truth


counters

nama

Sunday 17 January 2016

ASKEB NEONATUS: TUMBUH KEMBANG DAN TEKNIK PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG PADA BAYI DAN BALITA

1.        PENGERTIAN TUMBUH KEMBANG ANAK
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan per definisi adalah sebagai berikut:
a.      Pertumbuhan
1)      Menurut Soetjiningsih, pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh)
2)      Menurut Depkes RI, pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur
3)      Menurut Markum dkk, pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu.

b.      Perkembangan
1)      Menurut Soetjiningsih, perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
2)      Menurut Depkes RI, perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi dari alat tubuh
3)      Menurut Markum dkk, perkembangan lebih menitikberatkan aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ atau individu, termasuk perubahan aspek sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu. Walaupun demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron pada setiap individu.

2.        FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG
Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu:
a.      Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir  proses tumbuh kembang anak. Faktor ini juga merupakan faktor bawaan anak, yaitu potensi anak yang menjadi ciri khasnya. Melalui genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang.
b.       Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Faktor ini disebut juga milieu merupakan tempat anak tersebut hidup, dan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan merupakan lingkungan ”bio-fisiko-psiko-sosial” yang memepengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya.
Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi :
1)        Faktor yang memepengaruhi anak pada waktu masih di dalam kandungan (faktor pranatal)
Faktor lingkungan pranatal yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi sampai lahir, antara lain :
a)      Gizi ibu pada waktu hamil
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR/lahir mati, menyebabkan cacat bawaan, hambatan pertumbuhan otak, anemia pada bayi baru lahir,bayi baru lahir mudah terkena infeksi, abortus dan sebagainya.
b)      Mekanis
Trauma dan cairan ketuban yang kurang, posisi janin dalam uterus dapat kelainan bawaan, talipes, dislokasi panggul, tortikolis kongenital, palsi fasialis, atau kranio tabes.
c)       Toksin/zat kimia
Zat-zat kimia yang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi antara lain obat anti kanker, rokok, alkohol beserta logam berat lainnya.
d)     Endokrin
Hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin, adalah somatotropin, tiroid, insulin, hormon plasenta, peptida-peptida lainnya dengan aktivitas mirip insulin. Apabila salah satu dari hormon tersebut mengalami defisiensi maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada pertumbuhan  susunan saraf pusat sehingga terjadi retardasi mental, cacat bawaan dan lain-lain.

e)      Radiasi
Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya, sedangkan efek radiasi pada orang laki-laki dapat menyebabkan cacat bawaan pada anaknya.
f)       Infeksi
Setiap hiperpirexia pada ibu hamil dapat merusak janin. Infeksi intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH, sedangkan infeksi lainnya yang juga dapat menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela, malaria, polio, influenza dan lain-lain.
g)      Stres
Stres yang dialami oleh ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin, antara lain cacat bawaan, kelainan kejiwaan dan lain-lain.
h)      Imunitas
Rhesus atau ABO inkomtabilitas sering menyebabkan abortus, hidrops fetalis, kern ikterus, atau lahir mati.
i)        Anoksia embrio
Menurunnya oksigenisasi janin melalui gangguan pada plasenta atau tali pusat, menyebabkan BBLR.
2)        Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (faktor postnatal)
Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu sistem yang teratur yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya,ke suatu sistem yang tergantung pada kemempuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri.
Lingkungan postnatal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum dapat digolongkan menjadi :
a)      Lingkungan biologis
Lingkungan biologis yang dimaksud adalah ras/suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi,, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme, dan hormon.
b)      Faktor fisik
Yang termasuk dalam faktor fisik itu antara lain yaitu cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah, sanitasi, keadaan rumah baik dari struktur bangunan, ventilasi, cahaya dan kepadatan hunian, serta radiasi.
c)      Faktor psikososial
Stimulasi merupakan hal penting dalam tumbuh kembang anak, selain itu motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar, ganjaran atau hukuman yang wajar merupakan hal yang dapat menimbulkan motivasi yang kuat dalam perkembangan kepribadian anak kelak di kemudian hari, Dalam proses sosialisasi dengan lingkungannya anak memerlukan teman sebaya, stres juga sangat berpengaruh terhadap anak, selain sekolah, cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi anak orangtua dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang anak. 
d)     Faktor keluarga dan adat istiadat
Faktor keluarga yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yaitu pekerjaan/pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder, pendidikan ayah/ibu yang baik dapat menerima informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, menjaga kesehatan, dan pendidikan yang baik pula, jumlah saudara yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial ekonominya cukup akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak, jenis kelamin dalam keluarga seperti apad masyarakat tradisonal masih banyak wanita yang mengalami malnutrisi sehingga dapat menyebabkan angka kematian bayi meningkat, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, adat-istiadat, norma-norma, tabu-tabu, agama, urbanisasi yang banyak menyebabkan kemiskinan dengan segala permasalahannya, serta kehidupan politik dalam masyarakat yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak, anggaran dan lain-lain.

3.        CIRI-CIRI TUMBUH KEMBANG ANAK
Tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak konsepsi sampai dewasa itu mempunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu :
a.     Perkembangan menimbulkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi, seperti perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyerrtai pertumbuhan otak & serabut saraf
b.    Pertumbuhan & perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya
Setiap anak tidak akan bias melewati satu tahap perkembangan sebelum anak tersebut melewati tahap sebelumnya. Missal seorang anak tidak akan bias berjalan sebelum anak tersebut bias berdiri dan seorang anak tidak akan bias berdiri bila pertumbuhan kaki & bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. OKI perkembangan awal merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya
c.     Tumbang mempunya kecepatan yang berbeda
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ & perkembangan pada masing-masing anak
d.    Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, maka demikian dengan perkembangan, terjadi peningkatan mental, memori daya nalar, asosiasi dll. Anak sehat bertambah umur, bertambah berat & tinggi badan serta kepandaian
e.     Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hokum yang tetap, yakni;
1)        Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju kearah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal)
2)        Perkembangan terjadi lebih dahulu didaerah proximal/ gdrak kasar lalu berkembang ke bagian distal sepertti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus / pola proksimodistal
f.     Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap perkembangan anak mengikuti pola yang teratur & berurutan. Tahap tersebut tidakk bias terjadi terbalik, missal anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mapu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dsb

4.        Prinsip – prinsip tumbang
a.         Perkembangan merupakan hasil proses kematangan & belajar
Kematangan merupakan proses intrinsic yang terjadi dengan sendirinya, sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar, anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan potensi yang dimiliki anak
b.         Pola perkembangan dapat diramalkan
Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan demikian perkembangan seorang anak dapat diramalkan. Perkembangan berlangsung dari tahapan umum ke spesifik dan terjadi berkesinambungan.

5.        TAHAPAN PERKEMBANGAN ANAK
Bagian Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bersama Unit Kerja Pediatri Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia menyusun skema praktis Perkembangan Mental Anak Balita yang disebut SKALA YAUMIL-MIMI.
Perkembangan anak Balita sangat penting sebagai dasar untuk perkembangan selanjutnya yakni pra sekolah, sekolah, akil baligh dan remaja. Untuk perkembangan yang baik, dibutuhkan:
a.     Kesehatan dan gizi yang baik daripada ibu hamil, bayi dan anak pra sekolah.
b.    Stimulasi/rangsangan yang cukup dalam kualitas dan kuantitas.
Selain itu, keluarga dan KIA/KB juga mempunyai peran yang penting dalam pembinaan fisik, mental sosial anak balita.
Berikut perkembangan mental anak yang meliputi gerakan-gerakan kasar dan halus, emosi, social, perilaku dan bicara:
a.     Dari lahir sampai 3 bulan
1)      Belajar mengangkat kepala
2)      Belajar mengikuti obyek dengan matanya
3)      Melihat ke muka orang dengan tersenyum
4)      Bereaksi terhadap suara/bunyi
5)      Mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak
6)      Menahan barang yang dipegangnya
7)      Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh
b.    Dari 3 sampai 6 bulan
1)      Mengangkat kepala 90˚ dan mengangkat dada dengan bertopang tangan
2)      Mulai belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau di luar jangkauannya
3)      Menaruh benda-benda di mulutnya
4)      Berusaha memperluas lapangan pandangan
5)      Tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain
6)      Mulai berusaha mencari benda-benda yang hilang
c.     Dari 6 sampai 9 bulan
1)      Dapat duduk tanpa dibantu
2)      Dapat tengkurap dan berbalik sendiri
3)      Dapat merangkak meraih benda atau mendekati seseorang
4)      Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain
5)      Memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
6)      Bergembira dengan melempar benda-benda
7)      Mengeluarkan kata-kata yang tanpa arti
8)      Mengenal muka anggota-anggota keluarga dan takut kepada orang asing/lain
9)      Mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan dan sembunyi-sembunyian
d.    Dari 9 sampai 12 bulan
1)      Dapat berdiri sendiri tanpa dibantu
2)      Dapat berjalan dengan dituntun
3)      Menirukan suara
4)      Mengulang bunyi yang didengarnya
5)      Belajar mengatakan satu atau dua kata
6)      Mengerti perintah sederhana atau larangan
7)      Memperlihatkan minat yang besar dalam mengeksplorasi sekitarnya, ingin menyentuh apa saja dan memasukkan benda-benda ke mulutnya
8)      Berpartisipasi dalam permainan
e.     Dari 12 sampai 18 bulan
1)      Berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah
2)      Menyusun 2 atau 3 kotak
3)      Dapat mengatakan 5-10 kata
4)      Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing
f.     Dari 18 sampai 24 bulan
1)      Naik turun tangga
2)      Menyusun 6 kotak
3)      Menunjuk mata dan hidungnya
4)      Menyusun 2 kata
5)      Belajar makan sendiri
6)      Menggambar garis di kertas atau pasir
7)      Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil/kencing
8)      Menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang lebih besar
9)      Memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain-main dengan mereka

g.    Dari 2 sampai 3 tahun
1)      Belajar meloncat, memanjat, melompat dengan satu kaki
2)      Membuat jembatan dengan 3 kotak
3)      Mampu menyusun kalimat
4)      Mempergunakan kata-kata saya, bertanya, mengerti kata-kata yang ditujukan kepadanya
5)      Menggambar lingkaran
6)      Bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain di luar keluarganya
h.    Dari 3 sampai 4 tahun
1)      Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga
2)      Berjalan pada jari kaki
3)      Belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri
4)      Menggambar garis silang
5)      Menggambar orang hanya kepala dan badan
6)      Mengenal 2 atau 3 warna
7)      Bicara dengan baik
8)      Menyebut namanya, jenis kelamin dan umurnya
9)      Banyak bertanya
10)  Bertanya bagaimana anak dilahirkan
11)  Mengenal sisi atas, sisi bawah, sisi muka, sisi belakang
12)  Mendengarkan cerita-cerita
13)  Bermain dengan anak lain
14)  Menunjukkan rasa sayang kepada saudara-saudaranya
15)  Dapat melaksanakan tugas-tugas sederhana
i.      Dari 4 sampai 5 tahun
1)      Melompat dan menari
2)      Menggambar orang terdiri dari kepala, lengan, badan
3)      Menggambar segi empat dan segitiga
4)      Pandai bicara
5)      Dapat menghitung jari-jarinya
6)      Dapat menyebut hari-hari dalam seminggumendengar dan mengulang hal-hal penting dan cerita
7)      Minat kepada kata baru dan artinya
8)      Memprotes bila dilarang apa yang diingininya
9)      Mengenal 4 warna
10)  Memperkirakan bentuk dan besarnya benda, membedakan besar dan kecil
11)  Menaruh minat kepada aktivitas orang dewasa
Pendidikan/stimulasi yang perlu diberikan:
a.     Akademik sederhana; pengenalan ruang, bentuk, warna, persiapan berhitung
b.    Pendidikan alam sekitar, sosialisasi, mengenal lingkungan masyarakat
c.     Bermain bebas untuk mengembangkan fantasi dan memperkaya pengalaman
d.    Menyanyi, menggambar
e.     Bahasa: bercakap-cakap, membaca gambar, bercerita, mengucapkan syair sederhana
f.     Melatih daya ingat dengan antara lain bermain jualan, menyampaikan berita
g.    Menggambar
h.    Membuat permainan dari kertas
i.      Bermain music
j.      Mengenal tugas, larangan-larangan
k.    Aktivitas sehari-hari (makan sendiri, minum sendiri, control buang air besar, control buang air kecil)




6.        TEKNIK PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG BAYI DAN BALITA
Pemantauan tumbuh kembang bayi untuk mengetahui penyimpangan pada tumbuh kembang bayi dan balita secara dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi, penyembuhan, dan pemulihan dapat diberikan dengan benar sesuai dengan indikasinya (Depkes, 2002).
Proses tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan mulai dari konsepsi sampai dewasa, yang mengikuti pola tertentu yang khas untuk setiap anak. Proses tersebut merupakan proses interaksi yang terus menerus serta rumit antara factor genetic dan factor lingkungan bio-fisiko-psikososial tersebut. Untuk mengetahui tumbuh kembang anak, terutama pertumbuhan fisiknya digunakan parameter-parameter tertentu, yang akan dibahas pada topic ini.
a.       PENILAIAN PETUMBUHAN FISIK ANAK
Parameter penilaian pertumbuhan fisik dapat dilakukan dengan pengukuran antropometri berdasarkan pengukuran: BB menurut Umur. Untuk memastikan ukuran antropometri dapat dilakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan radiologis. (Depkes, 2005).
1)      Ukuran antropometrik
Pengukuran antropometri ini dimaksudkan untuk mengetahui ukuran-ukuran fisik seorang anak dengan menggunakan alat ukur tertentu, seperti timbangan dan pita pengukur (meteran). Ukuran atropometri ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a)      Tergantung umur, yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan umur. Misalnya, BB terhadap usia atau TB terhadap usia. Dengan demikian, dapat diketahui apakah ukuran yang dimaksud tersebut tergolong normal untuk anak seusianya.
b)      Tidak tergantung umur, yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan pengukuran lainnya tanpa memperhatikan berapa umur anak yang diukur. Misalnya, BB terhadap TB. Ukuran ini digunakan untuk mengetahui apakah proporsi anak tergolong normal.
Dari beberapa ukuran antropometri, yang paling sering digunakan untuk menentukan keadaan pertumbuhan pada masa balita adalah:
a)      Berat Badan
Berat badan dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus atau pedoman dari Behrman (1992), yaitu:
(1)   Berat badan lahir rata-rata: 3,25 kg
(2)   Berat badan usia 3-12 bulan, menggunakan rumus:

Umur (bulan) + 9  
2
 
 

  
n + 9
2

 
 


           
(3)   Berat badan usia 1-6 tahun, menggunakan rumus:
{Umur (tahun) x 2} + 8 = 2n + 8
Keterangan: n adalah usia anak.
Berat badan merupakan indicator sederhana yang digunakan di lapangan atau puskesmas untuk menentukan status gizi anak, yaitu dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). Pada KMS dapat diketahui apakah keadaan status gizi anak tergolong normal, kurang atau buruk.
b)      Tinggi Badan
Tinggi badan dapat diperkirakan berdasarkan rumus Behrmann (1992), yaitu:
(1)   Perkiraan panjang lahir: 50 cm
(2)   Perkiraan panjang badan usia 1 tahun= 1,5 x panjang badan lahir.
(3)   Perkiraan tinggi badan usia 2-12 tahun= (umur x 6) + 77= 6n + 77
N adalah usia anak dalam tahun, bila usia lebih 6 bulan dibulatkan ke atas, bila 6 bulan atau kurang, dihilangkan.
c)      Lingkar Kepala
Secara normal, pertambahan ukuran lingkar pada setiap tahap relative konstan dan tidak dipengaruhi oleh factor ras, bangsa dan letak geografis. Saat lahir, ukuran lingkar kepala normalnya adalah 34-35 cm. kemudian akan bertambah sebesar ± o,5 cm/bulan pada bulan pertama atau menjadi ± 44 cm. pada 6 bulan pertama ini, pertumbuhan kepala paling cepat dibandingkan dengan tahap berikutnya, kemudian tahun-tahun pertama lingkar kepala bertambah tidak lebih dari 5 cm/tahun, setelah itu sampai usia 18 tahun lingkar kepala hanya bertambah ± 10 cm.
d)     Lingkar Lengan Atas
Pada praktiknya, pengukuran lila jarang digunakan kecuali ada gangguan pertumbuhan atau gangguan gizi yang berat, sehingga pengukuran lila hanya efektif pada usia di bawah 3 tahun (usia pra sekolah).
e)      Lipatan Kulit
Tebalnya lipatan kulit pada daerah triseps dan subskapular merupakan refleksi pertumbuhan jaringan lemak di bawah kulit yang mencerminkan kecukupan energy. Apabila anak mengalami defisiensi kalori, maka lipatan kulit menipis, lipatan tersebut akan menebal bila anak kelebihan energy.
2)      Gejala/tanda pada pemeriksaan fisik
a)      Keseluruhan fisik
Dilihat bentuk tubuh, perbandingan bagian kepala, tubuh dan anggota. Juga diperhatikan apa ada oedema atau tidak.
b)      Jaringan otot
Pertumbuhan otot diperiksa pada lengan atas, pantat dan paha dengan cara cubitan tebal.
c)      Jaringan lemak
Jaringan lemak diperiksa pada kulit di bawah triseps dan sub scapular dengan cara cubitan tipis.
d)     Rambut
Pada rambut, yang diperiksa adalah pertumbuhannya, warna, diameter (tebal atau tipis), sifat (keriting atau lurus) dan akar rambut (mudah dicabut atau tidak).

e)      Gigi-geligi
Saat erupsi gigi susu, saat tanggal dan erupsi gigi permanen.
Sumber : Soetjiningsih, 1995
3)      Gejala/tanda pada pemeriksaan laboratorium
Terutama pemeriksaan darah, antara lain kadar Hb, serum protein (albumin dan globulin), hormon, dll.
4)      Gejala/tanda pada pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologis terutama untuk menilai umur biologis, yaitu umur tulang (bone age), biasanya dilakukan kalau ada kecurigaan adanya gangguan pertumbuhan.
a)      Anamnesis
Untuk memperoleh informasi tentang tumbuh kembang anak selama dalam kandungan, keadaan waktu lahir termasuk BB dan TB, kecukupan makanan, penyakit/kelainan yang diderita, keadaan fisik kedua orang tuanya termasuk BB dan TB nya.
b)      Pemeriksaan fisik
Untuk memperoleh kesan klinis tentang tumbuh kembang anak dengan informasi tentang gejala/tanda tumbuh kembang. Misalnya apakah ada gejala klinik yang mengarah ke suatu sindrom tertentu, apa ada oedema, dll.
c)      Pemeriksaan penunjang
Terdiri atas :
-          Pemeriksaan antropometri
-          Pemeriksaan laboratorium
-          Pemeriksaan radiologik sesuai dengan keperluannya.

b.      PENILAIAN PERKEMBANGAN ANAK
Penilaian perkembangan anak memiliki banyak model dan macamnya. Meskipun demikian, perlu ada parmeter-parameter atau patokan-patokan tertentu sehingga dapat dilakukan perbandingan secara konsisten. Ada banyak parameter atau tes untuk perkembangan anak, misalnya tes IQ, tes psikomotor, tes prestasi dan lain-lain.
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan/ pemeriksaan untuk menemukan secara dini penyimpangan tumbuh kembang pda balita & anak prasekolah.

Berdasarkan Buku Pedoman Deteksi Tumbuh Kembang yang disusun oleh Departemen Kesehatan, tes perkembangan dapat dilakukan dengan kuesioner Pra Skrining Perkembangan, Kuesioner Perilaku Anak Pra Sekolah, Tes Daya Lihat dan Tes Kesehatan Mata serta Tes daya dengar anak.
1.      Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
Menurut Depkes (2005), untuk memantau perkembangan balita menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan anak yaitu suatu daftar pertanyaan singkat yang di tujukan kepada para orang tua dan dipergunakan sebagai alat untuk melakukan skrining pendahuluan perkembangan anak usia 3 bulan sampai dengan 6 tahun. Daftar pertanyaan tersebut berjumlah 10 nomor yang harus dijawab oleh orang tua atau pengasuh yang mengetahui keadaan perkembangan anak. Pertanyaan dalam KPSP dikelompokkan sesuai usia anak saat dilakukan pemeriksaan, mulai kelompok usia 3 bulan, 3-6 bulan dan seterusnya sampai kelompok 5-6 tahun. Untuk usia ditetapkan menurut tahun dan bulan dengan kelebihan 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan.
Pertanyaan dalam KPSP harus dijawab dengan ‘’ya’’ atau ‘’tidak’’ oleh orang tua. Setelah semua pertanyaan dijawab, selanjutnya hasil KPSP dinilai.
a)      Apabila jawaban ya berjumlah 9 – 10 berarti anak tersebut normal (perkembangan baik).
b)      Apabila jawaban ya kurang dari 9 maka perlu diteliti lebih lanjut mengenai:
1)      Apakah cara menghitung usia dan kelompok pertanyaannya sudah sesuai?
2)      Kesesuaian jawaban orang tua dengan maksud pertanyaan.
c)      Apabila setelah diteliti, jawaban ya berjumlah 7 – 8 berarti hasilnya adalah meragukan dan perlu diperiksa ulang 1 minggu kemudian.
d)     Apabila jawaban ya berjumlah 6 atau kurang berarti hasilnya kurang atau positif untuk perlu dirujuk guna pemeriksaan lebih lanjut.
2.      Kuesioner Perilaku Anak Pra Sekolah (KPAP)
Yaitu sekumpulan perilaku yang digunakan sebagai alat untuk mendeteksi secara dini kelainan-kelainan perilaku pada anak pra sekolah (usia 3-6 tahun). Kuesioner ini berisi 30 perilaku yang perlu ditanyakan satu per satu pada orang tua.
Setiap perilaku perlu ditanyakan ‘’sering terdapat’’, ‘’kadang-kadang terdapat’’ atau ‘’tidak terdapat’’. Apabila jawaban yang diperoleh adalah ‘’sering terdapat’’ maka jawaban tersebut diberi nilai 2, ‘’kadang-kadang terdapat’’ diberi nilai 1 dan ‘’tidak terdapat’’ diberi nilai 0. Apabila jumlah nilai seluruhnya kurang dari 11, maka anak perlu dirujuk sedangkan jika jumlah nilai 1 atau lebih maka anak tidak perlu dirujuk.
3.      Tes Daya Lihat dan Tes Kesehatan Mata Anak Pra Sekolah
Yaitu alat untuk memeriksa ketajaman daya lihat serta kelainan mata pada anak berusia 3-6 tahun. Sebagaimana alat deteksi lainnya, tes ini juga digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan daya lihat pada anak usia pra sekolah secara dini, sehingga bila ada penyimpangan dapat segera ditangani.
Untuk melakukan tes daya lihat diperlukan ruangan dengan penyinaran yang baik dan alat ‘’kartu E’’ yang digantungkan setinggi anak duduk. Kartu E ini berisi huruf E yang terdiri dari 4 baris. Baris pertama huruf E berukuran paling besar kemudian berangsur-angsur mengecil pada baris keempat. Secara normal, anak dapat melihat huruf E pada baris ketiga. Apabila anak tidak dapat melihat huruf E pada garis ketiga maka perlu dirujuk untuk mendapat pemeriksaan lebih lanjut.



Selain tes daya lihat, anak juga perlu diperiksakan kesehatan matanya. Perlu ditanyakan dan diperiksa adakah :
a.    Keluhan seperti mata gatal, panas, penglihatan kabur atau pusing.
b.    Perilaku seperti menggosok mata, membaca terlalu dekat atau sering mengedip-ngedipkan mata.
c.    Keainan mata seperti bercak bitot, juling, mata merah dan keluar air.
4.      Tes Daya Dengar (TDD)
Tes daya dengar ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang disesuaikan dengan usia anak, yaitu kelompok usia 0-6 bulan, lebih dari 6 bulan, lebih dari 9 bulan, lebih dari 12 bulan, lebih dari 24 bulan, lebih dari 36 bulan. Setiap pertanyaan perlu dijawab ya atau tidak. Apabila ada jawaban tidak berarti pendengaran anak tidak normal sehingga diperlukan pemeriksaan lebih lanjut.

7.        POLA ASUH MAKAN
Pengasuhan berasal dari kata asuh (to rear) yang mempunyai makna menjaga, merawat, dan mendidik anak yang masih kecil (Sunarti, 1989). Dalam Laporan Temu Ilmiah Sistem Kesejahteraan Anak Nasional, Kantor Menko Kesra Depsos, 1998, yang dikutip oleh Irmawati (2002), pola asuh orang tua dirumuskan sebagai "seperangkat sikap dan perilaku yang tertata, yang diterapkan oleh orang tua dalam berinteraksi dengan anaknya". Sunarti (1989) yang mengutip pendapat Wagnel dan Funk menyebutkan bahwa mengasuh itu meliputi menjaga serta memberi bimbingan menuju pertumbuhan ke arah kedewasaan.
Nursalam (2005), mengutip pendapat Soetjiningsih yaitu pengasuhan merupakan kebutuhan dasar anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Pengasuhan yaitu menjaga, merawat, dan mendidik anak yang masih kecil. Pengasuhan yang baik pada anak dalam hal perilaku yang dipraktekkkan sehari-hari seperti : Pemberian gizi yang cukup dan seimbang (pemberian ASI dan makanan pendamping ASI serta 4 sehat 5 sempurna), perawatan kesehatan dasar (pemberian Imunisasi dan membawa ke puskesmas / posyandu secara berkala dan diperiksa segera bila sakit), pakaian (mendapatkan pakaian yang bersih dan nyaman), perumahan (memberikan tempat tinggal yang layak), hygiene diri dan lingkungan (menjaga kebersihan badan dan lingkungan), serta kesegaran jasmani (olahraga dan reakreasi) .
Menurut Kartini (2006), yang mengutip pendapat Lie goan hong menyatakan pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Sedangakan menurut Baliwati (2004) Pola konsumsi makan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Menurut Masdiarti (2000), yang meneliti pola pengasuhan dan status gizi anak balita di Kecamatan Hamparan Perak, memperlihatkan hasil bahwa anak yang berstatus gizi baik lebih banyak ditemukan pada ibu yang tidak bekerja (43,24%) dibandingkan dengan ibu yang bekerja (40,54 %). Sedangkan menurut Sihombing (2005), yang meneliti pola pengasuhan dan status gizi anak balita di Kecamatan Medan Sunggal memperlihatkan hasil bahwa, semakin tua umur ibu dan semakin tinggi pendidikan ibu, serta ibu tidak bekerja maka pola pengasuhannya semakin baik.
a.         Pola asuh makan pada bayi usia 0 - 6 bulan
Pola asuh makan adalah cara pemberian makanan pada anak bertujuan untuk mendapatkan zat gizi yang cukup yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan (Khomsan, 2002).
Pemenuhan gizi pada anak diberikan oleh orang tua atau pengasuh melalui pemberian makan untuk status gizi anak. Tahap awal, bayi tergantung kepada ibu yaitu asupan ASI dan makanan pendamping ASI yang diberikan oleh orang tua (Nursalam, 2005).
ASI merupakan makanan bayi pada saat 0-6 bulan, karena ASI adalah makanan pokok yang terbaik bagi bayi, bila ibu dan bayi sehat, ASI secepatnya diberikan. ASI yang diproduksi pada 1-5 hari pertama yang disebut kolostrum, yaitu cairan kental yang berwarna kekuningan, kolostrum sangat menguntungkan bayi karena mengandung lebih banyak antibodi, protein, mineral dan vitamin A. Oleh karena itu perlu perhatian ibu terhadap status gizi balita (Winarno, 1990).
Pada umumnya bayi yang baru lahir mempunyai jadwal makan yang tidak teratur, bayi bisa makan sebanyak 6 sampai 12 kali atau mungkin juga sampai 12 kali dalam 24 jam tanpa jadwal yang teratur. Pada masa itu, ibu mungkin perlu dinyakinkan bahwa dengan frekuensi minum yang banyak si bayi harus mempunyai jadwal minum yang teratur dan tepat. Menyusui bayi dapat dilakukan setiap 3 jam alasannya karena lambung bayi akan kosong dalam jangka waktu 3 jam sehabis menyusui. Sejalan dengan bertambahnya usia jarak antara waktu menyusui menjadi lebih lama, karena kapasitas lambungnya membesar dan produksi susu si ibu meningkat (Steven, 2005).
b.        Pola asuh makan pada bayi usia 6 – 12 bulan (ASI dan MP ASI)
Pada saat seorang bayi untuk tumbuh dan menjadi lebih aktif, akan dicapai usia tertentu dan pemenuhan nutrisinya tidak cukup hanya dengan asupan ASI, karna ASI hanya mampu mencukupi kebutuhan bayi sampai 4-6 bulan. Setelah itu, produksi ASI semakin berkurang, sedangkan kebutuhan gizi bayi semakin meningkat seiring dengan bertambahnya umur dan berat badan. Makanan Pendamping ASI perlu diberikan untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus menerus. Pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal dapat diketahui dengan cara melihat kondisi pertambahan berat badan anak. Apabila setelah usia 4-6 bulan, berat badan seorang anak tidak mengalami peningkatan, menunjukkan bahwa kebutuhan energi dan zat-zat gizi bayi tidak terpenuhi. Hal ini dapat disebabkan asupan makanan tambahan kurang memenuhi syarat. Disamping itu, faktor terjadinya infeksi pada saluran pencernaan memberikan pengaruh yang cukup besar (Krisnatuti, 2006).
Berbagai jenis makanan tambahan harus dikenalkan kepada bayi secara bertahap, mulai makanan yang berbentuk cair, semi padat, dan padat. Harus diperhatikan bahwa, apabila makanan pendamping ASI sudah diberikan kepada bayi sejak dini (dibawah usia 4 bulan) maka asupan gizi yang dibutuhkan oleh bayi tidak sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu, sistem pencernaan bayi akan mengalami gangguan, seperti sakit perut, sembelit (susah buang air besar). Makanan tambahan mulai diberikan usia 6 bulan karena pada usia itu otot dan saraf di dalam mulut bayi cukup berkembang untuk mengunyah, menggigit, dan memamah (WHO, 2004).
Makanan tambahan yang baik adalah kaya energi, protein, dan mikronutrien (terutama zat besi, zink, kalsium, vitamin A, vitamin C, dan folat ), bersih dan aman, tidak terlalu pedas atau asin, mudah dimakan oleh anak, disukai anak, tersedia didaerah anda dan harga terjangkau serta mudah disiapkan. Makanan tambahan awal yang paling bauk bagi bayi adalah pisang matang yang dihancurkan (Pure). Makanan jenis ini dapat diberikan saat bayi menginjak usia 5 bulan. Setelah berumur 7 tahun, ibu dapat memberikan bubur saring yang terbuat dari aneka ragam makanan yang bergizi. Bubur saring yang dibuat jangan terlalu encer dan asin dan jangan menggunakan bumbu penyedap, kemudian berikan pula sari buah-buahan yang diber sedikit gula (Depkes RI, 2006).
Walaupun bayi telah diperkenalkan dengan makanan tambahan, proses tetap dilanjutkan. Sebagai tahap awal, perkenalkanlah bubur dan sari buah dua kali sehari sebanyak 1–2 sendok makan penuh. Apabila dalam tahap awal ini diperkenalkan bubur maka harus berupa bubur saring. Frekuensi pemberian bubur ini, lambat laun harus ditingkatkan. Menginjak umur 7-9 bulan porsi kebutuhannya dapat ditingkatkan yaitu sebanyak 3-6 sendok penuh tiap kali makan, paling tidak empat kali sehari keadaan bubur harus tetap disaring, apabila bayi masih tampak lapar dapat diberi makanan kecil misalnya roti kering, pisang. Pada umur 9 bulan berikan bubur yang tidak disaring atau nasi tim yang dibuat dari bahan-bahan makanan bergizi tinggi (WHO, 2004).
Menginjak umur 10 bulan, seorang bayi sudah mempunyai beberapa gigi dan mulai beradaptasi untuk makan makanan yang agak kasar. Selanjutnya saat bayi berumur 10-12 bulan, bayi sudah dapat diberi bubur yang dicacah untuk mempermudah proses penelanan. Setelah berumur satu tahun, bayi mulai mengenal makanan yang dimakan oleh seluruh anggota keluarga. Namun seorang bayi tetap harus makan 4-5 kali sehari. Makanan anak harus terdiri dari makanan pokok, kacang-kacangan, pangan hewani, minyak, santan atau lemak, buah-buahan (Krisnatuti, 2006).
Tabel
            Jadwal Pemberian Makanan Pendamping ASI Menurut Umur Bayi, Jenis Makan, dan Frekuensi Pemberian
Umur Bayi
Jenis Makanan
Berapa kali sehari
0 – 6 bulan
ASI
10 – 12 kali sehari
Kira-kira 6 Bulan
ASI
kapan diminta

- buah lunak / sari buah
1 – 2 kali sehari

- bubur : bubur tepung beras merah

Kira-kira 7 bulan
ASI
kapan diminta

- buah-buahan
3 – 4 kali sehari

- bubur saring yang terdiri dari :


- hati ayam atau kacang-kacangan


- beras merah atau ubi


- sayur (wortel, bayam)


- minyak/ santan/


- air tajin

Kira-kira 9 bulan
ASI
Kapan diminta

- buah-buahan
4-6 kali sehari

- bubur/roti


- nasi tim yang terdiri dari :


-daging/ kacang-kacangan/ ayam/ ikan


-beras merah/ kentang/ labu/ jagung


-kacang tanah


-minyak/ santan


-sari buah tanpa gula

12 bulan atau lebih
ASI
Kapan diminta

makanan biasa pada umumnya, termasuk telur dengan kuning telur danjeruk
4 – 6 kali sehari

Sumber : Krisnatuti (2006)




1 comment: