truth


counters

nama

Friday 7 November 2014

Penyakit pada Anak Balita Malnutrisi Energi Protein (MEP)



Penyakit pada Anak Balita
Malnutrisi Energi Protein (MEP)

1. Definisi MEP
 Malnutrisi energi protein (MEP) merupakan keadaan tidak cukupnya masukan protein dan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh atau dikenal dengan nama marasmus dan kwashiorkor. Kwashiorkor disebabkan oleh kekurangan protein baik dari segi kualitas maupun segi kuantitas, sedangkan marasmus disebabkan oleh kekurangan kalori dan protein.
Malnutrisi Energi Protein (MEP) adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energy dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG) ( Depkes RI, 1997).
Malnutrisi Energi Protein (MEP) adalah keadaan kurang gizi akibat konsumsi pangan tidak cukup mengandung energy dan protein serta karena gangguan kesehatan (Dekes RI, 2000). malnutrisi Energi Protein (MEP) adalah keadaan dimana kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energy dan protein dalam makanan sehari-hari yang tidak memenuhi Angka Kebutuhan Gizi (AKG) (Manjoer Arif, 2000).

2. Penyebab MEP
Malnutrisi-Energi-Protein ( MEP) – terjadi akibat kekurangan protein dan kalori, yang kadang-kadang disertai kekurangan vitamin dan mineral. Hal ini bisa dapat disebabkan karena kurangnya asupan makanan akibat gangguan penyerapan usus, penyakit kronik tertentu atau bisa juga disebabkan oleh sakit maag dan intoleransi laktosa.
Selain hal-hal tersebut, MEP juga dapat terjadi akibat gangguan metabolisme bawaan  yakni gangguan metabolisme nutrient yang disebabkan kurang atau tidak adanya enzim yang diperlukan untuk metabolisme tersebut. Disamping hal tersebut di atas, ketidak tahuan orang tua terhadap komposisi gizi sempurna.
3.  Tanda Gejala
Gejala MEP bervarisi, mulai derjat ringan sampai berat.
 MEP ringan ditandai dengan pertumbuhan tubuh yang kurang sesuai dibanding umurnya. Anak dengan kondisi ini  tampak lebih kecil dan kurus dibanding anak seusianya dan kelihatan kurang bergairah. Anak mudah terserang penyakit karena daya tahan tubuhnya tidak baik. Seringnya anak didera penyakit ini mengakibatkan ia akhirnya mengalami MEP berat.
Berdasarkan atas gejalanya, MEP berat dapat dibedakan menjadi tiga tipe.
a.       Tipe kwashiorkor :  ditandai dengan tejadinya pembengkakan mulai dari kaki hingga bisa menular ke seluruh tubuh, wajah tampak sayu dan bulat membengkak, terutama pipi, rambut jadi tipis dan mudah dicabut tanpa rasa sakit, perut agak buncit karena terjadi pembesaran hati dan gangguan pencernaan dan kulit bercak berwarna coklat, mengelupas, dikelilingi area kemerahan, dan basah.
b.      Tipe marasmus;  gejala yang paling mencolok adalah penampilan anak tampak kurus tinggal kulit pembalut tulang, karena hilangnya jaringan lemak di bawah kulit. Berlainan dengan kwarshiorkor, pada marasmus umumnya rambut masih hitam dan tampak lebat. Wajah kelihata tua, kuyu, sinar mata sayu, perut cekung, namun jarang ada pembesaran hati.
c.       Tipe merasmik-kwarshiorkor;  sesuai dengan namanya terdapat gejala campuran antara keduanya.
Pada umunya semua MEP berat, seringkali diikuti dengan terjadinya diare. Ini terjadi karena gangguan pencernaan sebagai akibat kurangya enzim pencernaan dan paling sering terjadi adalah intoleransi laktosa. Disamping gejala spesifik tersebut, umumnya MEP berat disertai kekurangan nutrient lain dan yang sering adalah kekurangan vitamin A, B12 dan zat besi.
4. Patofisiologis
            Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. (Nuuhchsan Lubis an Arlina Mursada, 2002:11).
5.    Penatalaksanaan
1)   lakukan pengaturan makanan dengan berbagai tahap, salah satunya adalah tahap penyesuaian yang dimulai dari pemberian kalori sebanyak 50 kal/ kg bb/ hari dalam cairan 200 ml/ kg bb/ hari pada kwashiorkor dan 250 ml/ kg bb/ hari pada marasmus.
2)   Berikan makanan tinggi kalori (3-4 gram/ kg bb/ hari) dan tinggi protein (160-175 gram/ kg bb/ hari) pada kekurangan energi dan protein berat, serta berikan mineral dan vitamin.
3)  Pada bayi berat badan kurang dari 7 kg berikan susu rendah laktosa (low lactose milk-LLM) dengan cara 1/3 LLM ditambah glukosa 10% tiap 100 ml susu ditambah 5 gram glukolin untuk mencegah hipoglikemia selama 1-3 hari kemudian, pada hari berikutnya 2/3.
4)  Apabila berat badan lebih dari 7 kg maka pemberian makanan dimulai dengan makanan bentuk cair selama 1-2 hari, lanjutkan bentuk lunak, tim, dan seterusnya, dan lakukan pemberian kalori mulai dari 50 kal/ kg bb/ hari.
5)   Lakukan evaluasi pola makan, berat badan, tanda perubahan kebutuhan nutrisi; seperti turgor, nafsu makan, kemampuan absorpsi, bising usus, dan tanda vital
6) Memberikan cairan tubuh yang cukup dengan melakukan rehidrasi jika terjadi dehidrasi
7) Memantau keseimbangan cairan tubuh dengan mengukur intake dan output, serta mengukur berat jenis urine
8) Memantau terjadinnya kelebihan cairan tubuh dengan mengukur intake dan output, serta mengukur berat jenis urine
9) Memberikan penjelasan terhadap makanan tinggi kalori, tinggi protein, serta mengandung vitamin dan mineral
10) Mempertahankan agar kulit tetap bersih dan kering dengan cara memandinkan 2 kali sehari dengan air hangat dan apabila kotor atau basah segera ganti pakaian kemudian keringkan daerah basah dengan memberikan bedak (krim kulit).
11) lakukan pengaturan posisi setiap 2-3 jam dengan bergantian posisi tidur dan lakukan pembersihan pada daerah yang tertekan dengan air hngat kalau perlu gunakan matras yang lembut.
12). Berikan suplemen vitamin.
13). Berikan penjelasan untuk menghindari penggunaan sabun yang dapat mengiritasi kulit.
14). Pantau terhadap keutuhan kulit setiap 6-8 jam.
15). Menggunakan standar universal precaution, seperti mencuci tangan, menjaga kebersihan, cara kontak dengan pasien, dan menghindarkan anak dari penyakit infeksi.
16). Memberikan imunisasi pada anak yang belum di imunisasi sesuai dengan pola pengaturan imunisasi.
17).Memantau adanya tanda lanjut dari infeksi seperti mengkaji suhu, nadi, leukosit, atau tanda infeksi lainnya.
Secara umum Tipe MEP dibedakan menjadi 2 yaitu Maramus dan Kwashiorkor
a.Maramus

Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. (Dorland, 1998:649).
Penyebab marasmus adalah sebagai berikut :
1.      Intake kalori yang sedikit
2.      Infeksi yang berat dan lama, terutama infeksi enteral.
3.      Kelainan struktur bawaan.
4.      Prematuritas dan penyakit pada masa neonates
5.      Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan
6.      Gangguan metabolism.
7.      Tumor hipotalamus.
8.      Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang    kurang.
9.      Urbanisasi.
Gejala klinis dari tipe MEP marasmus menurut Depkes RI, tampak sangat kurus, wajah seperti orang tua, cengeng, rewel, kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar), perut cekung, iga gambang dan sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) serta diare kronik atau konstipasi/susah buang air.
Patofisiologi
Secara umum, marasmus adalah asupan energi yang cukup untuk menyesuaikan kebutuhan tubuh. Akibatnya, tubuh menarik pada toko sendiri, sehingga kekurusan. Pada kwashiorkor, konsumsi karbohidrat yang memadai dan penurunan asupan protein utama untuk sintesis protein menurun visceral. Para hipoalbuminemia sehingga memberikan kontribusi untuk akumulasi cairan ekstravaskuler. Gangguan sintesis B-lipoprotein menghasilkan hati berlemak.

Penatalaksanaan
1. Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
3. Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
4. Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.

b.  Kwashiorkor
adalah suatu keadaan di mana tubuh kekurangan protein dalam jumlah besar. Selain itu, penderita juga mengalami kekurangan kalori.  
Penyebabnya adalah :
1.      Intake protein yang buruk.
2.      Infeksi suatu penyakit.
3.      Masalah penyapihan.
Gejala klinis dari tipe KEP kwashiorkor adalah ; edema umumnya diseluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum pedis) yang jika ditekan melekuk, tidak sakit, dan lunak ; wajah membulat dan sembab ; pandangan mata sayu ; rambut tipis kemerahan seperti warnarambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok ; perubahan status mental, apatis dan rewel ; pembesaran hati ; otot mengecil (hipotropi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk ; kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (Crazy pavement dermatosis) dan sering disertai penyakit infeksi, umumnya akut serta anemia dan diare.

Patofisilogi Kwashiorkor
Pada defesiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat lebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya.kelianan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang meyebabkan edem dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sentesis dan metabolisme. Makin kekurangan asam amnino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat edem.perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta-lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati kedepot terganggu, dengan akibat terjadinya penimbunan lemah dalam hati.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kwashiorkor bervariasi tergantung pada beratnya kondisi anak. Keadaan shock memerlukan tindakan secepat mungkin dengan restorasi volume darah dan mengkontrol tekanan darah. Pada tahap awal, kalori diberikan dalam bentuk karbohidrat, gula sederhana, dan lemak. Protein diberikan setelah semua sumber kalori lain telah dapat menberikan tambahan energi.


DAFTAR PUSTAKA
Beck, Mary E. 2000. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya dengan Penyakit-penyakit untuk Perawat dan Dokter. Jakarta : Yayasan Essentia Medico
Tarwoto, Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Hidayat,Aziz Alimul .2009.Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.Jakarta:Salemba Medika

No comments:

Post a Comment