Penyakit
pada Anak Balita
Malnutrisi
Energi Protein (MEP)
1. Definisi MEP
Malnutrisi energi protein (MEP) merupakan
keadaan tidak cukupnya masukan protein dan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh
atau dikenal dengan nama marasmus dan kwashiorkor. Kwashiorkor disebabkan oleh
kekurangan protein baik dari segi kualitas maupun segi kuantitas, sedangkan
marasmus disebabkan oleh kekurangan kalori dan protein.
Malnutrisi
Energi Protein (MEP) adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energy dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi
Angka Kecukupan Gizi (AKG) ( Depkes RI, 1997).
Malnutrisi
Energi Protein (MEP) adalah keadaan kurang gizi akibat konsumsi pangan tidak
cukup mengandung energy dan protein serta karena gangguan kesehatan (Dekes RI,
2000). malnutrisi Energi Protein (MEP) adalah keadaan dimana kurang gizi yang
disebabkan rendahnya konsumsi energy dan protein dalam makanan sehari-hari yang
tidak memenuhi Angka Kebutuhan Gizi (AKG) (Manjoer Arif, 2000).
2. Penyebab MEP
Malnutrisi-Energi-Protein
( MEP) – terjadi akibat kekurangan protein dan kalori, yang kadang-kadang
disertai kekurangan vitamin dan mineral. Hal ini bisa dapat disebabkan karena
kurangnya asupan makanan akibat gangguan penyerapan usus, penyakit kronik
tertentu atau bisa juga disebabkan oleh sakit maag dan intoleransi laktosa.
Selain
hal-hal tersebut, MEP juga dapat terjadi akibat gangguan metabolisme
bawaan yakni gangguan metabolisme
nutrient yang disebabkan kurang atau tidak adanya enzim yang diperlukan untuk
metabolisme tersebut. Disamping hal tersebut di atas, ketidak tahuan orang tua
terhadap komposisi gizi sempurna.
3.
Tanda Gejala
Gejala
MEP bervarisi, mulai derjat ringan sampai berat.
MEP ringan ditandai dengan pertumbuhan tubuh
yang kurang sesuai dibanding umurnya. Anak dengan kondisi ini tampak lebih kecil dan kurus dibanding anak
seusianya dan kelihatan kurang bergairah. Anak mudah terserang penyakit karena
daya tahan tubuhnya tidak baik. Seringnya anak didera penyakit ini
mengakibatkan ia akhirnya mengalami MEP berat.
Berdasarkan
atas gejalanya, MEP berat dapat dibedakan menjadi tiga tipe.
a. Tipe
kwashiorkor : ditandai dengan tejadinya
pembengkakan mulai dari kaki hingga bisa menular ke seluruh tubuh, wajah tampak
sayu dan bulat membengkak, terutama pipi, rambut jadi tipis dan mudah dicabut
tanpa rasa sakit, perut agak buncit karena terjadi pembesaran hati dan gangguan
pencernaan dan kulit bercak berwarna coklat, mengelupas, dikelilingi area
kemerahan, dan basah.
b. Tipe
marasmus; gejala yang paling mencolok
adalah penampilan anak tampak kurus tinggal kulit pembalut tulang, karena
hilangnya jaringan lemak di bawah kulit. Berlainan dengan kwarshiorkor, pada
marasmus umumnya rambut masih hitam dan tampak lebat. Wajah kelihata tua, kuyu,
sinar mata sayu, perut cekung, namun jarang ada pembesaran hati.
c. Tipe
merasmik-kwarshiorkor; sesuai dengan
namanya terdapat gejala campuran antara keduanya.
Pada
umunya semua MEP berat, seringkali diikuti dengan terjadinya diare. Ini terjadi
karena gangguan pencernaan sebagai akibat kurangya enzim pencernaan dan paling
sering terjadi adalah intoleransi laktosa. Disamping gejala spesifik tersebut,
umumnya MEP berat disertai kekurangan nutrient lain dan yang sering adalah
kekurangan vitamin A, B12 dan zat besi.
4. Patofisiologis
Kurang
kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau
keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan
kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan
memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan
karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh
jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan
karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi
kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan
ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan
keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai
sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan
mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira
kehilangan separuh dari tubuh. (Nuuhchsan Lubis an Arlina Mursada, 2002:11).
5.
Penatalaksanaan
1)
lakukan pengaturan makanan dengan berbagai tahap, salah satunya adalah
tahap penyesuaian yang dimulai dari pemberian kalori sebanyak 50 kal/ kg bb/
hari dalam cairan 200 ml/ kg bb/ hari pada kwashiorkor dan 250 ml/ kg bb/ hari
pada marasmus.
2)
Berikan makanan tinggi kalori (3-4 gram/ kg bb/ hari) dan tinggi protein
(160-175 gram/ kg bb/ hari) pada kekurangan energi dan protein berat, serta
berikan mineral dan vitamin.
3)
Pada bayi berat badan kurang dari 7 kg berikan susu rendah laktosa (low
lactose milk-LLM) dengan cara 1/3 LLM ditambah glukosa 10% tiap 100 ml susu
ditambah 5 gram glukolin untuk mencegah hipoglikemia selama 1-3 hari kemudian,
pada hari berikutnya 2/3.
4)
Apabila berat badan lebih dari 7 kg maka pemberian makanan dimulai
dengan makanan bentuk cair selama 1-2 hari, lanjutkan bentuk lunak, tim, dan
seterusnya, dan lakukan pemberian kalori mulai dari 50 kal/ kg bb/ hari.
5)
Lakukan evaluasi pola makan, berat badan, tanda perubahan kebutuhan
nutrisi; seperti turgor, nafsu makan, kemampuan absorpsi, bising usus, dan
tanda vital
6) Memberikan cairan tubuh yang cukup
dengan melakukan rehidrasi jika terjadi dehidrasi
7) Memantau keseimbangan cairan tubuh
dengan mengukur intake dan output, serta mengukur berat jenis urine
8) Memantau terjadinnya kelebihan cairan
tubuh dengan mengukur intake dan output, serta mengukur berat jenis urine
9) Memberikan penjelasan terhadap
makanan tinggi kalori, tinggi protein, serta mengandung vitamin dan mineral
10) Mempertahankan agar kulit tetap
bersih dan kering dengan cara memandinkan 2 kali sehari dengan air hangat dan
apabila kotor atau basah segera ganti pakaian kemudian keringkan daerah basah
dengan memberikan bedak (krim kulit).
11) lakukan pengaturan posisi setiap 2-3
jam dengan bergantian posisi tidur dan lakukan pembersihan pada daerah yang
tertekan dengan air hngat kalau perlu gunakan matras yang lembut.
12). Berikan suplemen vitamin.
13). Berikan penjelasan untuk
menghindari penggunaan sabun yang dapat mengiritasi kulit.
14). Pantau terhadap keutuhan kulit
setiap 6-8 jam.
15). Menggunakan standar universal
precaution, seperti mencuci tangan, menjaga kebersihan, cara kontak dengan
pasien, dan menghindarkan anak dari penyakit infeksi.
16). Memberikan imunisasi pada anak yang
belum di imunisasi sesuai dengan pola pengaturan imunisasi.
17).Memantau adanya tanda lanjut dari
infeksi seperti mengkaji suhu, nadi, leukosit, atau tanda infeksi lainnya.
Secara umum Tipe MEP dibedakan menjadi 2
yaitu Maramus dan Kwashiorkor
a.Maramus
Marasmus adalah bentuk
malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan
kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak
bawah kulit dan otot. (Dorland, 1998:649).
Penyebab marasmus
adalah sebagai berikut :
1. Intake kalori yang sedikit
2. Infeksi yang berat dan lama, terutama
infeksi enteral.
3. Kelainan struktur bawaan.
4. Prematuritas dan penyakit pada masa
neonates
5. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa
pemberian makanan tambahan
6. Gangguan metabolism.
7. Tumor hipotalamus.
8. Penyapihan yang terlalu dini disertai
dengan pemberian makanan yang kurang.
9. Urbanisasi.
Gejala
klinis dari tipe MEP marasmus menurut Depkes RI, tampak sangat kurus, wajah
seperti orang tua, cengeng, rewel, kulit keriput, jaringan lemak subkutis
sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar), perut
cekung, iga gambang dan sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis
berulang) serta diare kronik atau konstipasi/susah buang air.
Patofisiologi
Secara
umum, marasmus adalah asupan energi yang cukup untuk menyesuaikan kebutuhan
tubuh. Akibatnya, tubuh menarik pada toko sendiri, sehingga kekurusan. Pada
kwashiorkor, konsumsi karbohidrat yang memadai dan penurunan asupan protein
utama untuk sintesis protein menurun visceral. Para hipoalbuminemia sehingga
memberikan kontribusi untuk akumulasi cairan ekstravaskuler. Gangguan sintesis
B-lipoprotein menghasilkan hati berlemak.
Penatalaksanaan
1. Keadaan ini memerlukan
diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya baik. Diit
tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
2. Pemberian terapi
cairan dan elektrolit.
3. Penatalaksanaan
segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
4. Pengkajian riwayat
status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian antropometri, kaji
manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan, kaji
tanda-tanda vital.
b. Kwashiorkor
adalah suatu keadaan di
mana tubuh kekurangan protein dalam jumlah besar. Selain itu, penderita juga
mengalami kekurangan kalori.
Penyebabnya adalah :
1. Intake protein yang buruk.
2. Infeksi suatu penyakit.
3. Masalah penyapihan.
Gejala klinis dari tipe
KEP kwashiorkor adalah ; edema umumnya diseluruh tubuh, terutama pada punggung
kaki (dorsum pedis) yang jika ditekan melekuk, tidak sakit, dan lunak ; wajah
membulat dan sembab ; pandangan mata sayu ; rambut tipis kemerahan seperti
warnarambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok ; perubahan status
mental, apatis dan rewel ; pembesaran hati ; otot mengecil (hipotropi), lebih
nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk ; kelainan kulit berupa
bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan
terkelupas (Crazy pavement dermatosis) dan sering disertai penyakit infeksi,
umumnya akut serta anemia dan diare.
Patofisilogi
Kwashiorkor
Pada
defesiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat lebih,
karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam
dietnya.kelianan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang
meyebabkan edem dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan
terjadi kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan
untuk sentesis dan metabolisme. Makin kekurangan asam amnino dalam serum ini
akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat
edem.perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta-lipoprotein,
sehingga transport lemak dari hati kedepot terganggu, dengan akibat terjadinya
penimbunan lemah dalam hati.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
kwashiorkor bervariasi tergantung pada beratnya kondisi anak. Keadaan shock
memerlukan tindakan secepat mungkin dengan restorasi volume darah dan
mengkontrol tekanan darah. Pada tahap awal, kalori diberikan dalam bentuk
karbohidrat, gula sederhana, dan lemak. Protein diberikan setelah semua sumber
kalori lain telah dapat menberikan tambahan energi.
DAFTAR PUSTAKA
Beck, Mary E. 2000. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya dengan Penyakit-penyakit untuk Perawat
dan Dokter. Jakarta : Yayasan Essentia Medico
Tarwoto, Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Hidayat,Aziz Alimul .2009.Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan.Jakarta:Salemba Medika
No comments:
Post a Comment