truth


counters

nama

Wednesday 11 November 2015

Contoh LP Manajemen Aktif Kala III

Nama Mahasiswa        :
NIM                            :
Mata Kuliah                : Asuhan Kebidanan Persalinan
Jenis Kompetensi        : Manajemen Persalinan
Perasat                         : Manajemen Aktif Kala III
Semester/Kelompok    :       /  

A.    Latar Belakang  (Alasan apa yang mendasari perasat tersebut dilakukan di tinjau dari aspek  fisiologis &patofisiologi serta dampak jika tidak dilakukan)
 Kala III sering disebut kala uri atau waktu pelepasan plasenta dari insersinya sampai lahirnya plasenta dan selaput plasenta. Kala III persalinan dimulai saat proses kelahiran bayi selesai dan berakhir dengan lahirnya plasenta. Proses ini dikenal sebagai kala persalinan plasenta. Normalnya pelepasan uri ini berkisar ¼-½ jam sesudah anak lahir.( buku askeb persalinan 2015)
Mekanisme pelepasan uri yaitu kontrasi rahim akan mengurangi area uri, karena rahim bertambah kecil dan dindingnya bertambah tebal beberapa sentimeter. Kontraksi-kontraksi tadi menyebabkan bagian yang longgar dan lemah dari uri pada dinding rahim; bagian ini akan terlepas, mula-mula sebagian dan kemudian seluruhnya dan tinggal bebas dalam kavum uteri. Kadang-kadang ada sebagian kecil uri yang masih melekat pada dinding rahim. Proses pelepasan ini biasanya setahap demi setahap dan pengumpulan darah di belakang uri akan membantu pelepasan uri ini. Bila pelepasan uri sudah komplit, maka kontraksi rahim mendorong uri yang sudah lepas ke SBR, lalu ke vagina dan dilahirkan. Selaput ketuban pun dikeluarkan, sebagian (oleh kontraksi rahim, sebagian waktu keluarnya uri. Di tempat-tempat yang lepas terjadi perdarahan antara uri dan desidua basalis, disebut retroplasenter hematoma. (mekanismekalaIII.com).
Fisiologi persalinan kala III yaitu kontraksi pada otot uterus mengikuti penyusutan volume rongga uterus sampai bayi lahir dan penyusutan ini sebabkan berkurangnya ukuran tempat plasenta, karena tempat perlekatan makin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas.  Setelah lepas, plasenta akan turun ke bawah uterus atau ke dalam vagina (fisiologipersalinankalaIII.com)
Pembagian Fase Kala III yaitu :
1.      Fase pelepasan uri
Sebab – sebab terlepasnya plasenta :
a)      Waktu bayi dilahirkan rahim sangat mengecil. Karena pengecilan rahim, tempat perlekatan plasenta juga ikut mengecil maka plasenta akan berlipat-lipat bahkan ada bagian – bagian yang terlepas dari dinding rahim atau tempat insersinya, karena tidak dapat mengikuti pengecilan dari dasarnya.Jadi secara singkat, bagian yang paling penting dalam pelepasan plasenta adalah retraksi dan kontraksi otot – otot rahim.
b)      Di tempat – tempat yang lepas terjadi perdarahan ialah antara plasenta dan desidua basalis dan karena hematoma ini membesar, maka seolah – olah plasenta terangkat dari dasarnya oleh hematoma tersebut sehingga daerah pelepasan meluas.
Tanda –tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa hal :
1)      Tali pusat memanjang.
2)      Semburan darah mendadak dan singkat
Macam pelepasan plasenta yaitu (Buku askeb persalinan 2015)   :
1)      Secara Schultze    
Pelepasan dimulai pada bagian tengah dari plasenta dan di sini terdapat hematoma retro plasentair yang selanjutnya mengangkat plasenta dari dasarnya. Plasenta dengan hematoma di atasnya sekarang jatuh ke bawah atau menarik lepas selaput janin. Bagian plasenta yang nampak dalam vulva ialah permukaan futal, sedangkan hematoma sekarang terdapat dalam kantong yang terputar balik. Pelepasan secara schultze paling sering dijumpai.
2)      Secara Duncan
Pada pelepasan secara Duncan, pelepasan dimulai dari pinggir plasenta. Darah mengalir keluar antara selaput janin dan dinding rahim, jadi perdarahan sudah ada sejak sebagian dari plasenta terlepas dan terus berlangsung sampai seluruh plasenta lepas. Plasenta lahir dengan pinggirnya terlebih dahulu. Pelepasan secara Duncan terutama terjadi plasenta letak rendah.
2.      Fase pengeluaran uri
Uri yang sudah terlepas oleh kontraksi rahim akan didorong kebawah yang oleh rahim dianggap sebagai benda asing. Hal ini dibantu pula oleh tekanan abdominal atau mengejan, maka uri akan dilahirkan, 20% secara spontan, dan selebihnya memerlukan pertolongan.
Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri antara lain, kustner, klien, stassman, manuaba dan crede. Tiga langkah utama manajemen aktif kala III  yaitu (buku askeb persalinan 2015) :
1)      Oksitosin menit pertama setelah bayi lahir.
2)      Penegangan tali pusat terkendali.
3)      Massage fundus uteri.

B.     Tujuan (Menggambarkan pencapaian dari perasat yang dilakukan secara khusus)
1)      Untuk Membantu Mengeluarkan Plasenta.
2)      Menghasilkan kontraksi uterus agar lebih efektif sehingga mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan  mengurangi kehilangan darah.
3)      Mencegah atonia uteri dan retensio plasenta



C.    Indikasi ( Sasaran/obyek dari tindakan)
1)      Ibu bersalin dengan kala I dan II normal atau sehat.
2)      Ibu bersalin tanpa adanya komplikasi.

D.    Kontra Indikasi (Sasaran/obyek yang tidak boleh dilakukan tindakan)
Ibu yang mengalami retensio plasenta atau plasenta belum lahir lebih dari 30 menit.

E.     Persiapan Alat& Bahan ( Kebutuhan yang harus disediakan sesuai SOP)
1.      Partus set :
a.       Handscoon
b.      Spuit steril 3 cc
c.       ½ cocker
d.      Klem tali pusat 2
2.      Oksitosin 10 UI
3.      Bengkok
4.      Washlap
5.      Larutan Klorin 0,5 %, air sabun dan air DTT
6.      Korentang
7.      Kom sedang
8.      Kain bersih
9.      Alat Pelindung Diri :
a.       Penutup kepala
b.      Masker
c.       Kacamata
d.      Celemek
e.       Sepatu boot
10.  Kom sedang


F.     Prosedur Pelaksanaan ( Urutan sistematika dari tindakan)
1.      Menyapa  kien dengan ramah dan sopan.
2.      Menjelaskan tujuan dan prosedure yang akan di lakukan.
3.      Merespon terhadap reaksi pasien.
4.      Percaya diri.
5.      Teruji menjaga privasi klien
6.      Mengenakan APD ( celemek, topi, kacamata, masker dan alas kaki tertutup)
7.      Mencuci tangan dengan sabun
8.      Palpasi abdomen : meletakkan kain bersih diatas perut ibu dan meraba abdomen untuk memastikan bayi tunggal
9.      Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
10.  Memberitahu ibu bahwa ia akan di suntik
11.  Menentukan lokasi penyuntikan pada 1/3 paha atas lateral
12.  Teknik penyuntikan di lakukan dengan tepat yaitu melakukan aspirasi dan posisi jarum 900
13.  Teknik setelah penyuntikan dilakukan dengan tepat yaitu spuit di tutup dengan one hand technique dan diletakkan di bak instrument
14.  Memindahkan klem 5-10 cm dekat vulva dengan terlebih dulu menekan ujung tali pusat
15.  Meletakkan tangan kiri di atas sympisis
16.  Tangan kanan menegangkan tali pusat sejajar lantai dengan cara memegang klem diantara jari telunjuk dan jari tengah dengan posisi genggaman dan telapak tangan menghadap ke atas.
17.  Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pasat kearah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah dorsokranial secara hati-hati untuk mencegah inversion uteri. Lakukan PTT setiap kali ada kontraksi
18.  Memastikan tanda-tanda pelepasan plasenta : uterus globuler, tali pusat bertambah panjang, dan adanya semburan darah dari jalan lahir
19.  Saat ada kontraksi lakukan penegangan tali pusat terkendali dan mendorong uterus secara dorsokranial sampai plasenta terlepas dari implantasi
20.  Minta ibu sedikit meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap melakukan dorsokranial)
21.  Jika tali pusat bertambah panjang pindahkan klem hingga berjarak 5-10 dari vulva dengan terlebih dahulu menekan ujung tali pusat dan lahirkan plasenta
22.  Menagkap plasenta : setelah plasenta tampak di vulva, memegang plasenta dengan kedua tangan dan memutar searah jarum jam untuk megeluarkan plasenta
23.  Masase uterus : segera setelah plasenta lahir, meletakkan plasenta pada tempat yang datar dan melakukan masase uterus dengan telapak tangan  secara sirkulasi selama ± 15 detik
24.  Menilai kelengkapan plasenta dari sisi maternal maupun foetal
25.  Setelah selesai pemeriksaan plasenta, meletakkan plasenta pada wadah yang sudah disediakan
26.  Melakukan pemeriksaan vagina dan perineum, untuk memastikan bahwa tidak terdapat laserasi yang menimbulkan perdarahan
27.  Memeriksa kontraksi dan PPV
28.  Membereskan alat-alat dan memasukkan dalam larutan clorin 0,5%, membuang sampah dan bersihkan tempat tidur (dekontaminasi)
29.  Membersihkan dan memposisikan ibu dengan meluruskan kaki, menutup bagian genital dengan kain bersih
30.  Membersihkan celemek dengan menyemprotkan larutan klorin dan mengalap dengan waslap
31.  Mencuci tangan dengan larutan klorin 0,5% dan lepas handscoen dalam keadaan terbaik
32.  Cuci tangan dan melepas APD (Alat Perlindungan Diri)
33.  Mendokumentasikan hasil tindakan dengan baik

G.    Kesimpulan, Saran & Advice (Evaluasi hasil pengetahuan, sikap, tindakan serta prosedur tindakan praktikan) *Diisi oleh dosen setelah Pre&Post Test



H.    Daftar Pustaka (Semua sumber bacaan yang digunakan sebagai bahan acuan dalam penulisan)* Minimal 2
1.      Saifudin, Abdul Bari, 2002, Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

2.      Irfana, Tri Wijayanti. 2015. Standar Asuhan Kebidanan Persalinan. Pati : Akbid Bakti Utama Pati.















No comments:

Post a Comment