truth


counters

nama

Sunday 17 January 2016

ASKEB NEONATUS: PENYAKIT PADA BAYI SERTA PENATALAKSANAANNYA


  1. INFEKSI NEONATUS
a.       Berdasarkan Waktu Terjadinya Infeksi
1)      Infeksi Antenatal :
Kuman mencapai janin melalui peredaran darah ibu melewati sawar plasenta. Yang dapat melewati batas plasenta adalah virus (rubella, poliomielitis, coxsackie, variola, vaksinia, sitomegalovirus). Spirochaeta (sifilis), bakteri (E.Coli, Listeria mmonocytogenes), dan tuberkulosis kongenital yang terjadi melalui infeksi plasenta.
2)      Infeksi Intrapartal
Terjadi karena ketuban sudah pecah dan pemeriksaan dalam terlalu sering dijumpai pada partus lama dan partus terlantar. Maka terjadilah amnionitis, plasentitis, lalu menjalar kepada janin. Inveksi dapat pula terjadi ketika  janin lahir berkontak langsun dengan kuman yang ada dalam vagina misalnya gonorhea (oral trush, dan olenorhea).

3)      Infeksi Postpartum :
Didapat karena penggunaan alat atau minuman dan sebagainya yang tidak suci hama atau infeksi yang telah ada di rumah sakit.
b.      Jenis Infeksi Berat Pada Neonatus
1)      Sifilis Kongenital
Bila selama hamil dicurigai menderita sifilis periksakan WR/VDRL supaya ibu segera diobati untuk mencegah terjadinya sifilis kongenital. Akibat dari sifilis ibu terhadap janin tergantung dari beratnya infeksi ibu, kapan pada masa kehamilan infeksi terjadi, dan pengobatan yang diberikan pada ibu selama hami. Infeksi pada janin terjadi pada usia kehamilan 14 minggu, karena kuman tidak dapat melewati lapisan sel langhans pada plasenta muda. Janin yang terkena infeksi bisa lahir mati dengan maserasi atau lahir dengan sifilis kongenital atau terkena sifilis di kemudian hari. Janin lahir  dengan berat badan lahir renda,h, kulit  telapak kaki dan tangan mengkilat, menebal dan mudah terkelupas.
Pengobatan dengan prokain penisilin dosis 150.000 sampai 300.000 satuan perhari selama 14 hari. Semua bayi yang dilahirkan oleh ibu menderita sifilis harus diawasi selama 1 tahun.
2)      Penyakit Membran Hialin
Biasanya terjadi intrapartal karena hirupan air ketuban atau darah yang septik. Penyakit ini harus dicurigai kalau bayi lahir dengan sessak nafas seperti asfiksia neonatorum. Pengobatannya dengan melakukan resusitasi.
3)      Sepsis Neonatorum
Dapat terjadi dalam masa antenatal, intrapartal dan postnatal. Tindakan yang dianjurkan adalah :
Antibiotika spektrum luas yang diberikan sambil menunggu hasil pembiakan dan uji kepekaan darah, yaitu ampisilin dosis 100 mg per kg berat badan, atau kombinasi dengan kanamisin 15 mg per kg BB atau gentamisin 2 mg per Kg BB. Lakukan pemeriksaan laboratorium rutin. Pembiakan darah dan uji kepekaan. Fungsi lumbal, biakan liquor dan uji resistensi. Biakan tinja dan air kemih
4)      Meningitis
Pengobatanya sama dengan sepsis neonatorum
5)      Pneumonia Kongenital
Melakukan resusitasi dan pemberian antibiotika
6)      Pneumonia Aspirasi
Pemberian makanan dan minuman yang tidak hati-hati menyebabkan terjadinya aspirasi minuman karena refleks menelan dan batuk janin belum sempurna, terutama pada bayi dengan berat badan rendah
7)      Diare Endemik
Hal ini sering kita jumpai di rumah sakit. Gastroenteritis pada bayi sering menyebar dengan mortalitas yang tinggi. Penyebabnya adalah entro-patogen E, coli. Sering terjadi endemik di rumah sakit.
8)      Tetanus Neonatorum
Disebabkan kuman anerobik Clostridium Tetani. Pada bayi, kuman ditularkan melalui tali pusat, karena pemotongan dengan alat tidak suci hama, terutama dengan sembilu bambu oleh dukun. Infeksi dapat pula melalui pemakaian obat,bubuk,talkum, atau daun-daunan yang digunakan masyarakat dalam perawatan tali pusat. Tetanus neonatorum dapat dicegah dengan mengadakan penataran dukun beranak tentang cara memotong tali pusat yang suci hama den tentang sterilisasi alat-alat, cara perawatan tali pusat yang baik dan cara ,memandikan bayi supaya tali pusat tidak terinfeksi. Segera dirawat di rumah sakit bila ditemui bayi dengan tetanus neonatorum agar mendapatkan perawatan resusitasi dan pengobatan yang sempurna dan maksimal.
c.       Jenis Infeksi Ringan Pada Neonatus
1)      Pemfigus Neonatorum
Infeksi kulit berupa impetigo bulosa disebabkan oleh stafilokokus. Kadang-kadang berupa dermatitis eksofoliatif (penyakit ritter). Bila dijumpai di bangsal rumah sakit bayi harus diisolasi karena dapat menyebabkan wabah di seluruh bangsal
2)      Infeksi Pada Pusat
Disebabkan oleh staphylococcus aureus. Pusat bernanah dan sekitarnya berwarna merah disertai edema
3)      Oftalmia Neonatorum
Disebut blenorea atau konjungtivitis gonoroika yang disebabkan oleh gonokokus sewaktu janin melalui jalan lahir ibu yang menderita gonorea. Sebagai pencegahan, pada setiap bayi baru lahir dahulu diberikan obat tetes mata nitras argenti 1%. Tetap untuk mengurangi kecelakaan karena obat ini, sekarang diganti dengan salep atau tetesan antibiotika.
4)      Infeksi Monilia (Moniliasis)
Disebabkan oleh Candida Albicans, infeksi ini sering dijumpai pada bayi baru lahir, terutama bila keadaan umum dan daya tahan bayi turun, misalnya pada bayi prematur atau pada penggunaan atibiotika dan kortikosteroid yang lama. Manifestasi pada bayi berupa stomatitis (oral trush), diare, dermatitis dan sebagainya. Pengobatan stomatitis adalah dengan gentian violet 0,5% atau polesan oral daktarin salep. Secara oral dapat diberikan obat antifungus.
  1. IKTERUS NEONATORUM
a.       Jenis Ikterus :
1)      Ikterus Fisiologik
Dijumpai pada bayi dengan berat badan lahir rendah. Ikterus ini biasanya timbul pada hari kedua lalu menghilang setelah sepuluh hari atau pada akhir minggu kedua.
2)      Ikterus Patologik
Ikterus ini timbul pada 24 jam pertama, dengan bilirubun serum meningkat lebih dari 5 mg% perhari. Kadarnya di atas 10 mg% pada bayi matur atau 15 mg% pada bayi prematur, dan menetap setelah minggu pertama kelahiran. Selain itu juga ikterus dengan bilirubin langsung di atas 1 mg% setiap waktu. Ikterus seperti ini ada bubungannyaa dengan penyakit hemolitik, infeksi dan sepsis. Ikterus patologik memerlukan penanganan dan perawatan khusus.
3)      Kern Ikterus
Adalah ikterus berat dengan disertai gumpalan bilirubin dengan gangtia basalis. Kernikterus biasanya disertai naiknya kadar bilirubin indirek dalam serum. Pada neonatus cukup bulan kadar bilirubin di atas 20 mg% sering berkembang menjadi kern ikterus, sedangkan pada bayi prematur bila melebihi 18 mg%. Hiperbilirubinemia dapat menimbulkan ensefalopati dan ini sangat berbahaya bagi bayi. Untuk terjadinya kern ikterus tergantung pula pada keadaan umum bayi. Bila bayi menderita hipoksia, asidosis, dan hipoglikemia, kern ikterus dapat timbul walaupun kadar bilirubin di bawah 16mb%. Pengobatannya adalah dengan transfusi tukar darah.


4)      Ikterus Hemolitik
Hal ini dapat disebabkan oleh inkompatibilitas rhesus, golongan darah ABO, golongan darah lain, kelainan eritrosit kongenital atau defisiensi enzim G-6-PD
5)      Ikterus Obstruktif
Terjadi karena sumbatan penyaluran empedu baik dalam hati maupun di luar hati. Akibatnya kadar bilirubin direk dan indirek meningkat. Bila kadar bilirubin direk di atas 1 mg% kita harus curiga akan adanya obstruksi penyaluran empedu. Penangannya adalah dengan tindakan operatif, bila keadaan bayi mengizinkan.

  1. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
a.       Etiologi atau faktor penyebab tidak diketahui ataupun kalau diketahui faktor penyebabnya tidaklah berdiri sendiri, antara lain adalah :
1)      Faktor genetik atau kromosom
2)      Infeksi
3)      Bahan toksik
4)      Radiasi
5)      Insufisiensi atau disfungsi plasenta
6)      Faktor nutrisi
7)      Faktor-faktor lain seperti merokok, peminum alkohol, bekerja berat masa hamil, plasenta previa, kehamilan ganda, obat-obatan dan sebagainya.
b.      Diagnosis dan Gejala Klinik
1)      Sebelum bayi lahir
a)      Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus dan lahir mati
b)      Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan
c)      Pergerakan janin yang pertama (quickening) terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut
d)     Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang seharusnya
e)      Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula dengan hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toksemia gravidarum atau perdarahan antepartum
2)      Setelah Bayi Lahir
a)      Bayi dengan retardasi pertumbuhan intra uterin
Secara klasik tampak seperti bayi yang kelaparan. Tanda-tanda bayi ini adalah tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, verniks kaseoa sedikit atau tidak ada, kulit tipis, kering, berlipat-lipat, mudah diangkat. Abdomen cekung atau rata, jaringan lemak bawah kulit sedikit, tali pusat tipis, lembek berwarna kehijauan
b)      Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 mminggu
Verniks kaseosa ada, jaringan lemak bawah kulit sedikit, tulang tengkorak lunak mudah bergerak, muka seperti bonek, abdomen buncit, tali pusat tebal dan segar, menangis lemah, tonus otot hipotoni dan kulit tipips merah dan transparan.
c)      Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin
Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, karena itu sangat peka terhadap gangguan pernapasan, infeksi, trauma kelahiran, hipotermi dan sebagainya. Pada bayi kecil pada masa kehamilan alat-alat dalam tubuh lebih berkembang dibandingkan dengan bayi prematur berat badan sama, karena itu akan lebih mudah hidup di luar rahim, namun tetap lebih peka terhadap infeksi dan hipotermi dibandingkan bayi matur dengan berat badan normal,
c.       Perawatan Bayi Berat Badan Lahir Rendah
1)      Pengaturan suhu lingkungan
Bayi dimasukkan dalam inkubator dengan suhu yang diatur
Bayi berat badan dibawah 2kg 35oC
Bayi berat badan 2 kg sampai 2,5 kg 34oC
Suhu incubator diturunkan 1oC setiap minggu sampai bayi dapat ditempatkan pada suhu lingkungan sekitar 24-27oC
2)      Makanan bayi berat badan lahir rendah
Umumnya bayi premature belum sempurna refleks mengisap dan batuknya, kapasitas lambung masih kecil, dan daya enzim pencernaan, terutama lipase, masih kurang. Maka makanan diberikan dengan pipet sedikit-sedikit namun lebih sering. Sedangkan pada bayi small for date sebaliknya kelihatan seperti orang kelaparan, rakus minum dan makan. Yang harus diperhatikan adalah terhadap kemungkinan terjadinya pneumonia aspirasi.
  1. Muntah
Muntah adalah keluarnya sebagian besar atau seluruh isi tabung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk lambung disertai kontraksi lambung dan abdomen. Dalam beberapa jam pertama setelah lahir bayi mungkin mengalami muntah lender, bahkan kadang disertai sedikit darah. Muntah ini tidak jarang menetap setelah pemberian ASI atau makanan, keadaan tersebut kemungkinan disebabkan karena iritasi mukosa lambung oleh sejumlah benda yang ditelan selama proses persalinan.
a.       Penyebab
1)      Kelainan congenital. Pada saluran pencernaan iritasi lambung athresia esophagus hirsehprung tekanan intra cranial yang tinggi
2)      Infeksi pada saluran pencernaan
3)      Cara memberi makan yang salah
4)      Keracunan
b.      Komplikasi
1)      Dehidrasi atau alkaliosis karena kehilangan cairan tubuh/elektrolit
2)      Ketosisi karena tidak makan dan minum
3)      Asidosis yang disebabkan adanya ketosis dapat berkelanjutan menjadi syok bahkan sampai kejang
4)      Ketegangan otot perut, perdarahan konjungtiva rupture esafagus, aspirasi yang disebabkan karena muntah yang sangat hebat
c.       Patofisiologi
Merupakan aksi refleks yang dikoordinasi dengan medulla oblongata dimana isi lambung dikeluaran dengan paksa melalui mulut.
d.      Sifat muntah
1)      Keluarkan cairan terus-menerus, hal ini kemungkinan disebabkan oleh obstruksi eshopagus
2)      Muntah proyektil hal ini kemungkinan disebabkan oleh stenosis pylorus (suatu kelemahan pada katup di ujung bawah lambung yang menghubungkan lambung dengan usus 12 jari yang tidak mau membuka)
3)      Muntah hijau kekuning-kuningan kemungkinan adanya tekanan intra ampula vateri
4)      Muntah segera setelah lahir menetap, kemungkinan adanya tekanan intra cranial, yang tinggi atau obstruksi pada usus
e.       Penatalaksanaan
1)      Pengkajian faktor penyebab dan sifat muntah
2)      Pengobatan tergantung factor penyebab
3)      Ciptakan suasana tenang
4)      Perlakukan bayi dengan hati-hati dan baik
5)      Diet yang sesuai dan tidak merangsang muntah jika simptomatis dapat diberi emetic
6)      Rujuk

  1. Gumoh
Adalah keluarnya kembali sebagian kecil isi lambung setelah beberapa saat setelah makanan masuk lambung
a.       Penyebab
1)      Bayi sudah kenyang
2)      Posisi salah saat menyusui atau pemberian susu botol
3)      Tergea-gesa saat pemberian susu
4)      Kegagalan dalam mengeluarkan udara yang tertelan
b.      Patofisiologi
Gumoh biasanya sudah dalam keadaan terisi penuh, sehingga kadang-kadang gumoh bercampur dengan air liur yang mengalir embali ke atas dan keluar melalui mulut pada sudut-sudut bibir. Hal tersebut disebabkan karena otot katup diujung lambung tidak bias bekerja dengan baik yang seharusnya mendorong isi lambung ke bawah.
c.       Penatalaksanaan
1)      Perbaikan teknik menyusui. Setelah menyusui usahakan bayi disendawakan
2)      Perhatikan posisi botol saat pemberian susu. Bayi yang sedang menyusui pada ibunya harus dengan bibir yang mencakup rapat seluruh putting susu ibu
  1. Oral Trush
Adalah kandidiasis membrane mukosa mulut bayi yang ditandai dengan munculnya bercak-bercak keputihan yang membentuk plak-plak berkeping dimulut, ulkus dangkal, demam dan adanya iritasi gastro intertinal.
a.       Etiologi
Biasanya merupakan infeksi yang disebabkan oleh sejenisnya jamur (candida albican) yang merupakan organisme penghuni kulit dan mukosa mulut, vagina dan saluran cerna
b.      Tanda dan gejala
Terdapatnya lesi pada mulut yang berwarna putih dan membentuk plak-plak yang berkeping menutupi seluruh atau sebagian lidah, kedua bibir, gusi dan mukosa pipi
c.       Penatalaksanaan
1)      Bedakan dengan endapan susu pada mulut bayi
2)      Apabila sumber infeksi berasal dari ibu harus segera diobati dengan pemberian antibiotika berspektrum luas
3)      Menjaga kebersihan dengan baik
4)      Bersihan daerah mulut bayi setelah makan ataupun minum susu dengan air matang dan bersih
5)      Pada bayi yang minum susu dengan menggunakan botol, harus menggunakan teknik steril dalam membersihkan susu sebelum digunakan.

6)      Pemberian terapi pada bayi yaitu :
·         1 ml larutan nystatin (100.000) unit 4x per hari dengan interval setiap 6 jam. Larutan diberikan dengan lembut dengan hati-hati agar tidak menyebar luas ke rongga mulut
·         Gentian violet 3x per hari
  1. Diaper Rash
Adalah suatu keadaan akibat dari kontrak terus menerus dengan lingkungan yang tidak baik.
a.       Etiologi
1)      Kebersihan kulit bayi dan pakaian bayi yang tidak terjaga, misalnya jarang ganti popok setelah bayi atau anak kencing
2)      Udara/suhu lingkungan yang terlalu panas/lembab
3)      Akibat mencret
4)      Reaksi kontak terhadap karet, plastic dn deterjen, misalnya pampers
b.      Tanda dan gejala
1)      Iritasi pada kulit yang kontak langsung, muncul erithema
2)      Erupsi pada daerah kontak yang menonjol, seperti pantat, alat kemaluan perut bawah, paha atas
3)      Pada keadaan yang lebih parah dapat terjadi papilla erythematosa vesikula uleerasi
c.       Penatalaksanaan
1)      Daerah yang terkena ruam popok tidak boleh terkena air dan harus dibiarkan terbuka dan tetap kering
2)      Untuk membersihkan kulit yang iritasi dengan menggunakan kapas halus yang mengandung minyak
3)      Segera bersihkan dan keringkan bila anak kencing atau berak
4)      Posisi tidur anak diatur supaya tidak menekan kulit / daerah yang irirtasi
5)      Usahakan membersihkan makanan TKTP dengan porsi cukup
6)      Memperhatikan kebersihan kulit dan kebersihan tubuh secara keseluruhan
7)      Memelihara kebersihan pakaian dan alat-alat untuk bayi
8)      Pakaian atau celana yang kena air kencing harus direndam dalam air yang dicampur acidum borium
9)      Kemudian dibersihkan dan tidak boleh menggunakan sabun cuci langsung dibilas dengan bersih dan dikeringkan
  1. Diare
Adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Bayi dikataan diare bila sudah lebih dari 3x buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4x buang air besar
a.       Etiologi
1)      Infeksi
Enternal yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama terjadinya diare yang meliputi infeksi bakteri, infeksi virus dan infeksi parasit cacing
Parental yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan.
2)      Malabsobsi
Karbohidrat:disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa). Monosakarida (intoleransi glukosa dan galaktosa). Pada anak dan bayi yang paling berbahaya adalah intoleransilaktosa. Lemak, protein, makanan (misalnya basi, beracun, alergi), psikologis (misalnya rasa takut atau cemas)
b.      Patogenesis
Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan timbulnya diare adalah:
1)      Gangguan ostimotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh tubuh akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan isi dari usus sehingga timbul diare
2)      Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu, misalnya oleh toksin pada dinding usus yang akan menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit yang berlebihan ke dalam rongga usus, sehingga terjadi peningkatan-peningkatan isi rongga usus yang akan merangsang pengeluaran isi dari rongga usus sehingga timbul diare
3)      Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan bagi usus untuk menyerap makanan yang masuk, sehingga akan timbul diare. Tetapi apabila terjadi keadaan yang sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltic usus akan dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri yang berlebihan di dalam rongga usus sehingga akan menyebabkan diare.
c.       Penatalaksanaan
Prinsip perawatan diare adalah :
1)      Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat)
2)      Diatetik (pemberian makanan) serta obat-obatan



b.      KELAINAN PADA BAYI SERTA PENATALAKSANAANNYA
            1.      KONGENITAL (MALFORMASI KONGENITAL)
1.      Diagnosa
Beberapa pemeriksaan yang dapat membantu diagnosis adalah :
1)      Anamnesis tentang kelainan-kelainan dalam keluarga
2)      Kelainan dalam kehamilan, misalnya adanya hidramnion, kematian janin dalam rahim dan sebagainya
3)      Pemeriksaan sel-sel dalam air ketuban melalui amniosentesis
4)      Pemeriksaan radiologik
5)      Ultrasonografi
2.      Etiologi
Penyebab sebenarnya malformasi congenital tidak diketahui. Secara umum pertumbuhan embrio dan janin dalam kandungan dapat dipengaruhi oleh berbagai factor, antara lain genetic, lingkungan atau keduanya.
1)      Faktor Kromosom
Kelainan genetic ibu dan ayah dapat menyebabkan kelainan congenital pada bayinya. Contoh kelainan ini adalah : palatokisis (sumbing), labioskisis, mongolisme, anensefalus, dan meningomielokel
2)      Faktor Mekanis
Oleh tekanan mekanis dalam kandungan, missalnya pada oligohidramnion, janin akan mendapat tekanan karena kurangnya jumlah air ketuban, maka terjadilah talipes varus, valgus equines dan equinovarus
3)      Faktor Infeksi
Infeksi terutama diderita ibu dalam proses organogenesis (triwulan I kehaamilan) dapat menimbulkan kelainan congenital. Sebagai contoh adalah infeksi rubella yang dapat menyebabkan kelainan jantung, mata dan susunan syaraf pusat janin
Infeksi virus lain juga dapat menimbulkan kelainan bawaan. Virus setomegalio menimbulkan hidrosefalus, mikrosefalus dan mikroftalmia.
4)      Faktor Umur
Telah banyak dilaporkan para peneliti bahwa beberapa obat yang diminum ibu hamil terutama dalam proses organogenesis (triwulan I) dapat menyebabkan kelainan pada janin. Peristiwa yang paling terkenal di seluruh dunia adlah akibat meminum obat thalidomide yang menimbulkan kelainan congenital yang menghebohkan yaitu fokomelia, mikromelia dan sebagainya.
Hindarilah penggunaan obat pada wanita dalam triwulan pertama, karena janin dalam proses organogenesis, bila tidak ada indikasi yang mendesak dan ketahuilah obat-obat yang menimbulkan kelainan dan hindarilah pemberiannya.
5)      Faktor Hormonal
Misalnya bayi yang dilahirkan oleh ibu diabetes mellitus sering lebih besar dari ukuran normal dengan angka kematian perinatal yang tinggi
6)      Faktor Pengaruh Radiasi
Radiasi baik untuk pemeriksaan diagnostic maupun sebagai terapi yang terjadi pada triwulan pertama kehamilan dapat menimbulkan efek teratogenik pada jani. Juga riwayat radiasi pada kedua orang tua yang dapat menimbulkan mutasi pada gen karena hal ini dapat menghasilkan janin dengan kelainan congenital.


7)      Faktor Gizi
Kekurangan beberapa zat yang penting selama hamil dapat menimbulkan kelainan pada janin. Frekuensi kelainan congenital lebih tinggi pada ibu-ibu dengan gizi yang kurang selama masa kehamilan
8)      Faktor Lain-lain
Hipoksia, hipotermia, hipertermia, dan factor-faktor social lainnya dapat mempengaruhi terjadinya kelainan congenital
3.      Klasifikasi
Menurut bentuknya (morfologinya), malformasi congenital dibagi dalam beberapa golongan :
1)      Gangguan pertumbuhan alat-alat tubuh
a)      Tidak terbentuk seluruh atau sebagian alat tubuh : fokomelia, mikromelia, anensefali, ginjal tunggal
b)      Terbentuk dengan ukuran lebih kecil dari ukuran normal : mikrosefalus, mikromelia dan mikroftalmia
2)      Gangguan diferensiasi alat tubuh : sindaktilis, ginjal ladam kuda (horse shoe kidney) dan sebagainya
3)      Gangguan fusi jaringan tubuh : labioskisis, palatoskisis, dadn spina bifida
4)      Transposisi atau dislokasi alat tubuh : jantung di kanan, hati di kiri
5)      Alat-alat yang seharusnya hilang dalam pertumbuhan tapi tidak menghilang : sakus hernia persistens, divertikulum meckel, kista brakial dan kista tirogiosus
6)      Gangguan invaginasi (pelubangan) suatu jaringan tubuh : atresia ani, atresia vagina dan sebagainya
7)      Gangguan migrasi alat tubuh : adesensus testis, malrotasi usus
8)      Reduplikasi alat-alat : polidaktilia, ureter ganda
9)      Pertumbuhan berlebihan, tidak terkontrol : angioma
10)  Gangguan terbentuknya saluran-saluran : hipospadia, atresia duktus, kolekdukus congenital
11)  Hipertrofi pertumbuhan suatu alat : stenosis pylorus congenital, hipertrofi adrenal dan sebagainya
            2.      Kelainan Congenital Dari Sudut Obstetric Dan Pediatrik
a.       Hidrosefalus
Terjadi penimbunan cairan serebrospinal dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar. Jumlah cairan bias mencapai 1,5 liter bahkan sampai 5 liter, sehingga tekanan intracranial sangat tinggi. Hidrosefalus sering dijumpai sebagai kelainan congenital namun bias pula oleh sebab postnatal. Hidrosefalus sering menyebabkan distosia persalinan, dan setelah lahir dan tetap hidup akan menjadi masalah pediatric dan social
b.      Mongolism
Dari sudut genetic disebut Mongolis-G trisomi-trisomi 21 dengan jumlah kromosom 47. Faktor presdiposisi mungkin karena radiasi. Frekuensinya sekitar 1,5-2 per 1000 kelahiran. Mongolis lebih sering ditemukan pada ibu yang hamil dan melahirkan pada usia di atas 40 tahun. Bayi kelihatan lemah, otot hipotoni, kepala agak kecil, mikrosefal-brakisefal, muka agak gepeng dari samping dan bundar dari depan, rambut jarang dan lurus, mata sipit dan jarak kedua mata agak lebar. Kadang kala disertai strabismus, katarak, dan myopia. Pangkal hidung rata, nostrum hidung lebar, dan tulang hidung kurang sempurna tumbuhnya. Leher agak lebar dan pendek. Perkembangan mentral agak lambat. Pengobatan masih belum ada
c.       Anensefalus
Akrania adalah kelainan congenital dimana tengkorak tidak terbentuk sempurna, hanya sebagian basis dari os frontalis, os oksipitalis, dan os parietalis. Orbita sempit sehingga mata kelihatan menonjol keluar. Jaringan syaraf otak hanya ditutupi stroma dan membrane tipis yang berhubungan dengan kulit kepala
Penyebabnya belum diketahui, mungkin ada hubungannya dengan factor genetic. Frekuensi anensefalus kira-kira 1:1000 kelahiran hidup, bayi perempuan dan laki-laki berbanding 4-7:1. Pengobatan tidak ada karena kebanyakan akan lahir mati atau beberapa jam setelah melahirkan. Satu-satunya jalan adalah penyuluhan genetic serta penanggulangannya
      3.            Kelainan Yang Membahayakan Kehidupan Bayi
a.       Hernia Fragmatika
Isi rongga perut masuk ke dalam lubang pada diafragma yang ditutupi pleura dan peritoneum. Memerlukan tindakan bedah yang segera karena bayi akan sesak nafas dan dapat menyebabkan kematian
b.      Atresia Koane
Penutupan satu atau kedua saluran hidung oleh karena kelainan pertumbuhan tulang-tulang dan jatingan ikat. Bayi akan sukar bernafas dan minum. Atresia unilateral tidak memerlukan tindakan bedah segera, tetapi bila bilateral harus dilakukan tindakan operatif
c.       Omfalokel (Amnniokel = Eksomfalokel)
Suatu hernia pada pusat, sehingga sebagian isi perut keluar dan dibungkus suatu kantong peritoneum. Penangannya adalah secara operatif dengan menutup lubang pada pusat. Kalau keadaan umum bayi tidak mengizinkan. Isi perut yang keluar dibungkus steril dulu setelah itu baru dioperasi
d.      Obstruksi Kongenital Traktus Digestivus
Obstruksi bias menyeluruh (atresia) atau berupa penyempitan (stenosis). Penyebabnya dapat mekanis atau fungsional. Faktor mekanis dibagi dua menjadi factor intrinsic (atresia, stenosis, kista lumen) dan factor ekstrinsik (volvulus, malrotasi, hernia inkarserata, dan sebagainya). Sedangkan factor fungsinal berupa gangguan syaraf otot-otot kolon seperti pada penyakit hirschprung
e.       Sindroma Piere-Robin

Adalah dismorfosis tulang-tulang tengkorak, muka dan vertebra, disertai distrofi mandimula dan glossoptosis. Bayi akan susah bernafas dan minum



No comments:

Post a Comment