1.
Diare
a. Pengertian
Diare
Pada umumnya kita semua
sudah tahu apa itu diare atau yang biasa disebut mencret. Menurut definisi
Badan Kesehatan Dunia (WHO), diare adalah buang air besar dengan frekuensi
lebih sering ( lebih dari 3 kali sehari) dan bentuk tinja lebih cair dari
biasanya.
b. Jenis-jenis
Diare
Penatalaksanaan diare
bergantung pada jenis klinis penyakitnya, yang dengan mudah ditentukan saat
anak pertama kali sakit.
Empat jenis klinis
diare antara lain:
1)
Diare akut
bercampur air (termasuk kolera) yang berlangsung selama beberapa jam/hari.
Bahaya utamanya adalah
dehidrasi, juga penurunan berat badan jika tidak diberikan makan/minum.
2)
Diare akut
bercampur darah (disentri).
Bahaya utama adalah
kerusakan usus halus (intestinum), sepsis (infeksi bakteri dalam darah) dan
malnutrisi (kurang gizi), dan komplikasi lain termasuk dehidrasi.
3)
Diare
persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih lama).
Bahaya utama adalah
malnutrisi (kurang gizi) dan infeksi serius di luar usus halus, dehidrasi juga
bisa terjadi.
4)
Diare
dengan malnutrisi berat (marasmus atau kwashiorkor).
Bahaya utama adalah
infeksi sistemik (menyeluruh) berat, dehidrasi, gagal jantung, serta defisiensi
(kekurangan) vitamin dan mineral (Paulette, 2008).
c. Penyebab
diare
Beberapa hal yang dapat
menyebabkan diare menurut Widjaya, 2009 antara lain adalah:
1)
Minum susu
tersebut. Diare pada kasus ini biasanya Salmonella spp, Enteropathogenetic
Escherichia coli (EPEC)
2)
Virus
(penyebab diare tersering – dan umumnya karena Rotavirus) gejala: Berak-berak
air (watery), berbusa, TIDAK ada darah lendir, berbau asam.
3)
GE (gastro
enteristris) terbanyak karena virus.
4)
Parasite
(Giardiasis) – Berak darah bai banyak atau sedikit dan lendir, sakit perut.
Diare yang disebabkan parasite memerlukan antiparasite
5)
Anak sedang
terapi dengan pemakaian antibiotilka. Bila diare terjadi saat anak sedang dalam
pengobatan antibiotika, maka hubungi dokter anda.
6)
Alergi
susu. Diare biasanya timbul beberapa menit atau jam setelah terjadi pada alergi
susu sapi dan produk-produk yang terbuat dari susu sapi.
Infeksi dari bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain;
misalnya infeksi saluran kencing, infeksi telinga, campak dll. EPEC merupakan sebagian dari keluarga
E. Coli yang merupakan penghuni usus hakus manusia. Kemudian sebagian E. Coli
ini dapat menyebabkan diare pada manusia dan hewan. Pada neonatus, ternyata dapat menyebabkan epidemi diare dengan
mortalitas inggi, sehingga jenis E. Coli ini disebut EPEC.Kuman EPEC tidak
menembus mukosa usus, tetapi hanya bersarang dalam lumen usus. Diare disebabkan
oleh toksin yang dilepaskan oleh kuman ini dan menyebabkan sekresi usus.
Walaupun enterotoksin ini tidak sekuat toksin yang diproduksi oleh kuman
kolera, tetapi akibat sekresi usus ini dapat terjadi dehidrsi dan asidosis.
Selain itu, diare karena EPECseringkali disertai dengan mengurangnya produksi
dan aktivitas disakaridase terutama laktase.
d.
Gejala Klinis
Gejala klinis diare
akibat E. Coli ini biasanya dimulai dengan letargi, anoreksia, berat badan
menurun, kemudian terdapat diare dan muntah. Tinja biasanya banyak, cair,
berwarna hijau atau kuning. Agak khas ialah bau tinja seperti sperma. Lama
kelamaan dapat terjadi dehidrasi, asidosis, dan renjatan. Keadaan berat ini
dapat terjadi dalam beberapa jam saja.
Terdapat 3 keadaan
akibat dehidrasi, yaitu:
1)
Tanpa
dehidrasi (kehilangan cairan <5% Berat Badan).
Tandanya anak tetap
aktif, keinginan untuk minum seperti biasa karena rasa haus tidak meningkat,
kelopak mata tidak cekung, buang air kecil (BAK) sering.
2)
Dehidrasi
ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% Berat Badan).
Tandanya anak
gelisahatau rewel, anak ingin minum terus karena rasa haus meningkat), kelopak
mata cekung, BAK mulai berkurang.
3)
Dehidrasi
berat (kehilangan cairan >10% Berat Badan). Tandanya anak
lemas atau tidak sabar,
tidak dapat minum, kelopak mata sangat cekung, pada uji cubit kulit kembali
lebih dari 2 detik. Agar lebih mudah gunakan kulit perut (David,2008).
Untuk menilai kondisi
dehidrasi pada anak ada 4 parameter yang bisa digunakan yaitu aktivitas, rasa
haus, kelopak mata, buang air kecil, dan uji turgor atau uji cubit.
Lihat kelopak mata
anak, apakah cekung atau tidak. Anak harus kencing dalam waktu 6-8 jam, jika
lebih dari 8 jam tidak kencing maka dehidrasi ringan. Untuk anak yang lebih
besar batas kencingnya 12 jam. Uji cubit paling gampang dilakukan pada kulit
perut, kulit harus kembali dalam 2 detik.
e.
Penatalaksanaan Diare
Pierce (1971)
mengatakan bahwa pengetahuan tentang mekanisme terjadinya diare pada neonatus
oleh EPEC ini mempunyai aspek terapeutik:
1)
Antibiotika
tidak selalu efektif pada pengobatan diare oleh EPEC, karena sensivitas
antibiotika pada setiap “serotype” sangat bervariasi.
2)
Larutan
glukosa dan elektrolit dapat diberikan secara oral untuk mengobati dehidrasi
yang ringan, karena tidak terdapat gangguan absorpsi glukosa.
3)
Restriksi
diet tidak perlu untuk semua elemen makanan, tetapi cukup untuk laktosa. Dalam
hal inipada realimentasi harus dipakai susu rendah laktose.
Pengobatan diare pada neonatus umumnya hampir sama dengan
pengobatan diare lainnya, yaitu bila belum terdapat dehidrasi dapat tetp
diberikan minum susu rendah laktosa dengan jumlah cairan yang diberikan sesuai
dengan kebutuhan rumat ditambah dengan jumlah kehilangan cairan yang masih
berlangsung. Bila telah terdapat dehidrasi, pemberian cairan harus lebih
banyak.
Bila telah terjadi dehidrasi berat, harus diberikan cairan
intravena dan hendaknya dilakukan pula koreksi terhadap gangguan elektrolit dan
metabolik yang terjadi akibat diare ini. Antibiotika yang menjadi pilihan
pertama dalam mengatasi diare akibat Salmonela sp, ialah aminoglikosida, yaitu
gentamisin 4 mg/kgBB/hari atau amikasin 15mg/kgBB/hari, masing-masing dibagi
dalam 2 dosis yang diberikan selama 7 hari. Pilihan selanjutnya ialah
kloramfenikol 25mg/kgBB/hari intravena atau kloramfenikol 50 mg/kgBB/hari oral,
masing-masing dibagi dalam 4 dosis dan diberikan selama 7 hari.
Bila diduga bayi menderita
diare akibat EPEC, dapat diberikan kolistin dengan
dosis 50.000 unit/kgBB/hari, dibagi dalam 4 dosis. Sesudah ada hasil biakan dan
uji resistensi, dapat diberikan antibiotika yang sesuai.
No comments:
Post a Comment