Nama Mahasiswa :
NIM :
Mata Kuliah :
Jenis Kompetensi : Auhan Kebidanan Neonatus.
Bayi, Balita dan Pra Sekolah
Perasat : Pemberian Imunisasi
Semester/Kelompok : /
A.
Latar
Belakang (Alasan apa yang mendasari perasat tersebut
dilakukan di tinjau dari aspek
fisiologis &patofisiologi serta dampak jika tidak dilakukan)
Imunisasi atau vaksinasi merupakan teknologi yang sangat berhasil di dunia
kedokteran yang oleh Katz (1999) dikatakan sebagai “sumbangan ilmu pengetahuan
yang terbaik yang pernah diberikan para ilmuwan di dunia ini”, satu upaya yang
paling efektif dan efisien dibandingkan dengan upaya kesehatan lainnya.
Pada tahun 1974, cakupan imunisasi baru mencapai 5% dan setelah dilaksanakannya
imunisasi global yang disebut dengan expanded program in immunization (EPI)
cakupan terus meningkat dan hampir setiap tahun minimal sekitar 3 juta anak
dapat terhindar dari kematian dan sekitar 750.000 anak terhindar dari
kecacatan. Namun demikian, masih ada satu dari empat orang anak yang belum
mendapatkan vaksinasi dan dua juta anak meninggal setiap tahunnya karena penyakit
yang dapat dicegah dengan vaksinasi.
Dalam dunia kesehatan dikenal tiga pilar utama dalam meningkatkan kesehatan
masyarakat, yaitu preventif atau pencegahan, kuratif atau pengobatan, dan
rehabilitatif. Dua puluh tahun terakhir, upaya pencegahan telah membuahkan
hasil yang dapat mengurangi kebutuhan kuratif dan rehabilitatif. Imunisasi
sendiri merupakan suatu upaya pencegahan primer guna menghindari terjadinya
sakit atau kejadian yang dapat mengakibatkan seseorang sakit atau menderita
cedera dan cacat.
Dalam masa 2000-an tahun terakhir vaksinasi telah berhasil mengontrol
sembilan penyakit menular: cacar, difteri, tetanus, demam kuning, pertusi,
poliomyelitis, campak, gondongan, dan rubella. Eradikasi cacar tercapai pada
tahun 1974, dan saat ini telah dinyatakan eradikasi polio di sebagian tempat di
dunia termasuk di Indonesia yang dinyatakan bebas polio oleh WHO pada tahun
2014.
Di Indonesia, program imunisasi nasional dikenal sebagai Pengembangan
Program Imunisasi (PPI) yang dilaksanakan sejak tahun 1977. Imunisasi yang
termasuk dalam PPI adalah Hep.B, BCG, polio, DTP, Hib, dan campak.
Program imunisasi nasional disusun berdasarkan keadaan epidemiologi
penyakit yang terjadi saat itu. Maka jadwal program imunisasi nasional dapat
berubah dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui jadwal
program imunisasi nasional yang terbaru yakni tahun 2014.
B.
Tujuan
(Menggambarkan
pencapaian dari perasat yang dilakukan secara khusus)
1. Untuk mencegah terjadinya infeksi tertentu
2. Apabila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah gejala
yang dapat menimbulkan cacat atau kematian.
3.
Untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang
sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan cacat atau kematian pada
penderitanya.
C.
Indikasi
(
Sasaran/obyek dari tindakan)
1.
BCG
Pencegahan terhadap
penyakit tuberkulosa
2. DPT
Vaksin digunakan untuk
pencegahan terhadap difteri, tetanus dan pertusis (batuk rejan) secara simultan
pada bayi dan anak-anak.
3.
Hepatitis B
Vaksin
Hepatitis B rekombinan diindikasi- kan untuk imunisasi aktif
pada semua usia, untuk mencegah infeksi yang disebabkan
oleh virus Hepatitis B, tetapi tidak dapat
mencegah infeksi yang disebabkan oleh virus
Hepatitis A, Hepatitis C atau virus lain yang dapat
menginfeksi hati. Vaksinasi direkomendasikan pada orang yang
beresiko tinggi terkena infeksi virus Hepatitis B.
4.
Polio
Vaksin digunakan
untuk pencegahan terhadap Poliomyelitis.
5.
Campak
Vaksin digunakan untuk
pencegahan terhadap penyakit campak
D.
Kontra
Indikasi (Sasaran/obyek
yang tidak boleh dilakukan tindakan)
1. BCG
tidak
ada larangan, kecuali pada anak yang berpenyakit TBC atau uji mantoux positif
dan adanya penyakit kulit berat/menahun. Juga kontra indikasi pada
defisiensi sistem kekebalan, individu yang terinfeksi HIV asimtomatis maupun simtomatis
tidak boleh menerima vaksinasi BCG.
2.
DPT (Diphteri,
Pertusis, Tetanus)
a)
Panas diatas
38º C
b)
Reaksi
berlebihan setelah pemberian imunisasi DPT sebelumnya seperti panas tinggi
dengan kejang, penurunan kesadaran dan syok.
.
3. Hepatitis B
Hipersensitif
terhadap komponen vaksin.Vaksin Hepatitis B Rekombinan sebaiknya tidak
diberikan pada orang yang terinfeksi demam berat. Adanya
infeksi trivial bukan sebagai kontra indikasi
4. Polio
a)Apabila sedang mengalami diare,
dosis OPV yang diberikan tidak akan dihitung sebagai bagian dari jadwal
imunisasi, dan harus diulang setelah sembuh.
b)
Penderita leukemia dan disgammaglobulinemia.
c)Anak dengan infeksi akut yang
disertai demam.
d)
Anak dengan defisiensi sistem kekebalan.Anak dalam
pengobatan imunosu- presif.
5. Campak
a)
Panas lebih
dari 38ºC
b)
Anak yang sakit
parah
c)
Anak yang
menderita TBC tanpa pengobatan
d)
Anak yang
defisiensi gizi dalam derjat berat
e)
Riwayat kejang demam
E. Persiapan Alat& Bahan (
Kebutuhan yang harus disediakan sesuai
SOP)
1. BCG
1) Spuit
tuberculin dengan jarum ukuran 25-27 panjang 10 mm
2) Vial
vaksin BCG kering dan gergaji ampul
3) Pelarut
vaksin
4) Kapas
lembap ( dibasahi air matang )
5) Sarung
tangan bersih
2. DPT
1) Spuit
disposibel 2,5 cc dan jarumnya
2) Vaksin
DPT dan pelarutnya dalam termos es
3) Kapas
alcohol
4) Sarung tangan
3. HB0
1) Spuit
disposibel 2,5 cc dan jarumnya
2) Vaksin
hepatitis dan pelarutnya dalam termos es
3) Kapas
lakohol dalam tempatnya
4) Sarung
tangan bersih
4.
POLIO
1)
Vaksin polio dalam termos es/flakon berisi vaksin
polio
2)
Pipet plastik
5.
CAMPAK
1)
Spuit disposibel 2,5 cc dan jarumnya
2)
Vaksin campak dan pelarutnya dalam termos es
3)
Kapas alkohol dalam tempatnya
4)
Sarung tangan
F. Prosedur Pelaksanaan ( Urutan sistematika dari tindakan)
1.
BCG
1) Cuci
tangan
2) Gunakan
sarung tangan bersih
3) Jelaskan
prosedur pada orangtua bayi tindakan imunisasi yang akan dilakukan
4) Buka
ampul vaksin BCG kering
5) Larutkan
vaksin dengan pelarut vaksin yang tersedia kurang lebih 4 cc
6) Isi spuit
dengan vaksin sebanyak 0,05 ml yang sudah dilarutkan
7) Atur
posisi dan bersihkan lengan (daerah yang diinjeksi, yaitu 1/3 bagian lengan
atas) dengan kapas yang telah di basahi
8) Tegangkan
daerah yang akan di injeksi
9) Lakukan
injeksi dengan memasukkan jarum pada sudut 10-15o (subkutan)
10) Tarik
spuit setelah vaksin habis dan jangan melakukan masase
11) Usap
bekas injeksi dengan kapas bersih jika ada darah yang keluar
12) Lepas
sarung tangan cuci tangan
13) Catat
respons yang terjadi, vaksin dikatakan berhasil jika timbul benjolan di kulit,
kulit tampak pucat dan pori-pori jelas.
B. DPT
1) Cuci
tangan
2) Gunakan
sarung tangan
3) Jelaskan
kepada orang tua prosedur yang akan dilakukan
4) Ambil
vaksin DPT dengan spuit sesuai dengan program/ anjuran, yaitu 0,5 ml
5) Atur
posisi bayi (bayi dipangku ibunya, tanagn kiri ibu merangkul bayi, menyngga
kepala bahu, dan memegang sisi luar tangan kiri bayi. Tangan kanan bayi
melingkar kebelakang tubuh ibu dan tangan kanan ibu memegang kaki bayi dengan
kuat).
6) Lakukan
desinfeksi 1/3 area tengah paha bagian luar yang akan diinjeksi dengan kapas
alcohol
7) Regangkan
daerah yang akan diinjeksi
8) Lakukan
injeksi dengan memasukkan jarum ke intramuscular di daerah femur
9) Lepaskan
sarung tangan
10) Cuci
tangan
11) Catat
reaksi yang terjadi.
C. Hepatitis B
1) Cuci
tangan
2) Gunakan
sarung tangan
3) Jelaskan
pada orangtua prosedur yang dilakukan
4) Ambil
vaksin hepatitis menggunakan spuit sesuai program/anjuran, yakni 0,5 ml
5) Atur
posisi bayi (bayi dipangku ibunya, tangan kiri ibu merangkul bayi, menyangga
kepala, bahu, dan memegang sisi luar tangan kiri bayi. Tangan kanan bayi
melingkar ke badan ibu dan tanagn kanan ibu memegang kaki bayi dengan kuat.
6) Lakukan
desinfeksi 1/3 area paha tengah bagian luar yang akan diinjeksi dengan kapas
alcohol
7) Regangkan
daerah ynag diinjeksi
8) Lakukan
injeksi dengan menusukkan jarumke intramuscular di daerah femur
9) Lepas
sarung tangan
10) Cuci
tangan
11) Catat
reaksi yang terjadi.
D. POLIO
1) Cuci
tangan
2) Jelaskan
kepada orangtua prosedur yang akan dilaksanakan
3) Ambil
vaksin polio dalan termos es
4) Atur
posisi bayi dalam posisi terlentang di atas pangkuan ibunya dan pegang dengan
erat
5) Teteskan
vaksin ke mulut sesuai jumlah dosis yang di programkan atau yang di anjurkan,
yakni 2 tetes.
6) Cuci
tangan
7) Catat
reaksi yang terjadi
E. CAMPAK
1) Cuci
tangan
2) Gunakan
sarung tangan
3) Jelaskan
kepada orangtua prosedur yang akan dilakukan
4) Ambil
vaksin campak meggunakan spuit sesuai program/anjuran (0,5 ml)
5) Atur
posisi bayi (bayi dipangku ibunya, lengan kanan bayi dijepit diketiak ibunya.
Ibu menopang kepala bayi, tangan kiri ibu memegang tangan kiri bayi)
6) Lakukan
desinfeksi 1/3 bagian lengan kanan atas
7) Regangkan
daerah yang akan di injeksi
8) Lakukan injeksi
dengan memasukkan jarum pada sudut 45o
9) Setelah
vaksin habis, tarik spuit sambil menekan lokasi penyuntikan dengan kapas
10) Lepas
sarung tangan
11) Cuci
tangan
12) 12.Catat reaksi yang terjadi.
G.
Kesimpulan,
Saran&Advice (Evaluasi
hasil pengetahuan, sikap, tindakan serta prosedur tindakan praktikan) *Diisi
oleh dosen setelah Pre&Post Test
H.
Daftar
Pustaka (Semua
sumber bacaan yang digunakan sebagai bahan acuan dalam penulisan)* Minimal 2
4. Prawiroharjo,
Sarwono. 2006. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo : Jakarta.
No comments:
Post a Comment