1.
PENGERTIAN
TUMBUH KEMBANG ANAK
Istilah tumbuh
kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling
berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan
pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan per
definisi adalah sebagai berikut:
a.
Pertumbuhan
1)
Menurut Soetjiningsih,
pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah,
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan
ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang
dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh)
2)
Menurut Depkes RI,
pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian tubuh yang
bersifat kuantitatif dan dapat diukur
3)
Menurut Markum dkk,
pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau
dimensi tingkat sel, organ maupun individu.
b.
Perkembangan
1)
Menurut Soetjiningsih,
perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
2)
Menurut Depkes RI,
perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi dari alat tubuh
3)
Menurut Markum dkk,
perkembangan lebih menitikberatkan aspek perubahan bentuk atau fungsi
pematangan organ atau individu, termasuk perubahan aspek sosial atau emosional
akibat pengaruh lingkungan
Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan
perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ/individu. Walaupun
demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron pada setiap individu.
2.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG
Secara
umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak,
yaitu:
a.
Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar
dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Faktor ini
juga merupakan faktor bawaan anak, yaitu potensi anak yang menjadi ciri
khasnya. Melalui genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi,
dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas
dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan,
umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang.
b.
Faktor Lingkungan
Lingkungan
merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan.
Faktor ini disebut juga milieu merupakan tempat anak tersebut hidup,
dan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak. Lingkungan yang cukup baik
akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan
menghambatnya. Lingkungan merupakan lingkungan ”bio-fisiko-psiko-sosial” yang
memepengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya.
Faktor
lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi :
1)
Faktor yang memepengaruhi anak pada
waktu masih di dalam kandungan (faktor pranatal)
Faktor
lingkungan pranatal yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai dari
konsepsi sampai lahir, antara lain :
a) Gizi ibu pada waktu hamil
Gizi ibu yang jelek sebelum
terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan
bayi BBLR/lahir mati, menyebabkan cacat bawaan, hambatan pertumbuhan otak,
anemia pada bayi baru lahir,bayi baru lahir mudah terkena infeksi, abortus dan
sebagainya.
b) Mekanis
Trauma dan cairan ketuban yang
kurang, posisi janin dalam uterus dapat kelainan bawaan, talipes, dislokasi
panggul, tortikolis kongenital, palsi fasialis, atau kranio tabes.
c) Toksin/zat kimia
Zat-zat kimia yang dapat menyebabkan
kelainan bawaan pada bayi antara lain obat anti kanker, rokok, alkohol beserta
logam berat lainnya.
d) Endokrin
Hormon-hormon yang mungkin berperan
pada pertumbuhan janin, adalah somatotropin, tiroid, insulin, hormon plasenta,
peptida-peptida lainnya dengan aktivitas mirip insulin. Apabila salah satu dari
hormon tersebut mengalami defisiensi maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan
pada pertumbuhan susunan saraf pusat sehingga terjadi retardasi
mental, cacat bawaan dan lain-lain.
e) Radiasi
Radiasi pada janin sebelum umur
kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan kematian janin, kerusakan otak,
mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya, sedangkan efek radiasi pada orang
laki-laki dapat menyebabkan cacat bawaan pada anaknya.
f) Infeksi
Setiap hiperpirexia pada ibu hamil
dapat merusak janin. Infeksi intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan
adalah TORCH, sedangkan infeksi lainnya yang juga dapat menyebabkan penyakit
pada janin adalah varisela, malaria, polio, influenza dan lain-lain.
g) Stres
Stres yang dialami oleh ibu pada
waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin, antara lain cacat bawaan,
kelainan kejiwaan dan lain-lain.
h) Imunitas
Rhesus atau ABO inkomtabilitas
sering menyebabkan abortus, hidrops fetalis, kern ikterus, atau lahir mati.
i)
Anoksia embrio
Menurunnya oksigenisasi janin
melalui gangguan pada plasenta atau tali pusat, menyebabkan BBLR.
2)
Faktor lingkungan yang mempengaruhi
tumbuh kembang anak setelah lahir (faktor postnatal)
Bayi baru lahir
harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu sistem yang teratur yang
sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya,ke suatu sistem yang
tergantung pada kemempuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri.
Lingkungan
postnatal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum dapat digolongkan
menjadi :
a) Lingkungan biologis
Lingkungan biologis yang dimaksud
adalah ras/suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi,, perawatan kesehatan,
kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme, dan hormon.
b) Faktor fisik
Yang termasuk dalam faktor fisik itu
antara lain yaitu cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah, sanitasi,
keadaan rumah baik dari struktur bangunan, ventilasi, cahaya dan kepadatan
hunian, serta radiasi.
c) Faktor psikososial
Stimulasi merupakan hal penting
dalam tumbuh kembang anak, selain itu motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak
dini, dengan memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar, ganjaran atau
hukuman yang wajar merupakan hal yang dapat menimbulkan motivasi yang kuat
dalam perkembangan kepribadian anak kelak di kemudian hari, Dalam proses
sosialisasi dengan lingkungannya anak memerlukan teman sebaya, stres juga
sangat berpengaruh terhadap anak, selain sekolah, cinta dan kasih sayang,
kualitas interaksi anak orangtua dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang
anak.
d) Faktor keluarga dan adat istiadat
Faktor keluarga yang berpengaruh
terhadap tumbuh kembang anak yaitu pekerjaan/pendapatan keluarga yang memadai
akan menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua
kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder, pendidikan ayah/ibu yang baik
dapat menerima informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang
baik, menjaga kesehatan, dan pendidikan yang baik pula, jumlah saudara yang
banyak pada keluarga yang keadaan sosial ekonominya cukup akan mengakibatkan
berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak, jenis kelamin dalam
keluarga seperti apad masyarakat tradisonal masih banyak wanita yang mengalami
malnutrisi sehingga dapat menyebabkan angka kematian bayi meningkat, stabilitas
rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, adat-istiadat, norma-norma, tabu-tabu,
agama, urbanisasi yang banyak menyebabkan kemiskinan dengan segala
permasalahannya, serta kehidupan politik dalam masyarakat yang mempengaruhi
prioritas kepentingan anak, anggaran dan lain-lain.
3.
CIRI-CIRI
TUMBUH KEMBANG ANAK
Tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak
konsepsi sampai dewasa itu mempunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu :
a.
Perkembangan
menimbulkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan.
Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi, seperti perkembangan
intelegensia pada seorang anak akan menyerrtai pertumbuhan otak & serabut
saraf
b.
Pertumbuhan &
perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya
Setiap anak tidak akan bias melewati satu tahap
perkembangan sebelum anak tersebut melewati tahap sebelumnya. Missal seorang
anak tidak akan bias berjalan sebelum anak tersebut bias berdiri dan seorang
anak tidak akan bias berdiri bila pertumbuhan kaki & bagian tubuh lain yang
terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. OKI perkembangan awal merupakan
masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya
c.
Tumbang mempunya
kecepatan yang berbeda
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai
kecepatan yang berbeda-beda baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan
fungsi organ & perkembangan pada masing-masing anak
d.
Perkembangan
berkorelasi dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, maka
demikian dengan perkembangan, terjadi peningkatan mental, memori daya nalar,
asosiasi dll. Anak sehat bertambah umur, bertambah berat & tinggi badan
serta kepandaian
e.
Perkembangan mempunyai
pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua
hokum yang tetap, yakni;
1)
Perkembangan terjadi
lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju kearah kaudal/anggota tubuh
(pola sefalokaudal)
2)
Perkembangan terjadi
lebih dahulu didaerah proximal/ gdrak kasar lalu berkembang ke bagian distal
sepertti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus / pola proksimodistal
f.
Perkembangan memiliki
tahap yang berurutan
Tahap perkembangan anak mengikuti pola yang teratur
& berurutan. Tahap tersebut tidakk bias terjadi terbalik, missal anak
terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mapu membuat gambar kotak, anak
mampu berdiri sebelum berjalan dsb
4.
Prinsip
– prinsip tumbang
a.
Perkembangan merupakan
hasil proses kematangan & belajar
Kematangan merupakan
proses intrinsic yang terjadi dengan sendirinya, sesuai dengan potensi yang ada
pada individu. Belajar merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan
usaha. Melalui belajar, anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang
diwariskan dan potensi yang dimiliki anak
b.
Pola perkembangan dapat
diramalkan
Terdapat persamaan pola
perkembangan bagi semua anak. Dengan demikian perkembangan seorang anak dapat
diramalkan. Perkembangan berlangsung dari tahapan umum ke spesifik dan terjadi
berkesinambungan.
5.
TAHAPAN
PERKEMBANGAN ANAK
Bagian Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bersama Unit Kerja Pediatri Sosial
Ikatan Dokter Anak Indonesia
menyusun skema praktis Perkembangan Mental Anak Balita yang disebut SKALA
YAUMIL-MIMI.
Perkembangan anak Balita sangat penting sebagai
dasar untuk perkembangan selanjutnya yakni pra sekolah, sekolah, akil baligh
dan remaja. Untuk perkembangan yang baik, dibutuhkan:
a. Kesehatan
dan gizi yang baik daripada ibu hamil, bayi dan anak pra sekolah.
b. Stimulasi/rangsangan
yang cukup dalam kualitas dan kuantitas.
Selain itu, keluarga dan KIA/KB juga mempunyai peran yang
penting dalam pembinaan fisik, mental sosial anak balita.
Berikut perkembangan mental anak yang meliputi
gerakan-gerakan kasar dan halus, emosi, social, perilaku dan bicara:
a. Dari
lahir sampai 3 bulan
1) Belajar
mengangkat kepala
2) Belajar
mengikuti obyek dengan matanya
3)
Melihat
ke muka orang dengan tersenyum
4) Bereaksi
terhadap suara/bunyi
5)
Mengenal
ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak
6) Menahan
barang yang dipegangnya
7)
Mengoceh
spontan atau bereaksi dengan mengoceh
b. Dari
3 sampai 6 bulan
1)
Mengangkat
kepala 90˚ dan mengangkat dada dengan bertopang tangan
2)
Mulai
belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau di luar
jangkauannya
3) Menaruh
benda-benda di mulutnya
4) Berusaha
memperluas lapangan pandangan
5)
Tertawa
dan menjerit karena gembira bila diajak bermain
6) Mulai
berusaha mencari benda-benda yang hilang
c. Dari
6 sampai 9 bulan
1) Dapat
duduk tanpa dibantu
2) Dapat
tengkurap dan berbalik sendiri
3)
Dapat
merangkak meraih benda atau mendekati seseorang
4)
Memindahkan
benda dari satu tangan ke tangan yang lain
5)
Memegang
benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
6) Bergembira
dengan melempar benda-benda
7) Mengeluarkan
kata-kata yang tanpa arti
8) Mengenal
muka anggota-anggota keluarga dan takut kepada orang asing/lain
9) Mulai
berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan dan sembunyi-sembunyian
d. Dari
9 sampai 12 bulan
1) Dapat
berdiri sendiri tanpa dibantu
2) Dapat
berjalan dengan dituntun
3) Menirukan
suara
4) Mengulang
bunyi yang didengarnya
5)
Belajar
mengatakan satu atau dua kata
6) Mengerti
perintah sederhana atau larangan
7) Memperlihatkan
minat yang besar dalam mengeksplorasi sekitarnya, ingin menyentuh apa saja dan
memasukkan benda-benda ke mulutnya
8) Berpartisipasi
dalam permainan
e. Dari
12 sampai 18 bulan
1) Berjalan
dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah
2) Menyusun
2 atau 3 kotak
3) Dapat
mengatakan 5-10 kata
4) Memperlihatkan
rasa cemburu dan rasa bersaing
f. Dari
18 sampai 24 bulan
1) Naik
turun tangga
2) Menyusun
6 kotak
3) Menunjuk
mata dan hidungnya
4) Menyusun
2 kata
5) Belajar
makan sendiri
6) Menggambar
garis di kertas atau pasir
7) Mulai
belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil/kencing
8) Menaruh
minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang lebih besar
9) Memperlihatkan
minat kepada anak lain dan bermain-main dengan mereka
g. Dari
2 sampai 3 tahun
1)
Belajar
meloncat, memanjat, melompat dengan satu kaki
2) Membuat
jembatan dengan 3 kotak
3) Mampu
menyusun kalimat
4) Mempergunakan
kata-kata saya, bertanya, mengerti kata-kata yang ditujukan kepadanya
5) Menggambar
lingkaran
6) Bermain
bersama dengan anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain di luar keluarganya
h. Dari
3 sampai 4 tahun
1) Berjalan-jalan
sendiri mengunjungi tetangga
2) Berjalan
pada jari kaki
3)
Belajar
berpakaian dan membuka pakaian sendiri
4) Menggambar
garis silang
5)
Menggambar
orang hanya kepala dan badan
6) Mengenal
2 atau 3 warna
7) Bicara
dengan baik
8)
Menyebut
namanya, jenis kelamin dan umurnya
9) Banyak
bertanya
10) Bertanya
bagaimana anak dilahirkan
11) Mengenal sisi atas, sisi bawah, sisi muka, sisi belakang
12) Mendengarkan
cerita-cerita
13) Bermain
dengan anak lain
14) Menunjukkan
rasa sayang kepada saudara-saudaranya
15) Dapat
melaksanakan tugas-tugas sederhana
i. Dari
4 sampai 5 tahun
1) Melompat
dan menari
2) Menggambar
orang terdiri dari kepala, lengan, badan
3) Menggambar
segi empat dan segitiga
4) Pandai
bicara
5) Dapat
menghitung jari-jarinya
6)
Dapat
menyebut hari-hari dalam seminggumendengar dan mengulang hal-hal penting dan
cerita
7)
Minat
kepada kata baru dan artinya
8)
Memprotes
bila dilarang apa yang diingininya
9) Mengenal
4 warna
10) Memperkirakan bentuk dan besarnya benda, membedakan besar
dan kecil
11) Menaruh minat kepada aktivitas orang dewasa
Pendidikan/stimulasi yang perlu diberikan:
a.
Akademik
sederhana; pengenalan ruang, bentuk, warna, persiapan berhitung
b. Pendidikan
alam sekitar, sosialisasi, mengenal lingkungan masyarakat
c. Bermain
bebas untuk mengembangkan fantasi dan memperkaya pengalaman
d. Menyanyi,
menggambar
e. Bahasa:
bercakap-cakap, membaca gambar, bercerita, mengucapkan syair sederhana
f.
Melatih
daya ingat dengan antara lain bermain jualan, menyampaikan berita
g. Menggambar
h. Membuat
permainan dari kertas
i. Bermain
music
j. Mengenal
tugas, larangan-larangan
k. Aktivitas
sehari-hari (makan sendiri, minum sendiri, control buang air besar, control
buang air kecil)
6.
TEKNIK PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG BAYI DAN BALITA
Pemantauan
tumbuh kembang bayi untuk mengetahui penyimpangan pada tumbuh kembang bayi dan
balita secara dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi, penyembuhan, dan
pemulihan dapat diberikan dengan benar sesuai dengan indikasinya (Depkes,
2002).
Proses tumbuh kembang merupakan proses yang
berkesinambungan mulai dari konsepsi sampai dewasa, yang mengikuti pola
tertentu yang khas untuk setiap anak. Proses tersebut merupakan proses
interaksi yang terus menerus serta rumit antara factor genetic dan factor
lingkungan bio-fisiko-psikososial tersebut. Untuk mengetahui tumbuh kembang
anak, terutama pertumbuhan fisiknya digunakan parameter-parameter tertentu,
yang akan dibahas pada topic ini.
a. PENILAIAN
PETUMBUHAN FISIK ANAK
Parameter penilaian pertumbuhan fisik dapat
dilakukan dengan pengukuran antropometri berdasarkan pengukuran: BB menurut
Umur. Untuk memastikan ukuran antropometri dapat dilakukan pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, dan radiologis. (Depkes, 2005).
1) Ukuran
antropometrik
Pengukuran antropometri ini dimaksudkan untuk
mengetahui ukuran-ukuran fisik seorang anak dengan menggunakan alat ukur
tertentu, seperti timbangan dan pita pengukur (meteran). Ukuran atropometri ini
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a) Tergantung
umur, yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan umur. Misalnya, BB terhadap
usia atau TB terhadap usia. Dengan demikian, dapat diketahui apakah ukuran yang
dimaksud tersebut tergolong normal untuk anak seusianya.
b) Tidak
tergantung umur, yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan pengukuran lainnya
tanpa memperhatikan berapa umur anak yang diukur. Misalnya, BB terhadap TB.
Ukuran ini digunakan untuk mengetahui apakah proporsi anak tergolong normal.
Dari beberapa ukuran antropometri, yang paling
sering digunakan untuk menentukan keadaan pertumbuhan pada masa balita adalah:
a) Berat
Badan
Berat badan dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus
atau pedoman dari Behrman (1992), yaitu:
(1)
Berat
badan lahir rata-rata: 3,25 kg
(2)
Berat
badan usia 3-12 bulan, menggunakan rumus:
|
|
(3)
Berat
badan usia 1-6 tahun, menggunakan rumus:
{Umur (tahun) x 2} + 8 = 2n
+ 8
Keterangan: n adalah usia
anak.
Berat badan
merupakan indicator sederhana yang digunakan di lapangan atau puskesmas untuk
menentukan status gizi anak, yaitu dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS).
Pada KMS dapat diketahui apakah keadaan status gizi anak tergolong normal,
kurang atau buruk.
b) Tinggi
Badan
Tinggi badan dapat diperkirakan berdasarkan rumus
Behrmann (1992), yaitu:
(1) Perkiraan
panjang lahir: 50 cm
(2)
Perkiraan
panjang badan usia 1 tahun= 1,5 x panjang badan lahir.
(3)
Perkiraan
tinggi badan usia 2-12 tahun= (umur x 6) + 77= 6n + 77
N adalah usia anak dalam tahun, bila usia lebih 6 bulan
dibulatkan ke atas, bila 6 bulan atau kurang, dihilangkan.
c) Lingkar
Kepala
Secara normal, pertambahan ukuran lingkar pada
setiap tahap relative konstan dan tidak dipengaruhi oleh factor ras, bangsa dan
letak geografis. Saat lahir, ukuran lingkar kepala normalnya adalah 34-35 cm.
kemudian akan bertambah sebesar ± o,5 cm/bulan pada bulan pertama atau menjadi
± 44 cm. pada 6 bulan pertama ini, pertumbuhan kepala paling cepat dibandingkan
dengan tahap berikutnya, kemudian tahun-tahun pertama lingkar kepala bertambah
tidak lebih dari 5 cm/tahun, setelah itu sampai usia 18 tahun lingkar kepala
hanya bertambah ± 10 cm.
d) Lingkar
Lengan Atas
Pada praktiknya, pengukuran lila jarang digunakan
kecuali ada gangguan pertumbuhan atau gangguan gizi yang berat, sehingga
pengukuran lila hanya efektif pada usia di bawah 3 tahun (usia pra sekolah).
e) Lipatan
Kulit
Tebalnya lipatan kulit pada daerah triseps dan
subskapular merupakan refleksi pertumbuhan jaringan lemak di bawah kulit yang mencerminkan
kecukupan energy. Apabila anak mengalami defisiensi kalori, maka lipatan kulit
menipis, lipatan tersebut akan menebal bila anak kelebihan energy.
2) Gejala/tanda
pada pemeriksaan fisik
a) Keseluruhan
fisik
Dilihat bentuk tubuh, perbandingan bagian kepala,
tubuh dan anggota. Juga diperhatikan apa ada oedema atau tidak.
b) Jaringan
otot
Pertumbuhan otot diperiksa pada lengan atas, pantat dan
paha dengan cara cubitan tebal.
c) Jaringan
lemak
Jaringan lemak diperiksa pada kulit di bawah triseps
dan sub scapular dengan cara cubitan tipis.
d) Rambut
Pada rambut, yang diperiksa adalah pertumbuhannya,
warna, diameter (tebal atau tipis), sifat (keriting atau lurus) dan akar rambut
(mudah dicabut atau tidak).
e) Gigi-geligi
Saat erupsi gigi susu, saat tanggal dan erupsi gigi
permanen.
Sumber : Soetjiningsih, 1995
3) Gejala/tanda
pada pemeriksaan laboratorium
Terutama pemeriksaan darah, antara lain kadar Hb,
serum protein (albumin dan globulin), hormon, dll.
4) Gejala/tanda
pada pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologis terutama untuk menilai umur
biologis, yaitu umur tulang (bone age), biasanya dilakukan kalau ada kecurigaan
adanya gangguan pertumbuhan.
a) Anamnesis
Untuk memperoleh informasi tentang tumbuh kembang
anak selama dalam kandungan, keadaan waktu lahir termasuk BB dan TB, kecukupan
makanan, penyakit/kelainan yang diderita, keadaan fisik kedua orang tuanya
termasuk BB dan TB nya.
b) Pemeriksaan
fisik
Untuk memperoleh kesan klinis tentang tumbuh kembang
anak dengan informasi tentang gejala/tanda tumbuh kembang. Misalnya apakah ada
gejala klinik yang mengarah ke suatu sindrom tertentu, apa ada oedema, dll.
c) Pemeriksaan
penunjang
Terdiri atas :
-
Pemeriksaan
antropometri
-
Pemeriksaan
laboratorium
-
Pemeriksaan
radiologik sesuai dengan keperluannya.
b. PENILAIAN
PERKEMBANGAN ANAK
Penilaian perkembangan anak memiliki banyak model
dan macamnya. Meskipun demikian, perlu ada parmeter-parameter atau
patokan-patokan tertentu sehingga dapat dilakukan perbandingan secara
konsisten. Ada
banyak parameter atau tes untuk perkembangan anak, misalnya tes IQ, tes
psikomotor, tes prestasi dan lain-lain.
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan/
pemeriksaan untuk menemukan secara dini penyimpangan tumbuh kembang pda balita
& anak prasekolah.
Berdasarkan Buku Pedoman Deteksi Tumbuh Kembang yang
disusun oleh Departemen Kesehatan, tes perkembangan dapat dilakukan dengan
kuesioner Pra Skrining Perkembangan, Kuesioner Perilaku Anak Pra Sekolah, Tes
Daya Lihat dan Tes Kesehatan Mata serta Tes daya dengar anak.
1.
Kuesioner
Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
Menurut Depkes (2005), untuk memantau perkembangan balita
menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan anak yaitu suatu daftar
pertanyaan singkat yang di tujukan kepada para orang tua dan dipergunakan
sebagai alat untuk melakukan skrining pendahuluan perkembangan anak usia 3
bulan sampai dengan 6 tahun. Daftar pertanyaan tersebut berjumlah 10 nomor yang
harus dijawab oleh orang tua atau pengasuh yang mengetahui keadaan perkembangan
anak. Pertanyaan dalam KPSP dikelompokkan sesuai usia anak saat dilakukan
pemeriksaan, mulai kelompok usia 3 bulan, 3-6 bulan dan seterusnya sampai
kelompok 5-6 tahun. Untuk usia ditetapkan menurut tahun dan bulan dengan
kelebihan 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan.
Pertanyaan dalam KPSP harus dijawab dengan ‘’ya’’ atau
‘’tidak’’ oleh orang tua. Setelah semua
pertanyaan dijawab, selanjutnya hasil KPSP dinilai.
a)
Apabila jawaban ya
berjumlah 9 – 10 berarti anak tersebut normal (perkembangan baik).
b)
Apabila jawaban ya
kurang dari 9 maka perlu diteliti lebih lanjut mengenai:
1)
Apakah cara menghitung
usia dan kelompok pertanyaannya sudah sesuai?
2)
Kesesuaian jawaban
orang tua dengan maksud pertanyaan.
c)
Apabila setelah
diteliti, jawaban ya berjumlah 7 – 8 berarti hasilnya adalah meragukan dan
perlu diperiksa ulang 1 minggu kemudian.
d)
Apabila jawaban ya
berjumlah 6 atau kurang berarti hasilnya kurang atau positif untuk perlu
dirujuk guna pemeriksaan lebih lanjut.
2.
Kuesioner
Perilaku Anak Pra Sekolah (KPAP)
Yaitu sekumpulan perilaku yang digunakan sebagai alat
untuk mendeteksi secara dini kelainan-kelainan perilaku pada anak pra sekolah
(usia 3-6 tahun). Kuesioner ini berisi 30 perilaku yang perlu ditanyakan satu
per satu pada orang tua.
Setiap perilaku perlu ditanyakan ‘’sering terdapat’’,
‘’kadang-kadang terdapat’’ atau ‘’tidak terdapat’’. Apabila jawaban yang
diperoleh adalah ‘’sering terdapat’’ maka jawaban tersebut diberi nilai 2,
‘’kadang-kadang terdapat’’ diberi nilai 1 dan ‘’tidak terdapat’’ diberi nilai
0. Apabila jumlah nilai seluruhnya kurang dari 11, maka anak perlu dirujuk
sedangkan jika jumlah nilai 1 atau lebih maka anak tidak perlu dirujuk.
3. Tes
Daya Lihat dan Tes Kesehatan Mata Anak Pra Sekolah
Yaitu alat untuk memeriksa ketajaman daya lihat serta
kelainan mata pada anak berusia 3-6 tahun. Sebagaimana alat deteksi lainnya,
tes ini juga digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan daya lihat pada anak
usia pra sekolah secara dini, sehingga bila ada penyimpangan dapat segera
ditangani.
Untuk melakukan tes daya lihat diperlukan ruangan dengan
penyinaran yang baik dan alat ‘’kartu E’’ yang digantungkan setinggi anak
duduk. Kartu E ini berisi
huruf E yang terdiri dari 4 baris. Baris pertama huruf E berukuran paling besar
kemudian berangsur-angsur mengecil pada baris keempat. Secara normal, anak
dapat melihat huruf E pada baris ketiga. Apabila anak tidak dapat melihat huruf
E pada garis ketiga maka perlu dirujuk untuk mendapat pemeriksaan lebih lanjut.
Selain tes daya lihat, anak juga perlu diperiksakan
kesehatan matanya. Perlu ditanyakan dan diperiksa adakah :
a.
Keluhan
seperti mata gatal, panas, penglihatan kabur atau pusing.
b. Perilaku
seperti menggosok mata, membaca terlalu dekat atau sering mengedip-ngedipkan
mata.
c. Keainan
mata seperti bercak bitot, juling, mata merah dan keluar air.
4. Tes
Daya Dengar (TDD)
Tes daya dengar ini berupa pertanyaan-pertanyaan
yang disesuaikan dengan usia anak, yaitu kelompok usia 0-6 bulan, lebih dari 6
bulan, lebih dari 9 bulan, lebih dari 12 bulan, lebih dari 24 bulan, lebih dari
36 bulan. Setiap pertanyaan perlu dijawab ya atau tidak. Apabila ada jawaban tidak
berarti pendengaran anak tidak normal sehingga diperlukan pemeriksaan lebih
lanjut.
7.
POLA
ASUH MAKAN
Pengasuhan
berasal dari kata asuh (to rear) yang mempunyai makna menjaga, merawat,
dan mendidik anak yang masih kecil (Sunarti, 1989). Dalam Laporan Temu Ilmiah
Sistem Kesejahteraan Anak Nasional, Kantor Menko Kesra Depsos, 1998, yang
dikutip oleh Irmawati (2002), pola asuh orang tua dirumuskan sebagai
"seperangkat sikap dan perilaku yang tertata, yang diterapkan oleh orang
tua dalam berinteraksi dengan anaknya". Sunarti (1989) yang mengutip
pendapat Wagnel dan Funk menyebutkan bahwa mengasuh itu meliputi menjaga serta
memberi bimbingan menuju pertumbuhan ke arah kedewasaan.
Nursalam
(2005), mengutip pendapat Soetjiningsih yaitu pengasuhan merupakan kebutuhan
dasar anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Pengasuhan yaitu
menjaga, merawat, dan mendidik anak yang masih kecil. Pengasuhan yang baik pada
anak dalam hal perilaku yang dipraktekkkan sehari-hari seperti : Pemberian gizi
yang cukup dan seimbang (pemberian ASI dan makanan pendamping ASI serta 4 sehat
5 sempurna), perawatan kesehatan dasar (pemberian Imunisasi dan membawa ke
puskesmas / posyandu secara berkala dan diperiksa segera bila sakit), pakaian
(mendapatkan pakaian yang bersih dan nyaman), perumahan (memberikan tempat
tinggal yang layak), hygiene diri dan lingkungan (menjaga kebersihan badan dan
lingkungan), serta kesegaran jasmani (olahraga dan reakreasi) .
Menurut
Kartini (2006), yang mengutip pendapat Lie goan hong menyatakan pola makan
adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah
bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas
untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Sedangakan menurut Baliwati (2004)
Pola konsumsi makan adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi
seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Menurut Masdiarti (2000),
yang meneliti pola pengasuhan dan status gizi anak balita di Kecamatan Hamparan
Perak, memperlihatkan hasil bahwa anak yang berstatus gizi baik lebih banyak
ditemukan pada ibu yang tidak bekerja (43,24%) dibandingkan dengan ibu yang
bekerja (40,54 %). Sedangkan menurut Sihombing (2005), yang meneliti pola
pengasuhan dan status gizi anak balita di Kecamatan Medan Sunggal memperlihatkan
hasil bahwa, semakin tua umur ibu dan semakin tinggi pendidikan ibu, serta ibu
tidak bekerja maka pola pengasuhannya semakin baik.
a.
Pola
asuh makan pada bayi usia 0 - 6 bulan
Pola asuh makan adalah cara pemberian makanan pada anak
bertujuan untuk mendapatkan zat gizi yang cukup yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan (Khomsan, 2002).
Pemenuhan gizi pada anak diberikan oleh orang tua atau
pengasuh melalui pemberian makan untuk status gizi anak. Tahap awal, bayi
tergantung kepada ibu yaitu asupan ASI dan makanan pendamping ASI yang
diberikan oleh orang tua (Nursalam, 2005).
ASI merupakan makanan bayi pada saat 0-6 bulan, karena
ASI adalah makanan pokok yang terbaik bagi bayi, bila ibu dan bayi sehat, ASI
secepatnya diberikan. ASI yang diproduksi pada 1-5 hari pertama yang disebut kolostrum,
yaitu cairan kental yang berwarna kekuningan, kolostrum sangat
menguntungkan bayi karena mengandung lebih banyak antibodi, protein, mineral
dan vitamin A. Oleh karena itu perlu perhatian ibu terhadap status gizi balita
(Winarno, 1990).
Pada umumnya bayi yang baru lahir mempunyai jadwal makan
yang tidak teratur, bayi bisa makan sebanyak 6 sampai 12 kali atau mungkin juga
sampai 12 kali dalam 24 jam tanpa jadwal yang teratur. Pada masa itu, ibu
mungkin perlu dinyakinkan bahwa dengan frekuensi minum yang banyak si bayi
harus mempunyai jadwal minum yang teratur dan tepat. Menyusui bayi dapat
dilakukan setiap 3 jam alasannya karena lambung bayi akan kosong dalam jangka
waktu 3 jam sehabis menyusui. Sejalan dengan bertambahnya usia jarak antara
waktu menyusui menjadi lebih lama, karena kapasitas lambungnya membesar dan
produksi susu si ibu meningkat (Steven, 2005).
b.
Pola
asuh makan pada bayi usia 6 – 12 bulan (ASI dan MP ASI)
Pada saat seorang bayi untuk tumbuh dan menjadi lebih
aktif, akan dicapai usia tertentu dan pemenuhan nutrisinya tidak cukup hanya
dengan asupan ASI, karna ASI hanya mampu mencukupi kebutuhan bayi sampai 4-6
bulan. Setelah itu, produksi ASI semakin berkurang, sedangkan kebutuhan gizi
bayi semakin meningkat seiring dengan bertambahnya umur dan berat badan.
Makanan Pendamping ASI perlu diberikan untuk menambah energi dan zat-zat gizi
yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara
terus menerus. Pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal dapat diketahui
dengan cara melihat kondisi pertambahan berat badan anak. Apabila setelah usia
4-6 bulan, berat badan seorang anak tidak mengalami peningkatan, menunjukkan
bahwa kebutuhan energi dan zat-zat gizi bayi tidak terpenuhi. Hal ini dapat
disebabkan asupan makanan tambahan kurang memenuhi syarat. Disamping itu,
faktor terjadinya infeksi pada saluran pencernaan memberikan pengaruh yang
cukup besar (Krisnatuti, 2006).
Berbagai jenis makanan tambahan harus dikenalkan kepada
bayi secara bertahap, mulai makanan yang berbentuk cair, semi padat, dan padat.
Harus diperhatikan bahwa, apabila makanan pendamping ASI sudah diberikan kepada
bayi sejak dini (dibawah usia 4 bulan) maka asupan gizi yang dibutuhkan oleh
bayi tidak sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu, sistem pencernaan bayi akan
mengalami gangguan, seperti sakit perut, sembelit (susah buang air besar).
Makanan tambahan mulai diberikan usia 6 bulan karena pada usia itu otot dan
saraf di dalam mulut bayi cukup berkembang untuk mengunyah, menggigit, dan
memamah (WHO, 2004).
Makanan tambahan yang baik adalah kaya energi, protein,
dan mikronutrien (terutama zat besi, zink, kalsium, vitamin A, vitamin C, dan
folat ), bersih dan aman, tidak terlalu pedas atau asin, mudah dimakan oleh
anak, disukai anak, tersedia didaerah anda dan harga terjangkau serta mudah
disiapkan. Makanan tambahan awal yang paling bauk bagi bayi adalah pisang
matang yang dihancurkan (Pure). Makanan jenis ini dapat diberikan saat
bayi menginjak usia 5 bulan. Setelah berumur 7 tahun, ibu dapat memberikan
bubur saring yang terbuat dari aneka ragam makanan yang bergizi. Bubur saring
yang dibuat jangan terlalu encer dan asin dan jangan menggunakan bumbu
penyedap, kemudian berikan pula sari buah-buahan yang diber sedikit gula
(Depkes RI, 2006).
Walaupun bayi telah diperkenalkan dengan makanan
tambahan, proses tetap dilanjutkan. Sebagai tahap awal, perkenalkanlah bubur
dan sari buah dua kali sehari sebanyak 1–2 sendok makan penuh. Apabila dalam
tahap awal ini diperkenalkan bubur maka harus berupa bubur saring. Frekuensi
pemberian bubur ini, lambat laun harus ditingkatkan. Menginjak umur 7-9 bulan
porsi kebutuhannya dapat ditingkatkan yaitu sebanyak 3-6 sendok penuh tiap kali
makan, paling tidak empat kali sehari keadaan bubur harus tetap disaring,
apabila bayi masih tampak lapar dapat diberi makanan kecil misalnya roti
kering, pisang. Pada umur 9 bulan berikan bubur yang tidak disaring atau nasi
tim yang dibuat dari bahan-bahan makanan bergizi tinggi (WHO, 2004).
Menginjak umur 10 bulan, seorang bayi sudah mempunyai
beberapa gigi dan mulai beradaptasi untuk makan makanan yang agak kasar.
Selanjutnya saat bayi berumur 10-12 bulan, bayi sudah dapat diberi bubur yang
dicacah untuk mempermudah proses penelanan. Setelah berumur satu tahun, bayi
mulai mengenal makanan yang dimakan oleh seluruh anggota keluarga. Namun
seorang bayi tetap harus makan 4-5 kali sehari. Makanan anak harus terdiri dari
makanan pokok, kacang-kacangan, pangan hewani, minyak, santan atau lemak,
buah-buahan (Krisnatuti, 2006).
Tabel
Jadwal Pemberian Makanan Pendamping
ASI Menurut Umur Bayi, Jenis Makan, dan Frekuensi Pemberian
Umur
Bayi
|
Jenis
Makanan
|
Berapa
kali sehari
|
0
– 6 bulan
|
ASI
|
10
– 12 kali sehari
|
Kira-kira
6 Bulan
|
ASI
|
kapan
diminta
|
-
buah lunak / sari buah
|
1
– 2 kali sehari
|
|
- bubur : bubur tepung beras merah
|
||
Kira-kira
7 bulan
|
ASI
|
kapan
diminta
|
-
buah-buahan
|
3
– 4 kali sehari
|
|
- bubur saring yang terdiri dari :
|
||
- hati ayam atau kacang-kacangan
|
||
-
beras merah atau ubi
|
||
-
sayur (wortel, bayam)
|
||
-
minyak/ santan/
|
||
-
air tajin
|
||
Kira-kira
9 bulan
|
ASI
|
Kapan
diminta
|
-
buah-buahan
|
4-6
kali sehari
|
|
-
bubur/roti
|
||
- nasi tim yang terdiri dari :
|
||
-daging/ kacang-kacangan/ ayam/ ikan
|
||
-beras merah/ kentang/ labu/ jagung
|
||
-kacang
tanah
|
||
-minyak/
santan
|
||
-sari
buah tanpa gula
|
||
12
bulan atau lebih
|
ASI
|
Kapan
diminta
|
makanan
biasa pada umumnya, termasuk telur dengan kuning telur danjeruk
|
4
– 6 kali sehari
|
Sumber
: Krisnatuti (2006)
ok
ReplyDelete