Nama Mahasiswa :
NIM :
Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Persalinan
Jenis Kompetensi : Manajemen Persalinan
Perasat : Manajemen Aktif Kala III
Semester/Kelompok :
/
A.
Latar
Belakang (Alasan apa yang mendasari perasat tersebut
dilakukan di tinjau dari aspek
fisiologis &patofisiologi serta dampak jika tidak dilakukan)
Kala III sering disebut kala uri atau waktu pelepasan
plasenta dari insersinya sampai lahirnya plasenta dan selaput plasenta. Kala III persalinan dimulai saat proses
kelahiran bayi selesai dan berakhir dengan lahirnya plasenta. Proses ini
dikenal sebagai kala persalinan plasenta. Normalnya pelepasan uri ini
berkisar ¼-½ jam sesudah anak lahir.( buku
askeb persalinan 2015)
Mekanisme pelepasan uri yaitu kontrasi rahim akan mengurangi area
uri, karena rahim bertambah kecil dan dindingnya bertambah tebal beberapa
sentimeter. Kontraksi-kontraksi tadi menyebabkan bagian yang longgar dan lemah
dari uri pada dinding rahim; bagian ini akan terlepas, mula-mula sebagian dan
kemudian seluruhnya dan tinggal bebas dalam kavum uteri. Kadang-kadang ada
sebagian kecil uri yang masih melekat pada dinding rahim. Proses pelepasan ini biasanya
setahap demi setahap dan pengumpulan darah di belakang uri akan membantu
pelepasan uri ini. Bila pelepasan uri sudah komplit, maka kontraksi rahim
mendorong uri yang sudah lepas ke SBR, lalu ke vagina dan dilahirkan. Selaput ketuban pun dikeluarkan, sebagian (oleh
kontraksi rahim, sebagian waktu keluarnya uri. Di tempat-tempat yang lepas
terjadi perdarahan antara uri dan desidua basalis, disebut retroplasenter
hematoma. (mekanismekalaIII.com).
Fisiologi persalinan kala III yaitu kontraksi pada
otot uterus mengikuti penyusutan volume rongga uterus sampai bayi lahir dan penyusutan
ini sebabkan berkurangnya ukuran tempat plasenta, karena tempat perlekatan
makin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta akan terlipat,
menebal dan kemudian lepas. Setelah lepas, plasenta akan turun ke
bawah uterus atau ke dalam vagina (fisiologipersalinankalaIII.com)
Pembagian Fase Kala III yaitu :
1.
Fase pelepasan uri
Sebab –
sebab terlepasnya plasenta :
a)
Waktu
bayi dilahirkan rahim sangat mengecil. Karena pengecilan rahim, tempat
perlekatan plasenta juga ikut mengecil maka plasenta akan berlipat-lipat bahkan
ada bagian – bagian yang terlepas dari dinding rahim atau tempat insersinya,
karena tidak dapat mengikuti pengecilan dari dasarnya.Jadi secara singkat,
bagian yang paling penting dalam pelepasan plasenta adalah retraksi dan
kontraksi otot – otot rahim.
b)
Di
tempat – tempat yang lepas terjadi perdarahan ialah antara plasenta dan desidua
basalis dan karena hematoma ini membesar, maka seolah – olah plasenta terangkat
dari dasarnya oleh hematoma tersebut sehingga daerah pelepasan meluas.
Tanda
–tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa hal :
1)
Tali
pusat memanjang.
2)
Semburan
darah mendadak dan singkat
Macam
pelepasan plasenta yaitu (Buku
askeb persalinan 2015) :
1)
Secara Schultze
Pelepasan
dimulai pada bagian tengah dari plasenta dan di sini terdapat hematoma retro
plasentair yang selanjutnya mengangkat plasenta dari dasarnya. Plasenta dengan
hematoma di atasnya sekarang jatuh ke bawah atau menarik lepas selaput janin.
Bagian plasenta yang nampak dalam vulva ialah permukaan futal, sedangkan
hematoma sekarang terdapat dalam kantong yang terputar balik. Pelepasan secara
schultze paling sering dijumpai.
2)
Secara Duncan
Pada pelepasan
secara Duncan, pelepasan dimulai dari pinggir plasenta. Darah mengalir keluar
antara selaput janin dan dinding rahim, jadi perdarahan sudah ada sejak
sebagian dari plasenta terlepas dan terus berlangsung sampai seluruh plasenta
lepas. Plasenta lahir dengan pinggirnya terlebih dahulu. Pelepasan secara
Duncan terutama terjadi plasenta letak rendah.
2.
Fase pengeluaran uri
Uri yang
sudah terlepas oleh kontraksi rahim akan didorong kebawah yang oleh rahim
dianggap sebagai benda asing. Hal ini dibantu pula oleh tekanan abdominal atau
mengejan, maka uri akan dilahirkan, 20% secara spontan, dan selebihnya
memerlukan pertolongan.
Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri antara lain, kustner, klien, stassman, manuaba dan
crede. Tiga langkah
utama manajemen aktif kala III yaitu
(buku askeb persalinan 2015) :
1)
Oksitosin menit pertama setelah bayi
lahir.
2)
Penegangan tali pusat terkendali.
3)
Massage fundus uteri.
B.
Tujuan
(Menggambarkan pencapaian dari perasat
yang dilakukan secara khusus)
1)
Untuk
Membantu Mengeluarkan Plasenta.
2)
Menghasilkan kontraksi uterus agar
lebih efektif sehingga mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi
kehilangan darah.
3)
Mencegah atonia uteri dan retensio
plasenta
C.
Indikasi
( Sasaran/obyek dari tindakan)
1)
Ibu
bersalin dengan kala I dan II normal atau sehat.
2)
Ibu
bersalin tanpa adanya komplikasi.
D.
Kontra
Indikasi (Sasaran/obyek yang tidak boleh dilakukan tindakan)
Ibu yang mengalami retensio plasenta atau plasenta
belum lahir lebih dari 30 menit.
E.
Persiapan
Alat& Bahan ( Kebutuhan yang harus disediakan sesuai SOP)
1.
Partus set
:
a.
Handscoon
b.
Spuit
steril 3 cc
c.
½ cocker
d.
Klem tali
pusat 2
2.
Oksitosin
10 UI
3.
Bengkok
4.
Washlap
5.
Larutan
Klorin 0,5 %, air sabun dan air DTT
6.
Korentang
7.
Kom sedang
8.
Kain
bersih
9.
Alat
Pelindung Diri :
a.
Penutup
kepala
b.
Masker
c.
Kacamata
d.
Celemek
e.
Sepatu
boot
10.
Kom sedang
F.
Prosedur
Pelaksanaan (
Urutan sistematika dari tindakan)
1.
Menyapa
kien dengan ramah dan sopan.
2.
Menjelaskan tujuan dan prosedure yang
akan di lakukan.
3.
Merespon terhadap reaksi pasien.
4.
Percaya diri.
5.
Teruji menjaga privasi klien
6.
Mengenakan APD ( celemek, topi,
kacamata, masker dan alas kaki tertutup)
7.
Mencuci tangan dengan sabun
8.
Palpasi abdomen : meletakkan kain bersih
diatas perut ibu dan meraba abdomen untuk memastikan bayi tunggal
9.
Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
10.
Memberitahu ibu bahwa ia akan di suntik
11.
Menentukan lokasi penyuntikan pada 1/3
paha atas lateral
12.
Teknik penyuntikan di lakukan dengan
tepat yaitu melakukan aspirasi dan posisi jarum 900
13.
Teknik setelah penyuntikan dilakukan
dengan tepat yaitu spuit di tutup dengan one hand technique dan diletakkan di
bak instrument
14.
Memindahkan klem 5-10 cm dekat vulva
dengan terlebih dulu menekan ujung tali pusat
15.
Meletakkan tangan kiri di atas sympisis
16.
Tangan kanan menegangkan tali pusat
sejajar lantai dengan cara memegang klem diantara jari telunjuk dan jari tengah
dengan posisi genggaman dan telapak tangan menghadap ke atas.
17.
Setelah uterus berkontraksi, tegangkan
tali pasat kearah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah
dorsokranial secara hati-hati untuk mencegah inversion uteri. Lakukan PTT
setiap kali ada kontraksi
18.
Memastikan tanda-tanda pelepasan
plasenta : uterus globuler, tali pusat bertambah panjang, dan adanya semburan
darah dari jalan lahir
19.
Saat ada kontraksi lakukan penegangan
tali pusat terkendali dan mendorong uterus secara dorsokranial sampai plasenta
terlepas dari implantasi
20.
Minta ibu sedikit meneran sambil
penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah
atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap melakukan dorsokranial)
21.
Jika tali pusat bertambah panjang
pindahkan klem hingga berjarak 5-10 dari vulva dengan terlebih dahulu menekan
ujung tali pusat dan lahirkan plasenta
22.
Menagkap plasenta : setelah plasenta
tampak di vulva, memegang plasenta dengan kedua tangan dan memutar searah jarum
jam untuk megeluarkan plasenta
23.
Masase uterus : segera setelah plasenta
lahir, meletakkan plasenta pada tempat yang datar dan melakukan masase uterus
dengan telapak tangan secara sirkulasi
selama ± 15 detik
24.
Menilai kelengkapan plasenta dari sisi
maternal maupun foetal
25.
Setelah selesai pemeriksaan plasenta,
meletakkan plasenta pada wadah yang sudah disediakan
26.
Melakukan pemeriksaan vagina dan
perineum, untuk memastikan bahwa tidak terdapat laserasi yang menimbulkan
perdarahan
27.
Memeriksa kontraksi dan PPV
28.
Membereskan alat-alat dan memasukkan
dalam larutan clorin 0,5%, membuang sampah dan bersihkan tempat tidur
(dekontaminasi)
29.
Membersihkan dan memposisikan ibu dengan
meluruskan kaki, menutup bagian genital dengan kain bersih
30.
Membersihkan celemek dengan
menyemprotkan larutan klorin dan mengalap dengan waslap
31.
Mencuci tangan dengan larutan klorin
0,5% dan lepas handscoen dalam keadaan terbaik
32.
Cuci tangan dan melepas APD (Alat
Perlindungan Diri)
33.
Mendokumentasikan hasil tindakan dengan
baik
G.
Kesimpulan,
Saran & Advice
(Evaluasi hasil pengetahuan, sikap,
tindakan serta prosedur tindakan praktikan) *Diisi oleh dosen setelah
Pre&Post Test
H.
Daftar
Pustaka (Semua sumber bacaan yang digunakan sebagai bahan acuan dalam
penulisan)* Minimal 2
1. Saifudin, Abdul Bari, 2002, Pelayanan
Kesehatan Maternal Neonatal, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
2. Irfana, Tri Wijayanti. 2015. Standar Asuhan Kebidanan Persalinan. Pati : Akbid Bakti Utama Pati.
No comments:
Post a Comment