1.
Infeksi (Sepsis)
a. Definisi
Sepsis neonatal
merupakan sindrom klinis penyakit sitemik akibat infeksi yang terjadi dalam
satu bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur dan protozoa dapat
menyebabkan sepsis pada neonatus. Insidensnya berkisar 1-8 di antara 1000
kelahiran hidup dan meningkat menjadi 13-27 per
1000 kelahiran hidup pada bayi dengan berat < 1500 g. Mortalitas
akibat sepsis neonatal adalah sekitar 13-25 %.
Tanda awal sepsis pada
bayi baru lahir tidak spesifik, sehingga skrining dan pengolaan terhadap faktor
resiko perlu dilakukan. Terapi awal pada neonatus yang mengalami sepsis harus
segera dilakukan tanpa menunggu hasil kultur.
Sepsis dibedakan
menjadi:
1)
Early onset
sepsis (EOS), timbul dalam 3 hari pertama, berupa gangguan multisistem dengan
gejala pernafasan yang menonjol; ditandai dengan wajah awitan tiba-tiba dan
cepat berkembang menjadi syok septik dengan mortalitas tinggi.
2)
Late onset
sepsis (LOS), timbul setelah umur 3 hari, lebih sering di atas 1 minggu. Pada
sepsis awitan lambat, biasanya ditemukan fokus infeksi dan sering disertai
dengan meningitis.
3)
Sepsis
nosokomial, ditemukan pada bayi resiko tinggi yang dirawat, berhubungan dengan
monitor infasif dan berbagai teknik yang digunakan di ruang rawat intensif.
Kecurigaan besar sepsis
1)
Bayi umur
sampai dengan usia 3 hari
a)
Riwayat ibu
dengan infeksi rahim, demam dengan kecurigaan infeksi berata, atau ketuban
pecah dini.
b)
Bayi
memiliki dua atau lebih gejala yang tergolong dalam kategori A, atau tiga atau
lebih gejala pada ketegori B (lihat Tabel I untuk kategori A dan B).
2)
Bayi usia
lebih dari 3 hari
Bayi mempunyai dua atau
lebih temuan kategori A atau tiga atau lebih temuan kategori B.
b. Diagnosis
Anamnesis
1)
Riwayat ibu
mengalami infeksi intrauterin, demam dengan kecurigaan infeksi berat atau
ketuban pecah dini.
2)
Riwayat
persalinan tindakan, penolong persalinan, lingkungan persalinan yang kurang
higienis.
3)
Riwayat
lahir asfiksia berat, bayi kurang bulan, berat lahir rendah.
4)
Riwayat air
ketuban keruh, purulen atau bercampur mekonium.
5)
Riwayat
bayi malas minum, penyakit cepat memberat.
6)
Riwayat
keadaan bayi lunglai, mengantuk, aktifitas berkurang atau iritabel/rewel,
muntah, perut kembung, tidak sadar, kejang.
c. Pemeriksaan
fisik
1)
Keadaan
umum
a)
Suhu tubuh
tidak normal (lebih sering hipotermia)
b)
Letargi
atau lunglai, mengantuk atau aktivitas berkurang
c)
Malas minum
setelah sebelumnya minum dengan baik
d) Iritabel/rewel
e)
Kondisi
memburuk secara cepat dan dramatis
2) Gastrointestinal
a)
Muntah,
diare, perut kembung, hepatomegali
b)
Tanda mulai
muncul setelah hari keempat
3) Kulit
Perfusi
kulit kurang, sianosis, petekie, ruam, sklerema, ikterik.
4)
Kardiopulmonal
Takipnu, distres
respirasi (nafas cuping hidung, merintih, retaksi) takikardi, hipotensi.
5)
Neurologis
Iritabilitas, penurunan
kesadaran, kejang, ubun-ubun menonjol, kaku duduk sesuai dengan meningitis
d. Pemeriksaan
penunjang
1)
Pemeriksaan
jumlah lekosit dan hidung jenis secara serial untuk menilai perubahan akibat
infeksi, adanya lekositosis atau lekopeni, neutropeni, peningkatan rasio
netrofil imatur/total (I/T) lebih dari 0,2.
2)
Peningkatan
protein fase akut (C-reactive protein), peningkatan IgM.
3)
Ditemukan
kuman pada pemeriksaan kultur dan pengecatan Gram pada sampel darah, urin dan
cairan serta dilakukan uji kepekaan kuman.
4)
Analisis
gas darah: hipoksia, asidosis metabolik, asidosis laktat.
5)
Pada
pemeriksaan cairan serebrospinal ditemukan peningkatan jumlah leukosit terutama
PMN, jumlah leukosit > 20 mL (umur kurang dari 7 hari) atau >
10 mL (umur lebih dari 7 hari). Peningkatan kadar protein, penurunan kadar
glukosa serta ditemukan kuman pada pengecatan Gram. Gambaran ini sesuai dengan
meningitis yang sering terjadi pada sepsis awitan lambat.
e. Radiologis
Foto toraks dilakukan
jika ada gejala distres pernafasan. Pada foto toraks dapat ditemukan:
1)
Pneumonia
kongenital berupa konsolidasi bilateral atau efusi pleura.
2)
Pneumonia
karena nfeksi intrapartum, berupa infiltrasi dan destruksi jaringan
bronkopulmoner, atelektasis segmental atau lobaris, gambaran retikulogranular
difus (seperti penyakit mambran hlalin) dan efusi pleura.
3)
Pada
pneumonia karena infeksi pascanatal, gambarannya sesuai dengan pola kuman
setempat.
Jika ditemukan gejala neurologis, dapat dilakukan CT scan kepala,
dapat ditemukan obstruksi aliran cairan serebrospinal, infark atau abses. Pada
ultrasonografi dapat ditemukan ventrikulitis.
f. Tata
laksana
Dugaan sepsis
Dasar melakukan pengobatan adalah daftar tabel temuan (Tabel
I) yang berhubungan dengan sepsis. Pada
dugaan sepsis pengobatan ditujukan pada temuan khusus (misalnya kejang) serta
dilakukan pemantauan.
Kecurigaan besar sepsis
1)
Antibiotik
Antibiotik awal
diberikan ampisilin dan gentamisin. Bila organisme tidak dapat ditemukan dan
bayi menunjukkan tanda infeksi sesudah 48 jam, ganti ampisilin dan beri
sefotaksim, sedangkan gentamisin tetap dilanjutkan.
Pada sepsis nosokomial,
pemberian antibiotik disesuaikan dengan pola kuman setempat. Jika disertai
dengan meningitis, terapi antibiotik diberikan dengan dosis meningitis selama 14
hari untuk Gram positif dan 21 hari untuk kuman Gram negatif. Lanjutkan terapi
dilakukan berdasarkan hasil kultur dan
sensitivitas, gejala klinis, dan pemeriksaan laboratorium serial (misal CRP).
2)
Respirasi
Menjaga patensi jalan
nafas dan pemberian oksigen untuk mencegah hipoksis. Pada kasus tertentu
mungkin dibutuhkan ventilator mekanik.
3)
Kardiovaskular
Pasang jalur IV dan
beri cairan dengan dosis rumatan serta lakukan pemantauan tekanan darah (bila
tersedia fasilitas) dan perfusi jaringan untuk mendeteksi dini adanya syok.
Pada gangguan perfusi dapat diberikan volume ekspander (NaCL fisiologis, darah
atau albumin, tergantung kebutuhan) sebanyak 10 mL/KgBB dalam waktu setengah
jam, dapat diulang 1-2 kali. Jangan lupa untuk melakukan monitor keseimbangan cairan.
Pada beberapa keadaan mungkin diperlukan obat-obat inotropik seperti dopamin
atau dobutamin.
4)
Hematologi
Tranfusi komponen jika
diperlukan, atasi kelainan yang mendasari.
5)
Tunjangan
nutrisi adekuat
6)
Manajeman
khusus
a)
Pengobatan
terhadap tanda khusus lain atau penyakit penyerta serta komplikasi yang terjadi
(misal: kejang, gangguan metabolik, hematologi, respirasi, gastrointestinal,
kardiorespirasi, hiperbilirubin).
b)
Pada kasus
tertentu dibutuhkan imunoterapi dengan pemberian imunoglobulin, antibodi
monoklonal atau transfusi tukar (bila fasilitas memungkinkan).
c)
Transfusi
tukar diberikan jika tidak terdapat perbaikan klinis dan laboratorium, setelah
pemberian antibiotika adekuat.
7)
Bedah
Pada kasus tertentu,
seperti hidrosefalus dengan akumulasi progresif dan enterokolitis nekrotikan,
diperlukan tindakan bedah.
8)
Lain-lain
(rujukan subspesialis, rujukan spesialisasi lainnya, dll)
Pengelolaan bersama
dengan sub bagian Neurologik anak, Pediatri Sosial, bagian Mata, Bedah Syaraf
dan Rehabilitasi anak.
9)
Tumbuh
kembang
Komplikasi yang sering
terjadi pada penderita dengan sepsis, terutama jika disertai dengan meningitis,
adalah gangguan tumbuh kembang berupa gejala neurologis seperti retardasi
mental, gangguan penglihatan, kesukaran belajar dan kelainan tingkah laku.
g. Langkah
Preventif
1)
Mencegah
dan mengobati ibu demam dengan kecurigaan infeksi berat atau infeksi
intrauteri.
2)
Mencegah
dan pengobatan dengan ketuban pecah dini.
3)
Parawatan
antenatal yang baik.
4)
Mencegah
aborsi yang terulang, cacat bawaan.
5)
Mencegah
persalinan prematur.
6)
Melakukan
pertolongan persalinan yang bersih dan aman.
7)
Melakukan
resusitasi yang benar.
8)
Melakukan
tindakan pencegahan infeksi: CUCI TANGAN!!
10) Melakukan identifikasiawal terhadap faktor resiko sepsis
pengelolaan yang efektif.
Tabel 1. Kelompok temuan yang
berhubungan dengan sepsis
Kategori A
|
Kategori B
|
1)
Kesulitan bernafas
(misalnya: apnea, nafas lebih dari 60 kali per menit, retraksi dinding dada,
grunting pada waktu ekspirasi, sianosis sentral.
2)
Kejang
3)
Tidak sadar
4)
Suhu tubuh tidak
normal (sejak lahir & tidak memberi respons terhadap terapi) atau suhu
tidak stabil sesudah pengukuran suhu normal selama tiga kali atau lebih.
5)
Persalinan di
lingkungan yang kurang higienis (menyokong ke arah sepsis)
6)
Kondisi memburuk
secara cepat dan dramatis (menyokong ke arah sepsis)
|
7)
Tremor
8)
Letargi atau lunglai
9)
Mengantuk atau
aktivitas berkurang
10)
Iritabel atau rewel,
muntah, perut kembung
11)
Tanda-tanda mulai
muncul sesudah hari ke empat
12)
Air ketuban bercampur
mekonium
13)
Malas minum,
sebelumnya minum dengan baik
|
Tabel 2. Dosis antibiotik untuk sepsis
dan meningitis
Antibiotik
|
Cara pemberian
|
Dosis dalam mg
|
|
Hari 1-7
|
Hari 8+
|
||
Ampisilin
Ampisilin (meningitis)
Cefotaxim
Cefotaxim (meningitis)
Gentamisin
|
IV.IM
IV
IV
IV
IV,IM
|
50 mg/kg setiap 12 jam
100 mg/kg setiap 12 jam
50 mg/kg setiap 8 jam
50 mg/kg setiap 6 jam
< 2 kg: 3 mg/kg sehari sekali
> 2 kg: 5 mg/kg sehari sekali
|
50 mg/kg setiap 8 jam
100 mg/kg setiap 8 jam
50 mg/kg setiap 6 jam
50 mg/kg setiap 6 jam
7,5 mg/kg setiap 12 jam
7,5 mg/kg setiap 12 jam
|
No comments:
Post a Comment