truth


counters

nama

Sunday 2 November 2014

Penyakit yang sering pada anak




1.      Flek paru-paru (Tuberkulose)
TBC atau tuberkulosis adalah infeksi yang disebabkan oleh basil tahan asam (BTA) yangbernama Tuberculosis mycobacterium. Infeksi primer terjadi pada individu yang sebelumnyabelum mempunyai kekebalan terhadap TBC.Basil ini terhisap melalui saluran pernafasan sampai ke paru-paru dan bisa menyebar ke seluruhtubuh melalui aliran darah.Gejala klinis yang sering ditemui adalah batuk yang tidak spesifik tetapi progresif, anak jugabiasanya kurus atau berat badan menurun, kurang nafsu makan, rewel, demam dan jugaberkeringat pada malam hari.Penyakit ini sering terjadi di indonesia yang mempunyai banyak resiko faktor terjadinya penularan,misalnya pemukiman yang sangat padat, sanitasi dan hygiene yang kurang bagus, faktor giziyang tidak cukup (diperparah dengan kenaikan barang-barang akibat kenaikan BBM).Vaksinasi BCG, masih tetap efektif, terutama untuk daerah yang endemis seperti Indonesia.Jumlah penderita TBC di Indonesia terbesar ketiga di dunia, setelah Cina dan India. Selain itu,berjangkitnya TBC pada anak bukan semata-mata karena vaksinnya lemah,bisa juga tergantungdaya tahan tubuh anaknya, jumlah kuman, dan lingkungannya.. Bila daya tahan kuat, risikonya kecil untuk menderita TBC. Untuk menunjang daya tahan itu,vaksinasi tetap penting. Dan tentu asupan nutrisi yang bergizi.Indonesia masih menggunakanBCG lantaran sejauh ini belum ada vaksin anti-TBC baru yang bisa menggantikannya. Risetmengenai vaksin masih terus berlangsung hingga saat ini

2.      Diare
DIARE pada bayi dan anak merupakan penyakit utama di Indonesia. Diare diartikan sebagaibuang air besar tidak normal atau bentuk tinja encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.Penyebab diare ada beberapa faktor, yaitu: (1) Infeksi. Infeksi virus atau infeksi bakteri padasaluran pencernaan merupakan penyebab diare pada anak. (2) Malabsorpsi. Gangguan absorpsibiasanya terhadap zat-zat gizi yaitu karbohidrat (umumnya laktosa), lemak dan protein. (3)Makanan.Makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan tertentu. (4) Faktor psikologis.Rasa takut, cemas (umumnya jarang terjadi pada anak).Akibat diare (mencret), anak akan kehilangan banyak air dan elektrolit (dehidrasi) yangmenyebabkan tubuh kekurangan cairan, gangguan gizi sebab masukkan makanan kurangsedang pengeluaran bertambah, dan hipoglikemia yaitu kadar gula darah turun di bawah normal.Pengaturan makanannya secara umum adalah: (1) Cairan harus cukup untuk mengganti cairanyang hilang, baik melalui muntah maupun diare. Setiap kali buang air besar beri minum satugelas larutan oralit atau larutan gula garam. (2) Berikan makanan yang rendah serat, cukupenergi, protein, vitamin dan mineral. (3) Suhu makanan dan minuman lebih baik dalam keadaanhangat, tidak panas atau terlalu dingin. (4) Bentuk makanan lunak.

3.       Demam
Demam biasanya terjadi akibat tubuh terpapar infeksi mikroorganisme (virus,bakteri, parasit).Demam juga bisa disebabkan oleh faktor non infeksi seperti kompleks imun, atau inflamasi(peradangan) lainnya. Ketika virus atau bakteri masuk ke dalam tubuh, berbagai jenis sel darahputih atau leukosit melepaskan zat penyebab demam (pirogen endogen) yang selanjutnyamemicu produksi prostaglandin E2 di hipotalamus anterior, yang kemudian meningkatkan nilai-ambang temperatur dan terjadilah demam.Selama demam, hipotalamus cermat mengendalikankenaikan suhu sehingga suhu tubuh jarang sekali melebihi 41 derajat selsius.Dampak NegatifPertama, kemungkinan dehidrasi (kekurangan cairan tubuh).Ketika mengalami demam, terjadipeningkatan penguapan cairan tubuh sehingga anak bisa kekurangan cairan.Kedua, kekurangan oksigen. Saat demam, anak dengan penyakit paru-paru atau penyakit jantung-pembuluh darah bisa mengalami kekurangan oksigen sehingga penyakit paru-paru ataukelainan jantungnya semakin berat.Ketiga, demam di atas 42 derajat selsius bisa menyebabkan kerusakan neurologis (saraf),meskipun sangat jarang terjadi. Terakhir, anak di bawah usia 5 tahun (balita), terutama padaumur di antara 6 bulan dan 3 tahun, berada dalam risiko kejang demam (febrileconvulsions),khususnya pada temperatur rektal di atas 40 derajat selsius.Demam seringkali disertai dengan gejala lain seperti sakit kepala, nafsu makan menurun(anoreksia), lemas, dan nyeri otot. Sebagian besar di antaranya berhubungan dengan zatpenyebab demam tadi.

4.      Kejang demam
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu (suhu rektal lebih dari380C) yang disebabkan oleh suatu prosesekstrakranium (diluar rongga kepala). Kejang demamadalah suatu kejadian pada bayi atau anak yang biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5tahun berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial ataupenyebab tertentu.Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi yang berumur kurang dari 4minggu tidak termasuk.Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu yang ditandaidengan kejang berulang tanpa demam.Faktor resiko kejang demam yang penting adalah demam. Selain itu terdapat faktor riwayatkejang demam pada orang tua atau saudara kandung, perkembangan terlambat, problem padamasa neonatus, anak dalam perawatan khusus, dan kadar natrium rendah. Setelah kejangdemam pertama kira kira 33% anak akan mengalami satu kali rekurensi (kekambuhan), dan kirakira 9 % anak mengalami recurensi 3 kali atau lebih, resiko rekurensi meningkat dengan usia dini,cepatnya anak mendapat kejang setelah demam timbul, temperature yang rendah saat kejang,riwayat keluarga kejang demam, dan riwayat keluarga epilepsi.Hingga kini belum diketahui dengan pasti penyebab kejang demam. Demam sering disebabkaninfeksi saluran pernafasan atas, radang telinga tengah, infeksi saluran cerna dan infeksi salurankemih.Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.Kadang kadang demam yang tidakbegitu tinggi dapat menyebabkan kejang.Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf yang paling sering dijumpai pada bayi dananak. Sekitar 2,2% hingga 5% anak pernah mengalami kejang demam sebelum merekamencapai usia 5 tahun. Sampai saat ini masih terdapat perbedaan pendapat mengenai akibatyang ditimbulkan oleh penyakit ini namun pendapat yang dominan saat ini kejang pada kejangdemam tidak menyebabkan akibat buruk atau kerusakan pada otak namun kita tetap berupayauntuk menghentikan kejang secepat mungkinAnak yang menderita kejang demam mungkin berkembang menjadi penderita epilepsi.Penelitianyang dilakukan oleh TheAmerican National Collaborative Perinatal Project mengidentifikasi 3faktor resiko, yaitu:
            a. Adanya riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung
            b. Terdapat kelainan neurologis sebelum KD pertama 
       c. Kejang demam bersifat kompleks (berlangsung lama atau fokal, atau multipel selama 1hariMereka yang memiliki salah satu faktor resiko diatas kemungkinan menjadi epilepsi adalah 2%.Bila terdapat dua atau lebih kemungkinan menjadi epilepsi adalah 10% . Bila tanpa faktor resikodiatas kemungkinannya adalah 1,6%.

5.      ISPA
ISPA adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkanoleh masuknya kuman mikroorganisme (bakteri dan virus) kedalam organ saluran pernafasanyang berlangsung selama 14 hari. Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringanparu.Bila anak mengalami ISPA (Infeksi saluran Pernapasan Akut) bagian atas, semisal flu harusditangani dengan baik. Kalau tidak sembuh juga, misalnya dalam seminggu dan daya tahan anaksedang jelek, maka ISPA atas ini akan merembet ke ISPA bagian bawah, sehingga anakmengalami bronkitis, radang paru-paru, ataupun asmatik bronkitis. Gejalanya, anak gelisah,rewel, tak mau makan-minum, napas akan cepat, dan makin lama melemah. Biasanya jugadisertai tubuh panas, sampai sekeliling bibir biru/sianosis, berarti pernapasannya terganggu.klasifikasi dan Diagnosis dalam Penangulangan P2ISPA1. Kalsifikasi Pnemonia dan bukan pnemonia Dalam penentuan klasifikasi penyakitdibedakan atas 2 kelompok, yaitu :
·         Kelompok umur 2 bulan - < 5 tahun, klasifikasi dibagi atas : pnemonia berat,pnemonia dan bukan pnemonia.
·         Kelompok umur <2 bulan , klasifikasi dibagi atas : pnemonia berat dan bukanpnemonia.2. Diagnosis Diagnosis pnemonia pada balita didasarkan pada adanya batuk dan ataukesukaran bernafas disertai peningkatan frekwensi nafas(nafas cepat) sesuai umur.Penentuan nafas cepat dilakukan dengan cara menghitung frekwensi pernafasan denganmenggunkan sound timer. Batas nafas cepat adalah :
·         Pada anak usia 2 bulan - < 1 tahun frekwensi pernafasan sebanyak 50 kali permenit atau lebih
·         Pada anak usia 1 tahun - < 5 tahun frekwensi pernafasan sebanyak 40 kali permenit atau lebih
·         Pada anak usia kurang 2 bulan frekwensi pernafasan sebanyak 60 kali permenitatau lebih.Diagnosis pnemonia berat didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafasdisertai nafas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam pada anakusia 2 bulan - < 5 tahun. Untuk kelompok umur kurang 2 bulan diagnosis pnemonia beratditandai dengan adanya nafas cepat, yaitu frekwensi pernafasan sebanyak 60 kali per

No comments:

Post a Comment