truth


counters

nama

Tuesday 10 November 2015

Askeb Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah:Adaptasi BBL dan pencegahan Infeksi

1.      Adaptasi Bayi  Baru  Lahir Di luar Uterus
Saat lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna ke lingkungan eksterna. Saat ini bayi tersebut harus dapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya sendiri, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan penyakit.
Periode adaptasi terhadap kehidupan diluar rahim, disebut “Periode Transisi”. Periode ini berlangsung hingga satu bulan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem tubuh. Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernapasan dan sirkulasi, sistem termoregulasi, dan kemampuan dalam mengambil dan menggunkan glukosa.
a.                  Perubahan Sistem Pernapasan
Dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernapasan di otak, tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan yang merangsang masuknya udara kedalam paru-paru secara mekanis (Varney, 551-552). Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk : mengeluarkan cairan dalam paru-paru dan mengembangkan jaringan alveolus dalam paru-paru untuk pertama kali.
b.                  Perubahan Dalam Sistem Peredaran Darah
Setelah lahir darah bayi harus melewati paru untuk mengambil O2 dan mengantarkannya ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim harus terjadi dua perubahan besar. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung.
Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta.
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh tubuh. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh darah menngubah tekanan dengan cara mengurangi dan meningkatkan resistensinya hingga mengubah aliran darah.
 Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah :
1)      Pada saat tali pusat dipotong. Tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan. Kedua hal ini membantu darah dengan kandungan o2 sedikit mengalir ke paru-paru untuk oksigenasi ulang.
2)      Pernapasan pertama menurunkan menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan. O2 pada pernapasan pertama menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem pembuluh darah paru-paru. Peningkatan sirkulasi ke paru paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan atrium kanan dan penurunan tekanan atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup. Dengan pernapasan, kadar o2 dalam darah akan meningkat, mengakibatkan ductus arteriosus berkontriksi dan menutup. Vena umbilicus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup dalam beberapa menit setelah lahir, dan setelah tali pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung 2-3 bulan.
c.                   Sistem Pengaturan tubuh
1)      Pengaturan Suhu
Suhu dingin lingkungan luar menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit sehingga mendinginkan darah bayi. Pembentukan suhu tanpa menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya melalui penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Lemak coklat tidak diproduksi ulang oleh bayi dan akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin.
2)      Mekanisme kehilangan panas
Bayi dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut ini:
a.       Evaporasi, yaitu penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi sendiri karena setelah lahir tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
b.      Konduksi, yaitu melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin
c.       Konveksi, yaitu pada saat bayi terpapar udara yang lebih dingin (misalnya melalui kipas angin, hembusan udara, atau pendingin ruangan.
d.      Radiasi, yaitu ketika bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung)
(JNPKR.2007)
3)      Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Pada BBL, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam). BBL yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen dalam hal ini terjadi bila bayi mempunyai persediaan glikogen cukup yang disimpan dalam hati. Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan tiga cara:
a.       Melalui penggunaan ASI.
b.      Melalui penggunaan cadangan glikogen.
c.       Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.
4)      Perubahan sistem Gastrointestinal
Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk pada saat lahir. Sedangkan sebelum lahir bayi sudah mulai menghisap dan menelan. Kemampuan menelan dan mencerna makanan (selain susu) terbatas pada bayi. Hubungan antara esophagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang berakibat gumoh. Kapasitas lambung juga terbatas, kurang dari 30 cc dan bertambah secara lambat sesuai pertumbuhan janin.
5)      Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh
Sistem imunitas BBL belum matang sehingga rentan terhadap infeksi. Kekebalan alami yang dimiliki bayi diantaranya:
a.       Perlindungan oleh kulit membrane mukosa.
b.      Fungsi jaringan saluran nafas.
c.       Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus
d.      Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung, kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel oleh sel darah yang membantu membunuh organisme asing.
2.      Pencegahan Infeksi
Pada bayi baru lahir kemungkinan terjadi infeksi amatlah besar, ini disebabkan karena bayi belum memiliki kemampuan yang sempurna. Maka perlindungan dari orang lain disekitarnya sangat diperlukan. Usaha yang dapat dilakukan meliputi peningkatan upaya higienis yang maksimal agar terhindarkan dari kemungkinan terkena infeksi.
Bayi baru lahir beresiko tinggi apabila ditemukan apabila : Ibu menderita eklamsia; Ibu dengan diabetes mellitus, ibu mempunyai penyakit bawaan, kemungkinan bayi terkena infeksi berkaitan erat dengan :
a.          Riwayat kelahiran : persalinan lama, persalinan dengan tindakan (ekstraksi cunam/vakum, seksio sesarea). Ketuban pecah dini, air ketuban hijau kental
b.         Riwayat Bayi Baru Lahir : Trauma lahir, lahir kurang bulan, bayi kurang mendapat cairan dan kalori, hipotermia pada bayi.
1)   Infeksi Pada Neonatus
Infeksi pada neonatus lebih sering ditemukan pada bayi berat badan lahir rendah. Pathogenesis, infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blame (1961) membaginya dalam 3 golongan:
a)      Infeksi Neonatal
Kuman mencapai janin melalui peredaran darah ibu ke plasenta. Disini kuman itu melewati batas plasenta dan mengadakan perkembangbiakan. Infeksi ini bisa masuk ke janin melalui vena umbilikalis. Kuman memasuki janin melalui beberapa jalan yaitu : virus (rubella), Spirokaeta (sifilis), bacteria

b)      Infeksi Intranatal
Infeksi melalui cara ini lebih sering terjadi daripada yang lain. Kuman dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Ketuban pecah lama mempunyai peran penting dalam timbulnya plasentasitis dan amnionitis. Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih utuh, misalnya pada partus lama. Janin kena infeksi karena mengihalasi liquor yang septic sehingga kuman-kuman memasuki peredaran darahnya dan menyebabkan septicemia (keracunan darah oleh bakteri pathogen)
c)      Infeksi postnatal
Infeksi ini terjadi sesudah bayi lahir lengkap dan biasanya merupakan infeksi yang merupakan infeksi yang menyebabkan kematian terjadi sesudah bayi lahir sebagai akibat penggunaan alat, atau perawatan yang tidak steril. Infeksi pada bayi cepat sekali meluas menjadi infeksi umum, sehingga gejalanya tidak tampak lagi. Walaupun demikian diagnosis dini dapat dibuat kalau kita cukup waspada bahwa kelainan tingkah laku bayi dapat merupakan tanda-tanda permulaan infeksi umum. Kalau bayi baru lahir selama 72 jam pertama tidak menunjukkan gejala-gejala penyakit tertentu, tiba-tiba tingkah lakunya berubah, maka mungkin hal ini disebabkan oleh infeksi, malalui gejalanya : “malas minum, gelisah, frekuensi, pernapsan meningkat, berat badan tiba tiba turun, pergerakan kurang, diare, dan kejang”
2)   Pencegahan Infeksi Pada Bayi
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Sebelum menangani bayi baru lahir, pastikan penolong persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir, pastikan penolong  telah melakukan upaya pencegahan infeksi sebagai berikut :
a)        Cuci tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi
b)        Pakai sarung tangan bersih saat menangani bayi yang belum dimandikan
c)        Semua perlatan dan perlengkapan yang akan digunakan telah di DTT dan distreilakan
d)       Handuk, pakaian, atau kain yang akan digunakan dalam keadaan bersih (demikian juga dengan timbangan, pita pengukur, thermometer, stetoskop dll)
Cara pencegahan infeksi pada neonatus dibagi sebagai berikut :
1)      Cara Umum
Pencegahan infeksi bayi sudah harus dimulai dalam masa antenatal. Infeksi ibu harus diobati dengan baik misalnya infeksi umum, lokarea,dll. Dalam kamar bersalin harus ada pemisahan yang sempurna antara bagian yang septic dan bagian yang aseptic. Ibu yang akan melahirkan sebelum masuk kamar bersalin sebaiknya dimandikan dahulu dan memakai baju khusus untuk kamar bersalin.
Pada kelahiran bayi diberi pertolongan secara aseptic. Alat yang digunakan untuk resusitasi harus steril. Pada ruangan khusus perawatan bayi baru lahir dengan kelainan dan kegawatan, sebelum dan sesudah memegang bayi perawat harus mencuci tangan, mencuci tangan sebaiknya memakai sabun antiseptic.
Air susu ibu yang dipompa sebelum diberikan kepada bayi harus dilakukan secara bersih, setiap bayi harus mempunyai tempat sendiri untuk pakaian, thermometer, obat-obatan, kasa dan lain-lain. Incubator harus selalu dibersihkan. Lantai ruangan setiap hari dibersihkan dengan antiseptic.
2)      Cara Khusus
Pemberian antibiotika hanya dibolehkan untuk tujuan dan indikasi yang jelas. Dalam beberapa hal, misalnya ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam), air ketuban keruh, infeksi umum pada ibu dan sebagainya sering timbul keragu-raguan apakah akan diberi antibiotic secara profilaksis. Di satu pihak penggunaan antibiotika yang banyak dan tidak terarah dapat menyebabkan timbulnya strain kuman yang bertahan dan penumbuhan furqus yang berlebihan misalnya candida albicans.
Sebaliknya, pemberian antibiotic yang terlambat menyebabkan kematian pada neonatus. Berdasarkan hal diatas, dapat digunakan kebijaksanaan sebagai berikut : kalau kemampuan pengamatan klinikm dan monitoring laboratoirum cukup baik, sebaliknya tidak perlu diberi antibiotika sebagai pencegahan, antibotika baru diberikan kalau terdapat tanda- tanda infeksi. Kalau kemampuan tersebut tidak ada maka dapat dipertanggungjawabkan untuk memberi antibiotika sebagai pencegahan berupa ampisilin 100 mg/kg berat badan dan Kanamisin 15 mg/kg berat badan selama 3 hari sebagai pengganti kanamisin dapat dipakai gentamisin.
3)      Tindakan Pencegahan Infeksi Pada bayi secara Umum
Cara mengurangi resiko infeksi pada bayi sesudah lahir, petugas kesehatan harus melakukan tindakan sebagai berikut :
(a)    Gunakan sarung tangan dan celemek plastic atau karet waktu memegang bayi baru lahir sampai kulit bayi bersih dari darah
(b)   Bersihkan darah dan cairan tubuh lainnya dengan menggunakan kapas yang direndam di dalam air hangat kemudian keringkan
(c)    Bersihkan pantat dan daerah sekitar anus bayi setiap selesai membersihkan popok
(d)   Gunakan sarung tangan waktu merawat tali pusat
(e)    Ajari ibu merawat payudara dan bagaimana cara mengurangi trauma pada payudara dan putting agar tidak terjadi mastitis.


4)      Pencegahan Infeksi pada mata

Pencegahan infeksi dengan menggunakan salep Tetrasiklin 1%. Salep antibotik tersebut harus dibersihkan dalam waktu 1 jam setelah kelahiran. Upaya profilaksis ini tidak efektif jika diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran. Berikan salep mata dalam 1 garis lurus mulai dari bagian mata yang paling dekat dengan hidung bayi menuju keluar mata. Pada saat pemberian ujung salep mata tidak boleh menyentuh mata bayi dan jangan menghapus salep mata dari mata bayi dan anjurkan keluarga utnuk tidak menghapus obat-obatan tersebut. (JNPKR,2007)













No comments:

Post a Comment