1.
Bounding
Attachment
Bayi yang baru lahir yang menunjukkan serba tidak berdaya. Namun dibalik
ketidak berdayaannya tersebut pada dirinya terdapat berbagai potensi yang siap
berkembanga. Bayi akan berkembang dengan baik dan berbagai potensi yang
dimilikidapat berubah menjadi kemampuan nyata bila dirinya mendapatkan stimuli
dari lingkungannya, terutama lingkungan sosial.
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi bayi. Dari lingkungan
inilah bayi belajar membentuk pola hubungan dengan orang lain. Faktor yang
sangat diperlukan oleh bayi dalam mengembangkan kemampuan tersebut bonding
dan attachment. Bila faktor tersebut ternyata tidak atau kurang
terpenuhi, menurut Bruce D. Perry (2001: 8) dapat menimbulkan masalah bagi bayi
yaitu : (1) developmental delays, (2) eating, (3) soothing behavior,( 4)
emotional function, (5) in-appropriate modeling, dan (6) aggression.
Bruce D. Perry (2001 : 3) menyatakan bahwa Bonding merupakan hubungan
antara seseorang dengan orang yang lain dan melalui bonding terbentuklah
attachment (ikatan kasih sayang). Sedangkan Jeff dan Cindi (2006)
memandang bonding sebagai hubungan yang istimewa antara bayi dengan ibunya.
Selengpanya dia menyatakan “Bonding is that beautiful act of a baby and a
parent totally falling in love with each other. Not only is bonding enjoyable,
but it is essential for your baby’s psychological well being. A loving
environment produces confidence, trust, and relational skills in your baby. The
lack of bonding can cause serious psychological problems for your child in the
future”
Bonding, menurut Jeff dan Cindi, merupakan kebutuhan esensial bagi bayi.
Dengan bonding, bayi belajar mengembangkan rasa percaya diri keterampilan dalam
hubungan sosial. Bonding dapat dapat diwujudkan dalam bentuk kontak dini antara
ibu dan bayi sesaat setelah bayi dilahirkan, sentuhan, kontak mata, suara,
kehangatan tubuh, aroma, dst.
Berkenaan dengan attachment, Bruce D. Perry (2001 : 2) menyatakan “attachment
refers to a special bond characterized by the unique qualities of the special
bond that forms in maternal-infant or primary caregiver-infant relationships.” Menurut
Perry, attachment merupakan suatu hubungan antar manusia (bond) yang
ditandai oleh sifat-sifat yang specifik dalam hubungan bayi dan ibunya atau
bayi dan pengasuhnya. Selanjutnya Perry (2001: 2) menegaskan bahwa attachment
terbentuk melalui bonding dalam dalam attachment bond
terdapat elemen-element sebagai berikut.
a.
Tahap –tahap Bonding Attachment
Berikut
ini tahap- tahap terjadinya ikatan batin (bonding attachment) antara orang tua
dan bayinya
1)
Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh,
berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya. Menurut Klaus,
knell (1982), perkenalan ini merupakan bagian penting dari terbentuknya sebuah
ikatan.
2)
Bonding
(keterikatan)
3)
Attachment
, perasaan saying yang mengikat individu dengan individu lain
b.
Elemen-
elemen Bonding attachment
1)
Sentuhan
Sentuhan,
atau indera peraba, dipakai secara ekstensif oleh oaring tua dan pengasuh lain
sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi
tubuh bayi dengan ujung jarinya. (rubin, 1963; Kennell, 1982; Tulman, 1985)
2)
Kontak mata
Ketika bayi
baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata, orang tua dan
bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Beberapa ibu
mengatakan bahwa dengan melakukan kontak mata pada bayinya, mereka merasa lebih
dekat, (Kennell, 1982)
3)
Suara
Saling
mendengar dan meresponi suara antara oaring tua dan bayinya juga penting Karena
dengan adanya tangisan bayi, ibu merasa nyaman dan tenang.
4)
Aroma
Perilaku
lain yang terjalin antara orang tua dan bayinya ialah respons terhadap aroma/ bau masing masing
5)
Entrainment
Bayi baru
lahir bergerak gerak sesuai dengan struktur pemicaraan orang dewasa. Bayi
menggoyakan tangan, mengangkat kepala, menendang- menendang kaki, seperti
sedang dansa mengikuti nada suara oaring tuanya.entrainment terjadi saat anak
mulai berbicara.
6)
Bioritme – Anak yang belum
lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah ibunya. Untuk
itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah
membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat
membantu proses ini dengan
memberi kasih sayang yang
konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi
mengembangkan perilaku yang
responsif. Hal ini dapat meningkatkan interaksi sosial dan
kesempatan bayi untuk
belajar.
7)
Kontak dini – Saat ini , tidak ada
bukti-bukti alamiah yang menunjukkan bahwa kontak dini setelah lahir merupakan
hal yang penting untuk hubungan orang tua–anak
c.
Sasaran dan Syarat
1)
Bayi lahir
dengan spontan , baik presentasi kepala atau bokong
2)
Jika bayi
lahir dengan tindakan maka rawat gabung dapat dilakukan setelah bayi cukup
sehat, reflek hisap baik, tidak ada tanda-tanda infeksi dsb
3)
Bayi yang
lahir dengan Sectio Cesarea dengan anestesi umum, RG dilakukan segera stelah
ibu dan bayi sadar penuh (bayi tidak ngantuk)misalnya 4-6 jam setelah operasi.
4)
Bayi tidak
asfiksia setelah 5 menit pertama (nilai apgar minimal 7)
5)
Umur
kehamilan 37 minggu atau lebih
6)
Berat lahir
2000-2500 gram atau lebih
7)
Tidak
terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum
8)
Bayi dan
ibu sehat
d.
Kontra Indikasi
1)
Rawat
gabung tidak dianjurkan pada ibu dengan keadaan :
a)
Pasca
eklamsi
b)
Penyakit
infeksi akut, TBC
c)
Hepatitis,
terinfeksi HIV, sitimegalovirus, herpes simplek
d) Karsinoma payudara
2)
Rawat
gabung tidak dianjurkan pada bayi dengan keadaan:
a) Bayi kejang
b) Sakit berat pada jantung
c) Bayi yang memerlukan pengawasan intensif
d) Catat bawaan sehingga tidak mampu menyusu
e.
Keuntungan Bounding Attachment
f.
Kerugian Bounding Attachment
1) Ibu kurang istirahat
2) Dapat terjadi kesalahan dalam pemberian makanan karena pengaruh
orang lain
3) Bayi bisa mendapatkan infeksi dari pengunjung
4) Pada pelaksanaan ada hambatan tekhnis/fasilitas
g.
Hambatan Bounding Attachment
1)
Kurangnya support sistem.
h.
Persyaratan
Rawat Gabung Yang Ideal
1) Bayi
a) Ranjang bayi tersendiri yang mudah terjangkau dan dilihat oleh ibu
b) Bagi yang memerlukan tersedia rak bayi
c) Ukuran tempat tidur anak 40 x 60 cm
2) Ibu
a) Ukuran tempat tidur 90 x 200 cm
b) Tinggi 90 cm
c) Ruang
d) Ukuran ruang untuk satu tempat tidur 1,5 x 3 m
e) Ruang dekat dengan ruang petugas (bagi yang masih memerlukan
perawatan)
3) Sarana
a) Lemari pakaian
b) Tempat mandi bayi dan perlengkapannya
c) Tempat cuci tangan ibu
d) Setiap kamar mempunyai kamar mandi ibu sendiri
e) Ada sarana penghubung
f) Petunjuk/sarana perawatan payudara, bayi dan nifas, pemberian
makanan pada bayi dengan bahasa yang sederhana
g) Perlengkapan perawatan bayi
4) Petugas
a) Rasio petugas dengan pasien 1 : 6
b) Mempunyai kemampuan dan ketrampilan dalam pelaksanaan Rawat Gabung
No comments:
Post a Comment