truth


counters

nama

Sunday 17 January 2016

PASIEN DENGAN RIWAYAT KEBIDANAN BURUK

A.     PENGERTIAN
Riwayat obstetric yang jelek adalah mereka yang pernah mengalami keguguran atau pendarahan berulang, melahirkan dini, atau pernah melahirkan janin yang sudah meninggal, atau mengalami pendarahan setelah melahirkan.

B.     KATEGORI IBU DENGAN RIWAYAT OBSTETRI JELEK
Ibu yang dapat dikategorikan nsebagai ibu dengan riwayat obstetric yang jelek adalah sebagai berikut:
1.      Ibu dengan kehamilan kedua, dimana kehamilan yang pertama mengalami:
a.       Keguguran
b.      Lahir belum cukup bulan
c.       Lahir mati
d.      Lahir hidup lalu mati umur ≤ 7 hari
2.      Kehamilan ketiga atau lebih, kehamilan yang lalu pernah mengalami keguguran ≥ 2 kali
3.      Kehamilan kedua atau lebih, kehamilan terakhir janin mati dalam kandungan.
4.      Riwayat persalinan dengan tindakan (Vacum ekstraksi, Forcep, dan atau operasi SC)
a.    Persalinan yang ditolong dengan tindakan/alat melalui jalan lahir biasa atau per-vaginam:
1)    Tindakan dengan cunam / forcep / vakum. Bahaya yang dapat terjadi:
a)    Robekan / perlukaan jalan lahir
b)    Perdarahan pasca persalinan
2)    Uri manual
Yaitu: tindakan pengeluaran plasenta dari rongga rahim dengan menggunakan tangan.
a)    Tindakan ini dilakukan pada keadaan bila:
(1)  Ditunggu setengah jam uri tidak dapat lahir sendiri
(2)  Setelah bayi lahir serta uri belum lahir terjadi perdarahan banyak > 500 cc
b)    Bahaya yang dapat terjadi:
(1)  Radang, bila tangan penolong tidak steril
(2)  Perforasi, bila jari si penolong menembus rahim
(3)  Perdarahan
b.    Persalinan dengan per abdominal/ sectio sesarea
Ibu hamil, pada persalinan yang lalu dilakukan operasi sesar. Oleh karena itu pada dinding rahim ibu terdapat cacat bekas luka operasi. Bahaya pada robekan rahim : kematian janin dan kematian ibu, perdarahan dan infeksi. (Poedji Rochjati, 2003).


5.      Ibu dengan riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu dengan Pre eklampsia dan eklampsia.
a.       Tanda-tanda:
1)      Edema pada tungkai, muka, karena penumpukan cairan disela-sela jaringan tubuh
2)      Tekanan darah tinggi
3)      Dalam urin terdapat Proteinuria
Sedikit bengkak pada tungkai bawah atau kaki pada kehamilan 6 bulan ke atas mungkin masih normal karena tungkai banyak di gantung atau kekurangan Vitamin B1. tetapi bengkak pada muka, tangan disertai dengan naiknya tekanan darah sedikit, berarti ada Pre Eklamsia ringan.
b.      Bahaya bagi janin dan ibu:
1)      Menyebabkan gangguan pertumbuhan janin
2)      Janin mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati, 2003).

6.      Riwayat kehamilan dengan perdarahan ante partum
Tiap perdarahan keluar dari liang senggama pada ibu hamil setelah 28 minggu, disebut perdarahan antepartum. Perdarahan antepartum harus dapat perhatian penuh, karena merupakan tanda bahaya yang dapat mengancam nyawa ibu dan atau janinnya, perdarahan dapat keluar:
Sedikit-sedikit tapi terus-menerus, lama-lama ibu menderita anemia berat Sekaligus banyak yang menyebabkan ibu syok, lemah nadi dan tekanan darah menurun.
Perdarahan dapat terjadi pada:
a.       Plasenta Previa
Plasenta melekat dibawah rahim dan menutupi sebagian / seluruh mulut rahim.
b.      Solusio Plasenta
Plesenta sebagian atau seluruhnya lepas dari tempatnya. Biasanya disebabkan karena trauma / kecelakaan, tekanan darah tinggi atau pre-eklamsia, maka terjadi perdarahan pada tempat melekatplasenta. Akibat perdarahan, dapat menyebabkan adanya penumpukan darah beku dibelakang plasenta.
Bahaya yang dapat terjadi:
a.       Bayi terpaksa dilahirkan sebelum cukup bulan
1)      Dapat membahayakan ibu jika:
a)      Kehilangan darah, timbul anemia berat dan syok
b)      Ibu dapat meninggal
2)      Dapat membahayakan janinnya yaitu mati dalam kandungan.(Poedji Rochjati, 2003).
7.      Riwayat kehamilan dengan kelainan letak.


C.     RISIKO KEMUNGKINAN
Bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan riwayat persalinan yang jelek adalah:
1.      Kegagalan kehamilan dapat berulang dan terjadi lagi, dengan tanda-tanda pengeluaran buah kehamilan sebelum waktunya keluar darah, perut kencang.
2.      Penyakit dari ibu yang menyebabkan kegagalan kehamilan, misalnya: Diabetes mellitus, radang saluran kencing, dll. (Poedji Rochjati, 2003).

D.     ETIOLOGI
1.      Penyebab kehilangan buah kehamilan berulang ada banyak faktor, di antaranya:
a.       Kelainan genetik (2-5%)
b.       Kelainan hormonal (5 -29%)
c.        Kelainan anatomi (1 -28%),
d.       Kelainan imunologi (1 5-65%)
e.        Penyebab tidak jelas (1 5 - 50%).
Di antara kelainan imunologi yang terbanyak adalah karena sindrom antif~sfolipid. Sindrom antifosfolipid saat ini dikenal luas sebagai penyakit autoimun sistemik yang mempunyai gambaran klinis berupa trombosis arteri atau pun vena dan mempunyai komplikasi obstetri.
Diagnosis sindrom ini jika didapatkan satu kriteria klinis berupa IgG antikardiolipin atau antikoagulan lupus yang meningkat serta satu kriteria klinis berupa komplikasi kehamilan yakni abortus ber~lang Antibodi antifosfolipid adalah suatu autoantibodi yang menjadikan fosfolipid (komponen membran sel) suatu target karena mempunyai afinitas spesifik. Dalam perkembangan terakhir selain fosfolipid, ada juga protein

E.      PENCEGAHAN/LANGKAH ANTISIPASI
Bahaya akibat riwayat kehamilan persalinan yang jelek dapat dicegah/di antisipasi dengan beberapa ashan kebidanan yang yang diberikan Bidan di lini depan/dasar:
1.   Sarankan untuk memeriksakan diri kepada dokter spesialis kebidanan dan kandungan, bila perlu kepada dokter sub spesialis fetomaternal. Agar dpat diberikan pengantar dan atau dilakukan pemeriksaan general chek up kesehatan ibu sbelum merencanakan kehamilan.
2.   Tanamkan dalan batin ibu bahwa pemeriksaan ini dilakukan untuk memeprsiapkan kondisi ibu termasuk kondisi rahim ibu sebelum memulai waktu untuk hamil.
3.   Lakukan pemeriksaan kehamilan seawal mungkin saat ibu merasakan dan mencurigai bahwa dirinya hamil se awal mungkin.
4.   Lakukan pemeriksaan tersebut secara rutin.
Semua ibu hamil diharapkan mendapatkan perawatan kehamilan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini factor risiko maka pada semua ibu hamil perlu dilakukan skrining antenatal. Untuk itu periksa ibu hamil paling sedikit dilakukan 4 kali selama kehamilan:
a.       Satu kali pada triwulan I (K1)
b.      Satu kali pada Triwulan II
c.       Dua kali dalam triwulan III (K4) (Poedji Rochjati, 2003).
Bidan melakukan pemeriksaan klinis terhadap kondisi kehamilannya. Bidan memberi KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) kepada ibu hamil, suami dan keluarganya tentang kondisi ibu hamil dan masalahnya. (Poedji Rochjati, 2003).
Perawatan yang diberikan kepada ibu hamil secara berkala dan teratur selama masa kehamilan sangat penting, sebab merupakan upaya bersama antara petugas kesehatan dan ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat, mengenai:
1)  Aspek kesehatan dari ibu dan janin untuk menjaga kelangsungan kehamilan, pertumbuhan janin dalam kandungan, kelangsungan hidup ibu dan bayi setelah lahir.
2)  Aspek psikologik, agar menghadapi kehamilan dan persalinannya ibu hamil mendapatkan rasa aman, tenang, terjamin dan terlindungi keselamatan diri dan bayinya. Pendekatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), dengan sikap ramah, penuh pengertian, diberikan secara sederhana dapat ditangkap dan dimengerti melalui dukungan moril dari petugas, suami, keluarga, dan masyarakat di sekitarnya.
3)  Aspek social ekonomi, ibu hamil dari keluarga miskin (gakin) pada umumnya tergolong dalam kelompok gizi kurang, anemis, penyakit menahun. Ibu risiko tinggi atau ibu dengan komplikasi persalinan dari keluarga miskin membutuhkan dukungan biaya dan transportasi untuk rujukan ke Rumah Sakit. (Poedji Rochjati, 2003).
5.   Ajarkan pada ibu mengenali tanda bahaya dalam kehamilan dan jelaskan kapan ibu harus melakukan pemeriksaan.
6.   Anjurkan pada ibu untuk mengikuti saran dari dokter penangung jawab proses kehamilannya.
7.   Sarankan ibu utnuk mendapatklan istirahat yang cukup
8.   Ajarkan cara mengkonsumsi vitamin yang tepat.
9.   Sebagai bidan, bersikaplah terbuka dalam menerima keluh kesah ibu selama kehamilan dan bantulah ibu dalam memecahkan masalahnya.
10.           Bidan seharusnya siap dan selalu sedia dalam menghadapi keadaan ibu dengan riwayat obstetric jelek tersebut.

F.      KEPUSTAKAAN
1.      Depkes RI. (2007) Asuhan Persalinan Bersih dan Aman, Jakarta: Depkes RI.

2.      Depkes RI. (2004) Maternal Neonatal Health, Jakarta: Depkes RI.

3.      Depkes RI. (2006) Pedoman Sistem Rujukan Maternal dan Neonatal, Jakarta:

4.      Depkes RI. (2001). Rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia 2001-2010, Jakarta.

5.      DepKes RI (2002). Program Safe Motherhood di Indonesia, Jakarta.

6.      Depkes RI (2006) Pelatihan Manajemen Kinerja Klinik Perwat dan Bidan. PUSDIKLAT SDM Kesehatan Jakarta.


7.      Hadijono, S (2005) Pedoman Managemen Pelayanan Obstetri NeonatalEmergency Komperehensif 24 jam di Tingkat kabupaten/ Kota, Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RI.





No comments:

Post a Comment