi pendekatan melalui pesantren. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan islam yang mengembangkan fungsi pendalaman agama, kemasyarakatan dan penyiapan sumber daya manusia.
Tujuan umumnya adalah tercapainya pengembangan dan pemantapan kemandirian pondok pesantren dan masyrakat sekitar dalam bidang kesehatan. Tujuan khususnya adalah tercapainya pengertian positif pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya tentang norma hidup sehat, meningkatkan peran serta pondok pesantren dalam menyelenggarakan upaya kesehatan, terwujudnya keteladanan hidup sehat di lingkungan pondok pesantren.
Melalui pendekatan Paguyuban: bidan dapat melakukan penyuluhan di pesantren mengenai aspek sosial budaya yang berkaitan dengan bayi baru lahir dan anak prasekolah serta mitos yang berkembang yang tidak boleh dipercayai dan yang boleh dipercaya.
BAB IV
PENUTUP

E.     KESIMPULAN

      Aspek sosial budaya merupakan sesuatu yang mendasar berkaitan dengan akal dan pemikiran manusia dalam kehidupan sosial. Karena aspek sosial budaya inilah, berkembang yang namanya mitos dan fakta yang ada dalam kehidupan masyarakat. Kebudayaan pada bayi baru lahir  dan anak prasekolah ini menyebabkan banyaknya mitos mengenai bayi baru lahir dan anak prasekolah.

F.     SARAN

      Dalam menghadapi suatu kebudayaan pada masa bayi baru lahir dan anak prasekolah maka kita memerlukan suatu perencanaan dan pemantauan kesehatan salah satunya dengan penyuluhan agar kita dapat mengubah atau memperbaiki suatu keadaan dalam mitos yang dapat merugikan ibu, bayi dan anak, karena bila tidak, dapat membahayakan pertumbuhan dan keadaan bayi bahkan dapat dikatakan bahwa mitos-mitos yang merugikan dan membahayakan bagi bayi dan anak. Tenaga kesehatan khususnya bidan harus mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya, beradaptasi dengan budaya-budaya dominan yang ada di daerahnya. Dan memberikan penyuluhan tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir, agar para ibu dan masyarakat di lingkungannya dapat mengerti benar, serta harus meluruskan mitos yang berkembang di masyarakat ini dengan cara yang baik agar tidak merusak hubungan sosial yang sudah ada di dalamnya.

No comments:

Post a Comment