truth


counters

nama

Sunday 6 December 2015

Teori Kecemasan

A.    Kecemasan
1.      Pengertian
                  Kecemasan merupakan salah satu aspek pemicu stress dan depresi sekaligus. Setiap orang pasti pernah mengalami kecemasan pada saat-saat tertentu, dan dengan tingkat yang berbeda-beda. Dalam teori behavior dijelasakan bahwa kecemasan muncul melalui classical conditioning, artinya seorang memunculkan reaksi kecemasan terhadap hal-hal yang pernah dialami sebelumnya dan reaksi-reaksi yang telah dipelajari dari pengalamannya (Rochman, 2010).
                  Ansietas atau kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.Kecemasan dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat kecemasan yang berat tidak sejalan dengan kehidupan (Stuart, 2006).
                  Gejala kecemasan baik yang sifatnya akut maupun kronik (menahun) merupakan komponen utama bagi hampir semua gangguan kejiwaan (psychiatric disorder). Secara klinis gejala kecemassn dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu : gangguan cemas (anxiety disorder), gangguan cemas menyeluruh (generalized anxiety disorder/ GAD), gangguan panik (panic disoreder), gangguan phobic (phobic disorder) dan gangguan obsesif-kompulsif (obsessive-compulsive disorder).
                  Diperkirakan jumlah mereka yang menderita gangguan kecemasan ini baik akut maupun kronik mencapai 5% dari jumlah penduduk, dengan perbandingan antara wanita dan pria 2 banding 1. Dan diperkirakan antara 2%-4% diantara penduduk di suatu saat dalam kehidupannya pernah mengalami gangguan cemas.
                  Tidak semua orang yang mengalami sresor psikososial akan menderita gangguan cemas, hal ini tergantung pada struktur kepribadiannya. Orang dengan kepribadian pencemas lebih rentan (vulnerable) untuk menderita gangguan cemas. Atau dengan kata lain orang dengan kepribadian pencemas resiko untuk menderita gangguan cemas lebih besar dari orang yang tidak berkepribadian pencemas.
                  Perkembangan kepribadian (personality development) seseorang dimulai sejak usia bayi hingga usia 18 tahun dan bergantung dari pendidikan orangtua (psioko-edukatif) di rumah, pendidikan di sekolah dan pengaruh lingkungan pergaulan sosialnya serta pengalaman dalam kehidupannya. Seseorang menjadi pencemas terutama akibat dari proses imitasi dan identifikasi dirinya terhadap kedua orangtuanya, daripada pengaruh turunan (genetika). Atau dengan kata lainparental example lebih utama daripada parental genes. Demikian pula halnya dengan kepribadian depresif dan bentuk-bentuk kepribadian lainnya (Hawari, 2008)
2.      Tingkat kecemasan
                  Menurut Stuart Sudden dalam buku Asmadi (2008), tingkatan kecemasan dibagi menjadi 4, antara lain:
a.       Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.
Kecemasan  ringan mempunyai karakteristik :
1)      Berhubungan dengan ketegangan dalam peristiwa sehari-hari.
2)      Kewaspadaan meningkat.
3)      Persepsi terhadap lingkungan meningkat.
4)      Dapat menjadi motivasi positif untuk belajar dan menghasilkan kreatifitas.
5)      Respon fisiologis : sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat sedikit, gejala ringan pada lambung, muka berekrut, serta bibir bergetar.
6)      Respon kognitif : mampu menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, dan terangsang untuk melakukan tindakan.
7)      Respon perilaku dan emosi : tidak dapat duduk tenang, remor halus pada tangan, dan suara kadang-kadang meninggi.

b.      Kecemasan sedang
                Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis.
Kecemasan  sedang  mempunyai karakteristik :
1)      Respon biologis : sering nafas pendek, nadi ekstra sistol dan tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, sering berkemih, dan letih.
2)      Respon kognitif : memusatkan perhatian pada hal yang penting dna mengesampingkan yang lain, lapang persepsi menyempit, dan rangsangan dari luar tidak mampu diterima.
3)      Respon perilaku dan emosi : gerakan tersentak-sentak, terlihat lebih tegas, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan perasaan tidak aman.

c.       Kecemasan  berat
Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi.
      Kecemasan  berat mempunyai karakteristik :
1)      Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain.
2)      Respon fisiologis : nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala,penglihatan kabur, serta tampak tegang.
3)      Respon kognitif : tidak mampu berpikir berat lagidan membutuhkan banyak pengarahan / tuntunan, serta lapang persepsi menyempit.
4)      Respon perilaku dan emosi : perasaan terancam meningkat dan komunikasi menjadi terganggu (verbalisasi cepat).

d.      Panik
Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan kendali.Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.
Panik mempunyai karakteristik :
1)      Respons fisiologis : nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, serta rendahnya koordinasi motorik.
2)      Respons kognitif : gangguan realitas, tidak dapat berfikir logis, persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi, dan ketidakmampuan memahami situasi.
3)      Respons prilaku dan emosi : agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak-teriak, kehilangan kendali atau kontrol diri (aktifitas motorik tidak menentu), perasaan terancamm serta dapat berbuat sesuatu yang membahayakan diri sendiri dan atau orang lain (http://syehaceh.wordpress.com).
3.      Menurut Hawari (2008) tipe kepribadian pencemas adalah sebagai berikat
            Seseorang akan menderita gangguan cemas, manakala yang bersangkutan tidak mampu mengatasi stressor psikososial yang dihadapinya. Tetapi pada orang-orang tertentu meskipun tidak ada stressor psikososial, yang bersangkutan menunjukan kecemasan juga, yang ditandai dengan corak atau tipe kepribadian pencemas, yaitu antara lain :
a.       Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu, dan bimbang.
b.      Memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir).
c.       Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum (“demam panggung”) .
d.      Sering merasa tidak bersalah, menyalah.
e.       Tidak mudah mengalah, suka “ ngotot”.
f.       Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisah.
g.      Sering kali mengeluh ini dan itu ( keluhan-keluhan somatic), khawatir berlebihan terhadap penyakit.
h.      Mudah tersinggung, suka membesar-besarkan masalah yang kecil (dramatisasi).
i.        Dalam mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang dan ragu.
j.        Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya seringkali diulang-ulang.
k.      Kalau sedang emosi seringkali bertindak histeris.
            Orang dengan tipe kepribadian pencemas tidak selamnya mengeluh hal-hal yang sifatnya psikis tetapi juga disertai dengan keluhan-keluhan fisik (somatik) dan juga tumpang tindih dengan ciri-ciri kepribadian depresif, atau dengan kata lain batasannya seringkali tidak jelas.



4.      Menurut Hawari (2008) gejala cemas meliputi
a.       Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung,
b.      Merasa tegang, tidak tenang, gelisah mudah terkejut.
c.       Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
d.      Gangguan pola tidur mimpi-mimpi yang menegangkan.
e.       Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
f.       Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya.
                  Selain keluhan-keluhan cemas secara umum di atas, ada lagi kelompok cemas menyeluruh, gangguan panic, gangguan phobic, dan gangguan obsesif-komplusif.
5.      Gangguan cemas menyeluruh (Generalized Anxienty Disorder/ GAD)
                  Secara klinis gejala cemas yang biasa, disertai dengan kecemasan yang menyeluruh dan menetap (paling sedikit berlangsung selama 1 bulan) dengan manisfestasi 3 dari 4 kategori gejala berikut ini :
a.       Ketegangan motorik/ alat gerak
1)      Gemetar
2)      Tegang
3)      Nyeri otot
4)      Letih
5)      Tidak dapat santai
6)      Kelopak mata bergetar
7)      Kening berkerut
8)      Muka tegang
9)      Gelisah
10)  Tidak dapat diam
11)  Mudah kaget
b.      Hiperaktivitas saraf autonom (simpatis/ parasimpatis) :
1)      Berkeringat berlebihan
2)      Jantung berdebar-debar
3)      Rasa dingin
4)      Telapak tangan/ kaki basah
5)      Mulut kering
6)      Pusing
7)      Kepala terasa ringan
8)      Kesemutan rasa mual
9)      Rasa aliran panas atau dingin
10)  Sering buang air seni
11)  Diare
12)  Rasa tidak enak di ulu hati
13)  Kerongkongan tersumbat
14)  Muka merah atau pucat
15)  Denyut nadi dan nafas yang cepat waktu istirahat
c.       Rasa khawatir berlebihan tentang hal-hal yang akan datang (apprehensive expectation):
1)      Cemas, khawatir, takut
2)      Berpikir berulang (rumination)
3)      Membayangkan akan datangnya kemalangan terhadap dirinya atau orang lain
d.      Kewaspadaan berlebihan
1)      Mengamati lingkungan secara berlebihan sehingga mengakibatkan perhatian mudah teralih
2)      Sukar konsentrasi
3)      Sukar tidur
4)      Merasa ngeri
5)      Mudah tersinggung
6)      Tidak sabar
Gejala-gejala tersebut di atas baik yang bersifat psikis maupun fisik (somatik) pada setiap orang tidak sama, dalm arti tidak seluruhnya gejala itu harus ada. Bila diperhatikan gejala-gejala kecemasan ini mirip dengan orang yang mengalami stress, bedanya bila stress didominasi oleh gejala fisik sedangkan pada kecemasan didominasi oleh gejala psikis.
6.      Penatalaksanaan kecemasan
                  Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut:
a.       Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
1)      Makan makan yang bergizi dan seimbang.
2)      Tidur yang cukup.
3)      Cukup olahraga.
4)      Tidak merokok
5)      Tidak meminum minuman keras
b.      Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengam memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system).Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
c.       Terapi Somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan.Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.

d.      Psikoterapi
            Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
1)      Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.
2)      Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatasi kecemasan.
3)      Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
4)      Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
5)      Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
6)      Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.



e.       Terapi psikoreligius
                  Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial.
7.      Alat ukur
                  Menurut Hawari (2008), kecemasan dapat diukur dengan alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale).  Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat, atau berat sekali orang menggunakan alat ukur (instrument) yang dikenal dengan namaHamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik. Skala Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) dalam penilaian kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi:
a.       Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.
b.      Merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.
c.       Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan takut pada binatang besar.
d.      Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk.
e.       Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi.
f.       Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hoby, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.
g.      Gejala somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan kedutan otot.
h.      Gejala sensorik : perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan pucat serta merasa lemah.
i.        Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak jantung hilang sekejap.
j.        Gejala pernapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas panjang dan merasa napas pendek.
k.      Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut.
l.        Gejala urogenital : sering keneing, tidak dapat menahan keneing, aminorea, ereksi lemah atau impotensi.
m.    Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala.
n.      Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.


Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) 0-4, yang artinya adalah:
Nilai 0 = tidak ada gejala sama sekali
   1 = Gejala ringan
   2 = Gejala sedang
   3 = Gejala berat
   4 = Gejala berat sekali
                  Masing-masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu :
a.       Skor < 14              = tidak ada kecemasan.
b.      Skor 14 – 20          = kecemasan ringan.
c.       Skor 21 – 27          = kecemasan sedang.
d.      Skor 28 – 41          = kecemasan berat.

e.       Skor 42 – 56          = panik.








No comments:

Post a Comment