truth


counters

nama

Monday 28 September 2015

Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah:Diare

1.      Diare
a.      Pengertian Diare
Pada umumnya kita semua sudah tahu apa itu diare atau yang biasa disebut mencret. Menurut definisi Badan Kesehatan Dunia (WHO), diare adalah buang air besar dengan frekuensi lebih sering ( lebih dari 3 kali sehari) dan bentuk tinja lebih cair dari biasanya.
b.      Jenis-jenis Diare
Penatalaksanaan diare bergantung pada jenis klinis penyakitnya, yang dengan mudah ditentukan saat anak pertama kali sakit.
Empat jenis klinis diare antara lain:
1)      Diare akut bercampur air (termasuk kolera) yang berlangsung selama beberapa jam/hari.
Bahaya utamanya adalah dehidrasi, juga penurunan berat badan jika tidak diberikan makan/minum.



2)      Diare akut bercampur darah (disentri).
Bahaya utama adalah kerusakan usus halus (intestinum), sepsis (infeksi bakteri dalam darah) dan malnutrisi (kurang gizi), dan komplikasi lain termasuk dehidrasi.
3)      Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih lama).
Bahaya utama adalah malnutrisi (kurang gizi) dan infeksi serius di luar usus halus, dehidrasi juga bisa terjadi.
4)      Diare dengan malnutrisi berat (marasmus atau kwashiorkor).
Bahaya utama adalah infeksi sistemik (menyeluruh) berat, dehidrasi, gagal jantung, serta defisiensi (kekurangan) vitamin dan mineral (Paulette, 2008).
c.       Penyebab diare
Beberapa hal yang dapat menyebabkan diare menurut Widjaya, 2009 antara lain adalah:
1)      Minum susu tersebut. Diare pada kasus ini biasanya Salmonella spp, Enteropathogenetic Escherichia coli (EPEC)
2)      Virus (penyebab diare tersering – dan umumnya karena Rotavirus) gejala: Berak-berak air (watery), berbusa, TIDAK ada darah lendir, berbau asam.
3)      GE (gastro enteristris) terbanyak karena virus.
4)      Parasite (Giardiasis) – Berak darah bai banyak atau sedikit dan lendir, sakit perut. Diare yang disebabkan parasite memerlukan antiparasite
5)      Anak sedang terapi dengan pemakaian antibiotilka. Bila diare terjadi saat anak sedang dalam pengobatan antibiotika, maka hubungi dokter anda.
6)      Alergi susu. Diare biasanya timbul beberapa menit atau jam setelah terjadi pada alergi susu sapi dan produk-produk yang terbuat dari susu sapi.
Infeksi dari bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain; misalnya infeksi saluran kencing, infeksi telinga, campak dll. EPEC merupakan sebagian dari keluarga E. Coli yang merupakan penghuni usus hakus manusia. Kemudian sebagian E. Coli ini dapat menyebabkan diare pada manusia dan hewan. Pada neonatus, ternyata dapat menyebabkan epidemi diare dengan mortalitas inggi, sehingga jenis E. Coli ini disebut EPEC.Kuman EPEC tidak menembus mukosa usus, tetapi hanya bersarang dalam lumen usus. Diare disebabkan oleh toksin yang dilepaskan oleh kuman ini dan menyebabkan sekresi usus. Walaupun enterotoksin ini tidak sekuat toksin yang diproduksi oleh kuman kolera, tetapi akibat sekresi usus ini dapat terjadi dehidrsi dan asidosis. Selain itu, diare karena EPECseringkali disertai dengan mengurangnya produksi dan aktivitas disakaridase terutama laktase.
d.        Gejala Klinis
Gejala klinis diare akibat E. Coli ini biasanya dimulai dengan letargi, anoreksia, berat badan menurun, kemudian terdapat diare dan muntah. Tinja biasanya banyak, cair, berwarna hijau atau kuning. Agak khas ialah bau tinja seperti sperma. Lama kelamaan dapat terjadi dehidrasi, asidosis, dan renjatan. Keadaan berat ini dapat terjadi dalam beberapa jam saja.
Terdapat 3 keadaan akibat dehidrasi, yaitu:
1)      Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan <5% Berat Badan).
Tandanya anak tetap aktif, keinginan untuk minum seperti biasa karena rasa haus tidak meningkat, kelopak mata tidak cekung, buang air kecil (BAK) sering.
2)      Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% Berat Badan).
Tandanya anak gelisahatau rewel, anak ingin minum terus karena rasa haus meningkat), kelopak mata cekung, BAK mulai berkurang.
3)      Dehidrasi berat (kehilangan cairan >10% Berat Badan). Tandanya anak
lemas atau tidak sabar, tidak dapat minum, kelopak mata sangat cekung, pada uji cubit kulit kembali lebih dari 2 detik. Agar lebih mudah gunakan kulit perut (David,2008).
Untuk menilai kondisi dehidrasi pada anak ada 4 parameter yang bisa digunakan yaitu aktivitas, rasa haus, kelopak mata, buang air kecil, dan uji turgor atau uji cubit.
Lihat kelopak mata anak, apakah cekung atau tidak. Anak harus kencing dalam waktu 6-8 jam, jika lebih dari 8 jam tidak kencing maka dehidrasi ringan. Untuk anak yang lebih besar batas kencingnya 12 jam. Uji cubit paling gampang dilakukan pada kulit perut, kulit harus kembali dalam 2 detik.
e.         Penatalaksanaan Diare
Pierce (1971) mengatakan bahwa pengetahuan tentang mekanisme terjadinya diare pada neonatus oleh EPEC ini mempunyai aspek terapeutik:
1)      Antibiotika tidak selalu efektif pada pengobatan diare oleh EPEC, karena sensivitas antibiotika pada setiap “serotype” sangat bervariasi.
2)      Larutan glukosa dan elektrolit dapat diberikan secara oral untuk mengobati dehidrasi yang ringan, karena tidak terdapat gangguan absorpsi glukosa.
3)      Restriksi diet tidak perlu untuk semua elemen makanan, tetapi cukup untuk laktosa. Dalam hal inipada realimentasi harus dipakai susu rendah laktose.
Pengobatan diare pada neonatus umumnya hampir sama dengan pengobatan diare lainnya, yaitu bila belum terdapat dehidrasi dapat tetp diberikan minum susu rendah laktosa dengan jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan rumat ditambah dengan jumlah kehilangan cairan yang masih berlangsung. Bila telah terdapat dehidrasi, pemberian cairan harus lebih banyak.
Bila telah terjadi dehidrasi berat, harus diberikan cairan intravena dan hendaknya dilakukan pula koreksi terhadap gangguan elektrolit dan metabolik yang terjadi akibat diare ini. Antibiotika yang menjadi pilihan pertama dalam mengatasi diare akibat Salmonela sp, ialah aminoglikosida, yaitu gentamisin 4 mg/kgBB/hari atau amikasin 15mg/kgBB/hari, masing-masing dibagi dalam 2 dosis yang diberikan selama 7 hari. Pilihan selanjutnya ialah kloramfenikol 25mg/kgBB/hari intravena atau kloramfenikol 50 mg/kgBB/hari oral, masing-masing dibagi dalam 4 dosis dan diberikan selama 7 hari.

Bila diduga bayi menderita diare akibat EPEC, dapat diberikan kolistin dengan dosis 50.000 unit/kgBB/hari, dibagi dalam 4 dosis. Sesudah ada hasil biakan dan uji resistensi, dapat diberikan antibiotika yang sesuai.









No comments:

Post a Comment