- INFEKSI NEONATUS
a.
Berdasarkan Waktu
Terjadinya Infeksi
1)
Infeksi Antenatal :
Kuman mencapai janin melalui
peredaran darah ibu melewati sawar plasenta. Yang dapat melewati batas plasenta
adalah virus (rubella, poliomielitis, coxsackie, variola, vaksinia,
sitomegalovirus). Spirochaeta (sifilis), bakteri (E.Coli, Listeria
mmonocytogenes), dan tuberkulosis kongenital yang terjadi melalui infeksi
plasenta.
2) Infeksi
Intrapartal
Terjadi karena ketuban sudah pecah dan pemeriksaan
dalam terlalu sering dijumpai pada partus lama dan partus terlantar. Maka
terjadilah amnionitis, plasentitis, lalu menjalar kepada janin. Inveksi dapat
pula terjadi ketika janin lahir
berkontak langsun dengan kuman yang ada dalam vagina misalnya gonorhea (oral
trush, dan olenorhea).
3) Infeksi
Postpartum :
Didapat karena penggunaan alat atau minuman dan
sebagainya yang tidak suci hama
atau infeksi yang telah ada di rumah sakit.
b. Jenis
Infeksi Berat Pada Neonatus
1) Sifilis
Kongenital
Bila selama hamil dicurigai
menderita sifilis periksakan WR/VDRL supaya ibu segera diobati untuk mencegah
terjadinya sifilis kongenital. Akibat dari sifilis ibu terhadap janin
tergantung dari beratnya infeksi ibu, kapan pada masa kehamilan infeksi
terjadi, dan pengobatan yang diberikan pada ibu selama hami. Infeksi pada janin
terjadi pada usia kehamilan 14 minggu, karena kuman tidak dapat melewati
lapisan sel langhans pada plasenta muda. Janin yang terkena infeksi bisa lahir
mati dengan maserasi atau lahir dengan sifilis kongenital atau terkena sifilis
di kemudian hari. Janin lahir dengan
berat badan lahir renda,h, kulit telapak
kaki dan tangan mengkilat, menebal dan mudah terkelupas.
Pengobatan dengan
prokain penisilin dosis 150.000 sampai 300.000 satuan perhari selama 14 hari.
Semua bayi yang dilahirkan oleh ibu menderita sifilis harus diawasi selama 1
tahun.
2) Penyakit
Membran Hialin
Biasanya terjadi intrapartal karena
hirupan air ketuban atau darah yang septik. Penyakit ini harus dicurigai kalau
bayi lahir dengan sessak nafas seperti asfiksia neonatorum. Pengobatannya
dengan melakukan resusitasi.
3) Sepsis
Neonatorum
Dapat terjadi dalam masa antenatal,
intrapartal dan postnatal. Tindakan yang dianjurkan adalah :
Antibiotika spektrum luas yang
diberikan sambil menunggu hasil pembiakan dan uji kepekaan darah, yaitu
ampisilin dosis 100 mg per kg berat badan, atau kombinasi dengan kanamisin 15
mg per kg BB atau gentamisin 2 mg per Kg BB. Lakukan pemeriksaan laboratorium
rutin. Pembiakan darah dan uji kepekaan. Fungsi lumbal, biakan liquor dan uji
resistensi. Biakan tinja dan air kemih
4) Meningitis
Pengobatanya sama dengan sepsis neonatorum
5) Pneumonia
Kongenital
Melakukan resusitasi dan pemberian antibiotika
6) Pneumonia
Aspirasi
Pemberian makanan dan minuman yang
tidak hati-hati menyebabkan terjadinya aspirasi minuman karena refleks menelan
dan batuk janin belum sempurna, terutama pada bayi dengan berat badan rendah
7) Diare
Endemik
Hal ini sering kita jumpai di rumah
sakit. Gastroenteritis pada bayi sering menyebar dengan mortalitas yang tinggi.
Penyebabnya adalah entro-patogen E, coli. Sering terjadi endemik di rumah
sakit.
8) Tetanus
Neonatorum
Disebabkan kuman anerobik
Clostridium Tetani. Pada bayi, kuman ditularkan melalui tali pusat, karena
pemotongan dengan alat tidak suci hama ,
terutama dengan sembilu bambu oleh dukun. Infeksi dapat pula melalui pemakaian
obat,bubuk,talkum, atau daun-daunan yang digunakan masyarakat dalam perawatan
tali pusat. Tetanus neonatorum dapat dicegah dengan mengadakan penataran dukun
beranak tentang cara memotong tali pusat yang suci hama den tentang sterilisasi alat-alat, cara
perawatan tali pusat yang baik dan cara ,memandikan bayi supaya tali pusat
tidak terinfeksi. Segera dirawat di rumah sakit bila ditemui bayi dengan
tetanus neonatorum agar mendapatkan perawatan resusitasi dan pengobatan yang
sempurna dan maksimal.
c. Jenis
Infeksi Ringan Pada Neonatus
1) Pemfigus
Neonatorum
Infeksi kulit
berupa impetigo bulosa disebabkan oleh stafilokokus. Kadang-kadang berupa
dermatitis eksofoliatif (penyakit ritter). Bila dijumpai di bangsal rumah sakit
bayi harus diisolasi karena dapat menyebabkan wabah di seluruh bangsal
2) Infeksi
Pada Pusat
Disebabkan oleh staphylococcus
aureus. Pusat bernanah dan sekitarnya berwarna merah disertai edema
3) Oftalmia
Neonatorum
Disebut blenorea atau
konjungtivitis gonoroika yang disebabkan oleh gonokokus sewaktu janin melalui
jalan lahir ibu yang menderita gonorea. Sebagai pencegahan, pada setiap bayi
baru lahir dahulu diberikan obat tetes mata nitras argenti 1%. Tetap untuk
mengurangi kecelakaan karena obat ini, sekarang diganti dengan salep atau
tetesan antibiotika.
4) Infeksi
Monilia (Moniliasis)
Disebabkan oleh Candida Albicans,
infeksi ini sering dijumpai pada bayi baru lahir, terutama bila keadaan umum
dan daya tahan bayi turun, misalnya pada bayi prematur atau pada penggunaan
atibiotika dan kortikosteroid yang lama. Manifestasi pada bayi berupa stomatitis (oral trush), diare, dermatitis dan
sebagainya. Pengobatan stomatitis adalah dengan gentian violet 0,5% atau
polesan oral daktarin salep. Secara oral dapat
diberikan obat antifungus.
- IKTERUS
NEONATORUM
a. Jenis
Ikterus :
1) Ikterus
Fisiologik
Dijumpai pada
bayi dengan berat badan lahir rendah. Ikterus ini biasanya timbul pada hari
kedua lalu menghilang setelah sepuluh hari atau pada akhir minggu kedua.
2) Ikterus
Patologik
Ikterus ini timbul pada 24 jam
pertama, dengan bilirubun serum meningkat lebih dari 5 mg% perhari. Kadarnya di
atas 10 mg% pada bayi matur atau 15 mg% pada bayi prematur, dan menetap setelah
minggu pertama kelahiran. Selain itu juga ikterus dengan bilirubin langsung di
atas 1 mg% setiap waktu. Ikterus seperti ini ada bubungannyaa dengan penyakit
hemolitik, infeksi dan sepsis. Ikterus patologik memerlukan penanganan dan
perawatan khusus.
3) Kern
Ikterus
Adalah ikterus
berat dengan disertai gumpalan bilirubin dengan gangtia basalis. Kernikterus
biasanya disertai naiknya kadar bilirubin indirek dalam serum. Pada neonatus
cukup bulan kadar bilirubin di atas 20 mg% sering berkembang menjadi kern
ikterus, sedangkan pada bayi prematur bila melebihi 18 mg%. Hiperbilirubinemia
dapat menimbulkan ensefalopati dan ini sangat berbahaya bagi bayi. Untuk
terjadinya kern ikterus tergantung pula pada keadaan umum bayi. Bila bayi menderita
hipoksia, asidosis, dan hipoglikemia, kern ikterus dapat timbul walaupun kadar
bilirubin di bawah 16mb%. Pengobatannya adalah
dengan transfusi tukar darah.
4) Ikterus
Hemolitik
Hal ini dapat disebabkan oleh
inkompatibilitas rhesus, golongan darah ABO, golongan darah lain, kelainan
eritrosit kongenital atau defisiensi enzim G-6-PD
5) Ikterus
Obstruktif
Terjadi karena sumbatan penyaluran
empedu baik dalam hati maupun di luar hati. Akibatnya kadar bilirubin direk dan
indirek meningkat. Bila kadar bilirubin direk di atas 1 mg% kita harus curiga
akan adanya obstruksi penyaluran empedu. Penangannya adalah dengan tindakan
operatif, bila keadaan bayi mengizinkan.
- BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
a.
Etiologi
atau faktor penyebab tidak diketahui ataupun kalau diketahui faktor penyebabnya
tidaklah berdiri sendiri, antara lain adalah :
1) Faktor
genetik atau kromosom
2) Infeksi
3) Bahan
toksik
4) Radiasi
5) Insufisiensi
atau disfungsi plasenta
6) Faktor
nutrisi
7) Faktor-faktor
lain seperti merokok, peminum alkohol, bekerja berat masa hamil, plasenta
previa, kehamilan ganda, obat-obatan dan sebagainya.
b. Diagnosis
dan Gejala Klinik
1) Sebelum
bayi lahir
a) Pada
anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus dan lahir
mati
b)
Pembesaran uterus
tidak sesuai tuanya kehamilan
c)
Pergerakan
janin yang pertama (quickening) terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih
lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut
d)
Pertambahan
berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang seharusnya
e)
Sering
dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula dengan hidramnion,
hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toksemia gravidarum atau
perdarahan antepartum
2) Setelah
Bayi Lahir
a)
Bayi dengan
retardasi pertumbuhan intra uterin
Secara klasik tampak seperti bayi yang kelaparan.
Tanda-tanda bayi ini adalah tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas,
verniks kaseoa sedikit atau tidak ada, kulit tipis, kering, berlipat-lipat,
mudah diangkat. Abdomen cekung atau rata, jaringan lemak bawah kulit sedikit,
tali pusat tipis, lembek berwarna kehijauan
b)
Bayi prematur yang
lahir sebelum kehamilan 37 mminggu
Verniks kaseosa ada, jaringan lemak bawah kulit sedikit,
tulang tengkorak lunak mudah bergerak, muka seperti bonek, abdomen buncit, tali
pusat tebal dan segar, menangis lemah, tonus otot hipotoni dan kulit tipips
merah dan transparan.
c)
Bayi
small for date sama dengan bayi
dengan retardasi pertumbuhan intrauterin
Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya, karena itu sangat peka terhadap gangguan pernapasan, infeksi, trauma
kelahiran, hipotermi dan sebagainya. Pada bayi kecil pada masa kehamilan
alat-alat dalam tubuh lebih berkembang dibandingkan dengan bayi prematur berat
badan sama, karena itu akan lebih mudah hidup di luar rahim, namun tetap lebih
peka terhadap infeksi dan hipotermi dibandingkan bayi matur dengan berat badan
normal,
c.
Perawatan Bayi
Berat Badan Lahir Rendah
1) Pengaturan
suhu lingkungan
Bayi dimasukkan dalam inkubator
dengan suhu yang diatur
Bayi berat badan dibawah 2kg 35oC
Bayi berat badan 2 kg sampai
2,5 kg 34oC
Suhu incubator
diturunkan 1oC setiap minggu sampai bayi dapat ditempatkan pada suhu
lingkungan sekitar 24-27oC
2)
Makanan bayi berat
badan lahir rendah
Umumnya bayi
premature belum sempurna refleks mengisap dan batuknya, kapasitas lambung masih
kecil, dan daya enzim pencernaan, terutama lipase, masih kurang. Maka makanan
diberikan dengan pipet sedikit-sedikit namun lebih sering. Sedangkan pada bayi
small for date sebaliknya kelihatan seperti orang kelaparan, rakus minum dan
makan. Yang harus diperhatikan adalah terhadap
kemungkinan terjadinya pneumonia aspirasi.
- Muntah
Muntah adalah keluarnya sebagian
besar atau seluruh isi tabung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk
lambung disertai kontraksi lambung dan abdomen. Dalam beberapa jam pertama
setelah lahir bayi mungkin mengalami muntah lender, bahkan kadang disertai
sedikit darah. Muntah ini tidak jarang menetap setelah pemberian ASI atau
makanan, keadaan tersebut kemungkinan disebabkan karena iritasi mukosa lambung
oleh sejumlah benda yang ditelan selama proses persalinan.
a. Penyebab
1) Kelainan
congenital. Pada saluran pencernaan iritasi lambung athresia esophagus
hirsehprung tekanan intra cranial yang tinggi
2) Infeksi
pada saluran pencernaan
3) Cara
memberi makan yang salah
4) Keracunan
b. Komplikasi
1) Dehidrasi
atau alkaliosis karena kehilangan cairan tubuh/elektrolit
2) Ketosisi
karena tidak makan dan minum
3) Asidosis
yang disebabkan adanya ketosis dapat berkelanjutan menjadi syok bahkan sampai
kejang
4) Ketegangan
otot perut, perdarahan konjungtiva rupture esafagus, aspirasi yang disebabkan
karena muntah yang sangat hebat
c. Patofisiologi
Merupakan aksi refleks yang
dikoordinasi dengan medulla oblongata dimana isi lambung dikeluaran dengan
paksa melalui mulut.
d. Sifat
muntah
1) Keluarkan
cairan terus-menerus, hal ini kemungkinan disebabkan oleh obstruksi eshopagus
2) Muntah
proyektil hal ini kemungkinan disebabkan oleh stenosis pylorus (suatu kelemahan
pada katup di ujung bawah lambung yang menghubungkan lambung dengan usus 12
jari yang tidak mau membuka)
3) Muntah
hijau kekuning-kuningan kemungkinan adanya tekanan intra ampula vateri
4) Muntah
segera setelah lahir menetap, kemungkinan adanya tekanan intra cranial, yang
tinggi atau obstruksi pada usus
e. Penatalaksanaan
1)
Pengkajian
faktor penyebab dan sifat muntah
2) Pengobatan
tergantung factor penyebab
3) Ciptakan
suasana tenang
4)
Perlakukan
bayi dengan hati-hati dan baik
5)
Diet
yang sesuai dan tidak merangsang muntah jika simptomatis dapat diberi emetic
6) Rujuk
- Gumoh
Adalah keluarnya kembali sebagian
kecil isi lambung setelah beberapa saat setelah makanan masuk lambung
a. Penyebab
1) Bayi
sudah kenyang
2)
Posisi salah saat
menyusui atau pemberian susu botol
3) Tergea-gesa
saat pemberian susu
4)
Kegagalan dalam
mengeluarkan udara yang tertelan
b. Patofisiologi
Gumoh biasanya sudah dalam keadaan
terisi penuh, sehingga kadang-kadang gumoh bercampur dengan air liur yang
mengalir embali ke atas dan keluar melalui mulut pada sudut-sudut bibir. Hal
tersebut disebabkan karena otot katup diujung lambung tidak bias bekerja dengan
baik yang seharusnya mendorong isi lambung ke bawah.
c. Penatalaksanaan
1) Perbaikan
teknik menyusui. Setelah menyusui usahakan bayi disendawakan
2)
Perhatikan
posisi botol saat pemberian susu. Bayi yang sedang menyusui pada ibunya harus
dengan bibir yang mencakup rapat seluruh putting susu ibu
- Oral Trush
Adalah kandidiasis membrane mukosa
mulut bayi yang ditandai dengan munculnya bercak-bercak keputihan yang
membentuk plak-plak berkeping dimulut, ulkus dangkal, demam dan adanya iritasi
gastro intertinal.
a. Etiologi
Biasanya merupakan infeksi yang
disebabkan oleh sejenisnya jamur (candida albican) yang merupakan organisme
penghuni kulit dan mukosa mulut, vagina dan saluran cerna
b. Tanda
dan gejala
Terdapatnya lesi pada mulut yang
berwarna putih dan membentuk plak-plak yang berkeping menutupi seluruh atau
sebagian lidah, kedua bibir, gusi dan mukosa pipi
c. Penatalaksanaan
1) Bedakan
dengan endapan susu pada mulut bayi
2)
Apabila
sumber infeksi berasal dari ibu harus segera diobati dengan pemberian
antibiotika berspektrum luas
3) Menjaga
kebersihan dengan baik
4) Bersihan
daerah mulut bayi setelah makan ataupun minum susu dengan air matang dan bersih
5) Pada
bayi yang minum susu dengan menggunakan botol, harus menggunakan teknik steril
dalam membersihkan susu sebelum digunakan.
6) Pemberian
terapi pada bayi yaitu :
·
1
ml larutan nystatin (100.000) unit 4x per hari dengan interval setiap 6 jam.
Larutan diberikan dengan lembut dengan hati-hati agar tidak menyebar luas ke
rongga mulut
·
Gentian violet 3x per hari
- Diaper Rash
Adalah suatu keadaan akibat dari
kontrak terus menerus dengan lingkungan yang tidak baik.
a. Etiologi
1) Kebersihan
kulit bayi dan pakaian bayi yang tidak terjaga, misalnya jarang ganti popok
setelah bayi atau anak kencing
2) Udara/suhu
lingkungan yang terlalu panas/lembab
3) Akibat
mencret
4)
Reaksi
kontak terhadap karet, plastic dn deterjen, misalnya pampers
b. Tanda
dan gejala
1) Iritasi
pada kulit yang kontak langsung, muncul erithema
2)
Erupsi
pada daerah kontak yang menonjol, seperti pantat, alat kemaluan perut bawah,
paha atas
3)
Pada
keadaan yang lebih parah dapat terjadi papilla erythematosa vesikula uleerasi
c. Penatalaksanaan
1) Daerah
yang terkena ruam popok tidak boleh terkena air dan harus dibiarkan terbuka dan
tetap kering
2) Untuk
membersihkan kulit yang iritasi dengan menggunakan kapas halus yang mengandung
minyak
3)
Segera bersihkan
dan keringkan bila anak kencing atau berak
4)
Posisi
tidur anak diatur supaya tidak menekan kulit / daerah yang irirtasi
5) Usahakan
membersihkan makanan TKTP dengan porsi cukup
6) Memperhatikan
kebersihan kulit dan kebersihan tubuh secara keseluruhan
7)
Memelihara
kebersihan pakaian dan alat-alat untuk bayi
8)
Pakaian
atau celana yang kena air kencing harus direndam dalam air yang dicampur acidum
borium
9)
Kemudian
dibersihkan dan tidak boleh menggunakan sabun cuci langsung dibilas dengan
bersih dan dikeringkan
- Diare
Adalah
pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Bayi dikataan diare bila sudah
lebih dari 3x buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah
lebih dari 4x buang air besar
a. Etiologi
1) Infeksi
Enternal yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran
pencernaan yang merupakan penyebab utama terjadinya diare yang meliputi infeksi
bakteri, infeksi virus dan infeksi parasit cacing
Parental yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar
alat pencernaan.
2) Malabsobsi
Karbohidrat:disakarida (intoleransi laktosa, maltosa
dan sukrosa). Monosakarida (intoleransi glukosa dan galaktosa). Pada anak dan
bayi yang paling berbahaya adalah intoleransilaktosa. Lemak, protein, makanan
(misalnya basi, beracun, alergi), psikologis (misalnya rasa takut atau cemas)
b. Patogenesis
Mekanisme dasar yang dapat
menyebabkan timbulnya diare adalah:
1) Gangguan
ostimotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap oleh tubuh akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus. Isi
rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan isi dari
usus sehingga timbul diare
2) Gangguan
sekresi
Akibat rangsangan tertentu, misalnya oleh toksin
pada dinding usus yang akan menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit
yang berlebihan ke dalam rongga usus, sehingga terjadi peningkatan-peningkatan
isi rongga usus yang akan merangsang pengeluaran isi dari rongga usus sehingga
timbul diare
3) Gangguan
motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya
kesempatan bagi usus untuk menyerap makanan yang masuk, sehingga akan timbul
diare. Tetapi apabila terjadi keadaan yang sebaliknya yaitu penurunan dari
peristaltic usus akan dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri yang berlebihan di
dalam rongga usus sehingga akan menyebabkan diare.
c. Penatalaksanaan
Prinsip perawatan diare adalah :
1) Pemberian
cairan (rehidrasi awal dan rumat)
2)
Diatetik (pemberian
makanan) serta obat-obatan
b.
KELAINAN PADA BAYI SERTA PENATALAKSANAANNYA
1.
KONGENITAL
(MALFORMASI KONGENITAL)
1. Diagnosa
Beberapa pemeriksaan yang dapat membantu diagnosis
adalah :
1)
Anamnesis tentang
kelainan-kelainan dalam keluarga
2)
Kelainan
dalam kehamilan, misalnya adanya hidramnion, kematian janin dalam rahim dan
sebagainya
3) Pemeriksaan
sel-sel dalam air ketuban melalui amniosentesis
4) Pemeriksaan
radiologik
5) Ultrasonografi
2. Etiologi
Penyebab sebenarnya malformasi
congenital tidak diketahui. Secara umum pertumbuhan embrio dan janin dalam
kandungan dapat dipengaruhi oleh berbagai factor, antara lain genetic,
lingkungan atau keduanya.
1) Faktor
Kromosom
Kelainan genetic ibu dan ayah dapat menyebabkan
kelainan congenital pada bayinya. Contoh kelainan ini adalah : palatokisis
(sumbing), labioskisis, mongolisme, anensefalus, dan meningomielokel
2) Faktor
Mekanis
Oleh tekanan mekanis dalam kandungan, missalnya pada
oligohidramnion, janin akan mendapat tekanan karena kurangnya jumlah air
ketuban, maka terjadilah talipes varus, valgus equines dan equinovarus
3) Faktor
Infeksi
Infeksi terutama diderita ibu dalam proses organogenesis
(triwulan I kehaamilan) dapat menimbulkan kelainan congenital. Sebagai contoh
adalah infeksi rubella yang dapat menyebabkan kelainan jantung, mata dan
susunan syaraf pusat janin
Infeksi virus lain juga dapat menimbulkan kelainan
bawaan. Virus setomegalio menimbulkan hidrosefalus, mikrosefalus dan
mikroftalmia.
4) Faktor
Umur
Telah banyak dilaporkan para
peneliti bahwa beberapa obat yang diminum ibu hamil terutama dalam proses
organogenesis (triwulan I) dapat menyebabkan kelainan pada janin. Peristiwa
yang paling terkenal di seluruh dunia adlah akibat meminum obat thalidomide
yang menimbulkan kelainan congenital yang menghebohkan yaitu fokomelia,
mikromelia dan sebagainya.
Hindarilah penggunaan obat pada
wanita dalam triwulan pertama, karena janin dalam proses organogenesis, bila
tidak ada indikasi yang mendesak dan ketahuilah obat-obat yang menimbulkan
kelainan dan hindarilah pemberiannya.
5) Faktor
Hormonal
Misalnya bayi yang dilahirkan oleh
ibu diabetes mellitus sering lebih besar dari ukuran normal dengan angka
kematian perinatal yang tinggi
6) Faktor
Pengaruh Radiasi
Radiasi baik untuk pemeriksaan
diagnostic maupun sebagai terapi yang terjadi pada triwulan pertama kehamilan
dapat menimbulkan efek teratogenik pada jani. Juga riwayat radiasi pada kedua
orang tua yang dapat menimbulkan mutasi pada gen karena hal ini dapat
menghasilkan janin dengan kelainan congenital.
7) Faktor
Gizi
Kekurangan beberapa zat yang
penting selama hamil dapat menimbulkan kelainan pada janin. Frekuensi kelainan
congenital lebih tinggi pada ibu-ibu dengan gizi yang kurang selama masa
kehamilan
8) Faktor
Lain-lain
Hipoksia, hipotermia, hipertermia,
dan factor-faktor social lainnya dapat mempengaruhi terjadinya kelainan
congenital
3. Klasifikasi
Menurut bentuknya (morfologinya),
malformasi congenital dibagi dalam beberapa golongan :
1) Gangguan
pertumbuhan alat-alat tubuh
a) Tidak
terbentuk seluruh atau sebagian alat tubuh : fokomelia, mikromelia, anensefali,
ginjal tunggal
b) Terbentuk
dengan ukuran lebih kecil dari ukuran normal : mikrosefalus, mikromelia dan
mikroftalmia
2) Gangguan
diferensiasi alat tubuh : sindaktilis, ginjal ladam kuda (horse shoe kidney)
dan sebagainya
3) Gangguan
fusi jaringan tubuh : labioskisis, palatoskisis, dadn spina bifida
4)
Transposisi
atau dislokasi alat tubuh : jantung di kanan, hati di kiri
5)
Alat-alat
yang seharusnya hilang dalam pertumbuhan tapi tidak menghilang : sakus hernia
persistens, divertikulum meckel, kista brakial dan kista tirogiosus
6)
Gangguan
invaginasi (pelubangan) suatu jaringan tubuh : atresia ani, atresia vagina dan
sebagainya
7) Gangguan
migrasi alat tubuh : adesensus testis, malrotasi usus
8)
Reduplikasi
alat-alat : polidaktilia, ureter ganda
9) Pertumbuhan
berlebihan, tidak terkontrol : angioma
10) Gangguan
terbentuknya saluran-saluran : hipospadia, atresia duktus, kolekdukus
congenital
11) Hipertrofi
pertumbuhan suatu alat : stenosis pylorus congenital, hipertrofi adrenal dan
sebagainya
2.
Kelainan
Congenital Dari Sudut Obstetric Dan Pediatrik
a. Hidrosefalus
Terjadi penimbunan cairan
serebrospinal dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar. Jumlah
cairan bias mencapai 1,5 liter bahkan sampai 5 liter, sehingga tekanan
intracranial sangat tinggi. Hidrosefalus sering dijumpai sebagai kelainan
congenital namun bias pula oleh sebab postnatal. Hidrosefalus sering
menyebabkan distosia persalinan, dan setelah lahir dan tetap hidup akan menjadi
masalah pediatric dan social
b. Mongolism
Dari sudut genetic disebut Mongolis-G
trisomi-trisomi 21 dengan jumlah kromosom 47. Faktor presdiposisi mungkin
karena radiasi. Frekuensinya sekitar 1,5-2 per 1000 kelahiran. Mongolis lebih
sering ditemukan pada ibu yang hamil dan melahirkan pada usia di atas 40 tahun.
Bayi kelihatan lemah, otot hipotoni, kepala agak kecil, mikrosefal-brakisefal,
muka agak gepeng dari samping dan bundar dari depan, rambut jarang dan lurus,
mata sipit dan jarak kedua mata agak lebar. Kadang kala disertai strabismus,
katarak, dan myopia. Pangkal hidung rata, nostrum hidung lebar, dan tulang
hidung kurang sempurna tumbuhnya. Leher agak lebar dan pendek. Perkembangan
mentral agak lambat. Pengobatan masih belum ada
c. Anensefalus
Akrania adalah kelainan congenital
dimana tengkorak tidak terbentuk sempurna, hanya sebagian basis dari os
frontalis, os oksipitalis, dan os parietalis. Orbita sempit sehingga mata
kelihatan menonjol keluar. Jaringan syaraf otak hanya ditutupi stroma dan
membrane tipis yang berhubungan dengan kulit kepala
Penyebabnya belum diketahui, mungkin
ada hubungannya dengan factor genetic. Frekuensi anensefalus kira-kira 1:1000
kelahiran hidup, bayi perempuan dan laki-laki berbanding 4-7:1. Pengobatan
tidak ada karena kebanyakan akan lahir mati atau beberapa jam setelah
melahirkan. Satu-satunya jalan adalah penyuluhan genetic serta
penanggulangannya
3.
Kelainan
Yang Membahayakan Kehidupan Bayi
a. Hernia
Fragmatika
Isi rongga perut masuk ke dalam
lubang pada diafragma yang ditutupi pleura dan peritoneum. Memerlukan tindakan
bedah yang segera karena bayi akan sesak nafas dan dapat menyebabkan kematian
b. Atresia
Koane
Penutupan satu atau
kedua saluran hidung oleh karena kelainan pertumbuhan tulang-tulang dan
jatingan ikat. Bayi akan sukar bernafas dan minum. Atresia unilateral tidak
memerlukan tindakan bedah segera, tetapi bila bilateral harus dilakukan
tindakan operatif
c. Omfalokel
(Amnniokel = Eksomfalokel)
Suatu hernia pada pusat, sehingga
sebagian isi perut keluar dan dibungkus suatu kantong peritoneum. Penangannya
adalah secara operatif dengan menutup lubang pada pusat. Kalau keadaan umum
bayi tidak mengizinkan. Isi perut yang keluar dibungkus steril dulu setelah itu
baru dioperasi
d. Obstruksi
Kongenital Traktus Digestivus
Obstruksi bias menyeluruh (atresia)
atau berupa penyempitan (stenosis). Penyebabnya dapat mekanis atau fungsional.
Faktor mekanis dibagi dua menjadi factor intrinsic (atresia, stenosis, kista
lumen) dan factor ekstrinsik (volvulus, malrotasi, hernia inkarserata, dan
sebagainya). Sedangkan factor fungsinal berupa gangguan syaraf otot-otot kolon seperti
pada penyakit hirschprung
e. Sindroma
Piere-Robin
Adalah dismorfosis tulang-tulang
tengkorak, muka dan vertebra, disertai distrofi mandimula dan glossoptosis.
Bayi akan susah bernafas dan minum
No comments:
Post a Comment