Jelaskan
mekanisme terjadinya syock hipovolemik dan bagaimana penanganan dari syock
hipovolemik !
Jika
orang kehilangan cairan 500 cc melalui muntah dan dari selama 10 jam maka
segera diberikan infus 500 cc dengan menghabiskan waktu 5 jam.Coba hitung
berapa tetesnya dengan tetes makro
Mekanisme atau patofisiologis
1. Gejala-gejala
klinis pada suatu perdarahan bisa belum terlihat jika kekurangan darah kurang
dari 10% dari total volume darah karena pada saat ini masih dapat dikompensasi
oleh tubuh dengan meningkatkan tahanan pembuluh dan frekuensi dan
kontraktilitas otot jantung. Bila perdarahan terus berlangsung maka tubuh tidak
mampu lagi mengkompensasinya dan menimbulkan gejala-gejala klinis. Secara umum
syok hipovolemik menimbulkan gejala peningkatan frekuensi jantung dan nadi
(takikardi), pengisian nadiyang lemah, kulit dingin dengan turgor yang
jelek,ujung-ujung ektremitas yang dingin dan pengisian kapiler yang lambat. Pemeriksaan
yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis adanya syok hipovolemik tersebut
pemeriksaan pengisian dan frekuesnsi nadi,tekanan darah, pengisian kapiler yang
dilakukan pada ujung-ujung jari (refiling kapiler), suhu dan turgor
kulit.Berdasarkan persentase volume kehilangan darah, syok hipovolemik dapat
dibedakan menjadi empat tingkatan atau stadium.
a. Stadium-I
adalah syok hipovolemik yang terjadi pada kehilangan darah hingga maksimal 15%
dari total volume darah. Pada stadium ini tubuh mengkompensai dengan dengan
vasokontriksiperifer sehingga terjadi penurunan refiling kapiler.Pada saat ini
pasien juga menjadi sedkit cemasatau gelisah, namun tekanan darah dan
tekanannadi rata-rata, frekuensi nadi dan nafas masihdalam kedaan normal.
b. .
Syok hipovolemik stadium-II afalah jika terjadi perdarahan sekitar 15-30%. Pada
stadium inivasokontriksi arteri tidak lagi mampumenkompensasi fungsi
kardiosirkulasi, sehinggaterjadi takikardi, penurunan tekanan darahterutama
sistolik dan tekanan nadi, refiling kapileryang melambat, peningkatan frekuensi
nafas danpasien menjadi lebih cemas.
c. Syok
hipovolemik stadium-III bila terjadiperdarahan sebanyak 30-40%. Gejala-gejala
yangmuncul pada stadium-II menjadi semakin berat.Frekuensi nadi terus meningkat
hingga diatas 120kali permenit, peningkatan frekuensi nafas hinggadiatas 30
kali permenit, tekanan nadi dan tekanandarah sistolik sangat menurun, refiling
kapileryang sangat lambat.
d. Stadium-IV
adalah syok hipovolemik pada kehilangan darah lebih dari 40%. Pada saat
initakikardi lebih dari 140 kali permenit denganpengisian lemah sampai tidak
teraba, dengangejala-gejala klinis pada stadium-III terusmemburuk. Kehilangan
volume sirkulasi lebih dari40% menyebabkan terjadinya hipotensi berat,tekanan
nadi semakin kecil dan disertai denganpenurunan kesadaran atau letargik.
2. Menurut
patofisiologinya, syok terbagi atas 3 fase yaitu :
a. Fase
Kompensasi
Penurunan curah jantung (cardiac output)
terjadi sedemikian rupa sehingga timbul gangguan perfusi jaringan tapi belum
cukup untuk menimbulkan gangguan seluler. Mekanisme kompensasi dilakukan
melalui vasokonstriksi untuk menaikkan aliran darah ke jantung, otak dan otot
skelet dan penurunan aliran darah ke tempat yang kurang vital. Faktor humoral
dilepaskan untuk menimbulkan vasokonstriksi dan menaikkan volume darah dengan
konservasi air. Ventilasi meningkat untuk mengatasi adanya penurunan kadar
oksigen di daerah arteri. Jadi pada fase kompensasi ini terjadi peningkatan
detak dan kontraktilitas otot jantung untuk menaikkan curah jantung dan
peningkatan respirasi untuk memperbaiki ventilasi alveolar. Walau aliran darah
ke ginjal menurun, tetapi karena ginjal mempunyai cara regulasi sendiri untuk
mempertahankan filtrasi glomeruler. Akan tetapi jika tekanan darah menurun,
maka filtrasi glomeruler juga menurun.
b. Fase
Progresif
Terjadi jika tekanan darah arteri tidak
lagi mampu mengkompensasi kebutuhan tubuh. Faktor utama yang berperan adalah
jantung. Curah jantung tidak lagi mencukupi sehingga terjadi gangguan seluler
di seluruh tubuh. Pada saat tekanan darah arteri menurun, aliran darah menurun,
hipoksia jaringan bertambah nyata, gangguan seluler, metabolisme terganggu,
produk metabolisme menumpuk, dan akhirnya terjadi kematian sel. Dinding
pembuluh darah menjadi lemah, tak mampu berkonstriksi sehingga terjadi
bendungan vena, vena balik (venous return) menurun. Relaksasi sfinkter
prekapiler diikuti dengan aliran darah ke jaringan tetapi tidak dapat kembali
ke jantung. Peristiwa ini dapat menyebabkan trombosis kecil-kecil sehingga
dapat terjadi koagulopati intravasa yang luas (DIC = Disseminated Intravascular
Coagulation). Menurunnya aliran darah ke otak menyebabkan kerusakan pusat
vasomotor dan respirasi di otak. Keadaan ini menambah hipoksia jaringan.
Hipoksia dan anoksia menyebabkan terlepasnya toksin dan bahan lainnya dari
jaringan (histamin dan bradikinin) yang ikut memperjelek syok (vasodilatasi dan
memperlemah fungsi jantung). Iskemia dan anoksia usus menimbulkan penurunan
integritas mukosa usus, pelepasan toksin dan invasi bakteri usus ke sirkulasi.
Invasi bakteri dan penurunan fungsi detoksikasi hepar memperjelek keadaan.
Dapat timbul sepsis, DIC bertambah nyata, integritas sistim retikuloendotelial
rusak, integritas mikro sirkulasi juga rusak. Hipoksia jaringan juga
menyebabkan perubahan metabolisme dari aerobik menjadi anaerobik. Akibatnya
terjadi asidosis metabolik, terjadi peningkatan asam laktat ekstraseluler dan
timbunan asam karbonat di jaringan.
c. Fase
Irevesibel
Karena kerusakan seluler dan sirkulasi
sedemikian luas sehingga tidak dapat diperbaiki. Kekurangan oksigen mempercepat
timbulnya ireversibilitas syok. Gagal sistem kardiorespirasi, jantung tidak
mampu lagi memompa darah yang cukup, paru menjadi kaku, timbul edema
interstisial, daya respirasi menurun, dan akhirnya anoksia dan hiperkapnea (www.els.co.id).
3. ETIOLOGI
SYOK HIPOVOLEMIK
Syok Hipovolemik disebabkan oleh volume sirkulasi
yang tidak adekuat. Darah, plasma, atau air dapat hilang secara eksternal atau
ke dalam kompartemen ketiga yang dalam keadaan normal tidak dapat dimasuki
(peritoneum, jaringan lunak).contohnya meliputi perdarahan, hematoma, obstruksi
usus, peritonitis, perlukaan jaringan, anafilaksis, luka bakar, diare, dan
asidosis diabetikum.
4. Penanganan
syok hipovolemik
a. Pastikan
jalan nafas pasien dan nafas dan sirkulasi dipertahankan. Beri bantuan
ventilator tambahan sesuai kebutuhan.
b. Perbaiki
volume darah sirkulasi dengan penggantian cairan dan darah cepat sesuai
ketentuan untuk mengoptimalkan preload jantung, memperbaiki hipotensi, dan
mempertahankan perfusi jaringan.
c. Kateter
tekan vena sentra dimasukkan dalam atau didekat atrium kanan untuk bertindak
sebagai petunjuk penggantian cairan. Pembacaan tekanan vena sentral kontinu
(CVP) memberi petunjuk dan derajat perubahan dari pembacaan data dasar; kateter
juga sebagai alat untuk penggantian volume cairan darurat.
d. Jarum
atau kateter IV diameter besar dimasukkan kedalam vena perifer. Dua atau lebih
kateter mungkin perlu untuk penggantikan cairan cepat dan pengembalian
ketidakstabilan hemodinamik; penekanan pada penggantian volume.
e. Buat
jalur IV diameter besar dimasukkan ke vena periver. Dua tau lebih kateter
mungkin perlu untuk penggantian cairan cepat dan pengembalian ketidakstabilan
hemodinamik; penekanan pada penggantian volume.
f. Ambil
darah untuk spesimen; garis darah arteri, pemeriksaan kimia, golongan darah dan
pencocokan silang, dan hematokrit.
g. Mulai
infus IV dengan cepat sampai CVP meningkat pada tingkat pada tingkat yang
memuaskan diatas pengukuran dasar atau sampai terdapat perbaikan pada kondisi
klinis pasien.
h. Infus
larutan Ringer Laktat digunakan pada awal penangana karena cairan ini mendekati
komposisi elektrolit plasma, begitu juga dengan osmolalitasnya, sediakan waktu
untuk pemeriksaan golongan darah dan pencocokkan silang, perbaiki sirkulasi,
dan bertindak sebagai tambahan terapi komponen darah.
i.
Mulai tranfusi terapi komponen darah
sesuai program, khususnya saat kehilangan darah telah parah atau pasien terus
mengalami hemoragi.
j.
Kontrol hemoragi; hemoragi menyertai
status syok. Lakukan pemeriksaan hematokrit sering bila dicurigai berlanjutnya perdarahan
k. Pertahankan
tekanan darah sistolik pada tingkat yang memuaskan dengan memberi cairan dan
darah sesuai ketentuan.
l.
Pasang kateter urine tidak menetap:
catat haluaran urine setiap 15-30 menit, volume urine menunjukkan keadekuatan
perfusi ginjal.
m. Lakukan
pemeriksaan fisik cepat untuk menentukan penyebab syok. Pertahankan surveilens
keperawatan terus menerus terhadap pasien total-tekanan darah, denyut jantung,
pernafasan, suhu kulit, warna, CVP, EKG, hematokrit, Hb, gambaran koagulasi,
elektrolit, haluaran urine-untuk mengkaji respon pasien terhadap tindakan.
Pertahankan lembar alur tentang parameter ini; analisis kecenderungan
menyatakan perbaikan atau pentimpangan pasien.
n. Tinggikan
kaki sedikit untuk memperbaiki sirkulasi serebral lebih baik dan mendorong
aliran darah vena kembali kejantung (posisi ini kontraindikasi pada pasien
dengan cidera kepala). Hindarkan gejala yang tidak perlu.
o. Berikan
obat khusus yang telah diresepkan (misalnya inotropik seperti dopamen) untuk
meningkatkan kerja kardiovaskuler.
p. Dukung
mekanisme devensif tubuh
1) Tenangkan
dan nyamankan pasien: sedasi mungkin perlu untuk menghilangkan rasa khawatir.
2) Hilangkan
nyeri dengan kewaspadaan penggunaan analgesik atau narkotik.
3) Pertahankan
suhu tubuh.
a) Terlalu
panas menimbulkan vasodilatasi yang merupakan mekanisme kompensasi tubuh dari
vasokontriksi dan meningkatnya hilangnya caiiran karena perspirasi.
b) Pasien
yang mengalami septik harus dijaga tetap
dingin: demam tinggi meningkatkan efek metabolik selular terhadap syok.
5. a.
Menghitung tetesan makro dalam menit
Faktor tetesan dewasa 20 tetes/menit
Faktor
tetesan anak 60 tetes/menit
1. (jumlah
cairan infus x faktor tetes) : (jumlah tetes permenit x 60)
(500 cc x 20) : (5 x 60)
10.000 : 300 = 33,333333
Dibulatkan 33 tetes/menit
b.
Menghitung tetesan makro dalam detik
60/33 = 1,81 dibulatkan 2 artinya
dalam waktu 2 detik itu ada 1 tetes
c.
Rumus lain
(Volume infus 24 jam/500 cc )x7 = (2000 cc/ 500 cc)x7 = 28 ggt/menit
DAFTAR
PUSTAKA
TABER,Ben-Zion.1994.Kapita Selekta kedaruratan
obstetri dan ginekologi (Manual of gynecologic and obstetric emergencies);edisi
editor.Melfiati S.-Ed 2.-Jakarta:EGC,1994
No comments:
Post a Comment