truth


counters

nama

Monday 16 November 2015

Diare

1.      PENYAKIT DIARE PADA BBL DAN BAYI
A.    Definisi Diare
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair.  Bisa juga didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.  Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar.
B.      Etiologi
Diare dapat disebabkan karena beberapa faktor, seperti infeksi, malabsorbsi, makanan, dan psikologi.
1.      Infeksi
a.    Enteral, yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan merupakan penyebab utama terjadinya diare.  Infeksi enteral meliputi:
a)      Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya;
b)      Infeksi virus : enterovirus, seperti virus ECHO, coxsackie, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus, astrovirus, dan sebagainya;
c)      Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, dan strongylodies), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan trichomonas hominis), serta jamur (Candida albicans).
b.      Parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, misalnya otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya.
2.      Malabsorbsi
a.       Karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa) serta monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada anak dan bayi yang paling berbahaya adalah intoleransi laktosa.
3.      Makanan, misalnya makanan basi, beracun, dan alergi.
4.      Psikologis, misalnya rasa takut atau cemas. 
C.     Patogenesis
Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan terjadinya diare adalah sebagai berikut:
1.      Gangguan osmotik
Akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh tubuh akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan isinya sehingga timbul diare.
2.      Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu, misalnya toksin pada dinding usus yang akan menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit yang berlebihan ke dalam rongga usus, sehingga akan terjadi peningkatan isi dari rongga usus yang akan merangsang pengeluaran isi dari rongga usus dan akhirnya timbullah diare.
3.      Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi usus untuk menyerap makanan yang masuk, sehingga akan timbul diare.  Akan tetapi, apabila terjadi keadaan yang sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltik usus maka akan dapat menyebabkan diare juga.
A.    Patogenesis Diare Akut
1        Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.
2        Jasad renik tersebut akan berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus.
3        Dari jasad renik tersebut akan keluar toksin (toksin diaregenik).
4        Toksin diaregenik akan menyebabkan hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
B.     Tanda dan Gejala
Berikut ini adalah tanda dan gejala pada anak yang mengalami diare.
1.      Cengeng, rewel
2.      Gelisah
3.      Suhu meningkat
4.      Nafsu makan menurun
5.      Feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan adanya darah.  Kelamaan, feses ini akan berwarna hijau dan asam
6.      Anus lecet
7.      Dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi penurunan volume dan tekanan darah, nadi cepat dan kecil, peningkatan denyut jantung, penurunan kesadaran, dan akhirnya syok
8.      Berat badan menurun
9.      Turgor kulit menurun
10.  Mata dan ubun- ubun cekung
11.  Selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering
C.     Komplikasi
Komplikasi yang terjadi jika diare tidak tertangani secara tepat dan tepat, antara lain:
1.      Dehidrasi akibat kekurangan cairan dan elektrolit, yang dibagi menjadi:
a.       Dehidrasi ringan, apabila terjadi kehilangan cairan <5% BB
b.      Dehidrasi sedang, apabila terjadi kehilangan cairan 5-10% BB
c.       Dehidrasi berat, apabila terjadi kehilangan cairan >10-15% BB
2.      Renjatan hipovolemik akibat menurunnya volume darah dan apabila penurunan volume darah mencapai 15-25% BB maka akan menyebabkan penurunan tekanan darah
3.      Hipokalemia dengan gejala yang muncul adalah meteorismus, hipotoni otot, kelemahan, bradikardi, dan perubahan pada pemeriksaan EKG
4.      Hipoglikemia
5.      Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi enzim laktosa karena kerusakan vili mukosa usus halus
6.      Kejang
7.      Malnutrisi energi protein karena selain diare dan muntah, biasanya penderita mengalami kelaparan
G. Penatalaksanaan
Prinsip perawatan diare adalah sebagai berikut:
1.      Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan)
2.      Diatetik (pemberian makanan)
3.      Obat-obatan
4.      Teruskan pemberian ASI karena dapat meningkatkan daya tahan tubuh
a.       Jumlah cairan yang diberikan adalah 100ml/kgBB/hari sebanyak 1 kali setiap 2 jam, jika diare tanpa dehidrasi.  Sebanyak 50% cairan ini diberikan dalam 4 jam pertama dan sisanya adlibitium
b.      Sesuaikan dengan umur anak:
a)      <2 tahun diberikan ½ gelas;
b)      2-6 tahun diberikan 1 gelas;
c)      >6 tahun diberikan 400cc (2 gelas).
c.       Apabila dehidrasi ringan dan diarenya 4 kali sehari, maka diberikan cairan 25-100 ml/kgBB dalam sehari atau setiap 2 jam
d.      Oralit diberikan sebanyak lebih kurang 100 ml/kgBB setiap 4-6 jam pada kasus dehidrasi ringan sampai berat
Beberapa cara untuk membuat cairan rumah tangga (cairan RT)
a)      Larutan gula garam (LGG): 1 sendok teh gula pasir + ½ sendok teh garam dapur halus + 1 gelas air masak atau air teh hangat
b)      Air tajin (2 liter + 5g garam)
1)      Cara tradisional
3 liter air + 100g atau 6 sendok makan beras dimasak selama 45-60 menit
2)      Cara biasa
2 liter air + 100g tepung beras + 5g garam dimasak hingga mendidih

2.      PENYAKIT DIARE PADA BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH

A.    PENGERTIAN
Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten.
Sedangkan menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari .
Menurut Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.
Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah cairan, atau bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu sangat ocialc terhadap kebiasaan yang ada pada penderita dan berlangsung tidak lebih dari satu minggu. Apabila diare berlangsung antara satu sampai dua minggu maka dikatakan diare yang berkepanjangan (Soegijanto, 2002).

B.    KLASIFIKASI DIARE
Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat kelompok yaitu:
a.       Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya kurang dari tujuh hari).
b.      Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya.
c.       Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari secara terus menerus.
d.      Diare dengan masalah lain: anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.
Menurut Suraatmaja, (2007)di bagi menjadi 2 yaitu:
1.   Berdasarkan lamanya diare:
a.       Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
b.      Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama masa diare tersebut.
2.  Berdasarkan mekanisme patofisiologik:
a.              Diare sekresi (secretory diarrhea)
b.              Diare osmotic (osmotic diarrhea)
Diare akut dapat mengakibatkan: (1) kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan dehidrasi, asidosis ocialc dan hipokalemia, (2) Gangguan sirkulasi darah, dapat berupa renjatan hipovolemik sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, (3) Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan muntah (Soegijanto, 2002).

C.    ETIOLOGI
Diare dapat menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit, terutama natrium dan kalium dan sering disertai dengan asidosis ocialc. Dehidrasi dapat diklasifikasikan berdasarkan ocial air dan atau keseimbangan serum elektrolit. Setiap kehilangan berat badan yang melampaui 1% dalam sehari merupakan hilangnya air dari tubuh. Kehidupan bayi jarang dapat dipertahankan apabila ocial melampaui 15% (Soegijanto, 2002).
Menurut World Gastroenterology Organization Global Guidelines 2005, etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab:
a.       Bakteri : Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas.
b.      Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus.
c.       Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli, Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis.
d.      Non infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas, imunodefisiensi, kesulitan makan, dll.
(Simadibrata, 2006).
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
1.       Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
a.       Infeksi virus, kuman-kuman ocialc dan apatogen seperti shigella, ocialc, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.
b.      Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.
2.      Diare ocial (ocial ocialc) disebabkan oleh:
a.       Malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.
b.      Kurang kalori protein.
c.       Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
Sedangkan menurut Ngastiyah (2005), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa ocial yaitu:
1.       Faktor infeksi
a.       Infeksi enteral
b.      Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus, ocialcss, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida albicous).
c.       Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut (OMA) ocialcs/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.
2.      Faktor malaborsi
Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein.
a.       Faktor makanan
b.      Faktor psikologis

D.    CARA PENULARAN DIARE
Diare dapat ditularkan dengan berbagai cara yang  mengakibatkan timbulnya infeksi antara lain:
a.       Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.
b.      Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukan tangan/ mainan / apapun kedalam mulut.  Karena virus ini dapat  bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari. 
c.       Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar
d.      Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih.
e.       Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang

E.    MANIFESTASI KLINIS
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis ocialc, dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi ocialc, dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya oci tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat (Juffrie, 2010).
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis ocialc yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang ocialc. Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan Ph darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.
Tabel 1.1  Penilaian Derajat Dehidrasi (Mansjoer, 2000).
Penilaian
Ringan
Sedang
Berat
Keadaan umum
baik, sadar
gelisah, rewel
lesu, lunglai atau tidak sadar
Mata
Normal
cekung
sangat cekung
Air mata
ada
tidak ada
Kering
Mulut dan lidah
Basah
Kering
tidak ada, sangat kering
Rasa haus
minum biasa, tidak haus
haus, ingin minum banyak
malas/tidak oci minum
Turgor kulit
Kembali
kembali lambat
kembali sangat lambat
Hasil pemeriksaan
tanpa dehidrasi
Dehidrasi ringan, sedang, bila ada tanda ditambah satu atau lebih tanda lain.
Bila ada satu tanda ditambah satu atau lebih tanda lain.


F.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Hassan dan Alatas (1998) pemeriksaan laboratorium pada diare adalah:
a.       Feses
a.       Makroskopis dan Mikroskopis
b.      Ph dan kadar gula pada tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
c.       Biakan dan uji resisten.
b.      Pemeriksaan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan Ph dan cadangan alkalin atau dengan analisa gas darah.
c.       Ureum kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
d.      Elektrolit terutama natrium, kalium dan fosfor dalam serium.
e.       Pemeriksaan Intubasi deudenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit.

G.   PENCEGAHAN
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni: pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi (Nasry Noor, 1997).
1.       Pencegahan Primer
Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada ocial penyebab, lingkungan dan ocial pejamu. Untuk ocial penyebab dilakukan berbagai upaya agar mikroorganisme penyebab diare dihilangkan. Peningkatan air bersih dan sanitasi lingkungan, perbaikan lingkungan biologis dilakukan untuk memodifikasi lingkungan. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dari pejamu maka dapat dilakukan peningkatan status gizi dan pemberian imunisasi
a.      Penyediaan Air Bersih
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal-oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panic yang dicuci dengan air tercemar (Depkes RI, 2006).
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih (Depkes RI, 2006).
b.      Tempat Pembuangan Tinja
Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan meningkatkan risiko terjadinya diare berdarah pada anak balita sebesar dua kali lipat dibandingkan keluarga yang mempunyai kebiasaan membuang tinjanya yang memenuhi syarat sanitasi (Wibowo, 2003).
c.       Status Gizi
Pada ada anak dengan malnutrisi, kelenjar timusnya akan mengecil dan kekebalan sel-sel menjadi terbatas sekali sehingga kemampuan untuk mengadakan kekebalan nonspesifik terhadap kelompok ocialc berkurang (Suharyono, 1986)
d.      Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan resiko terkena diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu formula biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga oci mengakibatkan terjadinya gizi buruk (Depkes RI, 2006
e.      Kebiasaan Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (Depkes RI, 2006).
f.        Imunisasi
Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan (Depkes RI, 2006).
Anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin setelah usia 9 bulan. Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita campak dalam 4 mingggu terakhir. Hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita. Selain imunisasi campak, anak juga harus mendapat imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG untuk mencegah penyakit TBC, imunisasi DPT untuk mencegah penyakit diptheri, pertusis dan tetanus, serta imunisasi polio yang berguna dalam pencegahan penyakit polio (Depkes RI, 2006).
2.      Pencegahan Skunder
Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada sianak yang telah menderita diare atau yang terancam akan menderita yaitu dengan menentukan ocialc dini dan pengobatan yang cepat dan tepat, serta untuk mencegah terjadinya akibat samping dan komplikasi. Prinsip pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit (rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh banyak ocial seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai radang. Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien. Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang memberantas penyebab diare seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk menghilangkan gejala diare dan spasmolitik yang membantu menghi langkan kejang perut yang tidak menyenangkan. Sebaiknya jangan mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa resep dokter. Dokter akan menentukan obat yang disesuaikandengan penyebab diarenya ocial bakteri, parasit. Pemberian kemoterapeutika memiliki efek samping dan sebaiknya diminum sesuai petunjuk dokter (Fahrial Syam, 2006).
3.      Pencegahan Tertier
Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai mengalami kecatatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini penderita diare diusahakan pengembalian fungsi fisik, psikologis semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyakit diare. Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan terus mengkon sumsi makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan. Rehabilitasi juga dilakukan terhadap mental penderita dengan tetap memberikan kesempatan dan ikut memberikan dukungan secara mental kepada anak. Anak yang menderita diare selain diperhatikan kebutuhan fisik juga kebutuhan psikologis harus dipenuhi dan kebutuhan ocial dalam berinteraksi atau bermain dalam pergaulan dengan teman sepermainan.

H.  PEANGOBATAN
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE yaitu:
1.       Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah
2.      Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3.      Teruskan pemberian ASI dan Makanan
4.      Antibiotik Selektif
5.      Nasihat kepada orang tua/pengasuh


a.      Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak oci minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui ocial. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI, 2011).
1)      Diare tanpa dehidrasi
Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret
2)     Diare dengan dehidrasi ringan sedang
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.
3)     Diare dengan dehidrasi berat
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di ocial.(Kemenkes RI, 2011)
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti (Juffrie, 2010).
b.      Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011).
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare. Dosis pemberian Zinc pada balita:
1)      Umur <6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
2)     Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matangatau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare (Kemenkes RI, 2011).
c.       Pemberian ASI/makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan (Kemenkes RI, 2011).
d.      Pemberian antibiotika hanya atas indikasi
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera (Kemenkes RI, 2011).
e.      Pemberian Nasihat
Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang:
1)      Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2)     Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
a)     Diare lebih sering
b)     Muntah berulang
c)      Sangat haus
d)     Makan/minum sedikit
e)     Timbul demam
f)       Tinja berdarah
g)     Tidak membaik dalam 3 hari.
Obat-obat yang diberikan untuk mengobati diare ini dapat berupa :
a.      Kemoterapi
b.      Obstipansia
c.       Spasmolitik
d.      Probiotik
1)      Kemoterapi
Untuk terapi kausal yang memusnahkan bakteri penyebab penyakit digunakan obat golongan sulfonamide tau antibiotic
C.      Obstipansia
Untuk terapi simptomatis dengan tujuan untuk menghentikan diare, yaitu dengan cara :
a)     Menekan peristaltic usus (loperamid)
b)     Menciutkan selaput usus atau adstringen (tannin)
c)      Pemberian adsorben untuk menyerap racun ayng dihasilkan bakteri atau racun penyebab diare yang lain (carbo adsorben, kaolin)
d)     Pemberian mucilage untuk melindungi selaput lender usus yang luka
D.     Spasmolitik
Zat yang dapat melemaskan kejang-kejang otot perut (nyeri perut) pada diare (ocialc sulfat)
E.      Probiotik untuk meningkatkan daya tahan tubuh
Lactobacillus dan bifidobacteria (disebut Lactid Acid Bacteria / LAB) merupakan probiotik yang dapat menghasilkan antibiotic alami yang dapat mencegah / menghambat pertumbuhan bakteri pathogen. LAB dpat menghasilkan asam laktat yang mneybabkan Ph usus menjadi asam, suasana asam akan menghambat pertumbuhan bakteri pathogen. LAB ini dapat membantu memperkuat dan memperbaiki pencernaan bayi, mencegah diare.

I.      KOMPLIKASI
Menurut Ngastiyah (2005) komplikasi dari daire ada :
1.       Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, ocialc atau hipertonik)
2.      Renjatan hipovolemik.
3.      Hipokalemia(dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan elektrokardiogram)
4.      Hipoglikemia.
5.      Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactase.
6.      Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.

7.      Malnutrisi ocial protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).








No comments:

Post a Comment