A.
Kecemasan
1.
Pengertian
Kecemasan
merupakan salah satu aspek pemicu stress dan depresi sekaligus. Setiap orang
pasti pernah mengalami kecemasan pada saat-saat tertentu, dan dengan tingkat
yang berbeda-beda. Dalam teori behavior dijelasakan bahwa kecemasan muncul
melalui classical conditioning, artinya seorang memunculkan reaksi
kecemasan terhadap hal-hal yang pernah dialami sebelumnya dan reaksi-reaksi
yang telah dipelajari dari pengalamannya (Rochman, 2010).
Ansietas atau kecemasan adalah kekhawatiran yang
tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak
berdaya.Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.Kecemasan dialami
secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kapasitas untuk
menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat kecemasan yang berat
tidak sejalan dengan kehidupan (Stuart, 2006).
Gejala kecemasan baik yang sifatnya akut maupun
kronik (menahun) merupakan komponen utama bagi hampir semua gangguan kejiwaan (psychiatric
disorder). Secara klinis gejala kecemassn dibagi dalam beberapa kelompok,
yaitu : gangguan cemas (anxiety disorder), gangguan cemas menyeluruh (generalized
anxiety disorder/ GAD), gangguan panik (panic disoreder), gangguan
phobic (phobic disorder) dan gangguan obsesif-kompulsif (obsessive-compulsive
disorder).
Diperkirakan jumlah mereka yang menderita gangguan
kecemasan ini baik akut maupun kronik mencapai 5% dari jumlah penduduk, dengan
perbandingan antara wanita dan pria 2 banding 1. Dan diperkirakan antara 2%-4%
diantara penduduk di suatu saat dalam kehidupannya pernah mengalami gangguan
cemas.
Tidak semua orang yang mengalami sresor psikososial
akan menderita gangguan cemas, hal ini tergantung pada struktur kepribadiannya.
Orang dengan kepribadian pencemas lebih rentan (vulnerable) untuk
menderita gangguan cemas. Atau dengan kata lain orang dengan kepribadian
pencemas resiko untuk menderita gangguan cemas lebih besar dari orang yang
tidak berkepribadian pencemas.
Perkembangan kepribadian (personality
development) seseorang dimulai sejak usia bayi hingga usia 18 tahun dan
bergantung dari pendidikan orangtua (psioko-edukatif) di rumah,
pendidikan di sekolah dan pengaruh lingkungan pergaulan sosialnya serta
pengalaman dalam kehidupannya. Seseorang menjadi pencemas terutama akibat dari
proses imitasi dan identifikasi dirinya terhadap kedua orangtuanya, daripada
pengaruh turunan (genetika). Atau dengan kata lainparental example lebih
utama daripada parental genes. Demikian pula halnya dengan kepribadian
depresif dan bentuk-bentuk kepribadian lainnya (Hawari, 2008)
2.
Tingkat
kecemasan
Menurut Stuart Sudden dalam buku Asmadi (2008),
tingkatan kecemasan dibagi menjadi 4, antara lain:
a.
Kecemasan
ringan
Kecemasan ringan
berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan
seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan
dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreatifitas.Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan,
iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi
meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.
Kecemasan ringan mempunyai karakteristik :
1)
Berhubungan
dengan ketegangan dalam peristiwa sehari-hari.
2)
Kewaspadaan
meningkat.
3)
Persepsi
terhadap lingkungan meningkat.
4)
Dapat
menjadi motivasi positif untuk belajar dan menghasilkan kreatifitas.
5)
Respon
fisiologis : sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat sedikit,
gejala ringan pada lambung, muka berekrut, serta bibir bergetar.
6)
Respon
kognitif : mampu menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah,
menyelesaikan masalah secara efektif, dan terangsang untuk melakukan tindakan.
7)
Respon
perilaku dan emosi : tidak dapat duduk tenang, remor halus pada tangan, dan
suara kadang-kadang meninggi.
b.
Kecemasan
sedang
Kecemasan
sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan
mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif,
namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada
tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan
meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan
persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan
konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak
menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan
menangis.
Kecemasan sedang
mempunyai karakteristik :
1)
Respon
biologis : sering nafas pendek, nadi ekstra sistol dan tekanan darah meningkat,
mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, sering berkemih, dan
letih.
2)
Respon
kognitif : memusatkan perhatian pada hal yang penting dna mengesampingkan yang
lain, lapang persepsi menyempit, dan rangsangan dari luar tidak mampu diterima.
3)
Respon
perilaku dan emosi : gerakan tersentak-sentak, terlihat lebih tegas, bicara
banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan perasaan tidak aman.
c.
Kecemasan berat
Kecemasan berat sangat
mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat cenderung
untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat
berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk
dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada
tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur
(insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak
mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk
menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi.
Kecemasan
berat mempunyai karakteristik :
1)
Individu
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain.
2)
Respon
fisiologis : nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit
kepala,penglihatan kabur, serta tampak tegang.
3)
Respon
kognitif : tidak mampu berpikir berat lagidan membutuhkan banyak pengarahan /
tuntunan, serta lapang persepsi menyempit.
4)
Respon
perilaku dan emosi : perasaan terancam meningkat dan komunikasi menjadi
terganggu (verbalisasi cepat).
d.
Panik
Panik berhubungan dengan
terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan kendali.Orang yang
sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda
dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil,
palpitasi, pucat, diaphoresis,
pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana,
berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.
Panik mempunyai
karakteristik :
1)
Respons
fisiologis : nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat,
hipotensi, serta rendahnya koordinasi motorik.
2)
Respons
kognitif : gangguan realitas, tidak dapat berfikir logis, persepsi terhadap
lingkungan mengalami distorsi, dan ketidakmampuan memahami situasi.
3)
Respons
prilaku dan emosi : agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak-teriak,
kehilangan kendali atau kontrol diri (aktifitas motorik tidak menentu),
perasaan terancamm serta dapat berbuat sesuatu yang membahayakan diri sendiri
dan atau orang lain (http://syehaceh.wordpress.com).
3.
Menurut
Hawari (2008) tipe kepribadian pencemas adalah sebagai berikat
Seseorang akan menderita gangguan
cemas, manakala yang bersangkutan tidak mampu mengatasi stressor psikososial
yang dihadapinya. Tetapi pada orang-orang tertentu meskipun tidak ada stressor
psikososial, yang bersangkutan menunjukan kecemasan juga, yang ditandai dengan
corak atau tipe kepribadian pencemas, yaitu antara lain :
a.
Cemas,
khawatir, tidak tenang, ragu, dan bimbang.
b.
Memandang
masa depan dengan rasa was-was (khawatir).
c.
Kurang
percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum (“demam panggung”) .
d.
Sering
merasa tidak bersalah, menyalah.
e.
Tidak
mudah mengalah, suka “ ngotot”.
f.
Gerakan
sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisah.
g.
Sering kali
mengeluh ini dan itu ( keluhan-keluhan somatic), khawatir berlebihan terhadap
penyakit.
h.
Mudah
tersinggung, suka membesar-besarkan masalah yang kecil (dramatisasi).
i.
Dalam
mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang dan ragu.
j.
Bila
mengemukakan sesuatu atau bertanya seringkali diulang-ulang.
k.
Kalau
sedang emosi seringkali bertindak histeris.
Orang dengan tipe kepribadian
pencemas tidak selamnya mengeluh hal-hal yang sifatnya psikis tetapi juga
disertai dengan keluhan-keluhan fisik (somatik) dan juga tumpang tindih dengan
ciri-ciri kepribadian depresif, atau dengan kata lain batasannya seringkali
tidak jelas.
4.
Menurut
Hawari (2008) gejala cemas meliputi
a.
Cemas,
khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung,
b.
Merasa
tegang, tidak tenang, gelisah mudah terkejut.
c.
Takut
sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
d.
Gangguan
pola tidur mimpi-mimpi yang menegangkan.
e.
Gangguan
konsentrasi dan daya ingat.
f.
Keluhan-keluhan
somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging
(tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan
perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya.
Selain
keluhan-keluhan cemas secara umum di atas, ada lagi kelompok cemas menyeluruh,
gangguan panic, gangguan phobic, dan gangguan obsesif-komplusif.
5.
Gangguan
cemas menyeluruh (Generalized Anxienty Disorder/ GAD)
Secara
klinis gejala cemas yang biasa, disertai dengan kecemasan yang menyeluruh dan
menetap (paling sedikit berlangsung selama 1 bulan) dengan manisfestasi 3 dari
4 kategori gejala berikut ini :
a.
Ketegangan
motorik/ alat gerak
1)
Gemetar
2)
Tegang
3)
Nyeri
otot
4)
Letih
5)
Tidak
dapat santai
6)
Kelopak
mata bergetar
7)
Kening
berkerut
8)
Muka
tegang
9)
Gelisah
10)
Tidak
dapat diam
11)
Mudah
kaget
b.
Hiperaktivitas
saraf autonom (simpatis/ parasimpatis) :
1)
Berkeringat
berlebihan
2)
Jantung
berdebar-debar
3)
Rasa
dingin
4)
Telapak
tangan/ kaki basah
5)
Mulut
kering
6)
Pusing
7)
Kepala
terasa ringan
8)
Kesemutan
rasa mual
9)
Rasa
aliran panas atau dingin
10)
Sering
buang air seni
11)
Diare
12)
Rasa
tidak enak di ulu hati
13)
Kerongkongan
tersumbat
14)
Muka
merah atau pucat
15)
Denyut
nadi dan nafas yang cepat waktu istirahat
c.
Rasa
khawatir berlebihan tentang hal-hal yang akan datang (apprehensive
expectation):
1)
Cemas,
khawatir, takut
2)
Berpikir
berulang (rumination)
3)
Membayangkan
akan datangnya kemalangan terhadap dirinya atau orang lain
d.
Kewaspadaan
berlebihan
1)
Mengamati
lingkungan secara berlebihan sehingga mengakibatkan perhatian mudah teralih
2)
Sukar
konsentrasi
3)
Sukar
tidur
4)
Merasa
ngeri
5)
Mudah
tersinggung
6)
Tidak
sabar
Gejala-gejala tersebut di
atas baik yang bersifat psikis maupun fisik (somatik) pada setiap orang tidak
sama, dalm arti tidak seluruhnya gejala itu harus ada. Bila diperhatikan
gejala-gejala kecemasan ini mirip dengan orang yang mengalami stress, bedanya
bila stress didominasi oleh gejala fisik sedangkan pada kecemasan didominasi
oleh gejala psikis.
6.
Penatalaksanaan
kecemasan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada
tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat
holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik,
psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut:
a.
Upaya
meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
1)
Makan
makan yang bergizi dan seimbang.
2)
Tidur
yang cukup.
3)
Cukup
olahraga.
4)
Tidak
merokok
5)
Tidak
meminum minuman keras
b.
Terapi
psikofarmaka
Terapi psikofarmaka
merupakan pengobatan untuk cemas dengam memakai obat-obatan yang berkhasiat
memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di
susunan saraf pusat otak (limbic system).Terapi psikofarmaka yang sering
dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam,
bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
c.
Terapi
Somatik
Gejala atau keluhan fisik
(somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang
bekerpanjangan.Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat
diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
d.
Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung
dari kebutuhan individu, antara lain :
1)
Psikoterapi
suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar pasien yang
bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.
2)
Psikoterapi
re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa
ketidakmampuan mengatasi kecemasan.
3)
Psikoterapi
re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-konstruksi)
kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
4)
Psikoterapi
kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan untuk
berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
5)
Psikoterapi
psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan yang
dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi stressor psikososial
sehingga mengalami kecemasan.
6)
Psikoterapi
keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor keluarga tidak
lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor
pendukung.
e.
Terapi
psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan
seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam
menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial.
7.
Alat ukur
Menurut
Hawari (2008), kecemasan dapat diukur dengan alat ukur kecemasan yang disebut HARS
(Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan
pengukuran kecemasan untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang
apakah ringan, sedang, berat, atau berat sekali orang menggunakan alat ukur
(instrument) yang dikenal dengan namaHamilton Anxiety Rating Scale (HARS).
Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok
dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik. Skala Hamilton
Anxiety Rating Scale (HARS) dalam penilaian kecemasan terdiri dari
14 item, meliputi:
a.
Perasaan
Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.
b.
Merasa
tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.
c.
Ketakutan
: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan takut
pada binatang besar.
d.
Gangguan
tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas dan
mimpi buruk.
e.
Gangguan
kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi.
f.
Perasaan
depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hoby, sedih, perasaan
tidak menyenangkan sepanjang hari.
g.
Gejala
somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan
kedutan otot.
h.
Gejala
sensorik : perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan pucat
serta merasa lemah.
i.
Gejala
kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak
jantung hilang sekejap.
j.
Gejala
pernapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas
panjang dan merasa napas pendek.
k.
Gejala gastrointestinal:
sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan muntah, nyeri lambung
sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut.
l.
Gejala
urogenital : sering keneing, tidak dapat menahan keneing, aminorea, ereksi
lemah atau impotensi.
m.
Gejala
vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma berdiri,
pusing atau sakit kepala.
n.
Perilaku
sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau kening,
muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.
Masing-masing
kelompok gejala diberi penilaian angka (score) 0-4, yang artinya adalah:
Nilai 0 = tidak ada gejala sama sekali
1 = Gejala ringan
2 = Gejala sedang
3 = Gejala berat
4 = Gejala berat sekali
Masing-masing nilai angka
(score) dari ke 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil
penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu :
a.
Skor <
14 = tidak ada kecemasan.
b.
Skor 14 –
20 = kecemasan ringan.
c.
Skor 21 –
27 = kecemasan sedang.
d.
Skor 28 –
41 = kecemasan berat.
e.
Skor 42 –
56 = panik.
No comments:
Post a Comment