truth


counters

nama

Wednesday 11 November 2015

contoh LP Heating perineum

Nama Mahasiswa         :
NIM                             :
Mata Kuliah                 : Asuhan Kebidanan Persalinan
Jenis Kompetensi         : Asuhan Kebidanan Persalinan
Perasat                         : Heating Perineum
Semester/Kelompok     :           /

A.     Latar Belakang  (Alasan apa yang mendasari perasat tersebut dilakukan di tinjau dari aspek  fisiologis &patofisiologi serta dampak jika tidak dilakukan)
Heating perineum merupakan cara yang di lakukan untuk menutup luka/robekan pada perineum melalui jahitan. Pada persalinan dengan kondisi tertentu perineum dapat terjadi robekan, baik robekan perineum secara spontan dan robekan perineum secara di sengaja.
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Pada robekan perineum secara spontan umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa sehingga kepala  janin terpaksa lahir lebih ke belakang daripada biasa, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar. Oleh karena itu perlu di lakukan nya heating perineum. Penyembuhan luka perineum akan lebih sempurna bila pinggirnya lurus dan otot- otot mudah dijahit. Pada persalinan spontan sering terjadi robekan perineum yang merupakan luka dengan pinggir yang tidak teratur. Hal ini akan menghambat penyembuhan penyembuhan per primam sesudah luka dijahit. Oleh karena itu, dan juga untuk melancarkan jalannya persalinan, dapat dilakukan insisi pada perineum pada saat kepala janin tampak dari luar dan mulai meregangkan perineum.4
Dengan cara episiotomi, maka robekan perineum, regangan otot-otot dan fasia pada dasar panggul, prolapsus uteri, stress incontinence, serta perdarahan dalam tengkorak janin dapat dihindarkan. Luka episiotomi lebih mudah dijahit daripada robekan.4
Macam-Macam Penjahitan
1.      Menjahit Luka Episiotomi Medialis
Mula-mula otot perineum kiri dan kanan dirapatkan dengan beberapa jahitan. Kemudian fasia dijahit dengan beberapa jahitan, lalu lender vagian dijahit pula dengan beberapa jahitan. Terakhir kulit perineum dijahit dengan empat atau lima jahitan. Jahitan dapat dilakukan secara terputus-putus (interrupted suture) atau secara jelujur (continuous suture). Benang yang dipakai untuk menjahit otot, fasia dan selaput lender adalah catgut chromic, sedang untuk kulit perineum dipakai benang sutera.
2.      Menjahit Luka Episiotomi Mediolateralis
Pada teknik ini insisi dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju ke arah belakang dan samping. Arah insisi ini dapat dilakukan ke arah kanan atau kiri, tergantung kepada orang yang melakukannya, panjang insisi kira-kira 4 cm, teknik menjahit sama pada luka episiotomi medialis. Penjahitan dilakukan sedemikian rupa sehingga setelah penjahitan selesai hasilnya harus simetris.
3.      Menjahit Luka Episiotomi Lateralis
Pada teknik ini insisi dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira pada jam 3 atau 9 menurut arah jarum jam, teknik ini sering tidak dilakukan lagi oleh karena banyak menimbulkan komplikasi, teknik penjahitan sama dengan luka episiotomi mediolateralis (Prawirohardjo 2000)
Laserasi dapat dikategorikan dalam :
1.       Derajat pertama: laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum, tidak perlu dijahit.
2.       Derajat kedua: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum (perlu dijahit).
3.       Derajat ketiga: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter ani.
4.       Derajat empat: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter ani yang meluas hingga ke rektum.
Bila laserasi jalan lahir berada pada derajat III dan IV: Rujuk segera

B.     Tujuan (Menggambarkan pencapaian dari perasat yang dilakukan secara khusus)
1.      Untuk mendekatkan jaringan-jaringan perlukaan sehingga proses penyembuhan bisa terjadi, proses penyembuhan itu sendiri bukanlah hasil dari penjahitan tersebut tetapi hasil dari pertumbuhan jaringan.
2.      Untuk menghentikan perdarahan yang terjadi akibat perlukaan yang menyebabkan pembuluh darah terbuka.
3.      Mencegah infeksi silang         

C.     Indikasi ( Sasaran/obyek dari tindakan)
a.       Persalinan dengan ruptur perineum spontan
b.      Persalinan dengan ruptur perineum yang di sengaja atau episiotomi

D.     Kontra Indikasi (Sasaran/obyek yang tidak boleh dilakukan tindakan)
a.       Bila persalinan tidak berlangsung pervaginam
b.      Bila terdapat kondisi untuk terjadinya perdarahan yang banyak seperti penyakit kelainan darah maupun terdapatnya varises yang luas pada vulva dan vagina.

E.     Persiapan Alat& Bahan ( Kebutuhan yang harus disediakan sesuai SOP)
1.      Bak instrument yang berisi:
a.       Handscoon
b.      Jarum jahit
c.       Benang jahit / Catgut Chromik
d.      Kassa steril
e.       Pinset chirugis
f.         Pinset anatomis
g.        Pemegang jarum
2.      Kapas DTT
3.      Spuit 10 cc
4.      Ampul lidokain
5.      Perlak
6.      Tempat sampah kering
7.      Tempat sampah basah
8.      Gunting benang jahit
9.      Alat Pelindung Diri :
a.         Celemek
b.        Masker
c.         Kacamata
d.        Penutup kepala
e.         Sepatu boot
10.  Kom berisi bethadin
11.  Wadah chlorine
12.  Nier bekken
13.  Air DTT

F.      Prosedur Pelaksanaan ( Urutan sistematika dari tindakan)
1.      Menyambut klien dengan sopan dan ramah
2.      Memperkenalkan diri pada klien
3.      Menjelaskan yang akan dilakukan
4.      Cuci tangan dan menyiapkan serta menempatkan alat secara ekonomis
5.      Memberikan anastesi lokal
6.      Menentukan batas luka dan menentukan nilai kedalaman luka
7.       Buwat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasi dibagian dalam vagina
8.      Tutup mukosa vagina dengan jahitan delujur, jahit kebawah kearah cincin himen
9.      Masukkan jarum kemukosa vagina lalu kecincin himen, periksa bagian antara jarum diperinium dan bagian atas laserasi
10.  Setelah mencapai ujung laserasi , arahkan jarum keatas dan teruskan penjahitan
11.  Periksa lubang bekas jarum tetap terbuka berukuran 0,5 cm atau kurang
12.  Tusukkan jarum dari robekan kedalam vagina, jarum harus keluar dari belakang cincin himen
13.  Ikat benang dengan membuat simpul kedalam vagina, potong ujung benang dan sisakan sekitar 1,5 cm
14.  Ulangi pemeriksaan vagina dengan lembut untuk memastikan bahwa tidak ada kassa atau peralatan yang tertinggal didalam, dengan cara memasukkan jari paling kecil kedalam anus raba apakah ada jahitan dalam rektum
15.  Cuci daerah genital dengan lembut menggunakan sabun dan air desinfektan tingkat tinggi kemudian keringkan
16.  Bantu ibu mencari posisi yang lebih nyaman
17.  Melakukan pendokumentasian

G.    Kesimpulan, Saran&Advice (Evaluasi hasil pengetahuan, sikap, tindakan serta prosedur tindakan praktikan) *Diisi oleh dosen setelah Pre&Post Test


H.    Daftar Pustaka (Semua sumber bacaan yang digunakan sebagai bahan acuan dalam penulisan)* Minimal 2
1.      Saifudin, Abdul Bari, 2002, Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2.      Irfana, Tri Wijayanti. 2015. Standar Asuhan Kebidanan Persalinan. Pati : Akbid Bakti Utama Pati.

3.      https://rahminoerdiana.wordpress.com/2012/11/30/episiotomi/ Di kutip pada tanggal 29 Mei 2015, Jam 10.25




No comments:

Post a Comment