A.
PENGERTIAN
Riwayat obstetric yang jelek adalah mereka
yang pernah mengalami keguguran atau pendarahan berulang, melahirkan dini, atau
pernah melahirkan janin yang sudah meninggal, atau mengalami pendarahan setelah
melahirkan.
B.
KATEGORI IBU DENGAN
RIWAYAT OBSTETRI JELEK
Ibu yang dapat dikategorikan nsebagai ibu dengan riwayat obstetric yang
jelek adalah sebagai berikut:
1.
Ibu dengan kehamilan
kedua, dimana kehamilan yang pertama mengalami:
a.
Keguguran
b. Lahir belum cukup bulan
c. Lahir mati
d. Lahir hidup lalu mati umur ≤ 7 hari
2.
Kehamilan ketiga atau lebih, kehamilan yang lalu pernah mengalami keguguran
≥ 2 kali
3.
Kehamilan kedua atau lebih, kehamilan terakhir janin mati dalam kandungan.
4. Riwayat persalinan
dengan tindakan (Vacum ekstraksi, Forcep, dan atau operasi SC)
a. Persalinan yang ditolong dengan tindakan/alat melalui jalan lahir biasa atau per-vaginam:
1) Tindakan dengan cunam / forcep / vakum. Bahaya yang
dapat terjadi:
a) Robekan / perlukaan jalan lahir
b) Perdarahan pasca persalinan
2) Uri manual
Yaitu: tindakan pengeluaran plasenta dari rongga rahim
dengan menggunakan tangan.
a) Tindakan ini dilakukan pada keadaan bila:
(1) Ditunggu setengah jam uri tidak dapat lahir sendiri
(2) Setelah bayi lahir serta uri belum lahir terjadi
perdarahan banyak > 500 cc
b) Bahaya yang dapat terjadi:
(1) Radang, bila tangan penolong tidak steril
(2) Perforasi, bila jari si penolong menembus rahim
(3) Perdarahan
b. Persalinan
dengan per abdominal/ sectio sesarea
Ibu hamil, pada persalinan yang lalu dilakukan operasi sesar. Oleh karena
itu pada dinding rahim ibu terdapat cacat bekas luka operasi. Bahaya pada
robekan rahim : kematian janin dan kematian ibu, perdarahan dan infeksi. (Poedji Rochjati, 2003).
5.
Ibu dengan riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu dengan Pre
eklampsia dan eklampsia.
a.
Tanda-tanda:
1)
Edema pada tungkai, muka, karena penumpukan cairan disela-sela jaringan
tubuh
2)
Tekanan darah tinggi
3) Dalam urin
terdapat Proteinuria
Sedikit bengkak pada tungkai
bawah atau kaki pada kehamilan 6 bulan ke atas mungkin masih normal karena
tungkai banyak di gantung atau kekurangan Vitamin B1. tetapi bengkak pada muka,
tangan disertai dengan naiknya tekanan darah sedikit, berarti ada Pre Eklamsia
ringan.
b.
Bahaya bagi
janin dan ibu:
1)
Menyebabkan
gangguan pertumbuhan janin
2) Janin mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati, 2003).
6.
Riwayat kehamilan dengan perdarahan ante partum
Tiap perdarahan keluar dari
liang senggama pada ibu hamil setelah 28 minggu, disebut perdarahan antepartum.
Perdarahan antepartum harus dapat perhatian penuh, karena merupakan tanda
bahaya yang dapat mengancam nyawa ibu dan atau janinnya, perdarahan dapat
keluar:
Sedikit-sedikit tapi terus-menerus, lama-lama ibu
menderita anemia berat Sekaligus banyak yang menyebabkan ibu syok, lemah nadi
dan tekanan darah menurun.
Perdarahan
dapat terjadi pada:
a.
Plasenta
Previa
Plasenta melekat dibawah rahim dan menutupi sebagian / seluruh
mulut rahim.
b. Solusio Plasenta
Plesenta sebagian atau seluruhnya lepas dari tempatnya.
Biasanya disebabkan karena trauma / kecelakaan, tekanan darah tinggi atau
pre-eklamsia, maka terjadi perdarahan pada tempat melekatplasenta. Akibat
perdarahan, dapat menyebabkan adanya penumpukan darah beku dibelakang plasenta.
Bahaya yang dapat terjadi:
a.
Bayi
terpaksa dilahirkan sebelum cukup bulan
1)
Dapat
membahayakan ibu jika:
a)
Kehilangan
darah, timbul anemia berat dan syok
b)
Ibu dapat
meninggal
2) Dapat membahayakan janinnya yaitu mati dalam
kandungan.(Poedji Rochjati, 2003).
7. Riwayat
kehamilan dengan kelainan letak.
C.
RISIKO KEMUNGKINAN
Bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan riwayat persalinan yang jelek adalah:
1. Kegagalan kehamilan dapat berulang dan terjadi lagi,
dengan tanda-tanda pengeluaran buah kehamilan sebelum waktunya keluar darah,
perut kencang.
2. Penyakit dari ibu yang menyebabkan kegagalan
kehamilan, misalnya: Diabetes mellitus, radang saluran kencing, dll. (Poedji
Rochjati, 2003).
D.
ETIOLOGI
1.
Penyebab
kehilangan buah kehamilan berulang ada banyak
faktor, di antaranya:
a. Kelainan genetik (2-5%)
b. Kelainan hormonal (5 -29%)
c.
Kelainan
anatomi (1 -28%),
d.
Kelainan
imunologi (1 5-65%)
e.
Penyebab
tidak jelas (1
5 - 50%).
Di antara kelainan imunologi yang
terbanyak adalah
karena sindrom antif~sfolipid. Sindrom
antifosfolipid saat ini dikenal luas sebagai penyakit autoimun sistemik yang
mempunyai gambaran klinis
berupa trombosis arteri atau pun vena dan mempunyai
komplikasi obstetri.
Diagnosis sindrom ini jika didapatkan satu kriteria
klinis berupa IgG antikardiolipin
atau antikoagulan lupus yang meningkat serta satu kriteria klinis berupa
komplikasi kehamilan yakni abortus ber~lang Antibodi antifosfolipid adalah
suatu autoantibodi yang menjadikan fosfolipid (komponen membran sel) suatu
target karena mempunyai afinitas spesifik. Dalam perkembangan terakhir selain
fosfolipid, ada juga protein
E.
PENCEGAHAN/LANGKAH ANTISIPASI
Bahaya akibat riwayat kehamilan persalinan yang jelek dapat dicegah/di
antisipasi dengan beberapa ashan kebidanan yang yang diberikan Bidan di lini
depan/dasar:
1. Sarankan
untuk memeriksakan diri kepada dokter spesialis kebidanan dan kandungan, bila
perlu kepada dokter sub spesialis fetomaternal. Agar dpat diberikan pengantar
dan atau dilakukan pemeriksaan general chek up kesehatan ibu sbelum
merencanakan kehamilan.
2. Tanamkan
dalan batin ibu bahwa pemeriksaan ini dilakukan untuk memeprsiapkan kondisi ibu
termasuk kondisi rahim ibu sebelum memulai waktu untuk hamil.
3. Lakukan
pemeriksaan kehamilan seawal mungkin saat ibu merasakan dan mencurigai bahwa
dirinya hamil se awal mungkin.
4. Lakukan
pemeriksaan tersebut secara rutin.
Semua ibu
hamil diharapkan mendapatkan perawatan kehamilan oleh tenaga kesehatan. Untuk
deteksi dini factor risiko maka pada semua ibu hamil perlu dilakukan skrining
antenatal. Untuk itu periksa ibu hamil paling sedikit dilakukan 4 kali selama
kehamilan:
a.
Satu kali
pada triwulan I (K1)
b.
Satu kali
pada Triwulan II
c.
Dua kali
dalam triwulan III (K4) (Poedji Rochjati, 2003).
Bidan melakukan pemeriksaan klinis terhadap kondisi kehamilannya. Bidan
memberi KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) kepada ibu hamil, suami dan
keluarganya tentang kondisi ibu hamil dan masalahnya. (Poedji Rochjati, 2003).
Perawatan yang
diberikan kepada ibu hamil secara berkala dan teratur selama masa kehamilan sangat penting, sebab merupakan
upaya bersama antara petugas kesehatan dan ibu hamil, suami, keluarga dan
masyarakat, mengenai:
1) Aspek kesehatan dari ibu dan janin untuk menjaga
kelangsungan kehamilan, pertumbuhan janin dalam kandungan, kelangsungan hidup
ibu dan bayi setelah lahir.
2) Aspek psikologik, agar menghadapi kehamilan dan
persalinannya ibu hamil mendapatkan rasa aman, tenang, terjamin dan terlindungi
keselamatan diri dan bayinya. Pendekatan Komunikasi Informasi dan Edukasi
(KIE), dengan sikap ramah, penuh pengertian, diberikan secara sederhana dapat
ditangkap dan dimengerti melalui dukungan moril dari petugas, suami, keluarga,
dan masyarakat di sekitarnya.
3) Aspek social ekonomi, ibu hamil dari keluarga miskin
(gakin) pada umumnya tergolong dalam kelompok gizi kurang, anemis, penyakit
menahun. Ibu risiko tinggi atau ibu dengan komplikasi persalinan dari keluarga
miskin membutuhkan dukungan biaya dan transportasi untuk rujukan ke Rumah
Sakit. (Poedji Rochjati, 2003).
5. Ajarkan pada
ibu mengenali tanda bahaya dalam kehamilan dan jelaskan kapan ibu harus
melakukan pemeriksaan.
6. Anjurkan
pada ibu untuk mengikuti saran dari dokter penangung jawab proses kehamilannya.
7. Sarankan ibu
utnuk mendapatklan istirahat yang cukup
8. Ajarkan cara
mengkonsumsi vitamin yang tepat.
9. Sebagai
bidan, bersikaplah terbuka dalam menerima keluh kesah ibu selama kehamilan dan
bantulah ibu dalam memecahkan masalahnya.
10.
Bidan seharusnya siap dan selalu sedia dalam menghadapi keadaan ibu dengan riwayat
obstetric jelek tersebut.
F. KEPUSTAKAAN
1. Depkes
RI. (2007) Asuhan Persalinan Bersih dan Aman, Jakarta: Depkes RI.
2. Depkes
RI. (2004) Maternal Neonatal Health, Jakarta: Depkes RI.
3. Depkes
RI. (2006) Pedoman Sistem Rujukan Maternal dan Neonatal, Jakarta:
4. Depkes
RI. (2001). Rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia
2001-2010, Jakarta.
5. DepKes
RI (2002). Program Safe Motherhood di Indonesia, Jakarta.
6. Depkes
RI (2006) Pelatihan Manajemen Kinerja Klinik Perwat dan Bidan. PUSDIKLAT SDM
Kesehatan Jakarta.
7.
Hadijono, S (2005) Pedoman Managemen
Pelayanan Obstetri NeonatalEmergency Komperehensif 24 jam di Tingkat kabupaten/
Kota, Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RI.
No comments:
Post a Comment