A.
Perubahan Fisiologis pada persalinan
Sejumlah
perubahan-perubahan fisiologis yang normal akan terjadi selama persalinan, hal
ini bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang dapat dilihat secar
klinis bertujuan untuk dapat secara tepat dan cepat mengintrepretasikan
tanda-tanda, geejala tertentu dan penemuan perubahan fisik dan laboratorium
apakah normal atau tidak selama persalinan kala I.
1. Perubahan tekanan darah
Tekanan darah
meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan sistolik rata-rata sebesar
10-20 mmHg dan kenaikan diastolik rata-rata 5-10 mmHg. Diantar
kontraksi-kontraksi uterus, tekana darah akan turun seperti seblum masuk
persalinan dan akan naik lagi bila terjadi kontraksi. Arti penting dan kejadian
ini adalah untuk memastikan tekanan darah yang sesungguhnya, sehingga
diperlukan pengukuran diantara kontraksi. Jika seorang ibu dalam keadaan sangat
takut/kawatir, pertimbangkan kemungkinan rasa takutnyalah yang menyebabkan
kenaikan tekanan darah. Dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan lainnya untuk
mengesampingkan pre eklamsia, oleh karena itu diperlukan asuhan yang mendukung
yang menimbulkan ibu rileks/santai.
Posisi tidur
terlentang selama bersalin akan menyebabkan penekanan uterus terhadap pembuluh
darah besar (aorta) yang akan menyebabkan sirkulasi darah baik untuk ibu maupun
janin akan terganggu, ibu dapaat terjadi hipotensi dan janin dapat asfiksia.
Oleh karena itu posisi tidur ibu selama persalinan yang terbaik adalah
menghindari posisi tidur terlentang.
Untuk memastikan
tekanan darah yang sesungguhnya maka diperlukan pengukuran tekanan darah diluar
kontraksi.
2. Perubahan metabolisme
Selama persalinan
baik metabolisme karbohidrat aerobik maupun anaerobik akan naik secara
perlahan. Kanaikan ini sebagian besar disebabkan karena oleh kecemasan serta
kegiatan otot kerangka tubuh. Kegiatan metabolisme yang meningkat tercermin
dengan keanikan suhu badan, denyut nadi, pernafasan, kardiak output dan
kehilangan cairan.
3. Perubahan suhu badan
Suhu badan akan
sedikit meningkat selama persalinan, suhu mencapai tertinggi selama persalinan
dan segera setelah melahirkan. Kenaikan ini dianggap normal asal tidak melebihi
0,5-1º C. Suhu yang naik sedikit merupakan keadaan yang wajar, namun keadaan
ini berlangsung lama, kenaikan suhu ini mengindikasikan adanya dehidrasi.
Parameter lainnya harus dilakukan antara lain selaput ketuban sudah pecah atau
belum, karena hal ini bisa merupakan tanda infeksi.
4. Denyut jantung
Perubahan yang
menyolok selama kontraksi dengan kenaikan denyut jantung, penurunan selama acme
sampai satu angka yang lebih rendah dan
angka antara kontraksi. Penurunan yang menyolok selama acme kontraksi uterus tidak
terjadi jika ibu berada dalam posisi miring bukan posisi terlentang. Denyut
jantung diantara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama periode
persalinan atau sebelum masuk persalinan. Hal ini mencerminkan kenaikan
metabolisme yang terjadi selama persalinan. Denyut jantung yang sedikit naik
merupakan keadaan yang normal, meskipun normal perlu dikontrol secara periode
untuk mengidentifikasi adanya infeksi.
5. Pernafasan
Pernafasan terjadi
kenaikan sedikit dibanding dengan sebelum perssalinan, kenaikan ini dapat
disebabkan karena adanya rasa nyeri, kekkhawatiran serta penggunaan tehnik
pernafasan yang tidak benar. Untuk itu diperlukan tindakan untuk mengendalikan
pernafasan (untuk menghindari hiperventilasi) yang ditandai oleh adanya
perasaan pusing.
6. Perubahan renal
Polyuri sering
terjadi selama persalinan, hal inni disebabkan oleh kardiak output yang
meningkat, serta disebabkan karena filtrasi glomelurus serta aliran plasma ke
renal. Polyuri tidak begitu kelihatan dalam posisi terlentang, yang mempunyai
efek mengurangi aliran urineselama kehamilan. Kandung kencin harus sering
dikontrol (setiap 2 jam) yang bertujuan agar tidak menghambat penurunan bagian
terndah janin dan trauma pada kandung kemih serta menghindari retensi
urinesetelah melahirkan. Protein dalam urine (+1) selama persalinan merupakan
hal yang wajar, tetapi protein uri (+2) merupakan hal yang tidak wajar, keadaan
ini lebih sering pada ibu primipara, anemia, persalinan lama atau pada kasus
pre eklamsia.
7. Perubahan gastrointestinal
Kemampuan
pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat berkurang akan menyebabkan
pencernaan hampir berhenti selama persalina dan menyebabkan konstipasi. Lambung
yang penuh dapat menimbulkan ketidaknyamanan, oleh karena itu ibu dianjurkan
tidak makan terlalu banyak atau minum berlebihan, tetapi makan dan minum
semuanya untuk mempertahankan energi dan dehidrasi.
8. Perubahan hematologis
Haemoglobin akan
meningkat 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan kembali ketingkat pra perssalinan
pada hari pertama setelah persalinan apabila tidak terjadi kehilangan darah
selama persalinan, waktu koagulasi berkurang dan akan mendapat tambahan plasma
selama persalinan. Jumlah sel-sel darah putih
meningkat secara progresif selama kala satu persalinan sebesar 500 s/d
15.000 WBC sampai dengan akhir pembukaan lengkap, hal ini teidak berindikasi
adanya infeksi. Setelah itu turun lagi kembali keadaan semula. Gula darah akan
turun selama persalinan dan akan turun secara menyolok pada persalinan yang
mengalami penykit atau persalinan lama, hal ini disebsbkan karena kegiatan
uterus dan otot-otot kerangka tubuh. Penggunaan uji laboratorium untuk
penapsian ibu yang menderita diabetes militus akan memberikan hasil yang tidak
tepat dan tidak dapat diandalkan.
9. Kontraksi uterus
Kontraksi uterus
terkjadi karena adnyan rangsangan pada otot polos uterus dan penurunan hormon
progestron yang menyababkan keluarnya hormon oksitosin. Kontraksi uterus
dimulai dari fundus uteri menjalar kebawah, fundus uteri bekerja kuat dan lama
untuk mendorong janin kebawah, ssedangkan uterus bagian bawah pasif hanya
mengikuti tarikan dan segmen atas rahim, akhirnya menyebabkan serviks menjadi
lembek dan membuka. Kerjasama antara uterus bagian atas dan uterus bagian bawah
disebut polaritas.
10. Pembentukan segmen atas rahim dan segmen bawah
rahim
Segmen Atas Rahim
(SAR) terbentuk pada uterus bagian atas dengan sifat otot yang lebih tebal dan
kontraktif. Pada bagian ini terdapat banyak otot serong dan memanjang. SAR
terbentuk dari fundus sampai ishmus uteri.
Segmen Bawah Rahim
(SBR) terbentang diuterus bagian bawah antara ishmus dengan serviks, dengan
sifat otot yang tipis dan elastis, pada bagian ini banyak terdapat otot yang
melingkar dan memanjang.
11. Perkembangan
retraksi ring
Retraksi ring
adalah batas pinggiran antara SAR dan SBR, dalam keadaan persalinan normal
tidak nampak dan akan kelihatan pada persalinan abnormal, karena kontraksi
uterus yang berlebihan, retraksi ring akan tampak sebagai garis atau bats yang
menonjol diatas simpisis yang merupakan tanda dan ancaman ruptur uterus.
12. Penarikan serviks
Pada akhir
kehamilan otot yang meengelilingi Ostium Uteri Internum (OUI) ditarik oleh SAR
yang menyebabkan serviks menjadi pendek dan menjadi bagian dari SBR. Bentuk
serviks menghilang karena canalis servikalis membesar dan atas dan membentuk
Ostium uteri Externa (OUE) sebagai ujun dan bentuknya menjadi sempit.
13. Pembukaan ostium uteri internum dan ostium uteri
externa
Pembukaan serviks
disebabkan oleh karena membesarnya OUE karena otot yang melingkar disekitar
ostium meregang untuk dapat dilewati kepala. Pembukaan uteri tidak saja karena
penarikan SAR akan tetapi juga karena tekanan isi uterus yaitu kepala dan
kantong amnion. Pada primigravida dimulai dari ostium uteri internum terbuka
lebih dahulu baru ostium eksterna membuka pada saat persalinan
terjadi.sedangkan pada multigravida ostium uteri internum membuka secara
bersama-sama pada saat persalinan terjadi.
14. Show
Show adalah
pengeluaran dari vagina yang terdiri dan sedikit lendir yang bercampur darah,
lendir ini berasal dan ekstruksi yang menyumbat canalis servikalis sepanjang
kehamilan, sedangkan darah berasal dan desidua vera yang lepas.
15. Tonjolan kantong ketuban
Tonjolan kantong
ketuban ini dissebabkan oleh adanya regangan SBR yang menyebabkan terlepasnya
selaput korion yang menempel pada uterus, denagn adanya tekanan maka akan
terlihat kantong yang berisi cairan yang menonjol ke ostium uteri internum yang
terbuka. Cairan terbagi dua yaitu fore
water dan hind water yang
berfungsi untuk melindungi selaput amnion agar tidak terlepas seluruhnya.
Tekanan yang diarahkan ke cairan sama dengan tekanan ke uterus sehingga akan timbul generasi fluid pressure. Bila selaput ketuban
pecah maka cairan tersebut akan keluar, sehingga plasenta akan tertekan dan
menyebabkan fungsi plasenta terganggu. Hal ini akan menybabkan fetus kekurangan
oksigen.
16. Pemecahan kantong ketuban
Pada akhir kala I
bila pembukaan sudah lengkap dan tidak ada tahanan lagi, ditambah dengan
kontraksi yang kuat serta desakan janin yan menyebabkan kantong ketuban pecah, diikuti dengan proses
kelahiran bayi.
B.
Perubahan Fisiologis Kala II
1. Sistem Kardiovaskuler
a.
Kontraksi
menurunkan aliran darah menuju uterus sehingga jumlah darah dalam sirkulasi ibu
meningkat
b.
Resistensi
perifer meningkat sehingga tekanan darah meningkat
c.
Saat mengejan
cardiac output meningkat 40-50%
d.
Tekanan darah
sistolik meningkat rata-rata 15 mmHg saat kontraksi
e.
Oksigen yang
menurun selama kontraksi menyebabkan hipoksia tetapi dengan kadar yang masih
adekuat tidak menimbulakan masalah serius.
2. Respirasi
a.
Respom terhadap perubahan sistem kariovaskuler mengakibatkan konsumsi
oksigen meningkat
b.
Percepatan terhadap surfaktan (fetus labor speeds matiration of
surfaktan) : penekanan pada dada selama proses persalinan membersihkan
paru-paru janin dari cairan yang berlebihan
3. Pengaturan suhu
a.
Aktivitas otot yang meningkat menyebabkan kenaikan suhu
b.
Kesimbangan cairan à kehilangan cairan
meningkat oleh karena meningkatnya kecepatan dan kedalaman respirasi à retriksi cairan
4. Urinaria
a.
Perubahan :
1)
Ginjal memekatkan urine
2)
Berat jenis meningkat
3)
Ekskresi protein trace
b.
Penekanan kepala janin menyebabkan tonus vesica kandung kencing menurun
5. Muskulosketal
a.
Hormon relaxin menyebabkan pelunakan kartilago diantara tulang
b.
Fleksibilitas pubis meningkat
c.
Nyeri punggung
d.
Janin à tekanan kontraksi
mendorong janin sehingga terjadi fleksi maksimal
6. Saluran pencernaan
a.
Praktis inaktif selama persalinan
b.
Proses pencernaan dan pengosongan lambung meningkat
7. Sistem syaraf
Janin à kontraksi menyebabkan
penekanan pada kepala janin sehingga DJJ menurun
8. Kontraksi, dorongan otot-otot dinding
Kontraksi uetrus
pada persalinan mempunyai sifat tersendiri. Kontraksi menimbulkan nyeri,
merupakan satu-satunya kontraksi normal muskulus. Kontraksi ini dikendalikan
oleh syaraf intrinsik, tidak sisadari, tidak dapat diatur oleh ibu bersalin,
baik frekuensi maupun lama kontraksi.
Sifat
khas:
a. Rasa sakit
dari fundus merata keseluruh uterus sampai berlanjut ke punggnung bawah.
b. Penyebab rasa nyeri belum diketahui secara pasti.
Beberapa dugaan penyebab antara lain:
1) pada saat kontraksi terjadi kekurangan O² pada
miometrium.
2) Penekanan ganglion syaraf di serviks dan uterus
bagian bawah.
3) Peregangan seerviks akibat dari pelebaran serviks.
4) Pergangan peritoneum sebagai organ yang meliputi
uterus.
Pada waktu selang
kontraksi / periode relaksasi diantara kontraksi memberikan dampak berfungsinya
sistem-sistem dalam tubuh, yaitu:
c. Memberikan kesempatan pada jaringan otot-otot
uterine untuk beristirahat agar tidak menurunkan fungsinya oleh karena
kontraksi yang kuat secara terus menerus.
d. Memberikan kesempatan kepada ibu untuk
beristirahat, karena rasa sakit selama kontraksi.
e. Menjaga kesehatan janin karena pada saat kontraksi
uterus mengakibatkan kontriksi pembuluh darah placenta sehingga bila secara
terus menerus berkontraksi, maka akan menyebabkan hipoksia, anoksia dan
kematian janin.
Pada awal
persalinan kontraksi uterus terjadi selama 15-20 detik. Pada saat memasuki fase
aktif, kontraksi terjadi selama 45-60 detik rata-rata 60 detik. Dalam satu kali
kontraksi terjadi 3 fase, yaitu fase naik, puncak dan turun. Pada saat fase
naik lamanya 2 kali fase lainnya. Pemeriksaan kontraksi uterus meliputi,
frekuensi, durasi / lama, intensitas / kuat lemah. Frekuensi dihitung dari awal
timbulnya kontraksi sampai muncul kontraksi berikutnya. Pada saat memeriksa
durasi / lama kontraksi, perlu diperhatikan bahwa cara pemeriksaan kontraksi
uterus dilakukan dengan palpasi pada perut. Karena bila berpedoman pada rasa
sakit yang dirasakan ibu bersalin saja kurang akurat.
Pada saat awal
kontraksi biasanya ibu bersalin belum merasakan sakit,begitu juga pada saat
kontraksi sudah berakhir, ibu bersalin masih meraskan sakit. Begitu juga dalam
menentukan intensitas kontraksi uterus / kekuatan kontraksi uterus, hasil
emeriksaan disimpulkan tidak dapat diambil dari seberapa reaksi nyeri ibu
bersalin pada saat kontraksi. Ambang rasa nyeri tiap individu berbeda. Pada ibu
bersalin yang belum siap menghadapi persalinan, kurang matang psikologis, tidak
mengerti proses persalinan yang ia hadapi akan bereaksi serius dengan berteriak
keras saat kontraksi walaupun kontraksinya lemah.
Sebaliknya ibu
bersalin yang sudah siap mengahadapi persalinan, matang psikologis, mengerti
tentang proses persalinan, mempunyao ketabahan, kesabaran yang kuat, pernah
melahirkan, didampingi keluarga dan didukung oleh penolong persalinan yang
profesional.dapat menggunakan tehnik pernafasan untuk relaksasi, maka selama
kontraksi yang kuat tidak akan berteriak. Intensitas dapat diperiksa dengan
cara jari-jari tangan ditekan pada
perut, bisa atau tidak uterus ditekan. Pada kontraksi yang lemah akan mudah
dilakukan, tetapi pada kontraksi yang kuat, hal itu todak mudah dilakukan. Bila
dipantau dengan monitor janin, kontraksi
uterus yang paling kuat pada fase kontraksi puncak tidak akan melabihi 40 mmHg.
Selanjutnya
kesimpulan pemeriksaan kontraksi uterus tidak hanya meliputi, frekuensi,
durasi/lama, intensitas/kuat lemah tetapi perlu diperhatikan juga pengaruh dari
ketiga hal tersebut mulai dari kontraksi yang belum teratur hingga akhir
persalinan. Misalnya pada awal persalinan, kontraksi uterus setiap 20-30 menit
selama 20-25 detik, intensitas ringan lama-kelamaan menjadi 2-3 menit, lama
60-90 detik, kuat, maka hal ini akan menghasilkan pengeluaran janin. Bila ibu
bersalin mulai berkkontraksi selama 5 mnt selama 50-60 detik dengan intensitas
cukup kuat maka dapat terjadi kontrasi tidak dapat teratur, frekuensi lebih
sering, durasi lebih lama. Terkadang dapat menjadi disfungsi uterin, yaitu kemajuan
proses oersalinan yang meliputi dilatasi servik/ pelebaran serviks, mekanisme
penurunan kepala memakan waktu yang lama, tidak sesuai dengan harapan.
Kontraksi
uterus bervariasi pada setiap bagian
karena mempunyai pola gradien. Kontraksi yang kuat mulai dari fundus hingga
berangsur-angsur berkurang dan tidak ada sama sekali kontraksi pada serviks.
Hal ini memberikan efek pada uterus sehingga uterus terbagi menjadi dua zona,
yaitu zona atas zona bawah uterus. Zona atas merupakan zona yang berfungsi mengeluarkan
janin karena merupakan zona yang berkontraksi dan menebal, dan sifatnya aktif.
Zona terbentuk akibat mekanisme kontraksi otot. Pada saat relaksasi panjang
otot tidak bisa kembali keukuran semula, ukuran panjang otot selama relaksasi
panjang otot semakin memendek, dan setiap terjadi relaksasi ukuran panjang otot
semakin memendek dan demikian seterusnya ssetiap kali tejadi relaksasi sehingga
zona atas semakin menebal dan mencapai bataas tertentu pada saat zona bawah
semakin tipis dan meluas.
Sedangkan zona
bawah terdiri dari istmus dan serviks uteri. Pada saat persalinan istmus uteri
disebut sebagai segmen bawah rahim. Zona ini sifatnya pasif tidak berkontraksi
seperti zona atas. Zona baawah menjadi tipis dan membuka akibat dari sifat
pasifdan pengaruh dari kontraksi pada zona atas sehingga janin dapat
melewatiya. Jika zona bawah ikut berkontraksi seperti zona atas maka tidak
dapat terjadi dilatasi/ pembukaan serviks, hal ini dapat mempersulit proses
persalinan.
9. Uterus
a.
segmen atas:
bagian yang berkontraksi, bila dilakukan palpasi akan teraba keras saat
kontraksi.
b. Segmen bawah: terdiri atas uterus dan cerviks,
merupakan daerah yang teregang, bersifat pasif. Hal ini mengakibatkan
pemendekan segmen bawah uterus.
c.
Batas antara
segmen atas dan segmen bawah uterus membentuk lingkaran cincin retraksi
fisiologis. Pada keadaan kontraksi uterus inkoordinasi akan memebentuk cincin
retraksi patologis yang dinamakan cincin bandl.
Perubahan
bentuk:
Bentuk uterus
menjadi oval disebabkan adanya pergerakan tubuh janin yang semula membungkuk
menjadi tegap, sehingga uterus bertambah panjan 5-10 cm.
10. Perubahan ligamentum rotundum
Pada saat
kontraksi uterus ligamentum rotundum yang mengandung otot-otot polos ikut
berkontraksi sehingga ligamentum rotundum menjadi pendek.
Fall ligamentum rotundum dalam
persalinan
a. Fundus uteri pada saat kehamilan bersandar pada
tulang belakang, ketika persalinan berlangsung berpindah kedepan mendesak
dinding perut bagian depan kedepan pada setiap kontraksi. Perubahan ini
menjadikan sumbu rahim searah dengan sumbu jalan lahir.
b. Fundus uteri tertambat karena adanya kontraksi ligamentum rotundum pada saat
kontraksi uterus, hal ini menyebabkan fundus tidak dapat naik ke atas. Bila
pada waktu kontraksi fundus naik keatas maka kontraksi tidak dapat mendorong
anak kebawah.
11. Efficement dan dilatasi serviks
Pengaruh tidak
langsung dari kontraksi uterus adaladh terjadinya effasment dan dilatasi
serviks. Effasment merupakan pemendekan / pandataran ukuran dari panjang
kanalis servikalis. Ukuran normal kanalis servikalis 2-3 cm. Ketika terjadi
effasment ukuran panjang kanalis servikalis menjadi semakin pendek dan akhirnya
sampai hilang. Pada pemeriksaan dalam teraba lubang dengan pingggir yang tipis.
Proses effasment diperlancar dengan adanya pengaturan seperti pada celah
endoservik yang mempunyai efek membuka dan meregang. Pemeriksaan kemajuan
persalinan untuk menilai proses effasment ini dengan presentase. 0% berarti
belum terjadi effasment 100% berarti sudah terfjadi total effasment.
Dilatasi adalah
pembesaran ukuran ostium uteri interna (OUI) yang kemudian disusul dengan
pembesaran ukuran ostium uteri eksterna (OUE). Pembesaran ini berada antara
primigravida dan multigravida. Ostium uteri interna sudah sedikit membuka pada
multigarvida. Proses dilatasi ini dibantu/ dipermudah oleh tekanan hidrostatik
cairan amnion. Tekanan hidrostatik cairan amnion terjadi akibat dari kontraksi uterus.
Kemajuan
persalinan pada dilatasi / pembukaan serviks dengan cara mengukur diameter
serviks dalam centimeter 0-10 pada bagian ostiium uteri ekterna. Ukuran 0 (nol)
centimeter bila ostium serviks eksterna tertutup, diameter 10(sepuluh)
centimeter bila dilatasi ostium seerviks eksterna sudah lengkap.
Pada saat
persalinan effasment awal dilatasi tidak sama antar primigravida dan multigravida.
Pada primigravida terjadi effasment 50%-60% pada pembukaan 1(satu) centimeter
sebelum persalinan sebagai akibat dari kontraksi Braxton-Hicks. Hal ini
merupakan proses kematangan serviks sebagai tanda premonitori persalinan.
Kemajuan perubahan serviks selama persalinan pada umumnya terjadi secara
berurutan, kemudian terjadi kombinasi effasmet dan dilatasi secara bersamaan
setelah effasment 50%-100%. Tanda persalinan aktiv dengan adanya serviks
menjadi keras. Pada multigravida memasuki persalinan biasanya terjadi dilatasi
serviks 1-2 centimeter atau lebih tergantung pada paritas, biasanya tidak
terjadi atau sedikit tejadi effasment. Effasment dan dilatasi merupakan salah
satu indikator seorang ibu masuk persalinan awal atau masih dalam tanda-tanda
persalinan palsu.
12. Station
Station adalah
salah satu indikator untuk menilai kemajuan persalinan yaitu dengan cara
menilai keadaan hubungan antara bagian paling bawah presentasi terhadap garis
imajinasi / bayangan setinggi spina iskiadika. Penilaian station dengan ukuran
cm. Station 0(nol) berarti bagian bawah presentasi setinggi spina iskiadika.
Hasil +1,+2,+3,+4, dan +5 berarti presentasi berada dibawah spina iskhiadika
setinggi 1,2,3,4 dan 5 cm di atas garis imajinasi spina iskhiadika. Hasil
-1,-2,-3,-4 dan -5 berarti presentasi berada diatas 1,2,3,4 dan 5cm di bawah
garis imajinasi spina iskhiadika. Perlu berhati-hati dalam menentukan hasil
pemeriksaan stayion karena hasil pemeriksaan dapat keliru bila terdapat molding
atau tulang tengkorak janin saling menumpuk atau terjadi kaput suksedannium.
Untuk persiapan
memberikan asuhan kebidanan, perlu diperhaatikan riwayat, keadaan fisik dan
pelvis atau panggul, umur ibu, riwayat obsterti, intensitas kontraksi ketika
berbaring dibanding ketika berjalan, lokasi nyeri selama kontraksi, lama
persalinan sebelumnya, jarak kehamilan, waktu kontraksi,frekuensi, ukuran
terbesar dan terkecil janin sebelumnya, umur kehamilan.
Perubahan vagina
dan besar panggul bagian atas vagina sejak kehamilan mengalami perubahan-perubahan,
dan pada kala 1 ketuban ikut merengangkannya sehingga dapat dilalui oleh janin.
Pada saat ketuban pecah perubahan-perubahan pada vagina dan dasar panggul
menjadi teregang sehingga membentuk saluran dengan dinding –dinding yang tipis.
Hal ini terutama diakibatkan bagian depan anak. Pada saat kepala sampai pada
vulva, lubang vulva membuka keatas. Apabila diperiksa dari luar terjadi
peregangan pada bagian depan yaitu daerah perineum menjadi menonjol dan tipis,
anus menjadi terbuka. Pada vagina dan dasar panggul terjadi regangan yang kuat,
dimungkinkan karena bertambahnya pembuluh darah. Apabila jaringan ini robek
maka menibulkan pendarahan yang banyak.
C.
Perubahan psikologi
1. Pendahuluan
Pada ibu hamil
banyak terjadi perubahan, baik fisik maupun psikologis. Begitu juga pada ibu
bersalin, perubahan psikologis pada ibu bersalin wajar terjadi pada setiap
orang, namun ia memerlukan bimbingan dari keluarga dan penolong persalinan agar
ia dapat menerima keadaan yang terjadi selama persalinan dan dapat memahaminya
sehingga ia dapat beradaptasi tehadap perubahan yang terjadi pada dirinya.
Perubahan psikologis selama persalinan perlu diketahui oleh penolong persalinan
dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendamping atau penolong persalinan.
2. Perubahan psikologis pada kala satu
Beberapa keadaan
dapat terjadi pada ibu dalam persalinan, terutama bagi ibu yang pertama kali
melahirkan, perubahan-perubahan yang dimaksud adalah:
a. Perasaan tidak enak.
b. Takut dan ragu-ragu akan persalinan yang akan
dihadapi.
c. Ibu dalam menghadapi persalinan sering memikirkan
antara lain apakah persalinan akan berjalan normal.
d. Menganggap persalinan sebagai cobaan.
e. Apakah peolong persalinan dapat sabar dan
bijaksana dalam menolongnya.
f. Apkah bayinya normal atau tidak.
g. Apakah ia sanggup merawat bayinya.
h. Ibu merasa cemas.
No comments:
Post a Comment