BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Kebidanan
Komunitas
Komunitas berasal dari bahasa latin yaitu “Comunitas” yang berarti
“Kesamaan”, juga “Comunis” yang berarti “Sama”, Publik, ataupun banyak. Istilah
“Comunity” dapat diterjemahkan sebagai “Masyarakat Setempat”, Istilah yang
menunjuk pada warga sebuah desa, kota suku atau bangsa.
Apabila anggota-anggota suatu kelompok, baik kelompok itu besar maupun
kecil, hidup bersama sedemikian rupa sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut
dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama, maka kelompok tadi di
sebut masyarakat setempat. Masyakat adalah adanya social relationship antar
anggota kelompok.
Dari uraian di atas, masyarakat setempat menunjuk pada bagian masyarakat
yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu dimana faktor
utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar di antara para
anggotanya, di bandingkan dengan penduduk di luar batas wilayah. Dengan
demikian, dapat di simpulkan bahwa masyarakat setempat adalah suatu wilayah
kehidupan sosial yang di tandai oleh suatu derajad hubungan sosial tertentu (
Prasetyawati,2011).
Komunitas di gambarkan sebagai sebuah lingkungan fisik dimana seseorang
tinggal beserta aspek-aspek sosialnya. Hubungan-hubungan individual dalam
komunitas akan membangun dan mendukung terbentuknya suatu kepercayaan atau
keyakinan baik tentang arti keluarga, konsep sehat maupun sakit. Keyakinan
mereka ini akan di cerminkan dalam perilaku keluarga maupun di kelompok
tertentu. Hal ini merupakan dasar pemikiran mereka dalam pemeliharaan kesehatan
maupun perawatan ketika sakit (Mailani,dkk;2009).
B. Manajemen Kebidanan
Komunitas
Strategi
penggerakan dan pemberdayaan masyarakat yaitu meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya kesehatan, meningkatan kesadaran masyarakat untuk
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang telah disediakan oleh
pemerintah, mengembangkan berbagai cara
untuk menggali dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat untuk
pembangunan kesehatan, mengembangkan berbagai bentuk kegiatan pembangunan
kesehatan yang sesuai dengan kultur budaya masyarakat setempat dan
mengembangkan manajemen sumber daya yang dimiliki masyarakat secara terbuka(
transparan).
Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan akan
menghasilkan kemandirian masyarakat dibidang kesehatan dengan demikian
pergerakan dan pemberdayaan masyarakat merupakan proses sedangkan kemandirian
merupakan hasil, karenanya kemandirian masyarakat dibidang kesehatan bisa
diartikan sebagai kemampuan untuk dapat mengidentifikasi masalah kesehatan yang
ada dilingkungannya, kemudain merencanakan dan melakukan cara pemecahannya
dengan memanfaatkan potensi setempat tanpa tergantung pada bantuan dari luar.
Pembinaan peran serta masyarakat adalah salah satu upaya pengembangan yang
berkesinambungan dengan tetap memperhatikan penggerakan dan pemberdayaan
masyarakat melalui model persuasif dan dan tidak memerintah, untuk meningatkan
pengetahuan, sikap, perilaku dan mengoptimalkan kemampuan masyarakat dalan
menentukan, merencanakan, memecahkan masalah. Pembianaan lokal merupakan
serangkaian langkah yang diterapkan guna menggali, meningkatkan potensi yang
mereka miliki termasuk partisipasi dan dukungan tokoh-tokoh masyarakat serta
LSM yang ada dan hidup di masyarakat (Ambarwati,
2011).
C.
Teori Kesehatan Masyarakat Menurut Teori Lawrence Green
Lawrence
Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyrakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok,
yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku
(non-behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau
terbentuk dari 3 faktor :
1. Faktro-faktor
predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
2. Faktro-faktor pendukung
(Enabling factors), yang terwujud dalam fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana,
alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.
3. Faktro-faktor pendorong (renforcing factors)
yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain,
yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Disimpulkan bahwa perilaku sesorang atau masyrakat tentang kesehatan
ditentukan oleh pengetahuan, sikap,
kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang
bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, yang bersangkutan.
Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas
kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya
perilaku.
Seseorang yang tidak mau mengimunisasikan anaknya di psoyandu dapat
disebabkan karena orang tersebut tidak atau belum mengetahui manfaat imunisasi
bagi anaknya (predisposing factors). Atau barangkali juga karena rumahnya jauh
dari posyandu atau puskesmas tempat mengimunisasikan anaknya (enabling
factors). Sebab lain, mungkin karena para petugas kesehatan atau tokoh masyarakat lainnya disekitarnya tidak pernah
mengimunisasikan anaknya (reinforcing factors) (Notoatmojo, 2012).
D. Imunisasi
1.
Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah usaha untuk
memberikan kekebalan pada anak terhadap penyakit tertentu. Vaksin adalah kuman
atau racun yang dimasukan kedalam tubuh
bayi atau anak yang disebut antrigen. Dalam tubuh, antigen akan bereaksi dengan
antibodi sehingga terjadi kekebalan. Jenis vaksin yang di gunakan di Indonesia
ada 2 macam :
a. Vaksin dari kuman hidup yang di lemahkan:
1) Virus campak dalam vaksin campak
2) Virus Polio dalam jenis sabin pada vaksin Folio.
3) Kuman TBCdalam vaksin TBC.
b. Vaksin dari kuman yang dimatikan:
1) Bakteri pertusis dalam DPT.
2) Virus polio dalam jenis salk dalam vaksin polio
3) Racun kuman, seperti TT, Difteri Toksoid dalam DPT
4) Vaksin yang di buat dari protein, seperti hepatitis B
Ada 7 imunisasi yang dapat
mencegah penyakit yaitu Polio, campak; Difteri,pertusis,tetanus,TBC, atau
hepatitis B. Tujuan imunisasi adalah memberi kekebalan terhadap penyakit
tertentu, menghindari kecacatan, dan mencegah penyakit tertentu. Manfaat
imunisasi :
a)
Untuk anak: Memcegah penderitaan yang di sebabkan oleh penyakit yang
kemungkinan cacat atau kematian.
b)
Untuk Keluarga: Menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan bila anak
sakit, mendorong pembentukan keluarga kecil apabila orang tua yakin bahwa
anaknya akan menjalani masa kanak-kanak dengan aman.
c)
Untuk Negara: Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat
dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara, memperbaiki citra bangsa
indonesia di antara segenap bangsa di dunia (Deslidel,dkk, 2012).
2. Jenis-jenis Imunisasi
a. Imunisasi BCG
Bacillus
Calmette-Guerin (BCG) adalah vaksin untuk mencegah penyakit TBC, orang bilang
flek paru. Vaksin BCG mengandung kuman BCG yang masih hidup. Jenis kuman TBC
ini di lemahkan. Vaksin di larutkan dengan NaCL 0,9% (pelarut). Vaksin yang
sudah dilarutkan harus di gunakan dalam waktu 3 jam.
b. Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B ini juga merupakan imunisasi
yang diwajibkan, lebih dari 100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam program
nasionalnya.Jika menyerang anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit
disembuhkan.Bila sejak lahir telah terinfeksi virud hepatitis B (VHB) dapat
menyebabkan kelainan-kelainan yang dibawanya terus hingga dewasa.Sangat mungkin
terjadi sirosis atau pengerutan hati.
c. Polio
Polio atau lengkapnya poliomelitis adalah suatu penyakit radang yang
menyerang saraf dan dapat menyebabkan lumpuh pada kedua kaki.Walaupun dapat
sembuh, penderita akan pincang seumur hidup karena virus ini membuat otot-otot
lumpuh dan tetap kecil. Vaksin mengandung virus polio yang sudah di matikan
(vaksin salk). Vaksin mengandung virus polio yang masih hidup dan di lemahkan
(virus sabin).
d. DPT
Deskripsi Vaksin Jerap DPT adalah vaksin yang terdiri
dari toksoid difteri dan tetanus yang dimurnikan, serta bakteri pertusis yang
telah diinaktivasi yang teradsorbsi ke dalam 3 mg / ml Aluminium fosfat.
Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Potensi vaksin per dosis
tunggal sedikitnya 4 IU pertussis, 30 IU difteri dan 60 IU tetanus.
e. Campak
Imunisasi campak mendapat kekebalan terhadap penyakit campak secara aktif.
Vaksin Campak mengandung virus campak yang telah di lemahkan.
3. Efek Samping Imunisasi
Imunisasi kadang
dapat mengakibatkan efek samping. Ini adalah tanda baik yang membuktikan bahwa
vaksin betuk-betul bekerja secara tepat :
a. BCG: Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil
dan merah ditempat suntikan. Setelah 2–3 minggu kemudian pembengkakan menjadi
abses kecil dan kemudian menjadi luka dengan garis tengah ±10 mm. Luka akan
sembuh sendiri dengan meninggalkan luka parut yang kecil.
b. DPT: Kebanyakan bayi menderita panas pada waktu sore
hari setelah mendapatkan imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dan hilang
dalam waktu 2 hari. Sebagian besar merasa nyeri, sakit, kemerahan atau bengkak
di tempat suntikan. Keadaan ini tidak berbahaya dan tidak perlu mendapatkan
pengobatan khusus, akan sembuh sendiri.Bila gejala diatas tidak timbul tidak
perlu diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak memberikan perlindungan dan
Imunisasi tidak perlu diulang.
c. POLIO : Reaksi yang mungkin timbul tidak ada. Walaupun
ada hanya diare ringan.
d. CAMPAK : Anak mungkin panas, kadang disertai dengan
kemerahan 4–10 hari sesudah penyuntikan.
e. HEPATITIS B : Biasanya nyeri pada tempat penyuntikan,
mungkin timbul rasa panas dan ada pembengkakan. Reaksi ini akan menghilang 2
hari setelah penyuntikan. Reaksi lain yang mungkin terjadi adalah demam ringan.
Selama pemakaian 10 tahun ini tidak ada laporan efek samping yang berarti
(Deslidel,dkk,2012).
E. Penyakit yang di Timbulkan Pada Anak yang Tidak di Imunisasi
Sesuai dengan yang diprogramkan oleh organisasi kesehatan dunia WHO (Badan
Kesehatan Dunia), Pemerintah Indonesia menetapkan ada 12 imunisasi yang harus
diberikan kepada anak-anak. 5 Diantaranya merupakan imunisasi yang wajib
diberikan sebab fungsinya adalah untuk mencegah anak dari serangan penyakit –
penyakit seperti :
a. Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis, terutama TB
paru, merupakan masalah yang timbul tidak hanya di negara berkembang tetapi
juga di negara maju. Tuberkulosis tetap merupakan salah satu penyebab tingginya
angka kesakitan dan kematian, baik di negara berkembang maupun di negara maju.
faktor resiko infeksi dan faktor resiko progresi infeksi menjadi penyakit (
resiko penyakit ).
Resiko Infeksi TB Faktor
resiko terjadinya infeksi TB antara lain adalah : anak yang memiliki kontak
dengan orang dewasa dengan TB aktif, daerah endemis, penggunaan obat-obat
intravena, kemiskinan, serta lingkungan yang tidak sehat.
b. Hepatitis B yang disebabkan virus hepatitis B yang
berakibat pada hati
Penyakit
hepatitis B pada bayi menjadi kronik jauh lebih besar (lebih dari 90 persen)
dibandingkan kemungkinan pada orang dewasa."Oleh karena itu, bagi bayi
vaksin hepatitis B mutlak perlu.
Ciri-ciri
penderita hepatitis B umumnya tak diketahui secara jelas karena penderita
seperti orang sehat. Akibatnya ia tak segera menyadari dirinya telah tertular
virus hepatitis B, bahkan sudah menularkannya kepada orang lain.
"Sebaiknya, mereka yang memiliki gejala kuning pada mata, kulit, lesu, tak
memiliki nafsu makan serta sakit lambung-seperti maag yang tak sembuh dalam
tempo enam bulan-segera periksa ke dokter.
Virus hepatitis
B diketahui sebagai salah satu virus yang paling mudah menular. Bahkan,
penularan virus ini 100 kali lebih menular daripada HIV (virus penyebab AIDS),
dan diperkirakan menginfeksi 10 kali lebih banyak daripada HIV. Virus itu
menyerang hati dan merusak organ tubuh secara tak langsung melalui gangguan
sistem kekebalan.Pada serangan tahap awal masih bisa disembuhkan jika segera
diobati. Namun, jika penyakit berkembang lebih berat maka ia akan mencapai
tahap hepatitis akut, sirosis (pengerasan hati), sampai kemudian mengakibatkan
munculnya kanker hati.
c. Penyakit Polio
Penyakit ini disebabkan virus, menyebar melalui tinja/kotoran orang yang
terinfeksi.Anak yang terkena polio dapat menjadi lumpuh layuh.
Poliomyelitis atau Polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang
disebabkan oleh virus.Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan
poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus.Virus
ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan
melemahnya otot dan kadang kelumpuhan.
Penularan terutama terjadi akibat tercemarnya lingkungan leh virus polio
dari penderita yang telah terinfeksi, namun virus ini hidup di lingkungan
terbatas.Virus Polio sangat tahan terhadap alkohol dan lisol, namun peka
terhadap formaldehide dan larutan klor.Suhu yang tinggi dapat cepat mematikan
virus tetapi pada keadaan beku dapat bertahun-tahun masa hidupnya.
d. Penyakit Campak
Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi
virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis
(peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit.Penyakit ini
disebabkan karena infeksi virus campak golongan Paramyxovirus.
Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita
campak.Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum
rimbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada.
Penyebab Campak, rubeola, atau measles Adalah penyakit infeksi yang sangat
mudah menular atau infeksius sejak awal masa prodromal, yaitu kurang lebih 4
hari pertama sejak munculnya ruam. Campak disebabkan oleh paramiksovirus (
virus campak). Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut
maupun tenggorokan penderita campak (air borne disease ). Masa inkubasi adalah
10-14 hari sebelum gejala muncul.
Kekebalan
terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif
pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun).
Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah: - bayi berumur lebih dari 1
tahun - bayi yang tidak mendapatkan imunisasi - remaja dan dewasa muda yang
belum mendapatkan imunisasi kedua.
Gejala mulai
timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa: - Panas badan -
nyeri tenggorokan - hidung meler ( Coryza ) - batuk ( Cough ) - Bercak Koplik -
nyeri otot - mata merah ( conjuctivitis )
2-4 hari
kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik).Ruam
(kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya
gejala diatas.Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang mendatar)
maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam tampak di wajah,
yaitu di depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah samping. Dalam waktu
1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh, lengan dan tungkai, sedangkan ruam di
wajah mulai memudar.
Pada puncak
penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya
mencapai 40° Celsius.3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai
merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang.
Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan merah selama
beberapa hari diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan
merebak ke tubuh dan ada selama 4 hari hingga 7 hari.
e. Difteri, pertusis dan tetanus
Difteri
disebabkan bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi
yang serius atau fatal.
Difteri
merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya pada anak anak.Penyakit ini
mudah menular dan menyerang terutama daerah saluran pernafasan bagian atas.
Penularan biasanya terjadi melalui percikan ludah dari orang yang membawa kuman
ke orang lain yang sehat. Selain itu penyakit ini bisa juga ditularkan melalui
benda atau makanan yang terkontaminasi.
F. Posyandu
1. Pengertian
Posyandu
merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakar (UKBM) yang
dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk bersama masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar/ sosial dasar
untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
Posyandu
yang terintegrasi adalah kegiatan pelayanan sosial dasar keluarga dalam aspek
pemantauan tumbuh kembang anak, dalam pelaksanaannya dilakukan secara
koordinatif dan integratif serta saling memperkuat antar kegiatan dan program
untuk kelangsungan pelayanan diposyandu sesuai dengan situasi atau kebutuhan
lokal yang dalam kegiatannya tetap memperhatikan aspek pemberdayaan masyarakat
(Kemenkes, 2011).
Posyandu
(pos pelayanan terpadu) adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh, dari, dan untuk
masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pada
umumnya serta kesehatan ibu dan anak pada khususnya. Posyandu merupakan bagian
dari pembangunan untuk mencapai keluarga kecil bahagia dan sejahtera,
dilaksanakan oleh keluarga bersama dengan masyarakat di bawah bimbingan petugas
kesehatan dari puskesmas setempat
Sasaran
utama kegiatan posyandu ini adalah balita dan orangtuanya, ibu hamil, ibu
menyusui dan bayinya, serta wanita usia subur. Sedangkan yang bertindak sebagai
pelaksana posyandu adalah kader.
Kader
adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat,
yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan. Keberadaan kader sering
dikaitkan dengan pelayanan rutin di posyandu. Sehingga seorang kader posyandu
harus mau bekerja secara sukarela dan ikhlas, mau dan sanggup melaksanakan
kegiatan posyandu, serta mau dan sanggup menggerakkan masyarakat untuk
melaksanakan dan mengikuti kegiatan posyandu.
Kader
kesehatan adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat dan bertugas mengembangkan
masyarakat. Dalam hal ini kader disebut juga sebagai penggerak atau promotor
kesehatan.
Kader
aktif adalah kader yang selalu melaksanakan kegiatan posyandu dan selalu
menjalankan tugas dan perannya sebagai kader.
Kader
tidak aktif adalah kader yang tidak melaksanakan tugas dan perannya sebagai
kader posyandu serta tidak rutin mengikuti kegiatan posyandu.
2. Syarat
Menjadi Kader Posyandu
a. Dapat
membaca dan menulis
b. Berjiwa
sosial dan mau bekerja secara relawan
c. Mengetahui
adat istiadat serta kebiasaan masyarakat
d. Mempunyai
waktu yang cukup
e. Bertempat
tinggal di wilayah posyandu
f. Berpenampilan
ramah dan simpatik
g. Mengikuti
pelatihan-pelatihan sebelum menjadi kader posyandu.
3. Tugas
dan Peran Kader Posyandu
a. Melakukan
kegiatan bulanan posyandu adalah Mempersiapkan pelaksanaan posyandu.
Tugas-tugas
kader posyandu pada H- atau saat persiapan hari buka Posyandu, meliputi :
1) Menyiapkan
alat dan bahan, yaitu alat penimbangan bayi, KMS, alat peraga, LILA, alat
pengukur, obat-obat yang dibutuhkan (pil besi, vitamin A, oralit), bahan atau
materi penyuluhan.
2) Mengundang
dan menggerakkan masyarakat, yaitu memberitahu ibu-ibu untuk datang ke
Posyandu.
3) Menghubungi
Pokja Posyandu, yaitu menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor desa dan
meminta mereka untuk memastikan apakah petugas sektor bisa hadir pada hari buka
Posyandu.
4) Melaksanakan
pembagian tugas, yaitu menentukan pembagian tugas di antara kader Posyandu baik
untuk persiapan maupun pelaksanaan kegiatan.
b. Tugas
kader pada kegiatan bulanan Posyandu
Tugas
kader pada hari buka Posyandu disebut juga dengan tugas pelayanan 5 meja,
meliputi :
1) Meja
1, yaitu bertugas mendaftar bayi atau ballita, yaitu menuliskan nama balita
pada KMS dan secarik kertas yang diselipkan pada KMS dan mendaftar ibu hamil,
yaitu menuliskan nama ibu hamil pada Formulir atau Register ibu hamil.
2) Meja
2, yaitu bertugas menimbang bayi atau balita dan mencatat hasil penimbangan
pada secarik kertas yang akan dipindahkan pada KMS.
3) Meja
3, yaitu bertugas untuk mengisi KMS atau memindahkan catatan hasil penimbangan
balita dari secarik kertas ke dalam KMS anak tersebut.
4) Meja
4, yaitu bertugas menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan data
kenaikan berat badan yang digambarkan dalam grafik KMS kepada ibu dari anak
yang bersangkutan dan memberikan penyuluhan kepada setiap ibu dengan mengacu
pada data KMS anaknya atau dari hasil pengamatan mengenai masalah yang dialami
sasaran.
5) Meja
5, merupakan kegiatan pelayanan sektor yang biasanya dilakukan oleh petugas
kesehatan, PLKB, PPL, dan lain-lain. Pelayanan yang diberikan antara lain :
Pelayanan Imunisasi, Pelayanan Keluarga Berencana, Pengobatan Pemberian pil
penambah darah (zat besi), vitamin A, dan obat-obatan lainnya. (Ismawati dkk,
2010).
No comments:
Post a Comment