1.
Ruam Popok ( Diaper Rash )
a.
Definisi
Ruam popok ( diaper rash, diaper dermatitis,
napkin dermatitis ) masih kerap kita jumpai dalam keseharian, terutama pada
bayi. Para orang tua sudah tidak asing lagi dengan ruam popok, suatu gangguan
kulit berupa bercak merah pada
kulit di area yang tertutup popok, yakni: pantat, perut bagian bawah, pelipatan
paha, area kemaluan dan dubur (anogenital). Ruam popok atau irritant diaper
dermatitis (IDD) merupakan bercak merah pada kulit yang tertutup popok
karena iritasi oleh pelbagai faktor. Meski ruam popok tidak bahaya, namun tak jarang membuat anak terganggu karena rasa
gatal, perih, risih dan kadang terasa sakit, sehingga anak menjadi gelisah dan
rewel.
Ruam
popok atau irritant diaper dermatitis (IDD) merupakan bercak merah pada
kulit yang tertutup popok karena iritasi oleh pelbagai faktor. Pada ruam popok
yang ringan, pada umumnya akan sembuh dalam beberapa hari dengan pemberian
bedak atau bahkan tanpa diobati.
b.
Angka
kejadian
Incidence rate (angka kejadian) ruam popok
berbeda-beda di setiap negara, bergantung pada hygiene, pengetahuan orang tua
(pengasuh) tentang tata cara penggunaan popok dan menurut saya mungkin juga
berhubungan dengan faktor cuaca. Kimberly A Horii, MD (asisten profesor spesialis anak Universitas
Misouri) dan John
Mersch, MD, FAAP menyebutkan bahwa 10-20 % Diaper dermatitis dijumpai pada praktek
spesialis anak di Amerika. Sedangkan prevalensi pada bayi berkisar antara 7-35%,
dengan angka terbanyak pada usia 9-12 bulan. Sementara itu Rania Dib, MD menyebutkan ruam popok berkisar 4-35 % pada
usia 2 tahun pertama.
c.
Faktor-faktor
penyebab
Beberapa faktor penyebab
terjadinya ruam popok ( diaper rash, diaper dermatitis, napkin dermatitis ),
antara lain:
1)
Iritasi atau gesekan antara popok dengan kulit.
2) Faktor kelembaban.
3) Kurangnya menjaga
hygiene. Popok jarang diganti atau terlalu lama tidak segera diganti setelah
pipis atau BAB (feces).
4) Infeksi mikro-organisme
(terutama infeksi jamur dan bakteri)
5) Alergi bahan popok.
6)
Gangguan pada kelenjar keringat di area yang
tertutup popok.
Ruam popok yang
disebabkan oleh iritasi dan faktor kelembaban, pada umumnya dapat disembuhkan
dengan bedak dan mengganti popok sesering mukin terutama jika basah dan kotor
oleh urine atau feces. Sedangkan ruam popok yang disebabkan oleh infeksi
mikro-organisme, seyogyanya berobat ke dokter terdekat untuk mendapatkan obat
yang tepat sesuai penyebabnya.
d.
Berbagai
bentuk gangguan kulit pada ruam popok
Beberapa gangguan kulit
yang berhubungan dengan ruam popok, diantaranya:
1)
Intertrigo, yakni iritasi atau
lecet pada kulit dikarenakan kulit basah dan lembab serta gesekan dengan popok,
sehingga permukaan kulit menjadi lebih mudah terkelupas.
2)
Miliaria atau biang keringat,
yakni timbulnya bintik-bintik merah pada permukaan kulit karena penyumbatan
kelenjar keringat (kelenjar eccrine).
3)
Dermatitis kontak (contact dermatitis),
merupakan reaksi alergi terhadap bahan popok. Dapat juga karena reaksi alergi
terhadap campuran urine dan feces yang dibiarkan terlalu lama melekat di popok.
Selain itu, perubahan PH oleh urine dan feces pada kulit diduga memicu
terjadinya reaksi alergi.
4)
Candidal diaper
dermatitis, yakni ruam popok yang disebabkan oleh infeksi jamur Candida
albicans. Sekitar 40-70% ruam popok yang berlangsung lebih 3 hari dapat memicu
terjadinya kolonisasi jamur kandida.
5)
Bacterial diaper
dermatitis, yakni ruam popok yang disebabkan oleh infeksi kuman (bakteri),
terutama Staphylococcus, Streptococcus dan Enterobacteriaceae. Jenis ruam popok
karena infeksi kuman yang kerap dijumpai adalah impetigo dan sesulitis (cellulitis) serta
folikulitis (folliculitis).
6)
Granuloma gluteal
infantum, merupakan gangguan kulit pada ruam popok yang jarang terjadi.
Biasanya timbul karena terlalu lama iritasi dan infeksi mikro-organisme yang
tidak diobati.
e.
Pengobatan
Pada prinsipnya, pengobatan ruam popok
bergantung kepada penyebabnya. Ruam popok yang disebabkan iritasi dan miliaria,
tidak memerlukan obat khusus. Cukup dengan menjaga agar popok tetap kering dan
memelihara hygiene.
Pada ruam popok yang
disebabkan oleh infeksi mikro-organisme, atau iritasi dan miliaria yang luas,
obat-obat yang lazim digunakan, antara lain:
1)
Bedak salisil dan bedak yang mengandung antihistamin.
Hanya digunakan pada iritasi (intertigo) dan miliaria atas anjuran dokter.
Pastikan bedak tidak berhamburan agar tidak mengganggu pernafasan si kecil.
2)
Anti jamur. Digunakan pada ruam popok karena infeksi jamur
(candidal diaper dermatitis). Pilih anti jamur berbentuk bedak (merk dagang,
misalnya: daktarin powder dan mycorine powder), diberikan selama 3-4 minggu.
3)
Anti infeksi topikal (salep, krim).
Digunakan pada ruam popok yang disebabkan oleh infeksi bakteri ringan, misalnya
bacitracin salep. Adapun untuk infeksi yang lebih berat, dapat digunakan anti
infeksi oral (diminum), misalnya kombinasi amoksisilin dengan asam klavulanat dan
diberikan pula anti infeksi topikal.
4)
Steroid. Digunakan pada ruam popok yang disebabkan
reaksi alergi, dioleskan 2 kali sehari hingga sembuh atau selama 2 minggu.
5)
Walaupun ruam popok bukanlah penyakit yang
serius, jika dalam 2-3 hari tidak kunjung sembuh, maka langkah terbaik adalah
konsultasi ke dokter. Penggunaan anti jamur, anti infeksi dan steroid hendaknya
hanya atas rekomendasi dokter.
f.
Tips
mencegah dan mengatasi ruam popok
1)
Apapun jenis popok yang digunakan, pastikan popok tetap bersih dan
kering.
2)
Hindari pemakaian popok yang ketat.
3)
Ganti popok segera setelah si kecil buang air kecil atau BAB.
4)
Gunakan air mengalir untuk membersihkan feces (tinja) dengan
bilasan lembut. Usahakan tidak menggosok area dubur dan pantat agar tidak
iritasi. Biarkan area pantat mengering oleh udara terbuka.
5)
Jika si kecil mengalami ruam popok, dapat menggunakan krim
pelindung kulit yang mengandung petrolatum dan zinc oxide. Oleskan secara
lembut dan tipis sebagai pelindung kulit si kecil.
Konsultasikan ke dokter
bila ruam popok tidak sembuh dalam 3 hari.
No comments:
Post a Comment