A.
Persalinan Dengan Penyulit Kala III Dan IV
1. Atonia Uteri
Kondisi dimana myometrium tidak dapat
berkontraksi segera setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi jika uterus tidak
berkontraksi dalam waktu 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil (massage)
fundus uteri, segera setelah lahirnya plasenta.
Penyebab
a. Partus lama
b. Pembesaran uterus yang berlebihan pada waktu hamil
seperti pada kehamilan kembar, hidramnion atau janin besar
c. Multiparitas
d. Anastesi yang dalam
e. Anastesi lumbal
2. Retensio Plasenta
Keadaan dimana plasenta belum lahir
dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir.
Penyebab
a. Plasenta belum lepas dari didnding uterus
1). Plasenta Adhesiva ( melekat lebih dalam di
endometrium)
2). Plasenta Inkreta (menembus desidua sampai ke
myometrium)
3). Plasenta Akreta (menembus lebih dalam ke
myometrium namun belum mencapai serosa)
4). Plasenta Perkreta (mencapai serosa atau peritoneum
dinding rahim)
b. Plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan (disebabkan
karena tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala
III)
c. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan
plasenta
Faktor Resiko
a.
Plasenta
Previa
b.
Riwayat
Seksio caesaria
c.
Riwayat
Kuretase
d.
Grande
Multipara
3. Emboli Air Ketuban
Emboli
air ketuban menimbulkan syok yang sangat mendadak dan biasanya berakhir dengan
kematian. Dengan mendadak penderita menjadi gelisah, sesak nafas, kejang-kejang
dan meninggal kemudian. Emboli air ketuban terjadi pada his yang kuat dengan
ketuban yang biasanya sudah pecah. Karena his kuat, air ketuban dengan
mekonium, rambut lanuago dan vernik kaseosa masuk kedalam sinus-sinus dalam
dinding uterus dan dibawa ke paru-paru. Pada syok karena emboli air ketuban
sering ditemukan gangguan dalam pembekuan darah.
4. Robekan Jalan Lahir
Robekan
jalan lahir merupakan peyebab kedua tersering dari perdarahan pasca persalinan.
Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan pasca
persalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh,
robekan servik atau vagina.
Periksalah
dengan seksama dan perbaiki robekan pada servik, vagina dan perineum, lakukan
uji pembekuan darah sederhana bila perdarahan terus berlangsung. Kegagalan
terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak yang dapat
pecah dengan mudah menunjukan adanya koagulapati.
Ada 4 tingkat robekan yang dapat
terjadi pada persalinan:
a
Robekan derajat I
1). Mengenai mukosa vagina, komisura posterior dan
kulit perineum
2). Pada derajat I tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan
dan aposisi luka baik
b
Robekan tingkat II
1). Mengenai mukosa
vagina, komisura posterior, kulit perineum dan otot perineum
c
Robekan tingkat III mengenai m. sfingter ani
1). Mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum, otot perineum dan otot sfinter ani
2). Pada
derajat ini pasien segera rujuk ke fasilitas rujukan
d
Robekan tingkat IV mengenai mukosa rektum
1). Mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum, otot perineum, otot sfinter ani dan dinding depan rektum
2). Pada
derajat ini pasien segera rujuk ke fasilitas rujukan
Penjahitan laserasi perineum/
episiotomi
a. Tujuan penjahitan perineum/ episiotomi :
1). Untuk mendekatkan jaringan-jaringan agar
penyembuhan dapat terjadi
2). Untuk menghentikan perdarahan
b. Teknik penjahitan
1). Jelujur
2). Satu-satu
3). Subkutikuler/ subkutis
c. Keuntungan penjahitan jelujur
1). Sedikit rasa sakit
2). Mudah dipelajari karena hanya melibatkan satu
jenis tehnik penjahitan saja
3). Jumlah jahitan hanya sedikit
5. Inversio Uteri
Pada
inversio uteri bagian atas uterus memasuki kavum uteri, sehingga fundus uteri
sebelah dalam menonjol ke dalam kavum uteri.
a. Tingkatan inversio uteri menurut perkembangan
inversio uteri:
1). Fundus uteri menonjol ke dalam kavum uteri, tetapi
belum keluar dari ruang tersebut
2). Korpus uteri yang terbalik sudah masuk kedalam
vagina
3). Uterus dengan vagina, semuanya terbalik, untuk
sebagian besar terletak di luar vagina
b. Etiologi
1). Terjadi karena spontan dan tindakan
Faktor yang mempengaruhinya antara
lain :
a). Uterus yang lembek, lemah dan tipis
b). Tarikan tali pusat yang berlebihan
2). Spontan
a). Grandemultipara
b). Atonia uteri
c). Kelemahan alat kandungan
d). Tekanan intra abdominal yang tinggi (mengejan)
c. Dasar diagnosis
1). Dijumpai pada kala III post partum
2). Rasa sakit yang hebat sampai syok
3). Fundus uteri menghilang dari abdomen
4). Pemeriksaan dalam : fundus uteri didalam rongga
rahim dapat dengan plasenta atau tidak
5). Bila inkomplit daerah symphisis teraba kosong dan
dalam vagina teraba tumor lunak
6). Kavum uteri sudah tidak ada (terbalik)
d. Penatalaksanaan
1). Bertindak cepat
2). Kembalikan posisi uterus
3). Tunda pemberian oksitosin sampai uterus ke
posisinya, hal ini dilakukan bersamaan dengan :
a). Pemberian cairan infus
b). Bila perlu tranfusi darah
c). Beri obat nyeri dan antibiotik
6. Perdarahan Kala IV
Perdarahan yang
normal setelah kelahiran mungkin hanya akan sebanyak satu pembalut wanita
perjam selama enam jam pertama atau seperti darah haid yang banyak. Jika
perdarahan lebih banyak dari ini, maka ibu tersebut hendaknya diperiksa lebih
sering dan penyebab-penyebab dari perdarahan berat seharusnya diselidiki.
Apakah ada laserasi pada vagina atau servik? Apakah uterus berkontraksi dengan
baik? Apakah kandung
kencingnya kosong?
7. Syok Obstetrik
Syok pada waktu kehamilan
mengakibatkan syok pula pada janin yang berada dalam kandungan.
Peristiwa-peristiwa yang dalam praktek kebidanan dapat menimbulkan syok adalah:
a. perdarahan
b. infeksi berat
c. solusio plasenta
d. perlukaan dalam persalinan
e. inversio uteri
f. emboli air ketuban
g. wanita hamil lanjut menunjukkan hipotensi sewaktu
tidur telentang, peristiwa yang dinamakan supine hypotensive syndrome.
No comments:
Post a Comment