A.
Infeksi
Masa Nifas
a.
Definisi
Infeksi masa nifas adalah infeksi/ peradangan pada semua
alat genetalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatkan
suhu badan melebihi 38º C tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut
selama 2 hari.
b.
Faktor
Resiko yang dapat Menyebabkan Infeksi
1. Persalinan
berlangsung lama sampai terjadi persalinan terlantar
2. Tindakan
operasi persalinan
3. Tertinggalnya
plasenta selaput ketuban dan bekuan darah. Ketuban pecah dini atau pada
pembukaan masih kecil melebihi enam jam
4. Keadaan
yang dapat menurunkan keadaan umum, yaitu perdarahan antepartum dan post
partum, anemia pada saat kehamilan, malnutrisi, kelelahan dan ibu hamil dengan
penyakit infeksi
5. Manipulasi
penolong : terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam, alat yang dipakai kurang
suci hama
6. Infeksi
yang didapat di rumah sakit (nosokomial)
7. Hubungn
seks menjelang persalinan
8. Sudah
terdapat infeksi intrapartum: persalinan lama terlantar, ketuban pecah lebih
dari enam jam, terdapat pusat infeksi dalam tubuh (lokal infeksi)
c.
Macam-macam
Infeksi Nifas
a)
Infeksi pada Vulva, Vagina, dan Serviks
1. Vulvitis
Vulvivitis adalah luka
bekas episiotomi atau robekan perineum yang kena infeksi. Pada luka infeksi
bekas sayatan episotomy atau luka perinium, jaringan sekitarnya membengkak,
tepi luka menjadi merah dan bengkak, jahitan mudah terlepas, luka yang terbuka
menjadi ulkus dan mengeluarkan pus.
2. Vaginitis
Infeksi vagina dapat
terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui perinium. Permukaan
mukosa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus, serta getah mengandung nanah
dan keluar dari daerah ulkus. Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada umumnya
infeksi tinggal terbatas.
3. Servisitis
Infeksi serviks sering
juga terjadi, akan tetapi biasanya tidak menimbulkan banyak gejala. Luka
serviks yang dalam, luas, dan langsung ke dasar ligamentum latum dapat
menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium.
Tanda atau gejala
infeksi pada vulva, vagina, dan serviks antara lain sebagai berikut :
1.
Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi
2.
Kadang – kadang perih bila kencing
3.
Nadi dibawah 100 X per menit
4.
Getah radang dapat keluar
5.
Suhu sekitar 38 º
6.
Bila luka infeksi tertutup jahitan dan getah
radang tidak dapat keluar, demam naik sampai 39º - 40º disertai menggigil.
Penanganan pada kasus
ini dengan pemberian antibiotik, roborantia, pemantauan vital sign , serta in
take out pasien (makanan dan caitran)
b.) Endometritis
Endometritis adalah
infeksi yang terjadi pada endometrium. Jenis infeksi ini biasanya yang paling
sering terjadi. Kuman-kuman yang masuk endometrium, biasanya pada luka bekas
implantasi plasenta dan dalam waktu singkat. Pada mengikutsertakan seluruh
endometrium, pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa pathogen, infeksi
hanya terbatas pada endometrium. Jaringan di desidua bersama-sama dengan bekuan
darah menjadi nekrotis dan mengeluarkan getah berbau, yang terdiri atas keping-keping
nekrotiss dan cairan. Pada batas – batas antara daerah yang beradang dan daerah
sehat, terdapat lapisan yang terdiri atas leutosit. Pada infeksi yang lebih
berat, batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran. Tanda dan
gejalanya antara lain:
1.
Uterus membesar
2.
Nyeri pada saat perabaan uterus
3.
Uterus lembek
4.
Suhu meningkat
5.
Nadi menurun
c.) Septikemia
dan pyemia
Ini merupakan infeksi
umum yang disebabkan oleh kuman-kuman yang sangat pathogen, biasanya streptococcus
baemolyticus. Infeksi ini sangat berbahaya dan tergolong 50% penyebab kematian
karena infeksi nifas.
1. Septikemia
Septikemia adalah
keadaan dimana kuman-kuman dari uterus langsung masuk ke dalam peredaran darah
umum dan menyebabkan infeksi umum. Adanya septikemia dapat dibuktikan dengan
jalan pembiakan kuman-kuman dari darah. Gejala yang muncul dari pasien, antara
lain:
a. Permulaan
penderita sudah sakit dan lemah
b. Sampai
hari ke-3 post partum , suhu meningkat dengan cepat dan menggigil
c. Selanjutnya
suhu berkisar antara 39º-40ºC , KU memburuk, nadi menjadi cepat (140-160
kali/menit)
2. Pyemia
Pada pyemia, terdapat
trombophlebitis dahulu pada vena-vena di uterus dan sinus-sinus pada bekas
implantasi plasenta. Trombopblebitis ini menjalar ke vena uterine, vena
hiposgatrika, dan / atau vena ovari. Dari tempat – tempat thrombus ini, embolus
kecil yang berisi kuman dilepaskan. Tiap kali dilepaskan, embolus masuk ke
dalam peredaran darah umum dan dibawa oleh aliran darah ke tempat-tempat lain,
di antaranya paru-paru, ginjal, otak, jantung, dan sebagainya, yang dapat
mengakibatkan terjadinya abses-abses di tempat tersebut. Gejala yang
dimunculkan adalah sebagai berikut :
a. Perut
nyeri
b. Ciri
khasnya adalah suhu berulang-ulang meningkat dengan cepat disertai menggigil,
kemudian diikuti dengan turunnya suhu
c. Kenaikan
suhu disertai menggigil terjadi pada saat dilepaskannya embolus dari trombophlebitis
pelvika
d. Lambat-laun
timbul gejala abses pada paru-paru, jantung, pneumoni, dan pleuritis.
d.) Peritonitis
Peritonitis (radang selaput rongga perut) adalah peradangan
yang disebabkan oleh infeksi pada selaput rongga perut (peritoneum). Infeksi nifas dapat menyebar
melalui pembuluh limfe didalam uterus, langsung mencapai peritoneum dan
menyebabkan peritonitis atau melalui jaringan di antara kedua lembar ligamentum
latum yang menyebab parametritis. Peritonitis yang tidak menjadi peritonitis
umum hanya terbatas pada daerah pelvis. Gejala-gejalanya tidak seberapa berat
seperti pada jenis yang umum. Pada pelvio peritonitis (peritonitis terbatas),
terdapat pertumbuhan abses. Pada peritonitis umum, gejala yang muncul:
a. Perut
kembung
b. Suhu
tinggi
c. Nadi
cepat dan kecil
d. Perut
kembung dan nyeri
e. Ada
defense musculair
f. Muka
penderita yang mula-mula kemerahan menjadi pucat, mata cekung, kulit muka
dingin, terdapat apaa yang disebut fasies hypocratica
e.) Parametritis
Parametritis merupakan peradangan pada parametrium. Parametrium merupakan lapisan terluar yang melapisi uterus. Parametritis juga mempunyai nama lain yaitu sellulitis Pelvika. Tanda
dan gejala parametritis antara lain:
1.
Suhu badan
meningkat 38o C – 40o C (oral) dan menggigil
2.
Nyeri perut
bagian bawah dan terasa kaku
3.
Denyut nadi
meningkat.
4.
Terjadi
lebih dari hari ke 7 postpartum.
5.
Lokhia yang
purulen dan berbau.
d.
Upaya
pencegahan infeksi kala nifas
1. Pencegahan
pada waktu hamil
a.) Mengurangi
atau mencegah faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi, dan kelemahan,
serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu.
b.) Pemeriksaan
dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu.
c.) Koitus
pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati
karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban, kalau ini terjadi infeksi akan mudah
masuk dalam jalan lahir.
2. Saat
persalinan
a.) Hindari
pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilitas
yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.
b.) Hindari
partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.
c.) Jagalah
sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alt-alat harus suci hama.
d.) Perdarahan
yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang harus diganti dengan
transfusi darah.
3. Masa
nifas
a.) Luka-luka
dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan
pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril.
b.) Penderita
dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur
dengan ibu sehat.
c.) Tamu yang berkunjung harus dibatasi.
e.
Pengobatan
Perlukaan jalan lahir sudah dapat dipastikan terjadi pada
setiap persalinan yang akan menjadi jalan masuknya bakteri yang bersifat
komensal dan menjadi infeksius. Pertolongan persalinan yang bersih tidak memerlukan
pengobatan umum tetapi pada persalinan yang diduga akan dapat terjadi infeksi
kala nifas memerlukan profilaksis antibiotika. Bidan masih diperkenankan untuk
memberi antibiotika ringan seperti penisilin kapsul, preparat sulfat dan
sebagainya. Disamping itu perawatan luka lokal perlu dilakukan sehingga
mengurangi penyebaran infeksi kala nifas.
Pada kasus dengan infeksi kala nifas
yang berat sebaiknya dirujuk dan dikonsultasikan sehingga mendapat pengobatan
yang adekuat. Sebagian infeksi kala nifas yang berat perlu dirawat di RS,
sehingga dapat dilakukan observasi, karena dapat dilakukan tindakan operasi
untuk menyelamatkan jiwa penderita.
B.
Infeksi
Saluran Kemih
a.
Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada
saluran kemih. Kejadian infeksi saluran kemih pada masa nifas relative tinggi
dan hal inidihubungkan dengan hipotoni kandung kemih akibat trauma kandung
kemih waktu persalinan, pemeriksaan dalam yang sering, kontaminasi kuman dari
perineum, atau katerisasi yang sering (Krisnadi, 2005).
Bakteri
Escherecia coli merupakan penyebab yang sering ditemukan pada kasus ISK.
Bakteri ini dapat berasal dari flora usus yang keluar sewaktu buang air
besar, dan jika bakteri berkembang biak akan menjalar ke saluran kencing dan
naik ke kandung kemih dan ginjal,ini lah yang menyebabkan ISK.
Pada
masa nifas dini, sensivitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih didalam
vesika sering menurun akibat trauma persalinan atau analgesia epidural atau
spinal. Sensasi peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa
tidak nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar, laserasi periuretra,
atau hematoma dinding vagina. Setelah melahirkan, terutama saat infus oksitosin
dihentikan, terjadi diuresis yang disertai peningkatan produksi urin dan
diistensi kandung kemih. Over distensi yang disertai katerisasi untuk
mengeluarkan air kemih sering menyebabkan infeksi saluran kemih.
Distensi
kandung kemih mengurangi aliran darah ke lapisan mukosa dan submukosa sehingga
jaringan menjadi lebih rentan terhadap bakteri. Urin yang tersisa dikandung
kemih menjadi lebih basa sehingga kandung kemih merupakan tempat ideal bagi
pertumbuhan organisme.
b.
Faktor
Resiko Penyebab ISK
1.
Trauma kandung kemih waktu persalinan
2.
Kontaminasi kuman dari perineum
3. Kateterisasi
yang sering dan Teknik katerisasi kurang benar. Kateter
menjadi rute masuknya organisme, dapat menyebabkan iritasi lokal pada uretra
atau kandung kemih.
4.
Nutrisi yang buruk
5.
Defisiensi zat besi
6.
Persalinan lama
7.
Episiotomi
8. Higiene
perinium yang buruk (cuci tangan kurang benar, kebiasaan mengelap perinium dari
arah belakang ke depan)
c.
Tanda
dan Gejala ISK
Gejala
ISK meliputi adanya nyeri atau rasa terbakar selama berkemih, demam, menggigil,
mual dan muntah serta kelemahan terjadi jika infeksi memburuk. Kandung kemih
yang iritasi menyebabkan timbulnya sensasi ingin berkemih yang mendesak dan
sering. Iritasi juga dapat menyebabkan darah bercampur dalam urin (hematuria).
Urin tampak pekat dan keruh karena adanya sel darah putih atau bakteri. Jika
menyebar ke saluran kemih bagian atas (pielonefritis-ginjal), ibu merasa nyeri
panggul, nyeri tekan, demam dan menggigil.
d.
Pencegahan
Infeksi Saluran Kemih
1.
Minumlah cukup banyak air untuk membersihkan bakteri
2.
Jangan menahan jika anda ingin buang air kecil. Buang
air kecil jika memang anda ingin dan perlu.
3.
Bersihkan daerah terkait setelah buang air besar dari
depan ke belakang.
4.
Buang air kecil setelah melakukan hubungan seksual
untuk membantu membersihkan bakteri keluar.
5.
Jika anda sering mengalami infeksi saluran kemih, anda
mungkin perlu menghindari pemakaian diafgrama sebagai metode kontrasepsi.
Tanyakan kepada dokter tentang pilihan metode lainnya dalam kontrasepsi.
e.
Pengobatan
Infeksi Saluran Kemih
1.
Infeksi saluran kemih awal dapat diobati dengan
ampisillin (250 mg empat kali sehari) atau nitrofurantoin (100 mg per oral
empat kali sehari). Gantilah dengan obat lain sesuai dengan hasil pemeriksaan
laboratorium tetapi obati selama 2 minggu.
2.
Untuk mengatasi keluhan urgensi dan urinary frequency,
berikan piridium 100 mg empat kali sehari. Keluarkan cairan secara paksa (jika
diperlukan) dan asamkan urin (vitamin C). Berikan obat analgetik pencahar dan
antipiretik jika diperlukan.
3.
Pengobatan antibiotik yang terpilih meliputi golongan
nitrofurantoin, sulfonamide, trimetroprim, sulfametoksazol, atau sefalosporin.
Banyak penelitian yang melaporkan resistensi mikrobial terhadap golongan
penisilin (Krisnadi, 2005).
DAFTAR
PUSTAKA
Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta:
Pustaka Rihana.
Sulistyawati,
Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
No comments:
Post a Comment