truth


counters

nama

Monday 16 November 2015

imunisasi

Nama Mahasiswa        :
NIM                            :
Mata Kuliah                :
Jenis Kompetensi        : Auhan Kebidanan Neonatus. Bayi, Balita dan Pra Sekolah
Perasat                         : Pemberian Imunisasi
Semester/Kelompok    :     /
A.    Latar Belakang  (Alasan apa yang mendasari perasat tersebut dilakukan di tinjau dari aspek  fisiologis &patofisiologi serta dampak jika tidak dilakukan)
Imunisasi atau vaksinasi merupakan teknologi yang sangat berhasil di dunia kedokteran yang oleh Katz (1999) dikatakan sebagai “sumbangan ilmu pengetahuan yang terbaik yang pernah diberikan para ilmuwan di dunia ini”, satu upaya yang paling efektif dan efisien dibandingkan dengan upaya kesehatan lainnya.  Pada tahun 1974, cakupan imunisasi baru mencapai 5% dan setelah dilaksanakannya imunisasi global yang disebut dengan expanded program in immunization (EPI) cakupan terus meningkat dan hampir setiap tahun minimal sekitar 3 juta anak dapat terhindar dari kematian dan sekitar 750.000 anak terhindar dari kecacatan. Namun demikian, masih ada satu dari empat orang anak yang belum mendapatkan vaksinasi dan dua juta anak meninggal setiap tahunnya karena penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi.
Dalam dunia kesehatan dikenal tiga pilar utama dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, yaitu preventif atau pencegahan, kuratif atau pengobatan, dan rehabilitatif. Dua puluh tahun terakhir, upaya pencegahan telah membuahkan hasil yang dapat mengurangi kebutuhan kuratif dan rehabilitatif. Imunisasi sendiri merupakan suatu upaya pencegahan primer guna menghindari terjadinya sakit atau kejadian yang dapat mengakibatkan seseorang sakit atau menderita cedera dan cacat.
Dalam masa 2000-an tahun terakhir vaksinasi telah berhasil mengontrol sembilan penyakit menular: cacar, difteri, tetanus, demam kuning, pertusi, poliomyelitis, campak, gondongan, dan rubella. Eradikasi cacar tercapai pada tahun 1974, dan saat ini telah dinyatakan eradikasi polio di sebagian tempat di dunia termasuk di Indonesia yang dinyatakan bebas polio oleh WHO pada tahun 2014.
Di Indonesia, program imunisasi nasional dikenal sebagai Pengembangan Program Imunisasi (PPI) yang dilaksanakan sejak tahun 1977. Imunisasi yang termasuk dalam PPI adalah Hep.B, BCG, polio, DTP, Hib, dan campak.
Program imunisasi nasional disusun berdasarkan keadaan epidemiologi penyakit yang terjadi saat itu. Maka jadwal program imunisasi nasional dapat berubah dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui jadwal program imunisasi nasional yang terbaru yakni tahun 2014.
B.     Tujuan (Menggambarkan pencapaian dari perasat yang dilakukan secara khusus)
1.      Untuk mencegah terjadinya infeksi tertentu
2.      Apabila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah gejala yang dapat menimbulkan cacat atau kematian.
3.      Untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan cacat atau kematian pada penderitanya.
C.                Indikasi ( Sasaran/obyek dari tindakan)
1.      BCG
Pencegahan terhadap penyakit tuberkulosa
2.      DPT
Vaksin digunakan untuk pencegahan terhadap difteri, tetanus dan pertusis (batuk rejan) secara simultan pada bayi dan anak-anak.
3.      Hepatitis B
Vaksin  Hepatitis  B  rekombinan   diindikasi- kan untuk imunisasi aktif pada  semua  usia, untuk  mencegah infeksi yang  disebabkan oleh  virus Hepatitis  B,  tetapi  tidak  dapat mencegah  infeksi  yang  disebabkan   oleh virus Hepatitis A, Hepatitis C atau virus lain yang  dapat  menginfeksi  hati. Vaksinasi direkomendasikan pada  orang yang beresiko tinggi  terkena  infeksi virus Hepatitis  B.
4.      Polio
Vaksin digunakan  untuk pencegahan terhadap Poliomyelitis.
5.      Campak
Vaksin digunakan untuk pencegahan terhadap penyakit campak
D.            Kontra Indikasi (Sasaran/obyek yang tidak boleh dilakukan tindakan)
1.      BCG
tidak ada larangan, kecuali pada anak yang berpenyakit TBC atau uji mantoux positif dan adanya penyakit kulit berat/menahun.  Juga kontra indikasi pada defisiensi sistem kekebalan, individu yang terinfeksi HIV asimtomatis maupun simtomatis tidak boleh menerima vaksinasi BCG.
2.      DPT (Diphteri, Pertusis, Tetanus)
a)      Panas diatas 38º C
b)      Reaksi berlebihan setelah pemberian imunisasi DPT sebelumnya seperti panas tinggi dengan kejang, penurunan kesadaran dan syok.
.
3.      Hepatitis B
Hipersensitif terhadap komponen vaksin.Vaksin Hepatitis B Rekombinan sebaiknya tidak diberikan pada  orang  yang terinfeksi demam berat. Adanya  infeksi  trivial  bukan  sebagai kontra indikasi
4.      Polio
a)Apabila sedang mengalami diare, dosis OPV yang diberikan tidak akan dihitung sebagai bagian dari jadwal imunisasi, dan harus diulang setelah sembuh.
b)      Penderita leukemia dan disgammaglobulinemia.
c)Anak dengan infeksi akut yang disertai demam.
d)     Anak dengan defisiensi sistem kekebalan.Anak dalam pengobatan imunosu- presif.

5.      Campak
a)      Panas lebih dari 38ºC
b)      Anak yang sakit parah
c)      Anak yang menderita TBC tanpa pengobatan
d)     Anak yang defisiensi gizi dalam derjat berat
e)       Riwayat kejang demam
E.     Persiapan Alat& Bahan ( Kebutuhan yang harus disediakan sesuai SOP)
1.  BCG
1)      Spuit tuberculin dengan jarum ukuran 25-27 panjang 10 mm
2)      Vial vaksin BCG kering dan gergaji ampul
3)      Pelarut vaksin
4)      Kapas lembap ( dibasahi air matang )
5)      Sarung tangan bersih
2. DPT
1)      Spuit disposibel 2,5 cc dan jarumnya
2)      Vaksin DPT dan pelarutnya dalam termos es
3)      Kapas alcohol
4)      Sarung tangan
3. HB0

1)        Spuit disposibel 2,5 cc dan jarumnya
2)      Vaksin hepatitis dan pelarutnya dalam termos es
3)      Kapas lakohol dalam tempatnya
4)      Sarung tangan bersih
4.    POLIO
1)              Vaksin polio dalam termos es/flakon berisi vaksin polio
2)              Pipet plastik
5.    CAMPAK
1)      Spuit disposibel 2,5 cc dan jarumnya
2)      Vaksin campak dan pelarutnya dalam termos es
3)      Kapas alkohol dalam tempatnya
4)      Sarung tangan





F.     Prosedur Pelaksanaan ( Urutan sistematika dari tindakan)
1.      BCG
1)      Cuci tangan
2)      Gunakan sarung tangan bersih
3)      Jelaskan prosedur pada orangtua bayi tindakan imunisasi yang akan dilakukan
4)      Buka ampul vaksin BCG kering
5)      Larutkan vaksin dengan pelarut vaksin yang tersedia kurang lebih 4 cc
6)      Isi spuit dengan vaksin sebanyak 0,05 ml yang sudah dilarutkan
7)      Atur posisi dan bersihkan lengan (daerah yang diinjeksi, yaitu 1/3 bagian lengan atas) dengan kapas yang telah di basahi
8)      Tegangkan daerah yang akan di injeksi
9)      Lakukan injeksi dengan memasukkan jarum pada sudut 10-15o (subkutan)
10)  Tarik spuit setelah vaksin habis dan jangan melakukan masase
11)  Usap bekas injeksi dengan kapas bersih jika ada darah yang keluar
12)  Lepas sarung tangan cuci tangan
13)  Catat respons yang terjadi, vaksin dikatakan berhasil jika timbul benjolan di kulit, kulit tampak pucat dan pori-pori jelas.
B. DPT
1)      Cuci tangan
2)      Gunakan sarung tangan
3)      Jelaskan kepada orang tua prosedur yang akan dilakukan
4)      Ambil vaksin DPT dengan spuit sesuai dengan program/ anjuran, yaitu 0,5 ml
5)      Atur posisi bayi (bayi dipangku ibunya, tanagn kiri ibu merangkul bayi, menyngga kepala bahu, dan memegang sisi luar tangan kiri bayi. Tangan kanan bayi melingkar kebelakang tubuh ibu dan tangan kanan ibu memegang kaki bayi dengan kuat).
6)      Lakukan desinfeksi 1/3 area tengah paha bagian luar yang akan diinjeksi dengan kapas alcohol
7)      Regangkan daerah yang akan diinjeksi
8)      Lakukan injeksi dengan memasukkan jarum ke intramuscular di daerah femur
9)      Lepaskan sarung tangan
10)  Cuci tangan
11)    Catat reaksi yang terjadi.
C. Hepatitis B
1)      Cuci tangan
2)      Gunakan sarung tangan
3)      Jelaskan pada orangtua prosedur yang dilakukan
4)      Ambil vaksin hepatitis menggunakan spuit sesuai program/anjuran, yakni 0,5 ml
5)      Atur posisi bayi (bayi dipangku ibunya, tangan kiri ibu merangkul bayi, menyangga kepala, bahu, dan memegang sisi luar tangan kiri bayi. Tangan kanan bayi melingkar ke badan ibu dan tanagn kanan ibu memegang kaki bayi dengan kuat.
6)      Lakukan desinfeksi 1/3 area paha tengah bagian luar yang akan diinjeksi dengan kapas alcohol
7)      Regangkan daerah ynag diinjeksi
8)      Lakukan injeksi dengan menusukkan jarumke intramuscular di daerah femur
9)      Lepas sarung tangan
10)  Cuci tangan
11)  Catat reaksi yang terjadi.
D. POLIO
1)      Cuci tangan
2)      Jelaskan kepada orangtua prosedur yang akan dilaksanakan
3)      Ambil vaksin polio dalan termos es
4)      Atur posisi bayi dalam posisi terlentang di atas pangkuan ibunya dan pegang dengan erat
5)      Teteskan vaksin ke mulut sesuai jumlah dosis yang di programkan atau yang di anjurkan, yakni 2 tetes.
6)      Cuci tangan
7)      Catat reaksi yang terjadi
E. CAMPAK
1)      Cuci tangan
2)      Gunakan sarung tangan
3)      Jelaskan kepada orangtua prosedur yang akan dilakukan
4)      Ambil vaksin campak meggunakan spuit sesuai program/anjuran (0,5 ml)
5)      Atur posisi bayi (bayi dipangku ibunya, lengan kanan bayi dijepit diketiak ibunya. Ibu menopang kepala bayi, tangan kiri ibu memegang tangan kiri bayi)
6)      Lakukan desinfeksi 1/3 bagian lengan kanan atas
7)      Regangkan daerah yang akan di injeksi
8)      Lakukan injeksi dengan memasukkan jarum pada sudut 45o
9)      Setelah vaksin habis, tarik spuit sambil menekan lokasi penyuntikan dengan kapas
10)  Lepas sarung tangan
11)  Cuci tangan
12)  12.Catat reaksi yang terjadi.


G.    Kesimpulan, Saran&Advice (Evaluasi hasil pengetahuan, sikap, tindakan serta prosedur tindakan praktikan) *Diisi oleh dosen setelah Pre&Post Test


H.    Daftar Pustaka (Semua sumber bacaan yang digunakan sebagai bahan acuan dalam penulisan)* Minimal 2
3.      Buku Ajar Asuhan Neonatus, Bayi Dan Balita. AKBID BUP : Pati.

4.      Prawiroharjo, Sarwono. 2006. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo : Jakarta.







No comments:

Post a Comment